Professional Documents
Culture Documents
Dengan Anemia
Anggota Kelompok :
0
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Anemia................................................................................... 5
B. Patofisiologi Anemia........................................................................... 5
C. Etiologi Anemia................................................................................... 6
D. Klasifikasi, Manifestasi Klinis, dan Pemeriksaan Laboratorium
pada Anemia........................................................................................ 7
E. Pathway Anemia.................................................................................. 13
F. Manifestasi Umum.............................................................................. 15
G. Penatalaksanaan Medis ....................................................................... 16
H. Pengkajian........................................................................................... 17
I. Diagnosa Keperawatan........................................................................ 23
J. Intervensi............................................................................................. 23
1
KATA PENGANTAR
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di
bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Nelson,1999).
Kebanyakan anemia pada anak adalah anemia kekurangan zat besi atau iron
deficiency anemia. Penyebabnya umumnya adalah pola makan yang kurang tepat.
Anemia lainnya adalah anemia karena pendarahan, anemia karena pabriknya mengalami
gangguan (sumsum tulang tidak memproduksi sel-sel darah dengan baik dan
penyebabnya bermacam-macam), bisa juga anemia karena yang bersangkutan menderita
suatu penyakit keganasan seperti kangker, leukemia dll.
Namun biasanya dokter akan tahu karena hati dan limpanya membesar.
Anemia bisa menyebabkan kerusakan sel otak secara permanen lebih berbahaya dari
kerusakan sel-sel kulit. Sekali sel-sel otak mengalami kerusakan tidak mungkin
dikembalikan seperti semula. Karena itu, pada masa amas dan kritis perlu mendapat
perhatian.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi anemia?
2. Bagaimana patofisiologi anemia?
3. Bagaimana etiologi dari anemia?
4. Bagaimana klasifikasi, manifestasi klinis, dan pemeriksaan laboratorium pada
anemia?
5. Bagaimana pathway dari anemia?
6. Bagaimana manifestasi umum pada anak dengan anemia?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis kasus anemia pada anak?
8. Bagaimana pengkajian kasus anemia pada anak?
9. Apa diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus anemia?
10. Apa intervensi yang dapat dilakukan pada kasus anemia?
3
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi anemia
2. Mengetahui patofisiologi anemia
3. Mengetahui etiologi dari anemia
4. Mengetahui klasifikasi, manifestasi klinis, dan pemeriksaan laboratorium pada
anemia
5. Mengetahui pathway dari anemia
6. Mengetahui manifestasi umum pada anak dengan anemia
7. Mengetahui penatalaksanaan medis kasus anemia pada anak
8. Mengetahui pengkajian kasus anemia pada anak
9. Mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus anemia
10. Mengetahui intervensi yang dapat dilakukan pada kasus anemia
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Suatu keadaan menurunnya kadar hemoglobin dan atau jumlah eritrosit lebih
rendah dari nilai normal. (Mansjoer, 2001)
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam
1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells
volume) dalam 100 ml darah. (Ngastiyah, 1997)
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat
gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan
jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
B. Patofisiologi
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini
adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel
darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma
(konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
5
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
C. Etiologi
Penyebab terjadinya anemia dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Perdarahan
a. Akut : karena trauma yang terjadi secara mendadak
b. Kronis : karena perdarahan pada saluran pencernaan atau menorhagia
2. Gangguan pembentukan sel darah merah (eritrosit)
a. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma
b. Perubahan sintesa hemoglobin (Hb) sehingga dapat menimbulkan anemia
defisiensi zat besi, thalasemia, dan anemia infeksi kronik
c. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat menimbulkan
anemia pernisiosa dan anemia defisiensi asam folat
d. Gangguan pada sel induk (stem sel) sehingga menimbulkan anemia aplastik
dan leukimia
e. Bahan baku pembentukan eritrosit tidak ada, seperti asam folat, zat besi, dan
vitamin B12.
6
D. Klasifikasi, Manifestasi Klinis, dan Pemeriksaan Laboratorium
Anemia dapat klasifikasikan secara morfologis (ukuran, bentuk dan warna) sel darah
merah dan berdasarkan etiologinya.
Klasifikasi anemia berdasarkan morfologis :
1. Normochromic, normocytic anemia (normal MCHC, normal MCV).
1. Anemias of chronic disease
2. Hemolytic anemias
3. Anemia of acute hemorrhage
4. Aplastic anemias
2. Hypochromic, microcytic anemia (low MCHC, low MCV).
a. Iron deficiency anemia
b. Thalassemias
c. Anemia of chronic disease (rare cases)
3. Normochromic, macrocytic anemia (normal MCHC, high MCV).
a. Vitamin B12 deficiency
b. Folate deficiency
2. Anemia Hemolitik
Biasanya terjadi pada bayi baru lahir. Merupakan dampak apabila ada
ketidaksesuaian atau isoimunisasi antara darah fetal dan darah ibu. Pada anemia
hemolitik, umur eritrosit menjadi lebih pendek (normal umur eritrosit 100-120
hari).
Gejala umum disebabkan oleh adanya penghancuran eritrosit dan
keaktifan sumsum tulang untuk mengadakan kompensasi terhadap penghancuran
8
tersebut. Sehingga akan terbentuk lebih banyak sistem eritropoetik dalam darah
perifer, yang ditunjukkan dengan banyaknya eritrosit berinti dan peningkatan
jumlah retikulosit. Limpa umumnya membesar karena merupakan tempat
penyimpanan eritrosit yang dihancurkan, sehingga kemungkinan terjadinya
peningkatan bilirubin. Pada kondisi kronis, terdapat kelainan tulang rangka akibat
hiperplasia sumsum tulang.
Penyebab anemia hemoilitik diduga sebagai berikut :
a. Kongenital, misalnya kelainan rantai Hb dan defisiensi enzim C6PD
b. Didapat, misalnya infeksi, sepsis, penggunaan obat, dan maligna
Secara normal tubuh hanya memerlukan zat feritin dalam jumlah sedikit. Oleh
karena itu, ekskresi besi juga sangat sedikit. Kekurangan zat besi mengakibatkan
kekurangan Hb, karena pembuatan eritrosit mengalami penurunan. Selain itu,
eritrosit yang terbentuk akan mengandung Hb dalam jumlah yang sedikit,
9
sehingga bentuk selnya akan menjadi hipokromik mikrositik (bentuk eritrosit
kecil).
Pemberian zat Fe yang berlebihan dalam makanan dapat menyebabkan
hemosiderosis (pigmen Fe yang berlebihan akibat penguraian Hb) dan
hemokromatosis (timbunan Fe yang berlebihan dalam jaringan).
Manifestasi Klinis:
Lemas, lekas lelah
Cianosis pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan, dasar kuku
Konjungtiva okular berwarna kebiruan atau putih mutiara (pearly white)
Iritabel
Papil lidah atrofi
Pot Belly : perut buncit pada anak MEP dengan infestasi ankylostoma
Pada MEP yang berat dapat ditemukan hepatomegali dan diatesis hemoragik
Pica
Takikardia
Kuku rapuh dan berbentuk sendok
Pemeriksaan laboratorium:
1. Gambaran eritrosit mikrositik (MCV menurun) hipokromik (MCH menurun)
2. Kadar Hb dan Ht rendah
3. Serum Iron (SI) rendah dan Iron Binding Capacity (IBC) meningkat
4. Tidak terdapat zat besi dalam sumsum tulang
4. Anemia Pernisiosa
Disebabkan karena tidak adanya faktor dalam darah yang diperlukan untuk
perbaikan vitamin B12 (kobalamin) dalam pembentukan sl-sel darah merah. Pada
anemia pernisiosa, bentuk eritrositnya makrositik normokromik (ukuran RBC
besar dengan bentuk abnormal tetapi kadar Hb normal).
10
Ulkus yang berdarah, ulcerative colitis, dan penyakit gastrointestinal yang hebat
dapat kehilangan darah secara perlahan, sehingga berakhir dengan anemia. Dapat
juga setelah pembedahan dan pada luka trauma.
Akibat kehilangan darah yang mendadak maka akan terjadi refleks kardiovaskular
yang fisiologis berupa kontraksi arteriol, pengurangan aliran darah ke organ yang
kurang vital, dan penambahan aliran darah ke organ vital (otak dan jantung).
Selain itu, akan terjadi pergeseran cairan ekstravaskular ke intravaskular agar
tekanan osmotik dapat dipertahankan.
Akibatnya terjadi hemodilusi dengan gejala :
a. Penurunan hemoglobin, eritrosit, dan hematokrit
b. Leukositosis
c. Gagal jantung
d. Kelainan cerebral akibat hipoksemia
e. Oliguria/anuria
11
E. Pathway
Etiologi
NUTRISI
KURANG
Mempengaruhi Sistem Sirkulasi ANSIETAS DARI
KEBUTUHAN
TUBUH
12
Visikositas darah Penurunan Th/
menurun transport oksigen transfusi
Kelainan Jaringan
serebral otak
akut
13
F. Manifestasi Umum
a. Usia anak: Fe biasanya pada usia 6-24 bulan
b. Pucat
Penyebab :
pasca perdarahanpada
difisiensi zat besi
anemia hemolistik
anemia aplastik
c. Mudah lelah
Kurangnya kadar oksigen dalam tubuh
d. Pusing kepala
Pasokan atau aliran darah ke otak berkurang
e. Napas pendek
Rendahnya kadar Hb
f. Nadi cepat
Kompensasi dari refleks cardiovascular
g. Kelamahan otot
h. Eliminasi urnie dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine
Penurunan aliran darah keginjal sehingga hormaon renin angiotensin aktif
untuk menahan garam dan air sebagai kompensasi untuk memperbaiki
perpusi dengan manefestasi penurunan produksi urine
i. Gangguan pada sistem saraf
Anemia difisiensi B 12
j. Gangguan cerna
Pada anemia berat sering nyeri timbul nyeri perut, mual, muntah dan
penurunan nafsu makan
k. Pika
Suatu keadaan yang berkurang karena anak makan zat yang tidak bergizi,
Anak yang memakan sesuatu apa saja yang merupakan bukan makanan
seharusnya (PIKA)
14
l. Iritabel (cengeng, rewel atau mudah tersinggung)
m. Suhu tubuh meningkat
Karena dikeluarkanya leokosit dari jaringan iskemik
n. Pemeriksaan penunjang
Hb
Eritrosit
Hematokrit
o. Program terapi, perinsipnya :
Tergantung berat ringannya anemia
Tidak selalu berupa transfusi darah
Menghilangkan penyebab dan mengurangi gejala
15
Awasi efek samping preparat zat besi : mual, muntah, diare atau konstipasi,
feses berwarna hitam atau hijau, dan perubahan warna gigi
3. Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang
tidak dapat dikoreksi.
Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan
asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
H. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
i. Gambaran yang jelas tentang gejala-gejala antara awitan, durasi, lokasi, dan
factor pencetus. Tanda dan gejala utama dapat mencakup:
1. Keletihan, sakit kepala, vertigo, iritabilitas, dan depresi.
2. Anorexia dan penurunan BB.
3. Kecenderungan perdarahan dan memar, antara menstruasi berat dan
epistaksis.
4. Infeksi yang sering
5. Nyeri tulang dan sendi
ii. Kaji riwayat prenatal, individu, dan keluarga terhadap factor-faktor resiko
gangguan hematologic.
1. Faktor risiko riwayat prenatal: Rh bayi-ibu atau inkompatibilitas ABO.
2. Factor risiko riwayat individu antara lain prematuritas, BBLR, diet kurang
besi atau diet berat dengan susu sapi (selama masa bayi), perdarahan (mis.,
menstruasi berat), kebiasaan diet, atau pajanan terhadap inveksi virus.
Factor resiko riwayat keluarga antara lain riwayat anemia sel sabit, atau
gangguan perdarahan.
2. Pengkajian Fokus
16
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 1994). Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges,
1999) meliputi :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
b. Sirkulasi
Gejala :
Palpitasi
Tanda :
17
Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien
kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan).
c. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
d. Eleminasi
Gejala :
e. Makanan/cairan
Gejala :
18
Tidak pernah puas mengunyah
Tanda :
f. Neurosensori
Gejala :
Tanda :
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
h. Pernapasan
Gejala :
19
Riwayat TB, abses paru.
i. Keamanan
Gejala :
j. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).
Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
3. Pemeriksaan Fisik
i. Tanda-tanda vital
Perubahan tanda vital yang nyata bukan merupakan factor pada sebagian besar
gangguan hematologic. Namun takikardi dan takipnea mungkin harus
diperlukan.
ii. Inspeksi
1. Kulit. Pucat, kemerahan, ikterus, purpura, petekie, ekimosis, tanda-tanda
pruritus (tanda garukan), sianosis, atau warna kecklatan yang mungkin
terlihat.
2. Mata. Sclera ikterik, konjungtiva pucat, perdarahan retina, atau pandangan
kabur mungkin terlihat.
3. Mulut. Mukosa dan gusi yang pucat mungkin terlihat.
4. Neurologic. Kerusakan proses berpikir atau letargi mungkin terlihat.
5. Musculoskeletal. Pembengkakan sendi mungkin terlihat.
6. Genitourinaria. Darah dalam urine dan perdarahan menstruasi yang
berlebihan atau abnormal mungkin terlihat.
20
iii. Palpasi
1. Kulit. Kemungkinan terdapat pemanjangan waktu pengisian kapiler.
2. Nodus limfe. Limfadenopati atau nyeri tekan mungkin dapat dipalpasi.
3. Gastrointestinal. Nyeri tekan abdomen, hepatomegali, atau splenomegali
mungkin dapat dipalpasi.
iv. Auskultasi
1. Jantung. Murmur dapat diauskultasi.
2. Pulmonal. Suara napas tambahan (bila terjadi gagal jantung kongestif pada
dapat diauskultasi.
4. Temuan pemeriksaan labolatorium dan uji diagnostik
i. Hitung darah lengkap (HDL) memberikan gambaran lengkap yang jelas
tentang elemen-elemen pembentuk darah.
1. Hitung SDM menentukan jumlah SDM total setiap sentimeter kubik
darah.
2. Hitung SDP merupakan pengukuran jumlah total leukosit yang
bersirkulasi.
3. Hitung SDP diferensial (granulosit dan agrabulosit) membedakan SDP
berdasarkan lima tipe sel neutrfil, eosinfilo, basfilo (granulosit),
limfosit, dan monosit (agranulosit).
4. Hemoglobin (Hb) dikaji untuk menentukan anemia, tingkat keparahan,
dan respons terhadap pengobatan.
5. Hematokrit (Ht) menentukan massa SDP dengan pengukuran ruang dalam
kantung SDM.
6. Hemoglobin korpuskular rata-rata (MCH, mean corpuscular volume)
adalah untuk mengetahui ukuran SDM individu.
7. Hemoglobin korpuskular rata-rata (MCH, mean corpuscular hemoglobin)
mengukur barat rata-rata hemoglobin dalam SDM.
8. Konsentrasi hemoglobin korpuskular rata-rata (MCHC, mean
corpuscular hemoglobin concentration) mengukur konsentrasi rata-rata
hemoglobin dalam SDM.
21
9. Hitung trombosit mengukur jumlah total trombosit yang bersirkulasi untuk
mengevaluasi gangguan perdarahan.
ii. Hitung retikulosit membantu membedakan berbagai tipe anemia.
iii. Pemeriksaan hemostasis dan koagulasi sebagai alat diagnosis banding
gangguan perdarahan.
iv. Kapasitas pengikatan besi total (TIBC, total iron-binding capacity), feritin dan
zat besi, dan transferin digunakan dalam mengevaluasi anemia.
v. Temuan aspirasi sumsum tulang sebagai alat bantu dalam mendiagnosis
anemia aplastik dan gangguan lain.
1. Persiapan untuk uji ini biasanya memerlukan beberapa bentuk sedasi.
2. Pada area luka aspirasi, harus dipantau dengan cermat adanya perdarahan
dan pembentukan hematoma setelah prosedur selesai dilakukan.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
2. Kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
biologis
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kapiler
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar
J. Intervensi
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
22
a. Saturasi oksigen
b. Frekuensi nadi
c. Frekuensi pernafasan
d. Tekanan darah diastolik
e. Tekanan darah sistolik
f. Kemudahan bernafas
g. Hasil EKG
h. Warna kulit
i. Kekuatan tubuh bagian atas
j. Kekuatan tubuh bagian bawah
Rencana Tindakan:
a. Monitor Tanda-tanda vital seperti adanya takikardi, palpitasi,
takipnue, dispneu, pusing, perubahan warna kulit, dan lainya
b. Bantu aktivitas dalam batas tolerasi
c. Berikan aktivitas bermain, pengalihan untuk mencegah kebosanan
dan meningkatkan istirahat
d. Pertahankan posisi fowler dan berikan oksigen suplemen
e. Monitor tanda-tanda vital dalam keadaan istirahat
2. Kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor
biologis
23
c. Berikan preparat besi peroral seperti fero sulfat, fero fumarat, fero
suksinat,
fero glukonat, dan berikan antara waktu makan untuk
meningkatkan absorpsi berikan bersama jeruk
d. Ajarkan cara mencegah perubahan warna gigi akibat minum atau
makan zat besi dengan cara berkumur setelah minum obat, minum
preparat dengan air atau jus jeruk
e. Berikan multivitamin
f. Jangan berikan preparat Fe bersama susu
g. Kaji fases karena pemberian yang cukup akan mengubah fases
menjadi hijau gelap
h. Monitor kadar Hb atau tanda kliniks
i. Anjurkan makan beserta air untuk mengurangi konstipasi
j. Tingkatkan asupan daging dan tambahan padi-padian serta sayuran
hijau dalam diet
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-kapiler
Tindakan keperawatan:
24
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar
a. Distress
b. Perasaan gelisah
c. Wajah tegang
d. Iritabilitas
e. Mengeluarkan rasa marah yang berlebihan
f. Kesulitan berkonsentrasi
g. Serangan panik
h. Peningkatan tekanan darah
i. Peningkatan frekuensi nadi
j. Peningkatan frekuensi pernapasan
Rencana Tindakan:
a. Libatkan orang tua bersama anak dalam persiapan prosedur
diagnosis
b. Jelaskan tujuan pemberian komponen darah
c. Antisipasi peka rangsang anak, kerewelan dengan membantu
aktivitas anak
d. Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan
e. Berikan darah, sel darah atau trombosit sesuai dengan ketentuan,
dengan harapan anak mau menerima
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah keadaan diman jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
(protein pembawa oksigen) dalm sel darah merah berada dibawah nomal. Sel darah
berkurangnya jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam sel darah merah,
sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah yan sesuai dengan
keperawatan
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan
3. Semoga para ibu sadar akan kebutuhan zat besi pada anak
26
DAFTAR PUSTAKA
27