You are on page 1of 26

ANALISA KIMIA TANAH

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM PENGENDALIAN PENCEMARAN

Oleh:

Kelompok I

Kelas 4 EG A

Agung Wiranata 0610 4041 1380


Dian Eka Firdayanti 0610 4041 1384
Leo Dwianto 0610 4041 1387
Nanguning Tri Fadly 0610 4041 1391
Reni Afriyani 0610 4041 1396
Trie Diah Pebriani 0610 4041 1401
Sepriandi Maulana 0610 4041 1399
Marlia Budiarti 0610 4041 1388

Instruktur:

Zulkarnain, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI D IV TEKNIK ENERGI

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PALEMBANG

2012

ANALISA KIMIA TANAH

1. TUJUAN PERCOBAAN

Adapun tujuan percobaan ini adalah:


1. Mengetahui bahan-bahan organik penyusun tanah

2. Mengetahui pengaruh pH (keasaman) daan kadar air terhadap sifat tanah

3. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

Alat yang digunakan:

4. Neraca analitik 1 buah

5. Beaker glass 2 buah

6. Cawan porselin 4 buah

7. Furnace 1 buah

8. Oven 1 buah

9. pH universal 2 buah

10. Spatula 1 buah

11. Pengaduk 1 buah

Bahan yang digunakan:

12. Sampel tanah 60 gram

13. Aquades secukupnya

14. DASAR TEORI

Bahan organik tanah adalah semua fraksi bukan mineral yang ditemukan
sebagai komponen penyusun tanah. Bahan organik ini biasanya merupakan timbunan
dari setiap sisa tumbuhan, binatang dan jasad renik, baik sebagian atau seluruhnya
mengalami perombakan. Disamping itu, bahan yang telah tahan terhadap perombakan
selanjutnya diubah oleh jasad mikro dan bahan aslinya melalui penyusunan kembali
menjadi bahan berwarna coklat atau hitam yang bersifat koloidal yang dikenal
sebagai humus.

Pengertian Tanah
Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak
bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah sangat vital peranannya
bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan
tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar.
Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk
bernapas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme.
Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.
Ilmu yang mempelajari berbagai aspek mengenai tanah dikenal sebagai ilmu tanah.

Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai
tempat
tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan
menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan
penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-
unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi
berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam
penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman,
yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk
menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan,
industri perkebunan.
Tanah juga merupakan alat produksi untuk menghasilkan produksi pertanian.
Sebagai alat produksi tanah memiliki peranan-peranan yang mendorong berbagai
kebutuhan diantaranya adalah sebagai alat produksi, maka peranannnya yaitu
sebagai tempat pertumbuhan tanaman, menyediakan unsur-unsur makanan, sumber
air bagi tanaman, dan tempat peredaran udara. Tanah mempunyai ciri khas dan sifat-
sifat yang berbeda-beda antara tanah di suatu tempat dengan tempat yang lain. Sifat-
sifat tanah itu meliputi fisika dan sifat kimia. Beberapa sifat fisika tanah antara lain
tekstur, struktur dan kadar lengas tanah. Untuk sifat kimia menunjukkan sifat yang
dipengaruhi oleh adanya unsur maupun senyawa yang terdapat di dalam tanah
tersebut. Beberapa contoh sifat kimia yaitu reaksi tanah(pH), kadar bahan organik dan
Kapasitas Pertukaran Kation (KPK).

Tanah terbentuk atas proses pelapukan, proses pelapukan di bedakan menjadi


3 yaitu, pelapukan fisik, pelapukan biologi dan pelapukan kimia. Pelapukan fisik
terjadi karena aktivitas tenaga eksogen, seperti perbedaan suhu udara, terpaaan
angin, tenaga arus air dangelombang serta gletser Pelapukan biologi terjadi karena
adanya aktivitas makhluk hidup, di dalam tanah yang menyebabkan lapuk dan
pecahnya lapisan batuan menjadi massa batuan yang lebih kecil hingga menjadi
tanah. Pelapukan kimia terjadi karea adanya proses kimia yang terjadi dan mengubah
susunan kimia batuan sehingga batuan lebih mudah lapuk dan pecah menjadi massa
batuan yang lebih kecil hingga menjadi tanah.

pH Tanah
Pada umumnya reaksi tanah baik tanah gambut maupun tanah mineral
menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai
pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion Hidrogen (H+) di dalam tanah.
Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam
tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya sebanding
dengan banyaknya H+. Pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada
OH-. Sedangkan pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+.
Bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu
mempunyai pH. 7.Bila tanah terlalu asam atau terlalu basa maka tanaman akan
tumbuh kurang sempurna sekalipun masih bisa tumbuh dan menghasilkan buah.
Memang ada beberapa tanaman tertentu yang senang di tanah asam ataupun basa.
Ketersediaan unsur hara makro di dalam tanah ini sedikit sedangkan hara mikro
seperti Besi dan Aluminium tinggi.
Hal ini mengakibatkan tanaman kekurangan hara dan keracunan. Salah satu
upaya yang ditempuh dalam upaya meningkatkan dan memperbaiki lahan masam
adalah dengan menurunkan keasaman dan meningkatkan kejenuhan basa yang
diperoleh dengan pemberian kapur serta pemupukan. Dengan adanya peningkatan
kejenuhan basa,maka pH tanah naik dan unsur hara relatif lebih mudah tersedia.

Pengertian Reaksi Tanah


Reaksi tanah merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan
reaksi asam atau basa dalam tanah. Sejumlah proses dalam tanah dipengaruhi oleh
reaksi tanah dan biokimia tanah yang berlansung spesifik. Pengaruh lansung
terhadap laju dekomposisi mineral tanah dan bahan organik, pembentukan mineral
lempung bahkan pertumbuhan tanaman.
Pengaruh tidak lansungnya terhadap kelarutan dan ketersediaan hara
tanaman. sebagai contoh perubahan konsentrasi fosfat dengan perubahan pH tanah.
Konsentrasi ion H+ yang tinggi bisa meracun bagi tanaman. Secara teoritis, angka pH
berkisar antara 1 sampai 14. Angka satu berarti kepekatan ion hidrogen di dalam
tanah ada 10 - 1 atau 1/10 gmol/l. Tanah pada kepekatan ini sangat asam. Sementara
angka 14 berarti kepekatan ion hidrogennya 10-14 gmol/l. Tanah pada angka
kepekatan ini sangat basa.
Tanah-tanah yang ada di Indonesia sangat bervariasi tingkat keasamannya.
Ada tanah yang masam seperti Podsolik Merah Kuning, dan latosol Tanah yang
alkalis seperti Mediteran Merah Kuning dan Grumosol. Bagi tanah tanah yang
bereaksi masam, seringkali tidak atau kurang sesuai bagi pertumbuhan tanaman.
Oleh karena itu pada tanah-tanah demikian sering dilakukankan pengapuran (liming).
bahan- bahan yang digunakan untuk menaikkan pH tanah yang bereaksi masam
menjadi mendekati netral dengan harga pH sekitar 6,5.

Faktor Yang Mempengaruhi Kemasaman


Keasaman tanah ditentukan oleh kadar atau kepekatan ion hidrogen di dalarn
tanah tersebut. Bila kepekatan ion hidrogen di dalam tanah terlalu tinggi maka tanah
akan bereaksi asam. Sebaliknya, bila kepekatan ion hidrogen terIalu rendah maka
tanah akan bereaksi basa. Pada kondisi ini kadar kation OH- lebih tinggi dari ion H+.
Tanah masam adalah tanah dengan pH rendah karena kandungan H+ yang tinggi.
Pada tanah masam lahan kering banyak ditemukan ion Al3+ yang bersifat masam
karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+. Dalarn keadaan tertentu, yaitu
apabila tercapai kcjenuhan ion Al3+ tertentu, terdapat juga ion Al-hidroksida dengan
cara sebagai berikut :
Al3+ + 3H2O Al(OH)2+ + H+
Al3+ + OH- Al(OH)2+
dengan demikian dapat menimbulkan variasi kemasaman tanah.
Di daerah rawa-tawa, tanah masam umumnya disebabkan oleh kandungan asam
sulfat yang tinggi. Di daerah ini sering ditemukan tanah sulfat masam karena
mengandung, lapisan cat clay yang menjadi sangat masarn bila rawa dikeringkan
akibat sulfida menjadi sulfat.

Kebanyakan partikel lempung berinteraksi dengan ion H+. Lempung jenuh


hidrogen mengalami dekomposisi spontan. Ion hidrogen menerobos lapisan
oktahedral dan menggantikan atom Al. Aluminium yang dilepaskan kemudian dijerap
oleh kompleks lempung dan suatu kompleks lempung-Al-H terbentuk dengan cepat
ion. Al3+ dapat terhidrolisis dan menghasilkan ion H+:H
lempung Al3+ + 3H2O - Al(OH)3 + H lempung = H+H

Reaksi tersebut menyumbang pada peningkatan konsentrasi ion H+ dalam tanah.


Sumber keasaman atau yang berperan dalam menentukan keasaman pada tanah
gambut adalah pirit (senyawa sulfur) dan asam-asam organik. Tingkat keasaman
gambut mempunyai kisaran yang sangat lebar. Keasaman tanah gambut cendrung
semakin tinggi jika gambut semakin tebal. Asam-asam organik yang tanah gambut
terdiri dari atas asam humat, asam fulvat, dan asam humin. Pengaruh pirit yaitu pada
oksida pirit yang akan menimbulkan keasaman tanah hingga mencapai pH 2 - 3. Pada
keadaan ini hampir tidak ada tanaman budidaya yang dapat tumbuh baik. Selain
menjadi penghambat pertumbuhan tanaman, pirit menyebabkan terjadinya karatan
(corrosion) sehingga mempercepat kerusakan alat-alat pertanian yang terbuat dari
logam.

Sifat Kemasaman Tanah


Terdapat dua jenis reaksi tanah atau kemasaman tanah, yakni kernasaman
(reaksi tanah) aktif dan potensial. Reaksi tanah aktif ialah yang diukurnya konsentrasi
hidrogen yang terdapat bebas dalam larutan tanah. Reaksi tanah inilah yang diukur
pada pemakaiannya sehari-hari. Reaksi tanah potensial ialah banyaknya kadar
hidrogen dapat tukar baik yang terjerap oleh kompleks koloid tanah maupun yang
terdapat dalam larutan.

Sejumlah senyawa menyumbang pada pengembangan reaksi tanah yang


asam atau basa. Asam-asam organik dan anorganik, yang dihasilkan oleh penguraian
bahan organik tanah , merupakan konstituen tanah yang umum dapat mempengaruhi
kemasaman tanah. Respirasi akar tanaman menghasilkan C02 yang akan membentuk
H2CO3 dalam air. Air merupakan sumber lain dari sejumlah kecil ion H+. Suatu bagian
yang besar dari ion-ion H+ yang dapat dipertukarkan H.
HLempung = H+H

Ion-ion H+ tertukarkan tersebut berdisosiasi menjadi ion-ion H+ bebas. Dcrajat


ionisasi dan disosiasi ke dalam larutan tanah menentukan khuluk kemasaman tanah.
Ion-ion H+ yang dapat dipertukarkan merupakan penyebab terbentuknya kemasaman
tanah potensial atau cadangan. Besaran dari kemasaman potensial ini dapat
ditentukan dengan titrasi tanah. Ion-ion H+ bebas menciptakan kemasaman aktif.
Kemasaman aktif diukur dan dinyatakan sebagai pH tanah. Tipe kemasaman inilah
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Menentukan Kemasaman Tanah


Ada beberapa alat ukur reaksi tanah yang dapat digunakan. Alat yang murah ialah
kertas lakmus yang bentuknya berupa gulungan kertas kecil memanjang. Alat lain
yang harganya sedikit mahal tetapi dapat dipakai berulang kali dengan hasil
pengukuran lebih terjamin adalah pH tester dan soil tester.

Pemakaian kertas lakmus sangat mudah, caranya yaitu : mengambil tanah


lapisan dalam, lalu larutkan dengan air murni (aquadest) dalam wadah. Biarkan
tanahnya terendam di dasar wadah sehingga airnya menjadi bening kembali. Setelah
bening, air tersebut dipindahkan ke wadah lain secara hati-hati agar tidak keruh.
Selanjutnya, ambil sedikit kertas lakmus dan celupkan ka dalam air tersebut.
Dalam beberapa saat kertas lakmus akan berubah warna. Cocokan warna pada kertas
lakmus dengan skala yang ada pada kemasan kertas lakmus. Skala tersebut telah
dilengkapi dengan angka pH masing-masing Warna. Angka pH tanah tersebut adalah
angka dari warna pada kemasan yang cocok dengan warna kertas lakmus Misalnya,
angka yang cocok adalah 6 maka pH-nya 6.

Pemakaian soil tester untuk mendapat pH tanah agak berbeda dengan kertas
lakmus. Bentuknya seperti pahat dan berukuran pendek. Oleh karena berbentuk
padatan, ada bagian yang runcing. Bagian runcing inilah yang ditancapkan ke tanah
hingga pada batas yang dianjurkan. Setelah ditancapkan, sekitar tiga menit kernudian
jarum skala yang terletak di bagian atas alat ini akan bergerak. Angka yang
ditunjukkan jarum tersebut merupakan pH dari tanah tersebut.

Pemakaian pH tester lebih sederhana dan soil tester penggunaannya untuk


megukur nilai pH tanah di lahan yang tidak terlalu luas, sekitar 1-2 ha. Walaupun
demikian, alat ini masih bisa diandalkan. Bagian yang menunjukkan angka pH
berbentuk kotak dengan jarum penunjuk angka. Bagian kotak tersebut dihubungkan
dengan besi sepanjang 25 cm yang ujungnya runcing dan dilapisi logam elektroda.
Besi inilah vang ditancapkan ke tanah. Jumlah besi bisa 1-2 buah.

Penetapan pH tanah sekarang ini dilakukan dengan elektroda kaca. Elektroda


ini terdiri dari suatu bola kaca tipis yang berisi HCL. encer, dan di dalamnya
disisipkan kawat Ag-AgCl, yang berfungsi sebagai elektrodanya dengan tegangan
(voltase) tetap. Pada waktu bola kaca tersebut itu dicelupkan ke dalam suatu larutan,
timbul suatu perbedaan antara larutan di dalam bola dan larutan tanah di luar bola
kaca. Sebelum pengukuran pH dilakukan, kedua elektroda pertama-tama harus
dimasukkan ke dalam suatu larutan yang diketahui pH-nya (misalnya konsentrasi ion
H+ = 1 g/L).
Kegiatan ini disebut pembakuan elektroda dan petunjuk pH (pH meter). Dalam
pengukuran pH, elektroda acuan dan elektroda indikator dicelupkan ke dalam
suspensi tanah yang heterogen yang terdiri atas partikel-partikel padat terdispersi
dalam suatu larutan aquadest. Jika partikel-partikel padat dibiarkan mengendap, pH
dapat diukur dalam cairan supernatant atau dalam endapan (sedimen).
Penempatan pasangan elektroda dalam supernatant biasanya memberikan bacaan pH
yang lebih tinggi dari pada penempatan dalam sedimen. Perbedaan dalam bacaan pH
ini disebut pengaruh suspensi. Pengadukan suspensi tanah sebelum pengukuran
tidak akan memecahkan masalah tersebut, karena prosedur ini memberikan bacaan
yang tidak stabil.

Pengapuran
Kapur merupakan salah satu bahan mineral yang dihasilkan melalui proses pelapukan
dan pelarutan dari batu-batuan yang terdapat dari dalam tanah. Mineral utama
penyusun kapur adalah kalsit dan dolomit yang tergolong dalam mineral sekunder.
Kapur menurut susunan kimia adalah CaO, tetapi istilah kapur adalah senyawa bentuk
karbonat kapur dengan CaCO3 dan MgCO3 sebagai komponen utarna. Bentuk
oksidanya yaitu CaO, dapat dihasilkan dengan memanaskan kalsium karbonat dan
menghilangkan karbondioksidanya. Bentuk hidroksidanya dapat terbentuk dengan
membasahi atau menambahkan air pada bentuk oksidanya.

Tanah masam umumnya tidak produktif. Untuk meningkatkan produktifitas tanah


tersebut, pemberian kapur adalah cara yang tepat. Beberapa keuntungan dari
pengapuran adalah : 1) fosfat menjadi lebih tersedia, 2) kalium menjadi lebih efisien
dalam unsur hara tanaman, 3) struktur tanahnya menjadi baik dan kehidupan
organisme dalam tanah lebih giat, 4) menambah Ca dan Mg bila yang digunakan
adalah dolomin, dan 5) kelarutan zat-zat yang sifatnya meracun tanaman menjadi
menurun dan unsur lain tidak banyak terbuang.

Selain tanah-tanah yang bereaksi masam, terdapat pula tanah yang, bereaksi alkalis
(basa) dengan derajat pH lebih dari 8.0. Tanah-tanah demikian perlu diturunkan pH
nya sampai mendekati netral agar permanfaatannya untuk berusaha tani lebih baik.
Usaha untuk menurunkan pH pada tanah yang reaksinya alkalis dapat dilakukan
dengan memberikan beberapa bahan, yaitu tepung belerang (S).
Cara pengapuran dengan bahan pengapur untuk menaikkan pH tanah yang paling
umum pada tanah-tanah pertanian yang menghendaki perbaikan derajat
keasamannya adalah dengan cara disebar dan disemprotkan.
Pada cara disebar, sebulan sebelum penanaman dilaksanakan, kapur bakar atau
kapur mati diberikan dengan jalan disebar merata di permukaan tanah. Pada
pengolahan tanah terakhir (menghaluskan dan meratakan), kapur diaduk dengan
tanah agar butir-butir kapur masuk ke dalam lapisan tanah. Bila yang digunakan
tepung batu kapur (kapur pertanian) hendaknya diberikan jauh lebih awal daripada
kapur bakar maupun kapur mati. Cara pemberian dengan disebar biasa dilaksanakan
pada penanaman kedelai, dengan menggunakan dosis 2 - 4 ton kapur mati per hektar.
Pengapuran dengan cara disemprotkan biasa dilakukan pada tanaman kacang tanah.
Pada tanaman ini pengapuran merupakan suatu pekerjaan yang baik untuk
menyediakan unsur Ca bagi tanarnan kacang tanah. Hal ini disebabkan karena
kebutuhan Ca pada kacang tanah adalah besar terutama untuk pembentukan polong.
Cara pemberian tepung belerang adalah pada saat pengolahan tanah tepung belerang
ditaburkan di atas permukaan tanah. Pada pengolahan selanjutnya tepung belerang
akan diaduk atau teraduk ke dalam lapisan tanah. Sedangkan cara pernberian gypsum
adalah tepung gypsum halus ditebarkan pada permukaan tanah kemudian diaduk
dengan tanah. Jumlah gypsum yang dibutuhkan untuk menurunkan pH dari derajat
basa sampai mendekati netral adalah 6 ton per hektar, tergantung, pada alkalinitas
asal dan jenis tanahnya. Setelah pemberian tepung gypsum dilaksanakan, lahan
harus dialiri dengan air tawar.

Bila ada kelebihan pemberian kapur, yaitu penambahan kapur melebihi pH tanah yang
diperlukan oleh pertumbuhan optimum tanaman, biasanya tanaman akan memberikan
tanggapan terhadap pengapuran akan sangat menderita, terutama pada tahun
pertama pemberian kapur. Pemberian kapur dalam jumlah sedang pada tanah berat
tidak akan memberikan pengaruh buruk. Tetapi, pada tanah berpasir atau berdebu
dan bahan organik rendah jumlah pemberian kapur yang sama menyebabkan banyak
tanaman menderita.
Pengaruh buruk yang dapat terjadi adalah : 1 ) kekurangan besi, mangan, tembaga
dan seng, 2) Ketersediaan fosfor mungkin menurun karena pembentukan senyawa
kompleks dan tidak larut, 3) Serapan fostor dan penggunaannya dalarn metabolisme
tanaman dapat terganggu, 4) serapan boron dan penggunaannya dapat terganggu
dan 5) perubahan pH yang meningkat cepat dapat berpengaruh buruk. Dengan begitu
kerusakan akibat kelebihan kapur sukar diterangkan secara memuaskan, karena
adanya hubungan biokoloidal yang kompleks dalam tanah.
Untuk menentukan banyaknya kapur yang diperlukan untuk tiap-tiap hektar tanah
diperlukan beberapa cara antara kain, yaitu :
1) Metode SMP (Schoemaker, McLean, dan Pratt). Metode ini dilanjutkan dengan
mengukur jumlah H+ dan Al3+ yang dapat dipertukarkan dan larut dengan
menggunakan larutan SMP buffer. Prosedurnya yaitu terlebih dahulu mengocok tanah
dengan air destilat kemudian diukur pH-nya. Dengan kertas lakmus atau pH meter.
Bila tanah tersebut tergolong masam, maka pengukuran dilanjutkan dengan
menambah larutan SMP buffer lalu dikocok. Kemudian diukur lagi pH-nya.
Berdasarkan metode ini maka kebutuhan kapur dapat diketahui melalui tabl
kebutuhan kapur.
2) Metode berdasarkan kadar Al-dd tanah permukaan, yaitu kadar Al-dd yang
diekstrak dengan larutan KCl 1 N.

Kadar Air Tanah


Menurut Hanafiah (2005) bahwa air merupakan komponen penting dalam tanah yang
dapat menguntungkan dan sering pula merugikan. Beberapa peranan yang
menguntungkan dari air dalam tanah adalah:
(1) sebagai pelarut dan pembawa ion-ion hara dari rhizosfer ke dalam akar tanaman.
(2) sebagai agen pemicu pelapukan bahan induk, perkembangan tanah, dan differensi
horison.
(3) sebagai pelarut dan pemicu reaksi kimia dalam penyediaan hara, yaitu dari hara
tidak tersedia menjadi hara yang tersedia bagi akar tanaman.
(4) sebagai penopang aktivitas mikrobia dalam merombak unsur hara yang semula
tidak tersedia menjadi tersedia bagi akar tanaman.
(5) sebagai pembawa oksigen terlarut ke dalam tanah.
(6) sebagai stabilisator temperatur tanah.
(7) mempermudah dalam pengolahan tanah.
Selain beberapa peranan yang menguntungkan diatas, air tanah juga menyebabkan
beberapa hal yang merugikan, yaitu:
(1) mempercepat proses pemiskinan hara dalam tanah akibat proses pencucian
(perlin-dian/leaching) yang terjadi secara intensif.
(2) mempercepat proses perubahan horizon dalam tanah akibat terjadinya eluviasi
dari lapisan tanah atas ke lapisan tanah bawah.
(3) kondisi jenuh air menjadikan ruang pori secara keseluruhan terisi air sehingga
menghambat aliran udara ke dalam tanah, sehingga mengganggu respirasi dan
serapan hara oleh akar tanaman, serta menyebabkan perubahan reaksi tanah dari
reaksi aerob menjadi reaksi anaerob.

Hubungan tekstur tanah dan kadar air


Tekstur tanah yang berbeda mempunyai kemampuan menahan air yang berbeda pula.
Tanah bertekstur halus, contohnya: tanah bertekstur liat, memiliki ruang pori halus
yang lebih banyak, sehingga berkemampuan menahan air lebih banyak. Sedangkan
tanah bertekstur kasar, contohnya: tanah bertekstur pasir, memiliki ruang pori halus
lebih sedikit, sehingga kemampuan manahan air lebih sedikit pula.
Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa air terdapat dalam tanah karena ditahan
(diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan
drainase yang kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya
gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi. Karena adanya gaya-gaya tersebut maka air
dalam tanah dapat dibedakan menjadi:
(1) Air hidroskopik, adalah air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat
digunakan tanaman, kondisi ini terjadi karena adanya gaya adhesi antara tanah
dengan air. Air hidroskopik merupakan selimut air pada permukaan butir-butir tanah.
(2) Air kapiler, adalah air dalam tanah dimana daya kohesi (gaya tarik menarik antara
sesama butir-butir air) dan daya adhesi (antara air dan tanah) lebih kuat dari gravitasi.
Air ini dapat bergerak secara horisontal (ke samping) atau vertikal (ke atas) karena
gaya-gaya kapiler. Sebagian besar dari air kapiler merupakan air yang tersedia (dapat
diserap) bagi tanaman.
Dalam menentukan jumlah air tersedia bagi tanaman beberapa istilah dibawah ini
perlu dipahami, yaitu:
(1) Kapasitas Lapang: adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan
jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air
yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus menerus diserap oleh akar-akar
tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama semakin kering. Pada suatu saat
akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air tersebut sehingga tanaman menjadi layu
(titik layu permanen).
(2) Titik Layu Permanen: adalah kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman mulai
tidak mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi layu. Tanaman
akan tetap layu baik pada siang ataupun malam hari.
(3) Air Tersedia: adalah banyaknya air yang tersedia bagi tanaman, yaitu selisih antara
kadar air pada kapasitas lapang dikurangi dengan kadar air pada titik layu permanen.
Kandungan air pada kapasitas lapang ditunjukkan oleh kandungan air pada tegangan
1/3 bar, sedangkan kandungan air pada titik layu permanen adalah pada tegangan 15
bar. Air yang tersedia bagi tanaman adalah air yang terdapat pada tegangan antara 1/3
bar sampai dengan 15 bar.
Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan
air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air menunjukkan
besarnya tenaga yang diperlukan untuk menahan air tersebut di dalam tanah.
Tegangan diukur dalam bar atau atmosfir atau cm air atau logaritma dari cm air yang
disebut pF. Satuan bar dan atmosfir sering dianggap sama karena 1 atm = 1,0127 bar.
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-
tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah
bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya
lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat.
Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman.
Beberapa fungsi air bagi pertumbuhan tanaman adalah:
(1) sebagai unsur hara tanaman:
Tanaman memerlukan air dari tanah bersamaan dengan kebutuhan CO2 dari udara
untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesis.
(2) sebagai pelarut unsur hara:
Unsur-unsur hara yang terlarut dalam air diserap oleh akar-akar tanaman dari larutan
tersebut.
(3) sebagai bagian dari sel-sel tanaman:
Air merupakan bagian dari protoplasma sel tanaman.
Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: (1) banyaknya curah hujan atau air irigasi,
(2) kemampuan tanah menahan air, (3) besarnya evapotranspirasi (penguapan
langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), (4) tingginya muka air tanah, (5) kadar
bahan organik tanah, (6) senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan (7)
kedalaman solum tanah atau lapisan tanah.
Bahan Organik Tanah
1. Bahan Organik merupakan salah satu konstituen tanah yang sangat penting
untuk menjaga agar fungsi tanah dalam mendukung pertumbuhan tanaman
tetap optimal.
1. Hampir semua bentuk kehidupan di dalam tanah, juga sangat tergantung
kepada bahan organik baik sebagai sumber energi maupun sebagai sumber
nutrisi.
1. Bahan organik di dalam ekosistem terdiri dari bahan organik yang berada di
atas permukaan tanah dan yang berada di bawah permukaan tanah.
1. Bahan organik yang berada di atas permukaan tanah biasanya terdapat dalam
bentuk seresah (akumulasi residu tanaman/hewan) dan sebagian terdapat
dalam bentuk yang sedang terdekomposisi.
1. Bahan organik yang berada di bawah tanah umumnya telah menjadi bentuk
sebagai senyawa humus (humic substance)
1. DISTRIBUSI BAHAN ORGANIK TANAH
1. Distribusi bahan organik tanah tergantung pada JENIS
TANAH danLINGKUNGANNYA (EKOSISTEM)
2. Distribusi dapat dibedakan menurut EKOSISTEM HUTAN dan PADANG
RUMPUT
3. Distribusi dan jumlah bahan organik pada ekosistem hutan dapat dilihat
dari tiga bagian, yaitu:
1. Tegakan tanaman (+ 70-80 ton/ha atau 34-40 %),
2. Permukaan tanah (14-17 ton/ha atau 7-8%), dan
3. Tanah (114-120 ton/ha atau 44-47%).

2. SIFAT-SIFAT BAHAN ORGANIK TANAH


1. Bahan organik merupakan salah satu dari konstituen tanah, sehingga
sangat penting untuk menjaga fungsi tanah.
2. Sifat-sifat bahan organik, antara lain :
1. Mempunyai bobot isi (bulk density) yang rendah (0,1-0,5 g cm-1))
2. Mempunyai luas permukaan spesifik tinggi
3. Mempunyai kemampuan menyerap air yang tinggi (sampai 3 kali
lipat dari bobot keringnya)
4. Bersifat agak plastis tetapi tidak lekat.
5. Mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) tinggi hingga 150-200
me/100 g karena memiliki gugus-gugus fungsional yang banyak
:
1. Hidroksil (-OH)
2. Karboksil (-COOH)
3. Fenolik ( ---<>OH ), dll.
6. Bersifat amfotir (bertindak sebagai basa pada kondisi asam dan
bertindak sebagai asam pada kondisi alkalis)
7. Bersifat hesteriosis jika terjadi pembasahan dan pengeringan.
8. Memiliki titik muatan nol (pHo) sangat rendah.
9. Bermuatan variabel
1. FAKTOR KANDUNGAN ORGANIK TANAH
1. Di dalam tanah, jumlah kandungan C-organik sangat tergantung pada
jenis tanah dan kadar ini juga tergantung dari faktor-faktor
pembentukan tanah, yaitu OM = (c, v, r, p, t, m)
2. dimana :
1. OM = bahan organik (organic matter)
2. c = iklim (climate)
3. v = vegatasi (vegetation)
4. r = timbulan/topografi (relief)
5. p = bahan induk tanah (parent material)
6. t = waktu (time), dan
7. m = manusia (pengelolaan tanah)
3. Perbandingan relatif kandungan bahan organik pada beberapa tanah
adalah
1. Sangat tinggi (mis : gambut /HISTOSOL, GELLISOL)
2. Tinggi (misalnya : MOLLISOL)
3. Sedang (mis. : ANDISOL, VERTISOL, INCEPTISOL)
4. Rendah (misalnya: SPODOSOL, INCEPTISOL, ALFISOL,
ENTISOL)
5. Sangat Rendah (mis.: OXISOL, ULTISOL, ARIDISOL)

1. SUSUNAN BAHAN ORGANIK TANAH


1. Kualitas bahan organik di dalam sangat tergantung dari susunan
kimianya
2. Bahan organik Tanah secara garis besar dibagi atas :
1. Fraksi organik kasar (serasah dan residu tanaman) ------ C/N
tinggi
2. Komponen mikroorganisme (jamur, bakteri, actinomicetes, dll,)
3. Fraksi humus (senyawa humat) :
1. Asam Fulvat (fulvic acid)
1. Berbobot molekul agak rendah
2. Bersifat agak asam
3. Banyak mengandung gugus karboksilat
4. Larut dalam asam
5. Berwarna agak cerah
2. Asam Humat (humic acid)
1. Berbobot molekul tinggi
2. Bersifat agak alkalis
3. Banyak mengandung gugus metoksi
4. Tidak Larut dalam asam
5. Berwarna coklat kehitaman (gelap)
3. Humin (Tidak larut)

1. KOMPOSISI SENYAWA ORGANIK TANAH


1. Secara kimia, susunan bahan organik terdiri atas berbagai macam
senyawa, antara lain :
1. Polisakarida (selulosa, hemiselulosa)
2. Poliuronida
3. Lignin
4. Enzim, Protein, asam-asam amino, dan vitamin
5. Lemak, waks, dan sejenisnya.
6. Asam-asam organik sederhana (karboksilat, stearat, malonat,
tartrat, dll.)
7. Asam-asam organik kompleks (humat, fulfat, humin, dll.)
8. Organik larut
9. Unsur mineral (element)

1. PERANAN BAHAN ORGANIK TANAH


1. Memperbaiki sifat-sifat biologi tanah
1. sumber energi bagi jasad hidup tanah
2. meningkatkan jumlah dan aktivitas mikroorganisme
3. meningkatkan aktivitas beberapa reaksi enzimatik
4. menjaga kesehatan tanah
5. menambah kandungan humus tanah
6. sebagai bahan remediasi dan ameliorasi tanah
2. Memperbaiki sifat-sifat fisika tanah
1. membentuk agregat tanah
2. membuat tanah lebih lunak
3. memperbaiki kompaksi dan aerasi tanah
4. mampu menyerap air lebih tinggi
5. menjaga suhu tanah dan kerusakan partikel akibat erosi (dalam
bentuk mulsa)
3. Memperbaiki sifat-sifat kimia tanah
1. sumber unsur hara
2. meningkatkan ketersediaan unsur hara
3. menetralisir keasaman dan kebasaan tanah
4. menurunkan pH tanah
5. memacu pertumbuhan tumbuhan karena mengandung auksin
dan hormon pertmbuhan
6. mencegah keracunan dari logam-logam berat

1. SUMBER BAHAN ORGANIK TANAH


1. Sisa-sisa Tanaman (plant residues)
2. Pupuk kandang (manures)
3. Pupuk Hijau (green manure)
1. Lamtoro
2. Cover crops (mis. Crotalaria, Mimosa sp.Colopogonium,.)
3. Gamal (Glyricidia)
4. Kekacangan (legumes)
5. Rerumputan (graminae), dll.
4. Pendauran bahan organik (alley cropping, relay cropping, intercropping,
dll.)
5. Limbah organik (limbah pertanian, limbah pabrik, sludge, stelling) dll.
6. Pemanfaatan gambut, dll.
7. Mikroorganisme

2. PROSEDUR KERJA

1. Penentuan Bahan Organik Tanah

1. Timbang 10 gr contoh tanah diletakkan dalam cawan porselin yang telah


diketahui beratnya

2. Panaskan didalam furnace pada suhu 5000C sampai terbentuk abu berwarna
putih

3. Dinginkan dalam desikator, kemudian timbang

4. Perhitungan:

Bahan Organik = 1.724 (0.458b-0.4) x 100% BKM (g)

b = BKM-BKP
BKM = bobot kering oven 1050C;

BKP = berat bobot kering setelah pemanasan dalam furnace (5000C)

5. Penentuan pH tanah

1. Timbang 10gr tanah dimasukkan kedalam botol, kocok dan tambahkan 10 ml


air distilat

2. Kocok selama 10 menit dengan mempergunakan mesin pengocok, diamkan


sebentar

3. Ukur dengan pH meter

4. Penentuan Kadar Air tanah

1. Timbang sebanyak 10gr tanah kemudian diletakkan dalam cawan aluminium


yang telah diketahui beratnya

2. Panaskan pada suhu 1050C selama 3 jam

3. Masukkan didalam desikator supaya dingin kemudian ditimbang

4. Perhitungan A-B

Kadar Air = A-B x 100% C

A = bobot cawan+contoh basah,

B = bobot cawan+contoh kering,

C = bobot contoh basah

5. DATA PENGAMATAN

6. Penentuan pH tanah

No Jenis Sampel pH
1. Sampel 1 8

2. Sampel 2 7

3. Sampel 3 6

7. Penentuan Kadar air tanah

No. Jenis Sampel Cawan Berat sampel Cawan + tutup +


kosong+tutup+sampel sebelum sampel setelah
sebelum pemanasan pemanasan pemanasan (gr)
(gr) (gr)

1. Sampel 1 60,5140 10,0281 58,9353

2. Sampel 2 59,8242 10,0658 57,8304

3. Sampel 3 58,8682 10,0731 56,4324

8. Penentuan bahan organic tanah

No. Jenis Sampel Cawan Berat sampel Cawan + tutup +


kosong+tutup+sampel sebelum sampel setelah
sebelum pemanasan pemanasan pemanasan (gr)
(gr) (gr)

1. Sampel 1 48,2918 10,0256 46,4151

2. Sampel 2 31,8049 10,0371 29,5804

3. Sampel 3 32,7931 10,1088 28,6840

9. PERHITUNGAN

1. Penentuan kadar air tanah

2. Sampel 1

Berat sampel sebelum pemanasan = 10,0281 gr

Cawan + sampel sebelum pemanasan = 60,5140 gr

Cawan + sampel setelah pemanasan = 58,9353 gr


Kadar air = (Cawan + sampel sebelum pemanasan)-( Cawan + sampel setelah
pemanasan)
Berat sampel sebelum pemanasan
= 60,5140 gr - 58,9353 gr x 100%
10,0281 gr
= 15,74 %
3. Sampel 2

Berat sampel sebelum pemanasan = 10,0658 gr

Cawan + sampel sebelum pemanasan = 59,8242 gr

Cawan + sampel setelah pemanasan = 57,8304 gr

Kadar air = (Cawan + sampel sebelum pemanasan)-( Cawan + sampel setelah


pemanasan)
Berat sampel sebelum pemanasan
= 59,8242 gr 57,8304 gr x 100%
10,0658 gr
= 19,8 %
4. Sampel 3

Berat sampel sebelum pemanasan = 10,0731 gr

Cawan + sampel sebelum pemanasan = 58,8682 gr

Cawan + sampel setelah pemanasan = 56,4324 gr

Kadar air = (Cawan + sampel sebelum pemanasan)-( Cawan + sampel setelah


pemanasan)
Berat sampel sebelum pemanasan
= 58,8682 gr - 56,4324 gr x 100%
10,0731 gr
= 24,18 %
5. Penentuan bahan organic tanah
6. Sampel 1
BKP = 1,8767 gr
BKM = 1,5788 gr
b = BKM BKP
= 0,2979
Bahan organic = 1,724 (0,4-0,458(0,2979) x 100 %
1,5788
= 28,78 %

7. Sampel 2
BKP = 2,2245 gr
BKM = 1,9938 gr
b = BKM BKP
= 0,2307
Bahan organic = 1,724 (0,4-0,458(0,2307) x 100 %
1,9938
= 25,45 %

8. Sampel 3
BKP = 4,1091 gr
BKM = 2,4358 gr
b = BKM BKP
= 1,6753
Bahan organic = 1,724 (0,458(1,6733)-0,4 ) x 100 %
2,4358
= 25,93 %

9. ANALISA
Berdasarkan hasil percobaan diatas dapat diketahui bahwa analisa
kimia tanah itu dilakukan agar dapat mengetahui kadar pH. Kadar air, dan
bahan organic tanah apakah masih sesuai dengan standar mutu pH, kadar air
dan bahan organic tanah.
Pada percobaan ini, diambil tiga sampel yang berbeda, sampel pertama
diambil di dekat tangga laboratorium didepan jurusan teknik mesin. Bentuknya
lebih halus dan berwarna cokelat pekat. Sampel kedua diambil di belakang
laboratorium satuan proses dengan bentuk seperti tanah liat dan berwarna
oranye. Dan sampel ketiga diambil di belakang laboratorium dengan bentuk
kasar dan berwarna cokelat pekat.
Air tanah adalah air dibawah permukaan tanah dimana rongga-rongga
didalam tanah pada hakekatnya terisi oleh air. Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kadar air tanah antara lain kedalaman lapisan tanah, semakin
dalam lapisan tanah maka ketersediaan kadar air juga semakin banyak. Kedua
adalah faktor iklim dan lingkungan tumbuhan mempunyai pengaruh berarti,
karena perubahan temperature dan perubahan udara akan berpengaruh pada
efisiensi penggunaan air tanah. Faktor lain yang mempengaruhi adalah tekstur
tanah. Dari hasil percobaan kadar air untuk sampel 1 adalah 15,74%, untuk
sampel 2 adalah 19,8% dan untuk sampel 3 adalah 24,18%. Hal ini juga
dikarenakan perbedaan pada tekstur tanahnya. Sampe 1 memiliki bentuk yang
lebih halus sehingga pori-porinya kecil dan itu berarti semakin sedikit ruang
pori tersebut akan terisi air. Sedangkan sampel 3 memiliki kadar air yang besar
karena pori-porinya lebih besar dan ini berarti semakin besar juga ruang pori
untuk terisi air.
pH tanah menunjukkan sifat keasaman dan alkalinitas tanah, dengan
menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam tanah. Semakin
tinggi kadar H+ dalam tanah semakin masam pula tanah tersebut. Bila tanah
terlalu asam atau terlalu basa maka tanaman akan tumbuh kurang sempurna
sekalipun masih bisa tumbuh dan menghasilkan buah. Ketersediaan unsure
hara makro didalam tanah ini sedikit sedangkan unsure hara makro seperti
besi dan aluminium tinggi. Apabila tranah tersebut berada dalam pH asam, pH
tersebut harus diturunkan yaitu dengan cara pemberian kapur serta
pemupukan. Dengan adanya peningkatan kejenuhan basa, maka pH akan naik
dan unsure hara tanah akan lebih mudah tersedia. Dari hasil percobaan, pH
tanah dalam ketiga sampel masih berada dalam standar mutu tanah yaitu
untuk sampel 1 dengan pH 8, sampel 2 dengan pH 7 dan sampel 3 dengan pH
6.
Bahan organic tanah adalah semua jenis bahan organic tanah yang
terdapat didalam tanah yang bersumber dari sisa tanaman atau binatang yang
terdapat didalam tanah yang terus-menerus mengalami perubahan bentuk,
karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika dan kimia. Apabila akdar bahan
organic tanah ini menurun, maka kemampuan tanah dalam mendukung
produktivitas tanaman juga menurun. Kandungan bahan organic ini
dipengaruhi oleh faktor iklim, kelembaban, pH tanah, dam kedalaman lapisan.
Selain itu, bahan organic ini berperan dalam perbaikan struktur tanah,
menambah kemampuan tanah untuk mengikat air dan menambah kemampuan
tanah untuk menahan unsure hara sebagai sumber energy bagi kehidupan
organism. Dari hasil percobaan didapat kandungan kadar organic pada sampel
1 yaitu 28,78% pada sampel 2 yaitu 25,45% dan pada sampel 3 adalah 25,93%.
Dari hasil ini terlihat bahwa sampel 1 lebih banyak mengandung bahan
organic, hal ini dikarenakan sedikitnya kadar air tanah yang dikandung.
10. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa, ketiga sampel


yang dilakukan analisa kimia tanah masih termasuk dalam standar mutu tanah.
Percobaan ini dilakukan karena mengingat Indonesia adalah Negara agraris sehingga
penting diketahui besarnya kadar pH, kadar air, dan bahan organic tanah agar dapat
ditentukan jenis tanaman apa yang akan ditanam dan kelangsungan kehidupan
pertumbuhan suatu tanaman tertentu untuk emncapai pertumbuhan yang maksimum.

DAFTAR PUSTAKA

Hilwatullisan. 2012. Pettunjuk Praktikum Pengendalian Pencemaran. Polsri,


Palembang.

www.damandiri.co.id/file/anisuryanipbbab2.pdf

www.scribd.com/doc/69244756/standar-mutu-pupuk-organik-dan-pembenah-
tanah

www.syienaainie.blogspot.com/2010/11/kadar-air-dan-bahan-organik-tanah

agrica.wordpress.com/2009/09/03/reaksi-tanah/
GAMBAR PENGAMATAN

SAMPEL TANAH

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3


PENENTUAN PH SAMPEL

pH Sampel 1 pH Sampel 2 pH Sampel


3

PENENTUAN KADAR ABU SAMPEL

Kadar Abu Sampel 1 Kadar Abu Sampel 2 Kadar Abu Sampel 3

PENENTUAN KADAR AIR

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3


GAMBAR ALAT

Gelas kimia Furnace Spatula


Thermometer Crusible Porcelain bowl

Oven Neraca analitik

You might also like