You are on page 1of 10

Hidayah N | Atopic Dermatitis Management in Children Under Five with Family History of Atopy

(LAPORAN KASUS)

ATOPIC DERMATITIS MANAGEMENT IN CHILDREN UNDER FIVE


WITH FAMILY HISTORY OF ATOPY
Nurul Hidayah
Faculty of Medicine, Universitas Lampung

Abstract
Atopic Dermatitis in Indonesia is ranked first of the top ten children's skin disease. Bandar Lampung showed that
Atopic Dermatitis is the second Dermatitis most often affects Bandar Lampungs people. Atopic Dermatitis is chronic
residif and multifactorial that can burden the family and community. Application of family medical care based on
evidence in patient with identification of risk factors, clinical factors, patient management and family centered
approach. A female children under five had Atopic Dermatitis lived with extended family in a permanent home at
medium crowd residential and socio-economic situation was rather good. Identification of early holistic diagnosis
was acquired fear pain did not improve, worsen disease, hoping to recover, the age of the children not yet
cognitively competent, history of atopy in patients and families, lack of family knowledge about the disease and
psychosocial problems in the family. Treatment provided to patients is hydrocortisone ointment 1 % twice a day and
chlorpeniramine maleate 3x come the problem of
knowledge and motivation to overcome psychosocial problems. The last holistic diagnosis showed the patient's
complaint does not felt anymore and family knowledge has increased.

Keywords: Atopic Dermatitis, atopy history, children under five, family medical care

PENATALAKSANAAN DERMATITIS ATOPIK PADA BALITA


DENGAN RIWAYAT ATOPI PADA KELUARGA
Nurul Hidayah
Facultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Dermatitis Atopik di Indonesia menempati peringkat pertama dari sepuluh besar penyakit kulit anak. Data di Kota
Bandar Lampung menunjukkan bahwa Dermatitis Atopik adalah Dermatitis kedua terbanyak yang sering diderita
masyarakat Bandar Lampung. Dermatitis Atopik bersifat kronik residif dan multifaktorial merupakan beban untuk
keluarga maupun komunitas. Penerapan pelayanan kedokteran keluarga yang berbasis bukti pada pasien dengan
mengidentifikasi faktor resiko dan klinis serta penatalaksanaan berdasarkan patient centered dan family approach.
Seorang balita perempuan mengalami Dermatitis Atopik tinggal dalam keluarga ekstended di rumah permanen
pada pemukiman cukup padat dengan keadaan sosial ekonomi cukup baik. Identifikasi diagnosis holistik awal
didapatkan kekhawatiran sakit tidak membaik, sakit bertambah parah, harapan dapat sembuh, usia balita sehingga
belum kompeten secara kognitif, riwayat atopi pada pasien dan keluarga, kurangnya pengetahuan keluarga tentang
penyakit serta masalah psikososial pada keluarga. Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien adalah salep
hidrokortison 1% 2x perhari dan chlorpeniramine maleat 3x tablet perhari. Penatalaksanaan yang diberikan pada
keluarga adalah edukasi untuk mengatasi masalah pengetahuan serta motivasi untuk mengatasi masalah
psikososial. Diagnostik holistik akhir menunjukkan keluhan pasien tidak dirasakan lagi dan pengetahuan keluarga
sudah meningkat.

Kata kunci: balita, Dermatitis Atopik, pelayan kedokteran keluarga, riwayat atopi

Korespondensi : Nurul Hidayah I nurulhchan@yahoo.com

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 189


Hidayah N | Atopic Dermatitis Management in Children Under Five with Family History of Atopy

Pendahuluan
Angka prevalensi Dermatitis Atopik akan menjadi Asma dan 75% menjadi
(DA) di Indonesia sangat bervariasi. Rinitis Alergika.4
Berdasarkan rekapitulasi yang dilakukan DA umumnya berhubungan
oleh Kelompok Studi Dermatologi Anak dengan faktor genetik atau herediter yang
(KSDAI) dari lima kota besar di Indonesia, bermanifestasi akibat respon
DA masih menempati peringkat pertama hipersensitivitas kulit terhadap paparan
(23,67%) dari 10 besar penyakit kulit anak. alergen lingkungan, alergen makanan,
Dan dari sepuluh rumah sakit besar yang alergen hirup, bahan iritan, eksotoksin
tersebar di Indonesia pada tahun 2005 streptococcus, stresor fisik dan stresor
kejadian DA mencapai 36% dari psikologis. Salah satu penelitian
keseluruhan diagnosis Dermatitis. Data menunjukkan bahwa individu yang
Rekam Medis RSUP dr. Wahidin mempunyai daya tahan terhadap stres
Sudirohusodo dan RS Pelamonia di yang baik cendrung dapat bertahan
Makassar menunjukkan peningkatan terhadap dampak stres emosional,
jumlah kasus DA anak, meningkat 47 anak sehingga lebih sedikit kemungkinannya
di tahun 2004, 106 anak di tahun 2005, mengalami kekambuhan DA.5
108 anak di tahun 2006, dan 115 anak di Penyakit DA dipengaruhi oleh
tahun 2007. Prevalensi DA di negara faktor genetik (intrinsik) dan lingkungan
berkembang dan peningkatan insidensi (ekstrinsik) yang mampu mengatur
DA di negara industri merupakan refleksi ekspresi genetik pada tingkat tertentu.
pengaruh lingkungan sebagai faktor Adanya faktor genetik dapat diketahui
pencetus pada individu yang telah dengan cara anamnesis yang baik, tetapi
memiliki riwayat genetik.1 pada beberapa penelitian ternyata 15-
Prevalensi penyakit DA di Bandar 30% kasus tidak memiliki riwayat genetik.6
Lampung pada tahun 2011 adalah 3252 DA merupakan beban untuk
penderita baru dan 557 penderita lama keluarga maupun komunitas. DA akan
dari 16542 penderita penyakit kulit dan berdampak pada menurunnya kualitas
jaringan. Sedangkan prevalensi penyakit tidur, waktu kerja yang hilang, biaya, dan
DA di Bandar Lampung pada tahun 2012 waktu untuk berobat.7 Manifestasi klinis
adalah 8785 penderita baru dan 1334 DA ditandai dengan adanya inflamasi dan
penderita lama dari 45254 penderita disertai rasa gatal yang hebat, dan
penyakit kulit dan jaringan. Dilihat dari distribusinya pada tempat-tempat
data tersebut, DA adalah Dermatitis kedua tertentu dari tubuh berupa eritema
terbanyak yang sering diderita masyarakat dengan batas tidak tegas, disertai edema,
Bandar Lampung.2 vesikel, dan basah pada stadium akut, dan
DA merupakan penyakit penebalan kulit (likenifikasi) pada stadium
peradangan kulit yang bersifat kronis dan kronis.8
residif, dengan onset puncak terjadi pada Jika seseorang sudah didiagnosis
usia kurang dari 12 bulan dan sebagian menderita DA, beberapa hal yang dapat
besar kasus DA terjadi pada beberapa dilakukan sebagai tindakan pencegahan
tahun pertama dalam kehidupan.3 DA kekambuhan adalah dengan menghindari
merupakan manifestasi paling dini dari faktor-faktor pencetus dan menjaga
penyakit alergi. Sebesar 50% penderita DA kelembaban kulit.9

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 190


Hidayah N | Atopic Dermatitis Management in Children Under Five with Family History of Atopy

Untuk dapat menghindari disertai sering keluar air mata (-),riwayat


terjadinya kekambuhan DA, maka keluarga sering timbul keluhan kulit
pemahaman tentang penyakit dan cara setelah konsumsi makanan tertentu
mencegah kekambuhan DA menjadi dasar seperti telur atau ikan (+). Pasien
yang sangat penting. Oleh karena itu dilahirkan dengan bantuan bidan
penting untuk memberikan edukasi pada setempat dengan kelahiran normal.
pasien DA dan keluarga pasien agar Riwayat pemberian ASI (+) selama 6
mengetahui dan memahami hingga bulan, selanjutnya menggunakan susu
mengaplikasikan cara pencegahan formula hingga sekarang. Tidak ada
kekambuhan Dermatitis untuk keluhan terhadap tumbuh kembang
meningkatkan kualitas hidup. pasien dan sehari-hari pasien berinteraksi
baik dengan keluarga serta tetangga-
Kasus tetangganya, pasien makan teratur tiga
Berdasarkan alloanamnesis, pasien kali sehari dengan komposisi nasi, sayur
seorang anak perempuan An.A yang dan lauk pauk. Menurut neneknya riwayat
berusia 3 tahun 8 bulan, datang ke imunisasi (+) lengkap. Pada riwayat
Puskesmas KA karena timbul bintil-bintil pengobatan pasien biasanya hanya
merah pada ketiak kanan sejak sejak 1 diberikan madu oleh orang tuanya, atau
hari yang lalu. Keluhan tambahan berupa ke dokter untuk keluhan bintil-bintil
gatal pada ketiak, keluhan nyeri pada merah pada kulit serta batuk pilek yang
bintil (-), keluhan timbul bintil berisi air (-), berulang.
keluhan timbul bintil berisi nanah (-). Tiga Dari data keluarga pada pasien ini
hari yang lalu pasien mengalami demam, termasuk dalam jenis keluarga ekstended,
batuk dan pilek, namun sekarang keluhan dimana dalam satu rumah terdiri dari
tersebut sudah membaik. Konsumsi obat- kakek, nenek, ibu dan bibi, serta pasien
obatan tertentu sebelum timbul bintil- sendiri. Genogram keluarga pasien dapat
bintil merah (-). Menurut nenek pasien dilihat pada gambar 1. Mereka
tidak ada keluarga atau tetangga sekitar berhubungan dengan baik satu sama lain.
yang menderita keluhan yang sama. Hubungan antar keluarga pasien dapat
Menurut neneknya, pasien memang dilihat pada gambar 2. Pasien tidak
sering kali timbul keluhan bintil-bintil tinggal bersama ayahnya dikarenakan
merah pada kulit sejak masih bayi, ayahnya telah bercerai dengan ibunya
terutama saat keringat berlebih. Riwayat sejak ia bayi. Paman-paman dan bibi-bibi
batuk berdahak disertai sesak nafas dan serta sepupu-sepupu pasien tinggal di
mengik (-), riwayat sering bersin-bersin tempat yang terpisah namun saling
dipagi hari (-), riwayat kemerahan dan bertetangga, sehingga setiap hari mereka
gatal pada mata disertai sering keluar air dapat berinteraksi.
mata (-), riwayat timbul keluhan kulit
setelah konsumsi makanan tertentu
seperti telur atau ikan (+). Riwayat
keluarga sering timbul bintil-bintil merah
berulang pada kulit (+), riwayat keluarga
batuk berdahak disertai sesak nafas dan
mengik (-), riwayat keluarga sering bersin-
bersin dipagi hari (-), riwayat keluarga
sering kemerahan dan gatal pada mata
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 191
Hidayah N | Atopic Dermatitis Management in Children Under Five with Family History of Atopy

Ny.N
Jarak dari puskesmas 250 m. Dinding
Tn. K
60th 58th tembok bata merah, berlantaikan semen
th halus, memiliki 4 jendela di ruang tamu,
Tn.M memiliki 3 kamar. Memiliki 1 kamar mandi
25 th
Ny.I Nn.B yang menyatu dengan dapur dan sumur.
25th 20th
Pencahayaan pada rumah cukup karena
An.L An.A setiap kamar terdapat jendela. Kondisi
6th 3th 8bl rumah pasien bersih dan peletakan
barang beraturan. Penerangan
Keterangan : menggunakan lampu listrik, Sumber air
Laki-laki
berasal dari sumur yang berjarak 10 m
dari septic tank.
Perempuan
Lokasi rumah pasien berdekatan
Tinggal dalam satu rumah dengan kerabat-kerabatnya. Pasien belum
Bercerai
sekolah, kesehariannya bermain bersama
teman-teman sebayanya. Pagi hari pukul
Pasien, Dermatitis Atopik
07.00 pasien sudah bangun dan sarapan,
Dibuat tanggal 28 April 2014
Riwayat Atopi Oleh : Nurul Hidayah,S.Ked kemudian siang hari pukul 12.00 pasien
makan siang dan tidur siang, sore pukul
Gambar 1. Genogram Keluarga An. A
15.00 pasien mandi sore kemudian habis
Kakek
maghrib pasien makan malam dan segera
tidur. Pasien berinteraksi sosial seperti
anak-anak seusianya, dan rutinitas
dilakukan setiap hari.
Ibu Nenek Dari pemeriksaan fisik didapatkan
penampilan pasien secara umum bersih,
keadaaan umum pasien tampak sakit
ringan, suhu 37,0 oC, frekuensi nadi
114x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit,
Bibi Pasien berat badan 13 kg, tinggi badan 95 cm,
status gizi cukup menurut kurva CDC.
Pada pemeriksaan kepala, mata,
Keterangan : hidung, dan mulut dalam batas normal.
Laki-laki
Regio coli dalam batas normal. Perbesaran
KGB (-). Pada regio aksila dekstra
Perempuan ditemukan adanya papul multipel di atas
Dibuat tanggal 28 April 2014
Dekat dan berhubungan baik Oleh : Nurul Hidayah,S.Ked kulit yang eritem dengan batas tidak
tegas, vesikel (-), pustul (-), skuama (-),
Gambar 2. Hubungan antar keluarga An.A central healing (-). Pada regio toraks
(jantung dan paru) tidak ditemukan
Pada data lingkungan rumah pasien
kelainan. Regio abdomen tidak ditemukan
diperoleh data pemukiman cukup padat,
adanya kelainan. Ektremitas superior tidak
rumah permanen dengan luas rumah
ditemukan kelainan, skar BCG (+). Pada
6mx12m dengan 1 lantai. Tinggal bersama
ekstremitas inferior dekstra et sinistra
kakek 60 tahun, nenek 58 tahun, ibu 25
ditemukan makula hiperpigmentasi
tahun, bibi 20 tahun dan pasien sendiri.
multipel ukuran milier sampai numular,
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 192
Hidayah N | Atopic Dermatitis Management in Children Under Five with Family History of Atopy

skuama (-), central healing (-). Kesan kali sehari, Chlorpeniramine Maleat (CTM)
hiperpigmentasi paska inflamasi (HPI). tablet 3x1/3 tablet sehari. Komunikasi dan
Pada pemeriksaan status neurologis edukasi terhadap keluarga pasien
didapatkan reflek fisiologis normal, reflek mengenai penyakit DA, melaksanakan
patologis (-). Keadaan motorik dan pengobatan yang maksimal, efek samping
sensorik pasien dalam batas normal. dari pengobatan, manfaat tiap-tiap
Diagnosis awal pada pasien dibuat pengobatan, melakukan pencegahan
secara holistik mulai dari aspek personal, perburukan penyakit, pencegahan
aspek klinik, aspek risiko internal, aspek kekambuhan penyakit, memotivasi
psikososial keluarga, dan derajat keluarga agar memantau serta mengajari
fungsional. Aspek personal berupa pasien prilaku hidup bersih dan sehat.
kekhawatiran sakit tidak membaik dan Diagnostik akhir diperoleh setelah
bertambah parah dan harapan dapat penulis melakukan tatalaksana terhadap
sembuh dari penyakit sehingga tidak pasien. Diagnosis akhir pada pasien dibuat
mengganggu tumbuh kembang dan secara holistik mulai dari aspek personal,
aktivitas sehar-hari. Diagnosis aspek klinik, aspek risiko internal, aspek
berdasarkan aspek klinis adalah DA (ICD-X psikososial keluarga, dan derajat
L20.8). Pasien usia balita belum mengerti fungsional. Aspek personal berupa
mengenai faktor pencetus kekambuhan harapan yang tidak tercapai karena
penyakit, pasien memiliki riwayat atopi penyakit atopik tidak dapat sembuh,
(ICD-X Z88.9), riwayat sakit kulit (ICD-X namun dapat dicegah kekambuhannya.
Z87.2), riwayat atopi pada keluarga, Diagnosis berdasarkan aspek klinis adalah
riwayat keluarga sakit kulit (ICD-X Z84.0) DA (ICD-X L20.8). Usia balita belum
dan pengetahuan keluarga mengenai mengerti mengenai faktor pencetus
faktor-faktor yang dapat menimbulkan kekambuhan penyakit, pasien memiliki
kekambuhan penyakit masih kurang (ICD- riwayat atopi (ICD-X Z88.9), riwayat sakit
X Z55.9) merupakan aspek risiko internal. kulit (ICD-X Z87.2), riwayat atopi pada
Aspek psikososial keluarga terdiri dari keluarga, riwayat keluarga sakit kulit (ICD-
Pengawasan pada pasien untuk X Z84.0) merupakan aspek risiko internal.
menghindari faktor yang mencetuskan Aspek psikososial keluarga terdiri dari
kekambuhan penyakit kurang (ICD-X Pengawasan pada pasien untuk
Z62.0) karena ibu, kakek dan bibi bekerja menghindari faktor yang mencetuskan
di pasar, sedangkan neneknya mengurus kekambuhan penyakit kurang (ICD-X
rumah serta masalah psikologis bagi Z62.0) karena ibu, kakek dan bibi bekerja
pasien dan keluarga pasien karena Ayah di pasar, sedangkan neneknya mengurus
kandung pasien telah bercerai dengan rumah serta masalah psikologis bagi
ibunya (ICD-X Z61.0) sehingga ayah pasien pasien dan keluarga pasien karena Ayah
tidak pernah menemui pasien. kandung pasien telah bercerai dengan
Kemampuan pasien melakukan aktivitas ibunya (ICD-X Z61.0) sehingga ayah pasien
tidak mengalami kesulitan termasuk tidak pernah menemui pasien.
dalam derajat fungsional 1. Kemampuan pasien melakukan aktivitas
Tatalaksana yang diberikan pada tidak mengalami kesulitan termasuk
pasien berupa medikamentosa serta dalam derajat fungsional 1.
komunikasi dan edukasi . pemberian
medikamentosa yaitu hidrokortison
topikal 1% berupa salep yang dioleskan 2
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 193
Hidayah N | Atopic Dermatitis Management in Children Under Five with Family History of Atopy

Pembahasan merupakan suatu penyakit kulit kronis,


Diagnosa penyakit pada pasien ini berulang, ditandai dengan adanya
adalah DA. Ini berdasarkan pada inflamasi dan disertai rasa gatal yang
anamnesis didapatkan informasi bawa hebat, dan pada anak lesinya kering batas
pasien menderita bintil bintil pada kulit tidak tegas, dapat disertai ekskoriasi
ketiak kanan disertai kemerahan pada karena garukan. Distribusinya pada
kulit dan gatal sejak 1 hari yang lalu. Tiga tempat-tempat tertentu dari tibuh seperti
hari sebelum keluhan kulit timbul pasien pada daerah lipatan ditandai dengan
mengalami demam, batuk dan pilek. eritema dengan batas tidak tegas, disertai
Menurut neneknya, pasien memang edema, vesikel, dan basah pada stadium
sering kali timbul keluhan bintil-bintil akut, dan penebalan kulit pada stadium
merah pada kulit sejak masih bayi, kronis.12
terutama saat keringat berlebih karena Penegakkan diagnosa pada pasien
merupakan suatu faktor pencetus ini menggunakan kriteria Hanifin Rajka
penyebab keringnya kulit.8 Usia pasien yang terdiri dari kriteria mayor dan
adalah 3 tahun 8 bulan, berdasakan teori kriteria minor. Kriteria Mayor (harus
DA lebih sering terjadi saat masa kanak- terdapat 3) yaitu : gatal, penampakan dan
kanak.10 DA biasa mulai sebelum usia dua distribusi lesi yang tipikal yaitu pada bayi
tahun dan merupakan simptom atopik dan anak-anak, lokasinya di wajah dan
pertama yang menunjukan tanda klinis.11 bagian ekstensor tubuh, sedangkan pada
Berdasarkan anamnesis dewasa lokasinya di bagian fleksor tubuh
didapatkan riwayat keluarga sering timbul dan terdapat likenifikasi, terdapat periode
bintil-bintil merah berulang pada kulit relaps yang sering dan kronis, terdapat
terutama saat keringat berlebih (+), riwayat atopi sebelumnya dan riwayat
riwayat keluarga sering timbul keluhan atopi pada keluarga. Sedangkan kriteria
kulit setelah konsumsi makanan tertentu minor meskipun kurang spesifik bisa
seperti telur atau ikan (+). Pada 60% orang terdapat 3 atau lebih yaitu : Xerosis atau
tua dengan DA memiliki anak yang kulit kering, IgE yang reaktif, Ichtyosis,
menderita DA. Prevalensi DA anak sebesar keratosis pilaris, hiperlinearity pada
81% apabila kedua orang tuanya telapak tangan, dermatitis pada tangan
menderita DA, dan menjadi 59% bila atau kaki, fisura periaurikuler, cheilitis,
hanya salah satu dari orang tuanya gatal bila berkeringat, aksentuasi pada
menderita DA dan pasangannya perifolikuler, eksema pada puting susu,
menderita alergi saluran napas. Prevalensi Pityriasis alba, meningkatnya tendensi
menjadi 56% bila salah satu orangtuanya mengalami infeksi kulit (Staphylococcus
menderita DA sedangkan pasangannya aureus, virus dan jamur), reaktifitas tes
tidak menderita alergi saluran napas kulit tipe 1 (immediate type), wajah
ataupun DA.9 pucat/ eritema fasialis, onset usia awal,
Pemeriksaan fisik didapatkan dermatitis di lipatan leher anterior,
adanya papul multipel di atas kulit yang konjungtivitis berulang, katarak
eritem dengan batas tidak tegas pada subkapsular anterior, keratokonus,
regio aksila dekstra. Pada ekstremitas perjalanan penyakit dipengaruhi oleh
inferior dekstra et sinistra ditemukan faktor lingkungan dan emosional,
makula hiperpigmentasi multipel ukuran intoleransi makanan, Intoleransi terhadap
milier sampai nummular. Kesan wol, hiperpigmentasi daerah orbita,
hiperpigmentasi paska inflamasi (HPI). DA
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 194
Hidayah N | Atopic Dermatitis Management in Children Under Five with Family History of Atopy

lipatan infraorbital Dennie-Morgan, dan adalah terhambatnya pertumbuhan oleh


white dermographism.13 supresi adrenal karena absorbsi sistemik,
Penatalaksanaan yang diberikan namun belum ada bukti yang menyatakan
kepada pasien adalah penerapan bahwa penggunaan kortikosteroid pada
pelayanan dokter keluarga yang berbasis anak mempengaruhi pertumbuhan tinggi
bukti, patient centered dan family badan.17 Dibutuhkan penelitian lebih
approach.Penatalaksanaan terdiri dari lanjut apakah penggunaan steroid dua kali
medikamentosa serta komunikasi dan sehari lebih efektif dibandingkan sekali
edukasi. sehari.18
Tatalaksana medikamentosa Pada pasien ini tidak diberikan
adalah dengan CTM 3 x 1/3 tablet perhari kortikosteroid sistemik karena
dan salep hidrokortison 1% 2x perhari pertimbangan luas lesinya. Kortikosteroid
dioleskan tipis pada lesi setelah mandi. sistemik seperti prednison jarang
Pemberian antihistamin bertujuan untuk digunakan sebagai terapi primer pada DA,
mengatasi rasa gatal sehingga mencegah namun terkadang dapat digunakan pada
terjadinya garukan yang dapat masa akut sementara transisi ke agen
memperparah kondisi lesi. 14 CTM Lain.19,20 Prednisolon 1 mg/kg berat badan
merupakan antihistamin bersifat sedative dapat digunakan pada anak, namun
ringan, baik digunakan untuk anak-anak sebaiknya tidak lebih dari 1 atau 2
karena rasa kantuk membuat anak-anak minggu. Penggunaan jangka waktu lama
mudah tidur sehingga dapat istirahat lebih tidak dianjurkan pada anak.19
banyak untuk memperbaiki daya tahan Gejala klinis pasien tidak
tubuh. Sediaan CTM tablet adalah 4 mg, menunjukkan adanya infeksi sekunder,
dengan dosis untuk anak usia 2-5 tahun sehingga pada pasien tidak diberikan
adalah 1 mg setiap 4-6 jam, dengan dosis terapi antibiotik. Bila terdapat tanda
maksimal 6 mg/hari.15 infeksi sekunder oleh kolonisasi
Kortikosteroid topikal sering Staphylococcus aureus (madidans, krusta,
digunakan pada DA di Amerika Serikat pustul, pus) yang luas dapat diberikan
untuk DA fase akut. Terapi kortikosteroid antibiotik sistemik misalnya sefalosporin
untuk DA bersifat efektif, relatif cepat, atau penisilin yang resisten terhadap
ditoleransi dengan baik, mudah penisilinase (dikloksasilin, kloksasilin,
digunakan, dan harganya tidak semahal flukloksasilin).17,21 Bila lesinya tidak luas
terapi alternatif lainnya. Kortikosteroid dapat dipakai antibiotik topikal, misalnya
dengan potensi rendah cukup bagi anak asam fusidat atau mupirosin. Eritromisin
pada semua lokasi tubuhnya. Untuk atau makrolid lainnya dapat diberikan
pasien ini diberikan kortikosteroid topikal pada pasien yang alergi terhadap
potensi lemah dengan persentasi 1% penisilin. Antijamur topical atau sistemik
dengan pertimbangan kulit anak-anak dapat diberikan bila ada komplikasi infeksi
yang masih tipis.16 Kortikosteroid dengan jamur.21,22
potensi rendah cukup bagi anak pada Tatalaksanana non medikamentosa
semua lokasi tubuhnya. Hanya sedikit berupa komunikasi serta edukasi
perbedaan hasil terapi pada penggunaan dilakukan dengan melakukan kunjungan
preparat potensi lemah jangka pendek rumah. Pada kunjungan rumah pertama
dan panjang pada anak dengan derajat juga dicari faktor faktor yang
penyakit ringan sedang.17,18 Efek samping menyebabkan masalah kesehatan pada
yang dapat terjadi walaupun jarang pasien berupa DA. Diantaranya,
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 195
Hidayah N | Atopic Dermatitis Management in Children Under Five with Family History of Atopy

mengidentifikasi penyebab yang penyakit pasien. Mengedukasi ibu tentang


memungkinkan terjadinya kekambuhan hal-hal yang dapat mencetuskan
DA. Dilakukan identifikasi kemungkinan kambuhnya DA, hal ini bertujuan agar
adanya pencetus yang mendasari penyakit pasien dapat dikontrol sehingga
terjadinya kekambuhan, seperti keringat derajat kesehatan pasien dapat
berlebih yang dapat mencetuskan gatal.13 ditingkatkan. Memotivasi keluarga untuk
Kemudian dilakukan wawancara bersama-sama memantau dan mengajari
dan pemeriksaan terhadap aspek-aspek pasien prilaku hidup bersih dan sehat
yang lain. Hasilnya didapatkan bahwa untuk mencegah kekambuhan penyakit.
untuk usia anak 3 tahun 8 bulan, personal Kemudian dilakukan evaluasi pada
sosial anak tidak mengalami gangguan. kunjungan ketiga, didapatkan hasil berupa
Begitu pula dengan aspek motorik halus, keluhan bintil-bintil kemerahan dan gatal
motorik kasar dan bahasa, didapatkan di ketiak pasien sudah tidak ada.
hasil yang normal. Sebelumnya, saat hendak tidur anak
Untuk aspek psikososial keluarga, sering rewel dengan menggaruk garuk
pengawasan pada pasien untuk ketiaknya yang gatal. Saat ini anak dapat
menghindari faktor yang mencetuskan tidur dengan nyenyak pada malam
kekambuhan penyakit kurang karena ibu, maupun siang hari.
kakek dan bibi bekerja di pasar, Pengetahuan ibu dan keluarga
sedangkan neneknya mengurus rumah. pasien sudah meningkat saat dilakukan
Sedangkan pasien sebagai anggota evaluasi mengenai penyakit DA, cara
keluarga dengan usia paling muda, belum mencegah perburukan penyakitnya dan
mengerti mengenai faktor pencetus cara mencegah kekambuhan penyakit DA.
kekambuhan penyakit. Ayah kandung Sebelumnya ibu dan keluarga pasien tidak
pasien telah bercerai dengan ibunya dan tahu bahwa penyakit DA merupakan
meninggalkan rumah, menimbulkan penyakit eksim yang dipengaruhi faktor
masalah psikologis bagi pasien dan keturunan dan dipicu oleh faktor internal
keluarga pasien. dan eksternal.
Penulis melakukan perencanaan Pengawasan ibu dan keluarga
intervensi edukasi pada ibu dan keluarga terhadap pasien sudah mengalami
pasien tentang penyakit DA, memberikan peningkatan. Ibu pasien sudah tidak lagi
dukungan pada keluarga untuk memandikan anak dengan air hangat,
menghindarkan pasien dari kekambuhan memandikan anak sudah menggunakan
DA. Dengan melakukan edukasi DA pada sabun bayi. Pakaian anak yang tidak
keluarga dapat menurunkan morbiditas menyerap keringat sudah tidak dipakai
dan meningkatkan kualitas hidup pasien.23 lagi. Hal ini sesuai teori bahwa beberapa
Kemudian pada kunjungan kedua stimulus dikatakan sebagai perangsang
dilakukan intervensi terhadap faktor timbulnya gatal adalah udara panas dan
internal dan eksternal. keringat (96%), wool (91%), tekanan
Pada kunjungan kedua penulis emosional (81%), makanan yang memicu
menjelaskan kepada ibu dan anggota vasodilatasi (49%), alkohol (44%), infeksi
keluarga pasien yang tinggal 1 rumah saluran napas bagian atas (36%) dan
mengenai penyakit pasien berupa DA. tungau debu rumah (35%).24
Intervensi dilakukan dengan metode Penderita DA pada umumnya
diskusi bersama anggota keluarga pasien memiliki kulit yang relatif kering baik di
menggunakan media gambar terkait daerah lesi maupun non lesi karena
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 196
Hidayah N | Atopic Dermatitis Management in Children Under Five with Family History of Atopy

peningkatan kehilangan air Simpulan


transepidermal, dengan mekanisme yang DA yang dialami pada pasien ini
kompleks dan terkait erat dengan disebabkan oleh berbagai faktor,
kerusakan sawar kulit. Hal ini merupakan diantaranya faktor yang telah
port dentry untuk terjadinya penetrasi diidentifikasi yaitu faktor genetik dan
alergen, iritasi, bakteri dan virus. Selain factor pencetus berupa keringat berlebih.
itu, faktor luar (eksogen) yang dapat sehingga pasien perlu menjalani
memperberat keringnya kulit adalah suhu penatalaksanaan yang telah ditentukan
panas, kelembaban yang tinggi, serta oleh dokter berupa medikamentosa serta
keringat berlebih. Demikian pula komunikasi dan edukasi. Peran keluarga
penggunaan sabun yang bersifat lebih sangat diperlukan untuk membantu
alkalis dapat mengakibatkan gangguan pasien untuk menghindari faktor pencetus
sawar kulit. Gangguan sawar kulit penyebab kekambuhan. Pelayanan medis
tersebut meningkatkan rasa gatal, tidak hanya terfokus pada pasien sebagai
terjadilah garukan berulang (siklus gatal- orang yang menderita sakit, namun juga
garuk-gatal) yang menyebabkan dilihat dari aspek keluarga yang terlibat,
kerusakan sawar kulit. Dengan demikian dan lingkungan. Penatalaksanaan tersebut
penetrasi alergen, iritasi, dan infeksi bertujuan untuk memperbaiki kualitas
menjadi lebih mudah.9 hidup dan mencegah komplikasi yang
Penderita atopik memiliki respons lebih lanjut.
terhadap iritan kulit lebih besar
dibandingkan dengan individu non atopik. Daftar Pustaka
Bahan iritan tersebut antara lain sabun, 1. Tabri F. Aspek Imunogenetik DA pada Anak.
deterjen, kontak dengan jus buah, Makassar : Jurnal Universitas Hasanuddin.
2004; vol.2:85-110.
sayuran, daging, bahan kimia dan asap. 2. Archietobias MA, Hendra TS, Novita C.
Sebagai pemicu gatal, bahan iritan Hubungan antara Derajat Keparahan DA
mampu mencetuskan DA.25 Sabun yang dengan Kualitas Hidup Pasien di RSUD Abdul
bersifat iritan adalah sabun dengan sifat Moeloek Lampung. Bandar Lampung : Jurnal
alkalis, untuk itu pada pasien ini Majority Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung. 2014; vol.3:no.2.
dianjurkan menggunakan sabun bayi 3. Moore MM, Rifas SL, Rich JW, Kleinman KP,
karena memilik Ph netral sehingga tidak Camargo CA. Perinatal Predictors of Atopic
iritatif. Dermatitis Occurring in The First Six Months
Prognosis ditegakkan berdasarkan of Life. Medical Journal : ncbi. 2004;
dari peran multifaktorial. Faktor yang vol.113:no.3. p. 468474.
4. Won J. Atopic Dermatitis (AD) is Marked by
berhubungan dengan prognosis kurang Elevated Levels of Immunoglobulin; 2007
baik,yaitu berdasarkan luas DA pada anak, [diakses tanggal 28 April 2014]. didapat dari :
ada atau tidaknya Rinitis Alergi dan Asma http://onlinelibrary.wiley.com
Bronkial pada anak, riwayat DA pada 5. Indrawanto IS. Hubungan antara Beratnya
orang tua atau saudaranya, onset DA pada Manifestasi DA dengan Tingginya Skala
Kepribadian Cemas pada Tes MMPI di RSUD
usia muda, anak tunggal, kadar IgE serum Dr.Soetomo. Surabaya : RS Dr.Soetomo.
sangat tinggi. Diperkirakan 30 35% 2012; vol.6:no.12.
penderita DA infantil akan berkembang 6. Soebaryo RW. Etiologi dan Patogenesis DA.
menjadi Asma Bronkial atau hay fever. Dalam: Boediardja SA, Sugito TL, Rihatmadja
Penderita DA mempunyai resiko tinggi R, editor. Dermatitis pada bayi dan anak.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
untuk mendapat Dermatitis Kontak Iritan Indonesia; 2004. p. 1-8.
akibat kerja di tangan .26
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 197
Hidayah N | Atopic Dermatitis Management in Children Under Five with Family History of Atopy

7. Natalia, Sri LM, Triana A. Perkembangan Pimecrolimus Cream 1% in Infants and Young
Terkini pada Terapi DA. Jakarta : Jurnal Medis Children: A twoyear study. Am Acad
Indonesia Departemen Ilmu Kesehatan Kulit Dermatology. 2005; 52:240-6.
dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas 19. Gottlieb AB, Brunswick N. Therapeutic
Indonesia. 2011; vol. 61:no.7. Options in The Treatment of Psoriasis and
8. Flohr C, Pascue D, Williams HC. Atopic Dermatitis. Am Acad Dermatology.
Atopic Dermatitis and The 'Hygiene 2005; 53:S3-16.
Hypothesis': Too Clean to be True?. Journal 20. Akhavan A, Rudikoff D. The Treatment of
Medicine : NEJM. 2005; 352(22):2314-34. Atopic Dermatitis with Systemic
9. Boediardja SA. Etiopatogenesis Beberapa Immunosuppressive Agents. Clin
Dermatitis pada Bayi dan Anak. Dalam: Dermatology. 2003; 21:225-40.
Djajakusumah TS, ed. Antiinflamasi Topikal 21. Sugito TL. Penatalaksanaan terbaru DA.
pada Pengobatan Dermatitis Bayi dan Anak. Dalam : Boediardja SA, Sugito TL, Indriatmi
Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2006. p. 11-28. W, Devita M, Prihianti S, editor. DA. Jakarta:
10. Abramovits W, Berman B, Cohen DE, Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 39-55.
Guttman SE, Lebwohl MG, Mancini AJ, Rosso, 22. Sugito TL. Penatalaksanaan terbaru DA.
JQD, Schachner LA. Pathways to Managing Dalam: Boediardja SA, Sugito TL, Rihatmadja
Atopic Dermatitis. The Journal of Clinical and R, editor. Dermatitis pada bayi dan anak.
Aesthetic Dermatology. 2013; vol.6:no.7. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004. p. 79-95.
11. Patrick F. Dermatology in General Medicine 23. Dohil MA, Eichenfield LF, Krokowski AC.
7th Edition Volume one. United States : The Management of Atopic Dermatitis in the
McGraw-Hill Companies; 2008. p. 146-158. Pediatric Population. Review Article : Official
12. Bieber T. Mechanisms of Disease Atopic journal of the American academy of
Dermatitis. Journal Medicine : NEJM. 2008; pediatrics. 2008 Oct; vol.122:no.4. p. 812-
358:1483-1494. 824.
13. Zulkarnain I. Manifestasi Klinis dan Diagnosis 24. Leung DYM, Mark B, Michael DH, Ichiro N,
DA. Dalam: Boediardja SA, ed. DA. Jakarta: Qutayba AH. New Insights into Atopic
Balai Penerbit FK UI; 2009. p. 21-38. Dermatitis. Journal Medicine USA : Division
14. Djuanda S dan Sularsito SA. Ilmu Penyakit of Pediatric Allergy Immunology, National
Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: Balai Jewish Medical and Research Center,
Penerbit FKUI; 2009. p. 129-53. Department of Pediatrics, University of
15. MIMS Dermatology Guide Philippines. Atopic Colorado. 2004; 361:151-160.
Dermatitis; 2004. p. A11-A20. 25. Jacoeb TNA. Manifestasi Klinis DA pada Bayi
16. Spergel JM. Immunology and treatment of dan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004.
atopic dermatitis. Journal Medicine : Am p. 58-78.
Acad Dermatology. 2008; 9(4):233-44. 26. Tanjung C. DA. Jakarta : Balai Penerbit
17. Williams HC. Atopic dermatitis. N Engl J Med. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2005; 352(22):2314-34. 2008.
18. Papp KA, Werfel T, Folster-Holst R, Ortonne
JP, Potter PC, Prost Y, et al. Long-term
Control of Atopic Dermatitis with

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 198

You might also like