Professional Documents
Culture Documents
BIOPSI
DI OK I (EXTIRPASI)
Oleh :
M. HISBULLOH HUDA
2016
1
BIOPSI
I. PENGERTIAN BIOPSI
Biopsi merupakan salah satu cara pemeriksaan patologi anatomi yang dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosis pasti suatu lesi khususnya yang dicurigai
sebagai suatu keganasan. Pemeriksaan patologi ini juga bermanfaat tidak hanya
menegakkan diagnosis dan rencana pengobatan tetapi juga untuk menentukan
prognosis. Berasal dari bahasa latin yaitu bios:hidup dan opsi: tampilan. Jadi secara
umum biopsi adalah pengangkatan sejumlah jaringan tubuh yang kemudian akan
dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.
2
Biopsi dari lesi kulit atau permukaan mukosa harus menyertakan jaringan sehat,
Biopsi dengan lesi yang lebih dalam harus dihindari terjadinya implantasi sel tumor
pada jaringan sehat, Pada biopsi ulang pengambilan lesi yang sama harus dihindari,
Lokasi dan arah insisi pada biopi harus diperhatikan supaya tidak mempersulit
prosedur selanjutnya. . Garis insisi harus memperhatikan rencana terapi definitif
(diletakkan dibagian yang akan diangkat saat operasi definitif), Ahli bedah harus
dapat memberikan tanda petunjuk yang tepat untuk ahli patologi, Hindari penggunaan
infiltrasi lokal pada tumor, Blood-less Surgery
Displasia
Dalam bahasa latin berarti bentuk yang buruk. Merupakan bentuk paling awal
dari prakanker yang dikenal oleh ahli patologi melalui pemeriksaan biopsy. Displasia
merupakan penyimpangan sel dari keadaan normal. Sel yang mengalami dysplasia
tampak abnormal bentuknya karena terjadi gangguan dalam proses pematangan sel.
Adanya gambaran dysplasia epitel merupakan tanda karakteristik utama dari keadaan
praganas. Perubahan hanya terbatas pada jaringan epitel belum menginvasi ke
jaringan lebih dalam.
Carsinoma In Situ
Carsinoma In Situ sinonim dengan dysplasia derajat tinggi sehingga resiko untuk
berubah menjadi kanker sangat tinggi. Carsinoma In Situ merupakan bentuk awal
karsinoma tanpa invasi ke jaringan sekitar atau sel neoplastik berproliferasi hanya
pada daerah sekitar tumor saja.
Carsinoma invasive
Umumnya disebut kanker , merupakan tahap akhir dari rangkaian perubahan
sel Bila tidak diobati akan menginvasi jaringan tubuh dan menyebabkan kematian.
3
Mengetahui stadium tumor sangat penting artinya untuk menentukan
tindakan apa yang akan diberikan dan juga prognosis penyakit. Beberapa cara
menentukan stadium dari tumor, antara lain berdasarkan :
4
secara luas di berbagai belahan dunia.Sistem TNM ini berdasarkan 3 kategori,
yaitu : T ( Tumor primer ), N ( Nodul regional, metastase ke kelenjar limfe
regional ), dan M ( Metastase jauh ). Masing masing kategori tersebut dibagi
lagi menjadi subkategori untuk melukiskan keadaan masing masing kategori
dengan cara memberi indeks angka dan huruf di belakang T, N, dan M, yaitu :
T = Tumor Primer
- Indeks angka : Tx, Tis, T0, T1, T2, T3, dan T4
- Indeks huruf : T1a, T1b, T1c, T2a, T2b, T3b, dst
N = Nodul, metastase ke kelenjar regional.
- Indeks angka : N0, N1, N2, N3.
- Indeks huruf : N1a, N1b, N2a, N2b, dst
M = Metastase organ jauh
- Indeks angka : M0, M1
- Indeks huruf : Mx
Tiap tiap indeks angka dan huruf mempunyai arti klinis sendiri
sendiri untuk setiap jenis atau tipe tumor padat. Jadi arti indeks untuk
karsinoma payudara tidak sama dengan karinoma nasofaring, dsb. Pada
umumnya arti sistem TNM tersebut adalah sebagai berikut :
5
- N1 = Nodul regional positif, mobile ( belum ada perlekatan )
- N2 = Nodul regional positif, sudah ada perlekatan
- N3 = Nodul jukstregional atau bilateral.
Kategori M = Metastase organ jauh
- M0 = Tidak ada metastase organ jauh
- M1 = Ada metastase organ jauh
- M2 = Syarat minimal menentukan indeks M tidak terpenuhi.
Setelah sistem TNM diperkenalkan dan dipakai secara luas pada tahun
1958, kelompok para ahli yang menangani kanker di USA, pada tahun 1959
juga mengemukakan suatu skema pentahapan kanker yang merupan
penjabaran lebih lanjut dari sistem TNM. Kelompok para ahli tersebut semula
bernama : The American Joint Committee for Cancer Staging and End Results
Reporting ( disingkat AJC ). AJC tersebut kemudian berubah nama pada tahun
1980 menjadi American Joint Committee on Cancer ( disingkat AJCC ).
Tujuan pembuatan staging kanker tersebut adalah agar lebih praktis dan lebih
mudah pemakaiannya di klinik. Staging menurut AJCC ini pertama harus
menentukan T, N, M dari tumor padat tersebut sesuai ketentuan yang ada, dan
selanjutnya dikelompokkan dalam stadium tertentu yang dinyatakan dalam
angka romawi ( I IV ) dan angka arab ( khusus untuk stadium 0 ).
6
4. Stadium tumor berdasarkan kesepakatan para ahli (Konvensi)
Beberapa jenis tumor padat stagingnya didasarkan pada kesepakatan
para ahli di bidangnya masing masing . Beberapa contohnya antara lain :
Stadium Dukes, untuk karsinoma kolorektal
Stadium Ann Arbor, untuk limfoma maligna
Stadium FIGO, untuk karsinoma serviks dan tumor ginekologi
Staging melanoma maligna menurut Clark, dan Breslow, dll..
5. Jenis Pemeriksaan
Biopsi harus representative baik secara klinis maupun mikroskopis misalnya
memilih daerah tumor yang tidak ada nekrosis dan tidak terdapat infeksi sekunder.
Interpretesi biopsi untuk diagnosis suatu neoplasma dapat dilakukan berdasarkan :
Pemeriksaan makroskopis
Merupakan pemeriksaan dengan mata biasa untuk menilai/ memperkirakan
suatu jaringan tumor bersifat ganas atau jinak. misalnya bentuk,
ukuran, warna ,permukaan, Batas jelas/tidak ,permukaan rata / berbenjol
7
benjol,tepi meninggi / tidak, mudah berdarah /tidak, bersimpai / tidak, rapuh
tidaknya tumor, Seperti dibawah ini :
Bentuk plaque : melanoma, basalioma
Bentuk nodus : padat, kistik
Bentuk erosi,ulkus
Pemeriksaan mikroskopis
Suatu pertumbuhan neoplastik khususnya keganasan dini tidak dapat
didiagnosis berdasarkan pengamatan klinis semata, karena tidak ada kriteria
pasti untuk menentukan jinak dan ganasnya.Suatu lesi secara klinis selain
tidak adanya gejala karakteristik, seringkali baru terdeteksi pada stadium
lanjut setelah timbul gejala klinis yang mengganggu penderita.Untuk
mengatasi hal ini perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium
penunjang.Pemeriksaan Mikroskopis merupakan cara yang sangat penting
untuk menegakkan suatu neoplasma.
6. Jenis Biopsi
8
Biopsi Insisional
Angkat tepi kulit normal dengan pengait atau pinset bergerigi halus.
Tutup dengan jahitan sederhana memakai benang yang tidak dapat diserap.
9
Biopsi Eksisional
Banyaknya jaringan sehat yang ikut dibuang tergantung pada sifat lesi, yaitu:
Lesi jinak, seluruh tebal kulit diangkat berikut kulit sehat di tepi lesi dengan
sedikit lemak mungkin perlu dibuang agar luka mudah dijahit.
Karsinoma sel basal, angkat seluruh tumor beserta paling kurang 0.5 s/d 1 cm
kulit sehat.
Karsinoma sel skuamosa, angkat seluruh tumor beserta paling kurang 1 s/d 2
cm kulit sehat.
10
Biopsi Jarum
Yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara disedot lewat jarum.
Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya area sekitar jarum). Bisa
dilakukan secara langsung atau dibantu dengan radiologi seperti CT scan atau
11
USG sebagai panduan untuk membuat jarum mencapai massa atau lokasi yang
diinginkan.
Biopsi jarum dibagi atas FNAB (fine needle aspiration biopsy)/BAJAH (Biopsi
Aspirasi Jarum halus), dan Core biopsy. Bila biopsi jarum menggunakan jarum
berukuran besar maka disebut core biopsi, sedangkan bila menggunakan jarum
kecil atau halus maka disebut fine needle aspiration biopsi. Biopsy aspirasi
jarum halus merupakan metode lain untuk 'diagnosis jaringan' - yaitu, sebuah
cara sampling sel dalam benjolan mencurigakan atau massa. . Biopsi aspirasi
jarum halus sedikit lebih cepat dan kurang invasif dari biopsi inti. Biopsi jarum
halus aspirasi tidak memerlukan anestesi lokal banyak. Seperti dengan biopsi
inti, USG atau mammographik mungkin diperlukan untuk menemukan benjolan
atau area yang akan dijadikan sampel jika tidak dapat dengan mudah
dirasakan.Pada hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik yang
letaknya superfisial palpable ataupun tumor yang terletak di dalam rongga
tubuh unpalpable dengan indikasi :
12
1) Preoperatif biopsi aspirasi pada tumor sangkaan maligna
operable. Tujuannya adalah untuk diagnosis dan menentukan pola tindakan
bedah selanjutnya.
2) Maligna inoperable. Biopsi aspirasi merupakan diagnosis konfirmatif.
3) Diagnosis konfirmatif tumor "rekuren" dan metastasis.
4) Membedakan tumor kistik,solid dan peradangan.
5) Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian
Penggunaan biopsi aspirasi dalam diagnosis tumor mempunyai dampak yang
menguntungkan baik ditinjau dari segi menejemen tumor, pelayanan onkologik
rumah sakit maupun bagi pasien.Namun harus disadari bahwa jangkauan
sitologi biopsi aspirasi sangat terbatas yang dapat terjadi pada keadaan dimana
luasnya invasi tumor tidak dapat ditentukan, subtipe kanker tidak selalu dapat
diidentifikasi, dan dapat terjadi negatif palsu. Diagnosis sitologik dengan
menggunakan FNAB mempunyai nilai klinik antara lain
1.Sitologi positif / Positif Maligna : Merupakan petunjuk untuk melakukan
tindakan lebih lanjut antara lain survei metastasis, menentukan stadium,
memilih alat diagnostik lain bila diperlukan dan mendiskusikan pola
pengobatan.
2.Sitologi negatif atau kelainan jinak : Belum dapat menyingkirkan adanya
kanker; perlu dipikirkan kemungkinan negative palsu. Negatif palsu dapat
terjadi karena kesalahan teknis, sehingga sejumlah sel tumor tidak terdapat pada
sediaan. Bila terdapat perbedaan sitologi dan data klinik, alternatif tindakan
terbaik adalah biopsi bedah; akan tetapi, pada kasus sitologi negatif dengan
spesifikasi kelainan dan cocok dengan gambaran klinik, maka pola pengobatan
dapat ditentukan.
3.Sitologi suspek / mencurigakan maligna : Mungkin memerlukan pemeriksaan
lain sebelum pengobatan antara lain pemeriksaan potongan bekuataupun
sitologi imprint atau kerokan durante operasionam.
13
4. Inkonklusif (tidak dapat diinterpretasikan) : Dapat terjadi karena kesalahan
teknik atau karena situasi tumor, misalnya mudah berdarah, reaksi jaringan ikat
banyak atau tumor terlalu kecil, sehingga sulit memperoleh sel tumor. Dalam
praktek, sitologi inkonklusif meningkatkan negatif palsu.
14
Dalam beberapa kasus, benjolan atau massa dari mana sel-sel yang
harus dilakukan adalah tidak mudah dirasakan melalui kulit. Jika hal ini terjadi,
ahli radiologi, ahli bedah atau ahli patologi mengumpulkan sampel dapat
menggunakan USG , dimana jarum dapat dilihat pada monitor USG dan
dibimbing ke daerah, atau stereotacticmamografi (untuk payudara) yang
menggunakan dua mammogram di sudut yang berbeda dan komputer untuk
menemukan daerah yang benar. Hal ini dapat membuat prosedur memakan
waktu lebih lama. Secara keseluruhan, biopsi inti biasanya memakan waktu
antara 30 menit sampai 1 jam untuk menyelesaikan.Karena pembiusan lokal
yang digunakan, core biopsi seharusnya tidak menyakitkan, meskipun mungkin
tidak nyaman. Hasil interpretasi Core Biopsy/ Biopsi Inti, antar lain :
Yang tidak memadai / tidak cukup: Sampel yang diambil adalah tidak
cukup untuk mengkonfirmasi diagnosis kanker.
Jinak: Tidak ada sel-sel kanker ini. Benjolan atau pertumbuhan berada
di bawah kendali dan tidak menyebar ke area lain dari tubuh.
Atypical , atau curiga keganasan: Hasil tidak jelas. Beberapa sel
tampak abnormal tetapi tidak pasti kanker.Biopsi bedah mungkin
dibutuhkan untuk mengambil sampel sel.
15
Ganas: Sel-sel kanker, tidak terkontrol dan memiliki potensi atau telah
menyebar ke area lain dari tubuh.
Selain biopsi dengan jarum seperti diatas terdapat juga suatu tindakan
biopsi menggunakan jarum dengan bantuan endoskopi. Pada prinsipnya sama
yaitu pengambilan sampel jaringan dengan aspirasi jarum, hanya saja metode
ini menggunakan endoskopi sebagai panduannya. Cara ini baik untuk tumor
dalam saluran tubuh seperti saluran pernafasan, pencernaan dan kandungan.
Endoskopi dengan kamera masuk ke dalam saluran menuju lokasi kanker, lalu
dengan jarum diambil sedikit jaringan sebagai sampel.
16
Dan yang terakhir pemeriksaan biopsi secara Punch biopsy. Biopsi ini
biasa dilakukan pada kelainan di kulit. Metode ini dilakukan dengan alat yang
ukurannya seperti pensil yang kemudian ditekankan pada kelainan di kulit, lalu
instrument tajam di dalamnya akan mengambil jaringan kulit yang ditekan.
Menggunakan anastesi lokal dan bila pengambilan kulit tidak besar maka tidak
perlu dijahit.
17
Jaringan yang diperoleh dari hasil biopsi difiksasi, dan dikirim untuk
pemeriksaan patologi dan atau imunohistokimia. Tujuan pemeriksaan patologi
ini adalah untuk menentukan apakah lesi tersebut ganas atau jinak, dan
membedakan jenis histologisnya. Pada beberapa keadaan, biopsi dari kelenjar
getah bening menentukan staging dari keganasan. Tepi dari specimen (pada
biopsi eksisional) juga diperiksa untuk mengetahui apakah seluruh lesi sudah
terangkat (tepi bebas dari infiltrasi tumor.
III. Kesimpulan
Biopsi merupakan salah satu cara pemeriksaan patologi anatomi yang dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosis pasti suatu lesi khususnya yang
dicurigai sebagai suatu keganasan
18
Derajat/stadium tumor berdasarkan :
2. Sistem TNM
Indikasi biopsy , dilakukan pada suatu lesi yang menetap selama kurang lebih
2 minggu , pada suatu lesi yang dicurigai neoplasma, ulkus yang tidak sembuh
Kontra indikasi biopsy yaitu adanya infeksi di tempat yang akan diambil
sampelnya, gangguan faal hemostasis , dilakukan pada diluar daerah yang
akan dilakukan eksisi
19
DAFTAR PUSTAKA
9. Devita, Principles and Practical Onkology Review, Lippincott William & Wilkins , 2009
20
21