Professional Documents
Culture Documents
(LAPORAN KASUS)
Abstract
Atopic Dermatitis in Indonesia is ranked first of the top ten children's skin disease. Bandar Lampung showed that
Atopic Dermatitis is the second Dermatitis most often affects Bandar Lampungs people. Atopic Dermatitis is chronic
residif and multifactorial that can burden the family and community. Application of family medical care based on
evidence in patient with identification of risk factors, clinical factors, patient management and family centered
approach. A female children under five had Atopic Dermatitis lived with extended family in a permanent home at
medium crowd residential and socio-economic situation was rather good. Identification of early holistic diagnosis
was acquired fear pain did not improve, worsen disease, hoping to recover, the age of the children not yet
cognitively competent, history of atopy in patients and families, lack of family knowledge about the disease and
psychosocial problems in the family. Treatment provided to patients is hydrocortisone ointment 1 % twice a day and
chlorpeniramine maleate 3x come the problem of
knowledge and motivation to overcome psychosocial problems. The last holistic diagnosis showed the patient's
complaint does not felt anymore and family knowledge has increased.
Keywords: Atopic Dermatitis, atopy history, children under five, family medical care
Abstrak
Dermatitis Atopik di Indonesia menempati peringkat pertama dari sepuluh besar penyakit kulit anak. Data di Kota
Bandar Lampung menunjukkan bahwa Dermatitis Atopik adalah Dermatitis kedua terbanyak yang sering diderita
masyarakat Bandar Lampung. Dermatitis Atopik bersifat kronik residif dan multifaktorial merupakan beban untuk
keluarga maupun komunitas. Penerapan pelayanan kedokteran keluarga yang berbasis bukti pada pasien dengan
mengidentifikasi faktor resiko dan klinis serta penatalaksanaan berdasarkan patient centered dan family approach.
Seorang balita perempuan mengalami Dermatitis Atopik tinggal dalam keluarga ekstended di rumah permanen
pada pemukiman cukup padat dengan keadaan sosial ekonomi cukup baik. Identifikasi diagnosis holistik awal
didapatkan kekhawatiran sakit tidak membaik, sakit bertambah parah, harapan dapat sembuh, usia balita sehingga
belum kompeten secara kognitif, riwayat atopi pada pasien dan keluarga, kurangnya pengetahuan keluarga tentang
penyakit serta masalah psikososial pada keluarga. Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien adalah salep
hidrokortison 1% 2x perhari dan chlorpeniramine maleat 3x tablet perhari. Penatalaksanaan yang diberikan pada
keluarga adalah edukasi untuk mengatasi masalah pengetahuan serta motivasi untuk mengatasi masalah
psikososial. Diagnostik holistik akhir menunjukkan keluhan pasien tidak dirasakan lagi dan pengetahuan keluarga
sudah meningkat.
Kata kunci: balita, Dermatitis Atopik, pelayan kedokteran keluarga, riwayat atopi
Pendahuluan
Angka prevalensi Dermatitis Atopik akan menjadi Asma dan 75% menjadi
(DA) di Indonesia sangat bervariasi. Rinitis Alergika.4
Berdasarkan rekapitulasi yang dilakukan DA umumnya berhubungan
oleh Kelompok Studi Dermatologi Anak dengan faktor genetik atau herediter yang
(KSDAI) dari lima kota besar di Indonesia, bermanifestasi akibat respon
DA masih menempati peringkat pertama hipersensitivitas kulit terhadap paparan
(23,67%) dari 10 besar penyakit kulit anak. alergen lingkungan, alergen makanan,
Dan dari sepuluh rumah sakit besar yang alergen hirup, bahan iritan, eksotoksin
tersebar di Indonesia pada tahun 2005 streptococcus, stresor fisik dan stresor
kejadian DA mencapai 36% dari psikologis. Salah satu penelitian
keseluruhan diagnosis Dermatitis. Data menunjukkan bahwa individu yang
Rekam Medis RSUP dr. Wahidin mempunyai daya tahan terhadap stres
Sudirohusodo dan RS Pelamonia di yang baik cendrung dapat bertahan
Makassar menunjukkan peningkatan terhadap dampak stres emosional,
jumlah kasus DA anak, meningkat 47 anak sehingga lebih sedikit kemungkinannya
di tahun 2004, 106 anak di tahun 2005, mengalami kekambuhan DA.5
108 anak di tahun 2006, dan 115 anak di Penyakit DA dipengaruhi oleh
tahun 2007. Prevalensi DA di negara faktor genetik (intrinsik) dan lingkungan
berkembang dan peningkatan insidensi (ekstrinsik) yang mampu mengatur
DA di negara industri merupakan refleksi ekspresi genetik pada tingkat tertentu.
pengaruh lingkungan sebagai faktor Adanya faktor genetik dapat diketahui
pencetus pada individu yang telah dengan cara anamnesis yang baik, tetapi
memiliki riwayat genetik.1 pada beberapa penelitian ternyata 15-
Prevalensi penyakit DA di Bandar 30% kasus tidak memiliki riwayat genetik.6
Lampung pada tahun 2011 adalah 3252 DA merupakan beban untuk
penderita baru dan 557 penderita lama keluarga maupun komunitas. DA akan
dari 16542 penderita penyakit kulit dan berdampak pada menurunnya kualitas
jaringan. Sedangkan prevalensi penyakit tidur, waktu kerja yang hilang, biaya, dan
DA di Bandar Lampung pada tahun 2012 waktu untuk berobat.7 Manifestasi klinis
adalah 8785 penderita baru dan 1334 DA ditandai dengan adanya inflamasi dan
penderita lama dari 45254 penderita disertai rasa gatal yang hebat, dan
penyakit kulit dan jaringan. Dilihat dari distribusinya pada tempat-tempat
data tersebut, DA adalah Dermatitis kedua tertentu dari tubuh berupa eritema
terbanyak yang sering diderita masyarakat dengan batas tidak tegas, disertai edema,
Bandar Lampung.2 vesikel, dan basah pada stadium akut, dan
DA merupakan penyakit penebalan kulit (likenifikasi) pada stadium
peradangan kulit yang bersifat kronis dan kronis.8
residif, dengan onset puncak terjadi pada Jika seseorang sudah didiagnosis
usia kurang dari 12 bulan dan sebagian menderita DA, beberapa hal yang dapat
besar kasus DA terjadi pada beberapa dilakukan sebagai tindakan pencegahan
tahun pertama dalam kehidupan.3 DA kekambuhan adalah dengan menghindari
merupakan manifestasi paling dini dari faktor-faktor pencetus dan menjaga
penyakit alergi. Sebesar 50% penderita DA kelembaban kulit.9
Ny.N
Jarak dari puskesmas 250 m. Dinding
Tn. K
60th 58th tembok bata merah, berlantaikan semen
th halus, memiliki 4 jendela di ruang tamu,
Tn.M memiliki 3 kamar. Memiliki 1 kamar mandi
25 th
Ny.I Nn.B yang menyatu dengan dapur dan sumur.
25th 20th
Pencahayaan pada rumah cukup karena
An.L An.A setiap kamar terdapat jendela. Kondisi
6th 3th 8bl rumah pasien bersih dan peletakan
barang beraturan. Penerangan
Keterangan : menggunakan lampu listrik, Sumber air
Laki-laki
berasal dari sumur yang berjarak 10 m
dari septic tank.
Perempuan
Lokasi rumah pasien berdekatan
Tinggal dalam satu rumah dengan kerabat-kerabatnya. Pasien belum
Bercerai
sekolah, kesehariannya bermain bersama
teman-teman sebayanya. Pagi hari pukul
Pasien, Dermatitis Atopik
07.00 pasien sudah bangun dan sarapan,
Dibuat tanggal 28 April 2014
Riwayat Atopi Oleh : Nurul Hidayah,S.Ked kemudian siang hari pukul 12.00 pasien
makan siang dan tidur siang, sore pukul
Gambar 1. Genogram Keluarga An. A
15.00 pasien mandi sore kemudian habis
Kakek
maghrib pasien makan malam dan segera
tidur. Pasien berinteraksi sosial seperti
anak-anak seusianya, dan rutinitas
dilakukan setiap hari.
Ibu Nenek Dari pemeriksaan fisik didapatkan
penampilan pasien secara umum bersih,
keadaaan umum pasien tampak sakit
ringan, suhu 37,0 oC, frekuensi nadi
114x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit,
Bibi Pasien berat badan 13 kg, tinggi badan 95 cm,
status gizi cukup menurut kurva CDC.
Pada pemeriksaan kepala, mata,
Keterangan : hidung, dan mulut dalam batas normal.
Laki-laki
Regio coli dalam batas normal. Perbesaran
KGB (-). Pada regio aksila dekstra
Perempuan ditemukan adanya papul multipel di atas
Dibuat tanggal 28 April 2014
Dekat dan berhubungan baik Oleh : Nurul Hidayah,S.Ked kulit yang eritem dengan batas tidak
tegas, vesikel (-), pustul (-), skuama (-),
Gambar 2. Hubungan antar keluarga An.A central healing (-). Pada regio toraks
(jantung dan paru) tidak ditemukan
Pada data lingkungan rumah pasien
kelainan. Regio abdomen tidak ditemukan
diperoleh data pemukiman cukup padat,
adanya kelainan. Ektremitas superior tidak
rumah permanen dengan luas rumah
ditemukan kelainan, skar BCG (+). Pada
6mx12m dengan 1 lantai. Tinggal bersama
ekstremitas inferior dekstra et sinistra
kakek 60 tahun, nenek 58 tahun, ibu 25
ditemukan makula hiperpigmentasi
tahun, bibi 20 tahun dan pasien sendiri.
multipel ukuran milier sampai numular,
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 192
Hidayah N | Atopic Dermatitis Management in Children Under Five with Family History of Atopy
skuama (-), central healing (-). Kesan kali sehari, Chlorpeniramine Maleat (CTM)
hiperpigmentasi paska inflamasi (HPI). tablet 3x1/3 tablet sehari. Komunikasi dan
Pada pemeriksaan status neurologis edukasi terhadap keluarga pasien
didapatkan reflek fisiologis normal, reflek mengenai penyakit DA, melaksanakan
patologis (-). Keadaan motorik dan pengobatan yang maksimal, efek samping
sensorik pasien dalam batas normal. dari pengobatan, manfaat tiap-tiap
Diagnosis awal pada pasien dibuat pengobatan, melakukan pencegahan
secara holistik mulai dari aspek personal, perburukan penyakit, pencegahan
aspek klinik, aspek risiko internal, aspek kekambuhan penyakit, memotivasi
psikososial keluarga, dan derajat keluarga agar memantau serta mengajari
fungsional. Aspek personal berupa pasien prilaku hidup bersih dan sehat.
kekhawatiran sakit tidak membaik dan Diagnostik akhir diperoleh setelah
bertambah parah dan harapan dapat penulis melakukan tatalaksana terhadap
sembuh dari penyakit sehingga tidak pasien. Diagnosis akhir pada pasien dibuat
mengganggu tumbuh kembang dan secara holistik mulai dari aspek personal,
aktivitas sehar-hari. Diagnosis aspek klinik, aspek risiko internal, aspek
berdasarkan aspek klinis adalah DA (ICD-X psikososial keluarga, dan derajat
L20.8). Pasien usia balita belum mengerti fungsional. Aspek personal berupa
mengenai faktor pencetus kekambuhan harapan yang tidak tercapai karena
penyakit, pasien memiliki riwayat atopi penyakit atopik tidak dapat sembuh,
(ICD-X Z88.9), riwayat sakit kulit (ICD-X namun dapat dicegah kekambuhannya.
Z87.2), riwayat atopi pada keluarga, Diagnosis berdasarkan aspek klinis adalah
riwayat keluarga sakit kulit (ICD-X Z84.0) DA (ICD-X L20.8). Usia balita belum
dan pengetahuan keluarga mengenai mengerti mengenai faktor pencetus
faktor-faktor yang dapat menimbulkan kekambuhan penyakit, pasien memiliki
kekambuhan penyakit masih kurang (ICD- riwayat atopi (ICD-X Z88.9), riwayat sakit
X Z55.9) merupakan aspek risiko internal. kulit (ICD-X Z87.2), riwayat atopi pada
Aspek psikososial keluarga terdiri dari keluarga, riwayat keluarga sakit kulit (ICD-
Pengawasan pada pasien untuk X Z84.0) merupakan aspek risiko internal.
menghindari faktor yang mencetuskan Aspek psikososial keluarga terdiri dari
kekambuhan penyakit kurang (ICD-X Pengawasan pada pasien untuk
Z62.0) karena ibu, kakek dan bibi bekerja menghindari faktor yang mencetuskan
di pasar, sedangkan neneknya mengurus kekambuhan penyakit kurang (ICD-X
rumah serta masalah psikologis bagi Z62.0) karena ibu, kakek dan bibi bekerja
pasien dan keluarga pasien karena Ayah di pasar, sedangkan neneknya mengurus
kandung pasien telah bercerai dengan rumah serta masalah psikologis bagi
ibunya (ICD-X Z61.0) sehingga ayah pasien pasien dan keluarga pasien karena Ayah
tidak pernah menemui pasien. kandung pasien telah bercerai dengan
Kemampuan pasien melakukan aktivitas ibunya (ICD-X Z61.0) sehingga ayah pasien
tidak mengalami kesulitan termasuk tidak pernah menemui pasien.
dalam derajat fungsional 1. Kemampuan pasien melakukan aktivitas
Tatalaksana yang diberikan pada tidak mengalami kesulitan termasuk
pasien berupa medikamentosa serta dalam derajat fungsional 1.
komunikasi dan edukasi . pemberian
medikamentosa yaitu hidrokortison
topikal 1% berupa salep yang dioleskan 2
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 193
Hidayah N | Atopic Dermatitis Management in Children Under Five with Family History of Atopy
7. Natalia, Sri LM, Triana A. Perkembangan Pimecrolimus Cream 1% in Infants and Young
Terkini pada Terapi DA. Jakarta : Jurnal Medis Children: A twoyear study. Am Acad
Indonesia Departemen Ilmu Kesehatan Kulit Dermatology. 2005; 52:240-6.
dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas 19. Gottlieb AB, Brunswick N. Therapeutic
Indonesia. 2011; vol. 61:no.7. Options in The Treatment of Psoriasis and
8. Flohr C, Pascue D, Williams HC. Atopic Dermatitis. Am Acad Dermatology.
Atopic Dermatitis and The 'Hygiene 2005; 53:S3-16.
Hypothesis': Too Clean to be True?. Journal 20. Akhavan A, Rudikoff D. The Treatment of
Medicine : NEJM. 2005; 352(22):2314-34. Atopic Dermatitis with Systemic
9. Boediardja SA. Etiopatogenesis Beberapa Immunosuppressive Agents. Clin
Dermatitis pada Bayi dan Anak. Dalam: Dermatology. 2003; 21:225-40.
Djajakusumah TS, ed. Antiinflamasi Topikal 21. Sugito TL. Penatalaksanaan terbaru DA.
pada Pengobatan Dermatitis Bayi dan Anak. Dalam : Boediardja SA, Sugito TL, Indriatmi
Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2006. p. 11-28. W, Devita M, Prihianti S, editor. DA. Jakarta:
10. Abramovits W, Berman B, Cohen DE, Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 39-55.
Guttman SE, Lebwohl MG, Mancini AJ, Rosso, 22. Sugito TL. Penatalaksanaan terbaru DA.
JQD, Schachner LA. Pathways to Managing Dalam: Boediardja SA, Sugito TL, Rihatmadja
Atopic Dermatitis. The Journal of Clinical and R, editor. Dermatitis pada bayi dan anak.
Aesthetic Dermatology. 2013; vol.6:no.7. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004. p. 79-95.
11. Patrick F. Dermatology in General Medicine 23. Dohil MA, Eichenfield LF, Krokowski AC.
7th Edition Volume one. United States : The Management of Atopic Dermatitis in the
McGraw-Hill Companies; 2008. p. 146-158. Pediatric Population. Review Article : Official
12. Bieber T. Mechanisms of Disease Atopic journal of the American academy of
Dermatitis. Journal Medicine : NEJM. 2008; pediatrics. 2008 Oct; vol.122:no.4. p. 812-
358:1483-1494. 824.
13. Zulkarnain I. Manifestasi Klinis dan Diagnosis 24. Leung DYM, Mark B, Michael DH, Ichiro N,
DA. Dalam: Boediardja SA, ed. DA. Jakarta: Qutayba AH. New Insights into Atopic
Balai Penerbit FK UI; 2009. p. 21-38. Dermatitis. Journal Medicine USA : Division
14. Djuanda S dan Sularsito SA. Ilmu Penyakit of Pediatric Allergy Immunology, National
Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: Balai Jewish Medical and Research Center,
Penerbit FKUI; 2009. p. 129-53. Department of Pediatrics, University of
15. MIMS Dermatology Guide Philippines. Atopic Colorado. 2004; 361:151-160.
Dermatitis; 2004. p. A11-A20. 25. Jacoeb TNA. Manifestasi Klinis DA pada Bayi
16. Spergel JM. Immunology and treatment of dan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004.
atopic dermatitis. Journal Medicine : Am p. 58-78.
Acad Dermatology. 2008; 9(4):233-44. 26. Tanjung C. DA. Jakarta : Balai Penerbit
17. Williams HC. Atopic dermatitis. N Engl J Med. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2005; 352(22):2314-34. 2008.
18. Papp KA, Werfel T, Folster-Holst R, Ortonne
JP, Potter PC, Prost Y, et al. Long-term
Control of Atopic Dermatitis with