You are on page 1of 3

Nama : Ririn Sri

Kuswati
NIM : 13631377
S1 Keperawatan 8B

PRINSIP PENATALAKSANAAN DAN TINDAKAN PADA


KEGAWATDARURATAN NAPZA

I. Prinsip Penanganan Kegawatdaruratan NAPZA


Tindakan terfokus pada masalah penyelamatan hidup (life
threatening) melalui prosedur ABC (Airway, Breathing, Circulation)
dan menjaga tanda-tanda vital.
Bila memungkinkan hindari pemberian obat-obatan, karena
dikhawatirkan akan ada interaksi dengan zat yang digunakan
pasien. Apabila zat yang digunakan pasien sudah diketahui, obat
dapat diberikan dgn dosis yang adekuat.
Merupakan hal yang selalu penting untuk memperoleh riwayat
penggunaan zat sebelumnya baik melalui auto maupun
alloanamnesa (terutama dengan pasangannya). Bila pasien tidak
sadar perhatikan alat-alat atau barang yang ada pada pasien.
Sikap dan tata cara petugas membawakan diri merupakan hal yang
penting khususnya bila berhadapan dengan pasien panik,
kebingungan atau psikotik
Menentukan atau meninjau kembali besaran masalah penggunaan
zat pasien
Penilaian Klinis :
Penatalaksanaan intoksikasi harus dilakukan segera tanpa
menunggu hasil pemeriksaan toksikologi. Beberapa keadaan klinik
yg perlu diperhatikan karena akan mengancam nyawa adalah koma,
kejang, henti jantung, henti napas dan syok.
Anamnesis :
Kumpulkan informasi selengkapnya tentang obat yg digunakan,
termasuk obat yg sering digunakan oleh klien, keluarga, teman,
petugas kesehatan (jika ada) yg biasa mendampingi; Tanyakan
riwayat alergi atau syok anafilaktik; Pemeriksaan fisi.
Nama : Ririn Sri
Kuswati
NIM : 13631377
S1 Keperawatan 8B

Untuk menentukan atau meninjau kembali besaran masalah


penggunaan zat pasien berdasar kategori dibawah ini:
Pasien dgn penggunaan zat dlm jumlah banyak dan TTV yang
membahayakan berkaitan dengan kondisi intoksikasi.
Kemungkinan akan disertai dgn gejala-gejala halusinasi,
waham & kebingungan akan tetapi kondisi ini akan kembali
normal setelah gejala-gejala intoksikasi mereda.
TTV pasien pd dasarnya stabil tetapi ada gejala-gejala putus
zat yg diperlihatkan pasien maka bila ada gejala-gejala
kebingungan atau psikotik hal itu merupakan bagian dari
gejala putus zat. Pasien dgn TTV yg stabil & tidak
memperlihatkan gejala putus zat yg jelas tetapi secara klinis
menunjukkan adanya gejala kebingungan seperti pd kondisi
delirium atau demensia. Dlm perjalanannya mungkin timbul
gejala halusinasi atau waham, tetapi gejala ini akan
menghilang bilamana kondisi klinis delirium at/ dementia sdh
diterapi dgn adekuat. Bilamana TTV pasien stabil & secara
klinis tidak ada gejala-gejala kebingungan atau putus zat
secara bermakna, tetapi menunjukkan adanya halusinasi atau
waham & tidak memiliki insight maka pasien menderita
psikosis.

II. TINDAKAN KEGAWATDARURATAN NAPZA


1. DEKONTAMINASI
Umumnya zat atau bahan kimia tertentu dapat dengan cepat
diserap kulit, sehingga dekontaminasi sangat diperlukan.
Sedangkan dekontaminasi saluran cerna ditujukan agar bahan yang
tertelan akan sedikit diabsorpsi. Biasanya dengan menggunakan
pencahar, obat perangsang muntah, dan kumbah lambung.
2. PEMBERIAN ANTIDOTUM
Nama : Ririn Sri
Kuswati
NIM : 13631377
S1 Keperawatan 8B

Pemberian Antidotum ini merupakan tindakan kegawatdaruratan


yang dilakukan untuk mengatasi Intoksifikasi dengan menggunakan
agen-agen Antidotum seperti Agen Antimuskarinik dan Oxime.
3. TERAPI MODALITAS
Terapi modalitas yang dapat diberikan antara lain :
Therapeutic Community- Model Multidisiplin
TC Model
Model Medik Model Tradisional
Model Minnesota Faith Based Model
Model Eklektik

4. TERAPI REHABILITASI
Skrining Assesment
Intake Rencana
Pengobatan
Orientasi Konseling

You might also like