You are on page 1of 28

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Anak

Dengan Anemia

Anggota Kelompok :

1. Dwi Puji Lestari (P1337420715007)


2. Halida Rahmaningrum (P1337420715029)
3. Zharifah Al Maani (P1337420715030)

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang


Prodi DIV Keperawatan Magelang
2017

0
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 1


DAFTAR ISI ................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
C. Tujuan.................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Anemia................................................................................... 5
B. Patofisiologi Anemia........................................................................... 5
C. Etiologi Anemia................................................................................... 6
D. Klasifikasi, Manifestasi Klinis, dan Pemeriksaan Laboratorium
pada Anemia........................................................................................ 7
E. Pathway Anemia.................................................................................. 13
F. Manifestasi Umum.............................................................................. 15
G. Penatalaksanaan Medis ....................................................................... 16
H. Pengkajian........................................................................................... 17
I. Diagnosa Keperawatan........................................................................ 23
J. Intervensi............................................................................................. 23

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................... 28
B. Saran.................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 29

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Anemia dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak lepas dari berbagai pihak,
baik berupa pengarahan maupun bimbingan. Atas dorongan, petunjuk, saran, dan fasilitas
dalam membantu penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada
Ibu Tulus Puji Hastuti M.Kes selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak yang telah
membimbing penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan. Baik
dilihat dari isi, materi, teknik penulisan maupun bahasa. Oleh karena itu, demi
kesempurnaan makalah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Penulis berharap makalah ini berguna dan bermanfaat sebagai tambahan
wawasan serta pengetahuan mengenai Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Anemia
bagi pembaca.

Magelang, 29 Januari 2017

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di
bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Nelson,1999).
Kebanyakan anemia pada anak adalah anemia kekurangan zat besi atau iron
deficiency anemia. Penyebabnya umumnya adalah pola makan yang kurang tepat.
Anemia lainnya adalah anemia karena pendarahan, anemia karena pabriknya mengalami
gangguan (sumsum tulang tidak memproduksi sel-sel darah dengan baik dan
penyebabnya bermacam-macam), bisa juga anemia karena yang bersangkutan menderita
suatu penyakit keganasan seperti kangker, leukemia dll.
Namun biasanya dokter akan tahu karena hati dan limpanya membesar.
Anemia bisa menyebabkan kerusakan sel otak secara permanen lebih berbahaya dari
kerusakan sel-sel kulit. Sekali sel-sel otak mengalami kerusakan tidak mungkin
dikembalikan seperti semula. Karena itu, pada masa amas dan kritis perlu mendapat
perhatian.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi anemia?
2. Bagaimana patofisiologi anemia?
3. Bagaimana etiologi dari anemia?
4. Bagaimana klasifikasi, manifestasi klinis, dan pemeriksaan laboratorium pada
anemia?
5. Bagaimana pathway dari anemia?
6. Bagaimana manifestasi umum pada anak dengan anemia?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis kasus anemia pada anak?
8. Bagaimana pengkajian kasus anemia pada anak?
9. Apa diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus anemia?
10. Apa intervensi yang dapat dilakukan pada kasus anemia?

3
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi anemia
2. Mengetahui patofisiologi anemia
3. Mengetahui etiologi dari anemia
4. Mengetahui klasifikasi, manifestasi klinis, dan pemeriksaan laboratorium pada
anemia
5. Mengetahui pathway dari anemia
6. Mengetahui manifestasi umum pada anak dengan anemia
7. Mengetahui penatalaksanaan medis kasus anemia pada anak
8. Mengetahui pengkajian kasus anemia pada anak
9. Mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus anemia
10. Mengetahui intervensi yang dapat dilakukan pada kasus anemia

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Suatu keadaan menurunnya kadar hemoglobin dan atau jumlah eritrosit lebih
rendah dari nilai normal. (Mansjoer, 2001)
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam
1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells
volume) dalam 100 ml darah. (Ngastiyah, 1997)
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat
gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan
jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

B. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel


darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab
yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini
adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel
darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma
(konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera).

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila

5
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).

Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh


penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar:

1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;


2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

C. Etiologi
Penyebab terjadinya anemia dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Perdarahan
a. Akut : karena trauma yang terjadi secara mendadak
b. Kronis : karena perdarahan pada saluran pencernaan atau menorhagia
2. Gangguan pembentukan sel darah merah (eritrosit)
a. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma
b. Perubahan sintesa hemoglobin (Hb) sehingga dapat menimbulkan anemia
defisiensi zat besi, thalasemia, dan anemia infeksi kronik
c. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat menimbulkan
anemia pernisiosa dan anemia defisiensi asam folat
d. Gangguan pada sel induk (stem sel) sehingga menimbulkan anemia aplastik
dan leukimia
e. Bahan baku pembentukan eritrosit tidak ada, seperti asam folat, zat besi, dan
vitamin B12.

3. Meningkatnya proses pemecahan eritrosit (hemolisis)


a. Faktor didapat : adanya zat yang dapat merusak eritrosit, misalnya ureum pada
darah karena gangguan ginjal atau penggunaan obat acetosal
b. Faktor bawaan : kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah kerusakan
eritrosit)

6
D. Klasifikasi, Manifestasi Klinis, dan Pemeriksaan Laboratorium
Anemia dapat klasifikasikan secara morfologis (ukuran, bentuk dan warna) sel darah
merah dan berdasarkan etiologinya.
Klasifikasi anemia berdasarkan morfologis :
1. Normochromic, normocytic anemia (normal MCHC, normal MCV).
1. Anemias of chronic disease
2. Hemolytic anemias
3. Anemia of acute hemorrhage
4. Aplastic anemias
2. Hypochromic, microcytic anemia (low MCHC, low MCV).
a. Iron deficiency anemia
b. Thalassemias
c. Anemia of chronic disease (rare cases)
3. Normochromic, macrocytic anemia (normal MCHC, high MCV).
a. Vitamin B12 deficiency
b. Folate deficiency

Mean Corpuscular Hemoglobin untuk mengukur konsentrasi rata-rata


Concentration (MCHC) hemoglobin dalam eritrosit
Normal = 32-37%
Mean Corpuscular Volume (MCV) untuk mengetahui ukuran eritrosit
Normal = 76-96c

Klasifikasi anemia berdasarkan etiologi :


1. Anemia Aplastik
Merupakan keadaan yang disebabkan berkurangnya sel darah merah dalam darah
perifer, sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum
tulang.
Aplasia dapat terjadi hanya pada satu, dua, atau ketiga sistem hemopoetik
(eritropoetik, granulopoetik, dan trombopoetik).
a. Eritroblastopenia : aplasia yang hanya mengenai sistem eritropoetik
b. Agranulositosis: aplasia yang mengenai sistem granulopoetik
c. Amegakariositik Trombositopenik Purpura (ATP) : aplasia yang mengenai
sistem trombopoetik
7
d. Panmieloptisis/Pansitopenia (anemia aplastik) : aplasia pada ketiga sistem
hemopoetik
Anemia aplastik biasanya terdapat pada anak berumur lebih dari 6 tahun. Depresi
sumsum tulang pada usia muda muda baru akan terlihat pengaruhnya setelah
beberapa tahun kemudian.
Etiologi :
a. Faktor kongenital : Sindrom Fanconi yang biasanya disertai dengan kelainan
bawaan seperti mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal, dan
sebagainya.
b. Faktor didapat : bahan kimia seperti benzene, insektisida, zat pewarna; obat-
obatan seperti kloramfenikol, mesantoin, sulfonamida, dan agen
kemoterapeutik; radiasi; infeksi seperti hepatitis, TB miler; karsinoma;
penyakit ginjal
c. Idiopatik : mungkin faktor imunologik

Pemeriksaan Hematologis dan Manifestasi Klinis yang ditimbulkan


Retikulositopenia, sehingga kadar Hb, hematokrit dan jumlah eritrosit
menurun : anoreksia, gagal jantung, sianosis, letargi, takikardia, dispnea
Leukopenia : hipertermi, infeksi berulang
Trombositopenia : ekimosis, petekie, epistaksis, perdarahan saluran cerna,
perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat
Umumnya tidak disertai dengan ikterus, pembesaran limpa, hepar, maupun
kelenjar getah bening
Pansitopenia berat dapat menyebabkan perdarahan masif
Aspirasi dan biopsi sumsum tulang memperlihatkan konversi sumsum tulang
merah ke kuning, sumsum tulang lemak dengan kehilangan hampir seluruh
aktivitas hemopoetik.

2. Anemia Hemolitik

Biasanya terjadi pada bayi baru lahir. Merupakan dampak apabila ada
ketidaksesuaian atau isoimunisasi antara darah fetal dan darah ibu. Pada anemia
hemolitik, umur eritrosit menjadi lebih pendek (normal umur eritrosit 100-120
hari).
Gejala umum disebabkan oleh adanya penghancuran eritrosit dan
keaktifan sumsum tulang untuk mengadakan kompensasi terhadap penghancuran

8
tersebut. Sehingga akan terbentuk lebih banyak sistem eritropoetik dalam darah
perifer, yang ditunjukkan dengan banyaknya eritrosit berinti dan peningkatan
jumlah retikulosit. Limpa umumnya membesar karena merupakan tempat
penyimpanan eritrosit yang dihancurkan, sehingga kemungkinan terjadinya
peningkatan bilirubin. Pada kondisi kronis, terdapat kelainan tulang rangka akibat
hiperplasia sumsum tulang.
Penyebab anemia hemoilitik diduga sebagai berikut :
a. Kongenital, misalnya kelainan rantai Hb dan defisiensi enzim C6PD
b. Didapat, misalnya infeksi, sepsis, penggunaan obat, dan maligna

3. Anemia Defisiensi Zat Besi


Diakibatkan kekurangan intake zat besi atau tidak sesuai pemakaian didalam
sumsum tulang, terhalangnya pelepasan dalam sel-sel reticuloendotelial dan
gangguan absorbsi. Anemia defisiensi zat besi disebabkan oleh suplai zat besi
yang tidak adekuat untuk pembentukan eritrosit normal, sehingga menyebabkan
bentuk eritrosit yang lebih kecil, massa berkurang, konsentrasi hemoglobin dan
kapasitas darah mengangkut oksigen menurun.
Ditinjau dari umur penderita, etiologi anemia defisiensi zat besi dapat
digolongkan menjadi :
1. Bayi dibawah usia 1 tahun
a. Kekurangan zat besi sejak lahir, misalnya pada prematuritas, bayi kembar,
bayi yang dilahirkan oleh ibu yang anemia
b. Pemberian makanan tambahan yang terlambat
2. Anak umur 1-2 tahun
a. Infeksi berulang, misalnya enteritis, bonkopneumonia, dan sebagainya
b. Diet yang tidak adekuat
3. Anak umur lebih dari 5 tahun
a. Kehilangan darah kronis karena infeksi parasit, misalnya ankilostomiasis,
amubiasis
b. Diet yang tidak adekuat

Secara normal tubuh hanya memerlukan zat feritin dalam jumlah sedikit. Oleh
karena itu, ekskresi besi juga sangat sedikit. Kekurangan zat besi mengakibatkan
kekurangan Hb, karena pembuatan eritrosit mengalami penurunan. Selain itu,
eritrosit yang terbentuk akan mengandung Hb dalam jumlah yang sedikit,

9
sehingga bentuk selnya akan menjadi hipokromik mikrositik (bentuk eritrosit
kecil).
Pemberian zat Fe yang berlebihan dalam makanan dapat menyebabkan
hemosiderosis (pigmen Fe yang berlebihan akibat penguraian Hb) dan
hemokromatosis (timbunan Fe yang berlebihan dalam jaringan).

Anemia defisiensi zat besi terjadi dalam beberapa tahap, yaitu :


a. Tahap 1 ditandai dengan deplesi hemosiderin, feritin, dan penyimpanan zat
besi lainnya yang terdapat di sumsum tulang, hepar, dan limpa
b. Tahap 2 ditandai dengan kurangnya pengangkutan zat besi sehingga terjadi
penurunan saturasi transerin zat besi
c. Tahap 3 ditandai dengan defisit transportasi zat besi.

Manifestasi Klinis:
Lemas, lekas lelah
Cianosis pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan, dasar kuku
Konjungtiva okular berwarna kebiruan atau putih mutiara (pearly white)
Iritabel
Papil lidah atrofi
Pot Belly : perut buncit pada anak MEP dengan infestasi ankylostoma
Pada MEP yang berat dapat ditemukan hepatomegali dan diatesis hemoragik
Pica
Takikardia
Kuku rapuh dan berbentuk sendok

Pemeriksaan laboratorium:
1. Gambaran eritrosit mikrositik (MCV menurun) hipokromik (MCH menurun)
2. Kadar Hb dan Ht rendah
3. Serum Iron (SI) rendah dan Iron Binding Capacity (IBC) meningkat
4. Tidak terdapat zat besi dalam sumsum tulang

4. Anemia Pernisiosa
Disebabkan karena tidak adanya faktor dalam darah yang diperlukan untuk
perbaikan vitamin B12 (kobalamin) dalam pembentukan sl-sel darah merah. Pada
anemia pernisiosa, bentuk eritrositnya makrositik normokromik (ukuran RBC
besar dengan bentuk abnormal tetapi kadar Hb normal).

5. Anemia Akibat Perdarahan

10
Ulkus yang berdarah, ulcerative colitis, dan penyakit gastrointestinal yang hebat
dapat kehilangan darah secara perlahan, sehingga berakhir dengan anemia. Dapat
juga setelah pembedahan dan pada luka trauma.
Akibat kehilangan darah yang mendadak maka akan terjadi refleks kardiovaskular
yang fisiologis berupa kontraksi arteriol, pengurangan aliran darah ke organ yang
kurang vital, dan penambahan aliran darah ke organ vital (otak dan jantung).
Selain itu, akan terjadi pergeseran cairan ekstravaskular ke intravaskular agar
tekanan osmotik dapat dipertahankan.
Akibatnya terjadi hemodilusi dengan gejala :
a. Penurunan hemoglobin, eritrosit, dan hematokrit
b. Leukositosis
c. Gagal jantung
d. Kelainan cerebral akibat hipoksemia
e. Oliguria/anuria

11
E. Pathway
Etiologi

Anemia Anemia Anemia Anemia Anemia Anemia


Akibat aplastik Megaloblastik hemolitik Pernisiosa defisiensi
kehilangan Fe
darah
Tidak Defisiensi Umur Defisiensi
Defisiensi
berfungsi factor instrinsi eritrosit B12
Fe
nya (B12 dan asam menjadi
Terjadi Terjadi sumsum folat) lebih
secara secara tulang pendek Eritrosit Bentuk
perlahan mendadak makrositik hipokromik
Memperlambat normokro mikrositik
Tidak
produksi Cepat mik
berfungsi
eritroblas dalam dihancurkan
Jumlah nya Atrofi papil
sum sum tulang
eritrosit sumsum lidah
Mudah
berkurang tulang
pecah dan
Menghasilkan sel rapuh Anoreksia
mudah pecah
dan rapuh

NUTRISI
KURANG
Mempengaruhi Sistem Sirkulasi ANSIETAS DARI
KEBUTUHAN
TUBUH

12
Visikositas darah Penurunan Th/
menurun transport oksigen transfusi

Mengurangi tahanan Hipoksemia Hipoksia


dalam pembuluh darah
perifer
Dilatasi pembuluh
Sianosis pada darah perifer
bibir, faring, Jumlah darah yang
telapak tangan kembali ke jantung
dan dasar kuku, melebihi normal
GANGGUAN
PERTUKARAN
GAS Meningkatkan curah
Kuku
jantung
sendok

Cepat lelah Takikardi Gagal jantung


INTOLERANSI
AKTIVITAS Lemas

Kelainan Jaringan
serebral otak
akut

13
F. Manifestasi Umum
a. Usia anak: Fe biasanya pada usia 6-24 bulan
b. Pucat

Penyebab :
pasca perdarahanpada
difisiensi zat besi
anemia hemolistik
anemia aplastik
c. Mudah lelah
Kurangnya kadar oksigen dalam tubuh
d. Pusing kepala
Pasokan atau aliran darah ke otak berkurang
e. Napas pendek
Rendahnya kadar Hb
f. Nadi cepat
Kompensasi dari refleks cardiovascular

g. Kelamahan otot
h. Eliminasi urnie dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine
Penurunan aliran darah keginjal sehingga hormaon renin angiotensin aktif
untuk menahan garam dan air sebagai kompensasi untuk memperbaiki
perpusi dengan manefestasi penurunan produksi urine
i. Gangguan pada sistem saraf
Anemia difisiensi B 12
j. Gangguan cerna
Pada anemia berat sering nyeri timbul nyeri perut, mual, muntah dan
penurunan nafsu makan

k. Pika
Suatu keadaan yang berkurang karena anak makan zat yang tidak bergizi,
Anak yang memakan sesuatu apa saja yang merupakan bukan makanan
seharusnya (PIKA)

14
l. Iritabel (cengeng, rewel atau mudah tersinggung)
m. Suhu tubuh meningkat
Karena dikeluarkanya leokosit dari jaringan iskemik
n. Pemeriksaan penunjang
Hb
Eritrosit
Hematokrit
o. Program terapi, perinsipnya :
Tergantung berat ringannya anemia
Tidak selalu berupa transfusi darah
Menghilangkan penyebab dan mengurangi gejala

G. Penatalaksanaan Medis Pada Kasus Anemia


Penatalaksanaan anemia umumnya ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
Pemberian steroid androgenik disertai kortikosteroid (misalnya testosteron,
prednison) untuk menstimulasi eritropoiesis
Pemberian antibiotika yang tidak menyebabkan depresi sumsum tulang,
misalnya ALG/ATG
Transfusi darah diberikan pada keadaan perdarahan masif, perdarahan organ,
trombosit kurang dari 20.000/mm3
Transplantasi sumsum tulang memberikan prognosis yang lebih baik sebesar
80% selama 3 tahun (transplantasi sumsum tulang sebelum transfusi darah
dapat menurunkan reaksi penolakan tubuh)
Uji dipstik untuk melihat darah dalam urine dan tes guaiac untuk darah dalam
feses, sebagai pemantauan terhadap kecenderungan perdarahan abnormal
Pantau efek samping terapi steroid (iritasi lambung, edema, enfeksi,
hipertensi, peningkatan BB), androgen (peningkatan BB, suara memberat,
peningkatan pertumbuhan rambut), dan ATG/ALG (demam, menggigil, ruam,
trombositopenia)
2. Anemia pada defisiensi besi
Dicari penyebab defisiensi besi
Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
Transfusi (untuk kasus yang berat, kasus infeksi berat, disfungsi jantung, atau
pembedahan darurat)

15
Awasi efek samping preparat zat besi : mual, muntah, diare atau konstipasi,
feses berwarna hitam atau hijau, dan perubahan warna gigi
3. Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang
tidak dapat dikoreksi.
Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan
asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

H. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
i. Gambaran yang jelas tentang gejala-gejala antara awitan, durasi, lokasi, dan
factor pencetus. Tanda dan gejala utama dapat mencakup:
1. Keletihan, sakit kepala, vertigo, iritabilitas, dan depresi.
2. Anorexia dan penurunan BB.
3. Kecenderungan perdarahan dan memar, antara menstruasi berat dan
epistaksis.
4. Infeksi yang sering
5. Nyeri tulang dan sendi
ii. Kaji riwayat prenatal, individu, dan keluarga terhadap factor-faktor resiko
gangguan hematologic.
1. Faktor risiko riwayat prenatal: Rh bayi-ibu atau inkompatibilitas ABO.
2. Factor risiko riwayat individu antara lain prematuritas, BBLR, diet kurang
besi atau diet berat dengan susu sapi (selama masa bayi), perdarahan (mis.,
menstruasi berat), kebiasaan diet, atau pajanan terhadap inveksi virus.
Factor resiko riwayat keluarga antara lain riwayat anemia sel sabit, atau
gangguan perdarahan.
2. Pengkajian Fokus

16
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 1994). Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges,
1999) meliputi :

a. Aktivitas / istirahat
Gejala :

Keletihan, kelemahan, malaise umum.

Kehilangan produktivitas penurunan semangat untuk beraktivitas.

Toleransi terhadap latihan rendah.

Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.


Tanda :

Takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.

Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.

Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.

Ataksia, tubuh tidak tegak.

Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain


yang menunujukkan keletihan.

b. Sirkulasi

Gejala :

Riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,


menstruasi berat, angina, CHF
Riwayat endokarditis infektif kronis.

Palpitasi

Tanda :

TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi


melebar, hipotensi postural.
Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau
depresi gelombang T; takikardia.

Bunyi jantung : murmur sistolik

17
Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien
kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan).

Kulit seperti berlilin, pucat atau kuning lemon terang

Sklera : biru atau putih seperti mutiara

Kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok

Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara


premature

c. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.

d. Eleminasi
Gejala :

Riwayat pielonefritis, gagal ginjal.

Flatulen, sindrom malabsorpsi

Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.

Diare atau konstipasi.

Penurunan haluaran urine.

Tanda : distensi abdomen.

e. Makanan/cairan
Gejala :

Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani


rendah/masukan produk sereal tinggi

Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan

Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.

Adanya penurunan berat badan.

18
Tidak pernah puas mengunyah

Tanda :

Lidah tampak merah daging/halus


Membrane mukosa kering, pucat.

Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas

Stomatitis dan glositis

Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.

f. Neurosensori
Gejala :

Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan


berkonsentrasi.

Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.

Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki;


klaudikasi.

Sensasi manjadi dingin.

Tanda :

Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis.


Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik :
hemoragis retina.

Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik).

Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi,


tanda Romberg positif, paralysis (AP)

g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

h. Pernapasan
Gejala :

19
Riwayat TB, abses paru.

Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.

Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.

i. Keamanan
Gejala :

Tidak toleran terhadap dingin dan panas.

Transfusi darah sebelumnya.

Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.

Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.


Ptekie dan ekimosis (aplastik).

j. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).
Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
3. Pemeriksaan Fisik
i. Tanda-tanda vital
Perubahan tanda vital yang nyata bukan merupakan factor pada sebagian besar
gangguan hematologic. Namun takikardi dan takipnea mungkin harus
diperlukan.
ii. Inspeksi
1. Kulit. Pucat, kemerahan, ikterus, purpura, petekie, ekimosis, tanda-tanda
pruritus (tanda garukan), sianosis, atau warna kecklatan yang mungkin
terlihat.
2. Mata. Sclera ikterik, konjungtiva pucat, perdarahan retina, atau pandangan
kabur mungkin terlihat.
3. Mulut. Mukosa dan gusi yang pucat mungkin terlihat.
4. Neurologic. Kerusakan proses berpikir atau letargi mungkin terlihat.
5. Musculoskeletal. Pembengkakan sendi mungkin terlihat.
6. Genitourinaria. Darah dalam urine dan perdarahan menstruasi yang
berlebihan atau abnormal mungkin terlihat.

20
iii. Palpasi
1. Kulit. Kemungkinan terdapat pemanjangan waktu pengisian kapiler.
2. Nodus limfe. Limfadenopati atau nyeri tekan mungkin dapat dipalpasi.
3. Gastrointestinal. Nyeri tekan abdomen, hepatomegali, atau splenomegali
mungkin dapat dipalpasi.

iv. Auskultasi
1. Jantung. Murmur dapat diauskultasi.
2. Pulmonal. Suara napas tambahan (bila terjadi gagal jantung kongestif pada
dapat diauskultasi.
4. Temuan pemeriksaan labolatorium dan uji diagnostik
i. Hitung darah lengkap (HDL) memberikan gambaran lengkap yang jelas
tentang elemen-elemen pembentuk darah.
1. Hitung SDM menentukan jumlah SDM total setiap sentimeter kubik
darah.
2. Hitung SDP merupakan pengukuran jumlah total leukosit yang
bersirkulasi.
3. Hitung SDP diferensial (granulosit dan agrabulosit) membedakan SDP
berdasarkan lima tipe sel neutrfil, eosinfilo, basfilo (granulosit),
limfosit, dan monosit (agranulosit).
4. Hemoglobin (Hb) dikaji untuk menentukan anemia, tingkat keparahan,
dan respons terhadap pengobatan.
5. Hematokrit (Ht) menentukan massa SDP dengan pengukuran ruang dalam
kantung SDM.
6. Hemoglobin korpuskular rata-rata (MCH, mean corpuscular volume)
adalah untuk mengetahui ukuran SDM individu.
7. Hemoglobin korpuskular rata-rata (MCH, mean corpuscular hemoglobin)
mengukur barat rata-rata hemoglobin dalam SDM.
8. Konsentrasi hemoglobin korpuskular rata-rata (MCHC, mean
corpuscular hemoglobin concentration) mengukur konsentrasi rata-rata
hemoglobin dalam SDM.

21
9. Hitung trombosit mengukur jumlah total trombosit yang bersirkulasi untuk
mengevaluasi gangguan perdarahan.
ii. Hitung retikulosit membantu membedakan berbagai tipe anemia.
iii. Pemeriksaan hemostasis dan koagulasi sebagai alat diagnosis banding
gangguan perdarahan.
iv. Kapasitas pengikatan besi total (TIBC, total iron-binding capacity), feritin dan
zat besi, dan transferin digunakan dalam mengevaluasi anemia.
v. Temuan aspirasi sumsum tulang sebagai alat bantu dalam mendiagnosis
anemia aplastik dan gangguan lain.
1. Persiapan untuk uji ini biasanya memerlukan beberapa bentuk sedasi.
2. Pada area luka aspirasi, harus dipantau dengan cermat adanya perdarahan
dan pembentukan hematoma setelah prosedur selesai dilakukan.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
2. Kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
biologis
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kapiler
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar
J. Intervensi
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24jam klien mampu toleransi


dalam aktivitas yaitu memberikan respon fisiologis terhadap pergerakan
yang memerlukan energi yang dipertahankan di skala 3 dan dapat
meningkat di skala 4 pada:

22
a. Saturasi oksigen
b. Frekuensi nadi
c. Frekuensi pernafasan
d. Tekanan darah diastolik
e. Tekanan darah sistolik
f. Kemudahan bernafas
g. Hasil EKG

h. Warna kulit
i. Kekuatan tubuh bagian atas
j. Kekuatan tubuh bagian bawah
Rencana Tindakan:
a. Monitor Tanda-tanda vital seperti adanya takikardi, palpitasi,
takipnue, dispneu, pusing, perubahan warna kulit, dan lainya
b. Bantu aktivitas dalam batas tolerasi
c. Berikan aktivitas bermain, pengalihan untuk mencegah kebosanan
dan meningkatkan istirahat
d. Pertahankan posisi fowler dan berikan oksigen suplemen
e. Monitor tanda-tanda vital dalam keadaan istirahat
2. Kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor
biologis

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24jam klien mampu


mempertahankan jumlah asupan makanan dan cairan yang masuk ke
dalam tubuh pada skala 3 dan dapat meningkat ke skala 4 pada:

a. Asupan makanan secara oral


b. Asupan makanan secara tube feeding
c. Asupan cairan secara oral
d. Asupan cairan secara intravena
e. Asupan cairan secara parenteral
Rencana Tindakan:
a. Berikan nutrisi yang kaya zat besi (fe) seperti makanan daging,
kacang, gandum, sereal kering yang diperkaya zat besi
b. Berikan susu suplemen setelah makan padat

23
c. Berikan preparat besi peroral seperti fero sulfat, fero fumarat, fero
suksinat,
fero glukonat, dan berikan antara waktu makan untuk
meningkatkan absorpsi berikan bersama jeruk
d. Ajarkan cara mencegah perubahan warna gigi akibat minum atau
makan zat besi dengan cara berkumur setelah minum obat, minum
preparat dengan air atau jus jeruk
e. Berikan multivitamin
f. Jangan berikan preparat Fe bersama susu
g. Kaji fases karena pemberian yang cukup akan mengubah fases
menjadi hijau gelap
h. Monitor kadar Hb atau tanda kliniks
i. Anjurkan makan beserta air untuk mengurangi konstipasi
j. Tingkatkan asupan daging dan tambahan padi-padian serta sayuran
hijau dalam diet
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-kapiler

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24jam klien mampu


mempertahankan status pernapasan dalam pertukaran gas pada skala 3 dan
dapat meningkat diskala 4 pada:

a. Dispnea saat istirahat


b. Dispnea pada istirahat ringan
c. Perasaan kurang istirahat
d. Mengantuk
e. Gangguan kesadaran

Tindakan keperawatan:

a. monitor status pernafasan dan oksigen, sebagaimana mestinya


b. auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau
tidak ada dan adanya suara tambahan
c. posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
d. gunakan teknik yang menyenangkan untuk memotivasi bernafas
dalam kepada anak-anak

24
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24jam klien mampu


mengontrol keparahan dari tanda-tanda ketakutan, ketegangan, atau
kegelisahan pada skala 3 dan dapat meningkat ke skala 4 pada:

a. Distress
b. Perasaan gelisah
c. Wajah tegang
d. Iritabilitas
e. Mengeluarkan rasa marah yang berlebihan
f. Kesulitan berkonsentrasi
g. Serangan panik
h. Peningkatan tekanan darah
i. Peningkatan frekuensi nadi
j. Peningkatan frekuensi pernapasan
Rencana Tindakan:
a. Libatkan orang tua bersama anak dalam persiapan prosedur
diagnosis
b. Jelaskan tujuan pemberian komponen darah
c. Antisipasi peka rangsang anak, kerewelan dengan membantu
aktivitas anak
d. Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan
e. Berikan darah, sel darah atau trombosit sesuai dengan ketentuan,
dengan harapan anak mau menerima

25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah keadaan diman jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin

(protein pembawa oksigen) dalm sel darah merah berada dibawah nomal. Sel darah

merrah mengandung hemoglobin, yang memungkunkan mereka mengangkut oksigen

dari paru-paru dan mengantarkna keseluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan

berkurangnya jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam sel darah merah,

sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah yan sesuai dengan

yang diperluka tubuh.


B. Saran
1. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama mahasiswa

keperawatan
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan
3. Semoga para ibu sadar akan kebutuhan zat besi pada anak

26
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek.G.dkk.2013. Nursing Interventions Clarification (NIC). Edisi 5. Mosby: Lowa


City
Nanda International.2015. Diagnosa Keperawatan: Diagnosa dan Klasifikasi. Edisi 10.
EGC: Jakarta
Morehead.E.dkk.2013. Nursing Outcoming Clarification (NOC). Edisi 6. Mosby: Lowa
City
Muscari. 2005. Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik. Edisi Ketiga. EGC. Jakarta
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi Dua. EGC. Jakarta
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Edisi Pertama. Salemba Medika.
Jakarta
Sacharin. 1996. Principles of Pediactric Nursing. Churchill Livingstone. London
Staf Pengajar FK UI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Infomedika. Jakarta
Wong, D.L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

27

You might also like