Professional Documents
Culture Documents
MANAJEMEN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2015
1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
waktunya. Adapun materi yang akan di bahas dalam makalah ini yaitu, tentang
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen mata kuliah, atas
masukan dan arahan yang baik dalam perkuliahan maupun dalam penyusunan
tugas ini.Tugas ini disusun berdasarkan referensi yang kami dapatkan. Oleh
karena itu sangat diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna
penyempurnaan tugas ini. Semoga tugas ini berguna bagi pembaca dan semua
pihak.
Terima Kasih.
Tim Penyusun
3
DAFTAR ISI
3.1 Pengorganisasian......................................................................................................................... 74
BAB 1
PENDAHULUAN
dan adanya antisipasi dimana apabila terdapat pasien lebih dari 20 orang
maka sistem tim akan disesuaikan dengan pengelolaan tiap staf bidan dan
perawat akan mengelola beberapa pasien.
Berdasarkan atas fenomena diatas, maka kami mencoba menerapkan
Model Praktek keperawatan Profesional dengan metode pemberian asuhan
keperawatan Primary Nursing dan mengoptimalkan pelaksanaannya sesuai
dengan konsep yang ada, dengan pelaksanaan melibatkan pasien kelas 2 dan
3 di Ruang Rawat Inap Lantai 2 RSIA Kendangsari Merr.
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Perawat dan bidan diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip
manajemen keperawatan dalam melaksanakan Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) di Ruang Rawat Inap Lantai 2 RSIA Kendangsari Merr.
1.2.2 Tujuan khusus
Perawat dan bidan diharapkan mampu: Melakukan kajian situasi
ruangan pelayanan perawatan sebagai dasar untuk menyusun rencana
keperawatan dan operasional ruangan di Ruang Rawat Inap Lantai 2 RSIA
Kendangsari Merr.
1. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian ruangan meliputi : Ketenagaan (M1), sarana prasarana (M2),
metode (M3) yang terdiri dari : Timbang terima, penerimaan pasien baru,
sentralisasi obat, supervisi keperawatan, discharge planning, dokumentasi
keperawatan, keuangan (M4), mutu (M5).
2. Mengimplementasikan model pengorganisasian pelayanan keperawatan
dengan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).
3. Melalukan evaluasi program pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP).
7
1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi pasien
Tercapainya kepuasan pasien yang optimal selama perawatan.
1.3.2. Bagi rumah sakit
Dapat menerapkan model asuhan keperawatan profesional yang mencakup
timbang terima, ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervisi
keperawatan, discharge planning, dan dokumentasi keperawatan.
1.3.3. Bagi perawat
1.3.1.1. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
1.3.1.2. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan
tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
1.3.1.3. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
1.3.1.4. Meningkatkan profesionalisme keperawatan.
BAB 2
PENGKAJIAN
2.1. Visi, Misi, Dan Motto
2.1.1. Visi Rumah Sakit Ibu dan Anak Kendangsari Merr
Mewujudkan rumah sakit yang unggul dalam pelayanan, pendidikan dan
penelitian di bidang obgyn dan pediatri.
2.1.2. Misi RSIA Kendangsari Merr
1. Memberikan pelayanan paripurna bagi bunda dan buah hati.
2. Menyelenggarakan pendidikan berkala bagi tenaga medis maupun
masyarakat awam di bidang obgyn dan pediatri.
3. Mengembangkan penelitian di perawat obgyn dan pediatri
2.1.3 Motto Rumah Sakit Kendangsari Merr
Motto RSIA Kendangsari Merr adalah Demi bunda dan buah hati tercinta
2.1.4 Nilai-Nilai
Nilai-nilai yang dijunjung tinggi di RSIA KendangsariMerr adalah:
1. Tanggung jawab
2. Perilaku santun
3. Kebersamaan dan kerjasama
2.2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan tanggal 14-20 Desember 2015 meliputi
ketenagaan, sarana dan prasarana, MAKP, sumber keuangan, dan pemasaran.
Data yang didapat dianalisis menggunakan analisis SWOT sehingga diperoleh
beberapa rumusan masalah kemudian dipilih satu sebagai prioritas masalah.
8
9
1. Struktur organisasi
Penanggung Jawab Unit
S F, Amd. Kep
Member :
R L F , Amd. Kep
Y N, Amd. Kep
C D A, Amd. Keb
M F R, Amd. Kep
A, S.Kep., Ns
N N S, S.Kep.,Ns
M, S.Kep., Ns
S M, S.Kep., Ns
A D L, S.Kep., Ns
2. Ketenagaan
Tabel 2.1 Tenaga keperawatan dan keperawatan di Ruang Rawat Inap Lantai 2 Rumah Sakit ibu
dan anak Kendangsari Merr
No Nama Jenis Pendidikan Pelatihan Jabatan saat
yang pernah ini
diikuti
1. S F, Amd. Kep Pegawai D3 PPGD Koordinator
Tetap Keperawatan Rawat Inap
2. D A, Amd. Kep Pegawai D3 PPGD, Koordinator
Tetap Keperawatan Konselor Ruang Bayi
Laktasi
3. R L F, Amd. Kep Pegawai D3 PPGD PP Rawat Inap
Tetap Keperawatan
4. Y N, Amd. Kep Pegawai D3 PPGD PP Rawat Inap
Tetap Keperawatan
5. C D A, Amd. Keb Pegawai D3 Kebidanan PONEK PP Ruang
Tetap Bayi
6. M F R, Amd. Kep Pegawai D3 PPGD PP Ruang
Tetap Keperawatan Bayi
7. A T W, S.Kep., Ns Pegawai S1 PPGD PA Rawat
Tetap Keperawatan Inap
10
Tabel 2.5 Komposisi Ketenagaan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Lantai 2 RSIA
Kendangsari Merr
Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat ktg Jumlah Pagi Sore Malam
Pasien
Minimal 6 6x0,17=1,02 6x0,14=0.84 8x0,07=0,42
Parsial 2 2x0,27=0,54 2x0,15=0,3 2x0,10=0,2
Total 8 8x0,36=2,88 8x0,30=2,4 8x0,2=1,6
Jumlah 16 4,44 3,54 2,22
5 4 2
2) Metode Gilles
Gillies (1994) dalam Nursalam (2013) mengemukakan rumus
penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan dalam suatu unit perawatan
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga
keperawatan:
ABC
Rumus : (C-D)E
=F
Keterangan :
A: Rata-rata jumlah jam perawatan pasien/ hari
B: Rata-rata jumlah pasien/ hari
C: Jumlah hari/ tahun
D: Jumlah hari libur masing-masing perawat
E: Jumlah jam kerja masing-masing perawat
F: Jumlah perawatan yang dibutuhkan untuk unit tersebut
13
Dihitung:
3 jam 16 pasien 365 hari 17520
= = 8,39 = 8 orang
(365 hari - 67 hari) 7 jam 1086
3) Depkes RI
Menurut Depkes RI (2002), metode penghitungan jumlah kebutuhan
tenaga keperawatan dalam suatu unit perawatan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.6 Perawatan Pasien Per Hari
Rata-rata jumlah pasien per hari 16
Rata-rata jam perawatan per pasien per hari 4,25
Jumlah perawatan per hari 68
Kebutuhan tenaga =
jumlah jam perawatan/hari 68
= = 9,71 perawat
jam kerja efektif per shift 7
Loss day =
jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar
[ ] x kebutuhan tenaga
jumlah hari kerja efektif
52 + 12 + 16
=[ ] 9,71
297
80
=[ ] 9,71
297
= 0,27 9,71
= 2,62
Tenaga keperawatan dan kebidanan yang dibutuhkan untuk ruang rawat inap
lantai 2 adalah 15 orang. Jadi, jumlah perawat dan bidan yang ada di ruang
irna lantai 2 sudah seimbang dengan jumlah pasien.
Ruangrawat inap lantai 2 merupakan ruang rawat pasien obgyn, anak dan
ruang bayi.Gambaran umum situasi dan kondisi di dalam ruang instalasi rawat
inap lantai 2 terdiri dari 2 ruang kelas 3, 1 ruang kelas 2, 6 ruang kelas 1,3ruang
kelas VIP Green, 2 ruang VVIP Blue dan 1 ruang suite, 1 ruang bayi, 2 nurse
station, ruang tunggu keluarga pasien, ruang direktur, ruang manajemen, gudang
dan ruang TPP, ruang cleaning services, jalur evakuasi, mushola, kamar mandi
23 Bed
Box bayi : 27 Box
Di ruang rawat inap lantai 2 RSIA Kendangsari Merr tersedia 23 bed dengan 5
Tabel 2.12 Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet dan Kamar Mandi
Kepmenkes No 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Di Rumah Sakit
No Jumlah Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi
1 1 s/d 10 1 1
2 11 s/d 20 2 2
3 21 s/d 30 3 3
4 31 s/d 40 4 4
Note : Setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar
mandi.
Sumber: Instalasi Rawat Inap Lantai 2 RSIA Kendangsari Merr Tahun 2015
Sesuai dengan tabel indeks perbandingan jumlah tempat tidur, toilet, dan
Sakit yang menyatakan bahwa setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah
1 toilet& 1 kamar mandi. Di ruang rawat inap lantai 2 RSIA Kendangsari Merr
tersedia sudah memenuhi standart tentang jumlah tempat tidur, toilet dan kamar
mandi.
dengan 1 kamar mandi & 1 toilet. Fasilitas toilet Irna lantai 2RSIA Kendangsari
Merr sudah terpelihara dengan bersih dan selalu dibersihkan minimal 1 kali
18
Tabel 2.13 Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan dengan Jumlah Toilet dan
Jumlah Kamar Mandi (Kepmenkes 2004)
No Jumlah karyawan Jumlah toilet Jumlah kamar mandi
1 1 s/d 20 1 1
2 21 s/d 40 2 2
3 41 s/d 60 3 3
4 61 s/d 80 4 4
5 81 s/d 100 5 5
Note Setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi
Lingkungan Di rumah Sakit, menunjukkan bahwa ruang rawat inap lantai 2 RSIA
Kendangsari Merr sudah memenuhi standart yang tentang jumlah karyawan, toilet
8 Stetoscope Anak 1 1 - 1
9 Bengkok 5 5 - 5
10 Bak Injeksi 1 1 - 5
11 Kom stenless 6 6 - 6
12 Steril Botol 1 1 - 1
13 Saturasi oksigen 1 1 - 1
14 Pispot 5 5 - 5
15 Pen light 2 2 - 2
16 Baskom seka + troli 4/2 4/2 - 4/2
17 Korentang 1 1 - 1
18 Tensi meter digital 2 2 - 2
19 Termometer digital 3 3 - 3
20 Termometer raksa 2 2 - 2
21 Termometer rektal 2 2 - 2
22 Torniquet 2 2 - 2
23 Standart infus 3 3 - 3
24 Lemari es 1 1 - 1
25 Gelas ukur urine 2 2 - 2
26 Bak instrumen 4 4 - 4
27 Cucing kom 3 3 - 3
28 Guntuing epis 1 1 - 1
29 Pinset anatomi 5 5 - 5
30 Pinset sirugis 5 5 - 5
31 Kursi roda 1 1 - 1
32 Tabung oksigen kecil 1 1 - 1
33 Humidifier 1 1 - 1
34 Flow meter 1 1 - 1
35 Tensi meter raksa - - - -
No Nama barang Jumlah Jumlah Kondisi Usulan
yang Ideal
tersedia
1 Stestoskop 2 2/ruangan Baik -
20
Di bawah ini tabel peralatan dan fasilitas di ruang irna lantai 2 RSIA
KENDANGSARI MERR:
Tabel 2.15 Peralatan dan Fasilitas di Ruang Irna Lantai 2 RSIA Kendangsari
MerrKepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
No Jenis alat Jumlah yang Jumlah Kondisi Usulan
tersedia ideal
1 Korden 5 Secukupnya Baik -
2 Jam dinding 1 14 Baik -
3 Kereta cucian 0 1-2 ruangan Baik Ditambah 1
kotor/bersih
4 Kereta makan 1 1/ruangan Baik -
pasien
5 Kursi pasien 19 19 Cukup -
6 Meja pasien 19 19 Baik -
7 Sarung bantal 50 Secukupnya Baik -
8 Baju pasien 20 38 Baik Ditambah 18
9 Perlak 30 38 Baik Dtambah 8
10 Bantal bayi 4 24 Baik Ditambah 20
11 Bantal dewasa 7 24 Baik Ditambah 17
12 Guling bayi 5 24 Baik Ditambah 21
13 Selimut tebal 12 8 Baik -
22
Sumber: Instalasi Rawat Inap Lantai 2 RSIA Kendangsari Merr Tahun 2015.
a. Ruang rawat inap yang terdiri dari ruang kelas I, II, III, VIP, VVIP dan
Suite
b. Kamar mandi dan WC untuk pasien ada di ruang tempat tidur dan
e. Gudang dan ruang cuci alat berada di dekat ruang cleaning services.
dari ruang rawat inap (VIP, kelas I, kelas II dan kelas III), Nurse station, ruang
ganti/locker, ruang linen bersih, ruang linen kotor, spoelhoek/cuci alat, Kamar
ruang irna lantai 2 peralatan dan fasilitas cukup baik, namun belum ada pantry
selain itu, ruang linen bersih, linen kotor, gudang bersih dan gudang kotor masih
menjadi satu. Di Irna lantai 2 sudah tersedia bel untuk pasien namun belum
dipergunakan.
Di bawah ini tabel stok obat emergency pada bulan Mei 2015 di ruang
Tabel 2.16 Stok Obat Emergency Pada Bulan Mei 2015 di Ruang Irna RSIA
Kendangsari MerrBerdasarkan Depkes RI 2006.
No Nama alat Jumlah Jumlah Kondisi Usulan
yang ideal
tersedia
Alkes
1 Jackson Reese dewasa 4 1 Baik
2 Jackson Ressee bayi 1 1 Baik
3 BVM Dewasa 1 1 Baik -
4 BVM anak - - - -
7 Oropharingeal Tube 30 1 1 Baik -
mm
10 Nasopharingeal Tube 26 0 1 - Ditambah 1
11 Nasopharingeal Tube 30 0 1 - Ditambah 1
12 Simple Masker O2 Non- 1 1 Baik -
Rebreath Dws
13 Ophtalmoscop set 0 1 -
24
Penempatan untuk obat High Alert dan LASA masih belum tersedia secara
khusus di IRNA lantai 2, hanya ada tempat khusus untuk obat emergency.
4) SOP
5) SAK
6) Rekam Medis
lembar inventaris yang mencatat alat kesehatan maupun fasilitas di ruang Irna
pada pasien.
dekat pintu masuk, disekitar individu ditempatkan pada tempat yang mudah
dijangkau.
2 RSIA Kendangsari Merr menggunakan air conditioner. Suhu, aliran udara, dan
station. AC terpasang pada ketinggian lebih dari 2 meter. AC diruang rawat irna
Ruang Rawat Inap lantai 2RSIA Kendangsari Merr sudah memenuhi standar.
dilakukan pada tim pengadaan yang kemudian dilaporkan pada bagian keuangan.
Pada sistem kalibrasi, bagian sarana dan prasana mempunyai jadwal untuk
masing masing alat. Bagian sarana akan mengontrak vendor dan kemudian vendor
berkala belum dilakukan, hanya dilakukan pada saat pasca kontak dengan
9. Pengelolaan sampah
Terdapat pula tempat sampah dengan label sampah medis dan label sampah botol
Di bawah ini hasil angket sarana dan prasarana di ruang irna lantai 2.
Tabel 2.17 Angket Sarana dan Prasana di ruang Irna Lantai 2 RSIA Kendangsari
Merrmenggunakan Angket M2 (Material/Sarana dan Prasarana),
Nursalam 2013
No Daftar Pertanyaan Ya Tidak
1 Lokasi dan denah ruangan baik 100% -
2 Berencana untuk merenovasi ruangan 38% 61%
3 Peralatan di ruangan sudah lengkap untuk 38% 61%
perawatan pasien
4 Jumlah alat yang tersedia sesuai dengan rasio 61% 38%
pasien?
5 Fasilitas di ruangan sudah lengkap untuk 38% 61%
perawatan pasien
6 Berencana untuk menambah peralatan pasien 30% 69%
7 Perawat mengerti cara menggunakan semua alat- 100% -
alat perawatan pasien
8 Administrasi penunjang yang dimiliki sudah 100% -
memadai
Sumber : Kuesioner menurut Nursalam 2013
Berdasarkan hasil angket di atas dengan jumlah responden 13 orang
sudah lengkap 61%, alat yang tersedia sesuai dengan rasio pasien 38%, fasilitas
ruangan sudah lengkap untuk perawatan pasien 30%, perlu penambahan peralatan
memadai.
menyatakan cocok dengan model primer yang diterapkan di ruangan serta 94,11%
menyatakan bahwa MAKP primer yang digunakan sesuai dengan visi misi rumah
sakit. Perawat memiliki kemauan dalam menerapkan MAKP primer dan sejauh ini
sudah terlaksana komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lain.
Setelah dilakukan klarifikasi dengan perawat ruangan dan observasi yang
didapatkan data bahwa memang benar di Lantai 2 RSIA Kendangsari Merr telah
diterapkan Model Asuhan Keperawatan Profesional atau MAKP primer
Dari kuesioner tentang tanggung jawab dan pembagian tugas didapatkan
data pembagian job description selama ini sudah jelas (100%) dan dalam
pelaksanaan tugasnya sesuai dengan model primer yang ada, namun terdapat
kondisi tertentu dimana hal tersebut tidak dapat dilakukan sesuai prosedur. Setelah
dilakukan klarifikasi dengan koordinator perawat dan dilakukan observasi, kondisi
ini terjadi ketika jumlah pasien melebihi kapasitas sehingga menyebabkan tenaga
perawat menjadi tidak mencukupi dan beban kerja menjadi tinggi sehingga setiap
staff dari setiap leader akan membagi diri berdasarkan pertanggungjawaban setiap
bed. Dari kuesioner keefektifan dan keefisienan model MAKP yang diterapkan
100% perawat tidak pernah mendapatkan kritikan dari pasienterhadap model yang
digunakan dan sebanyak 94,11 % perawat menyatakan tidak terbebani dalam
melaksanakan model MAKP saat ini.
Sentralisasi obat dilakukan dengan sistem tersentralisasi ODD (one day dose)
pada jenis obat oral maupun obat injeksi. Sistem sentralisasi ODD (one day dose)
adalah pengelolaan obat yang menyediakan kebutuhan obat pasien selama 24 jam.
Setelah mendapat persetujuan, perawat menyerahkan resep ke depo farmasi,
kemudian perawat mengambil obat yang disiapkan oleh farmasi sesuai kebutuhan
pasien dalam 24 jam. Jika persediaan obat di depo farmasi habis, maka farmasi
melakukan UP pada penyetok obat.
Resep Dokter
Perawat Pasien
Depo Farmasi
Perawat Perawat
(cross check)
Pasien
obat maka informasi ini akan dimasukkan dalam buku masuk obat dan pihak
farmasi akan mengkonfirmasi ulang saat datang ke ruangan. Ketika pasien pulang
paksa maka obat akan disesuaikan dengan advice atau resep dari dokter. Apabila
pasien yang datang dengan obat dari luar, didata dalam daftar medication chart.
Jika obat dari luar tersebut sesuai advis terapi yang diberikan dokter yang
merawat maka tetap di berikan kepada pasien. Sedangkan obat yang tidak dipakai
akan tetap disimpan dan dikembalikan setelah pasien pulang, pulang paksa atau
meninggal. Ketika hari libur proses sentralisasi obat tetap berlangsung.
Pada lembar rekam medis sudah terdapat format dokumentasi sentralisasi
obat (medication chart) yang sudah dilengkapi dengan kotak preparation giver
serta petunjuk teknis pengisian sebagai bentuk keabsahan dan keamanan bagi
pasien maupun perawat. Hasil wawancara terhadap beberapa perawat Lantai 2
RSIA Kendangsari Merr menyatakan bahwa tidak ada kesulitan dalam memahami
SOP pengisian medication chart.
Tabel Hasil Kuesioner dengan Perawatdan Bidan dilantai 2 RSIA Kendangsari
Merr.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Pengadaan sentralisasi obat
1) Apakah anda mengetahui tentang sentralisasi obat? 16 0
(100%) (0%)
2) Apakah di ruangan anda ini terdapat sentralisasi obat? 16 0
(100%) (0%)
3) Jika Ya, apakah anda sentralisasi obat yang ada sudah 16 0
dilaksanakan secara optimal? (100%) (0%)
4) Apakah selama ini anda pernah diberi wewenang dalam 16 0
sentralisasi obat? (100%) (0%)
5) Apakah ada format daftar pengadaan tiap-tiap macam 16 0
obat?(Oral-Injeksi-Supositoria-Infus-Insulin-Obat gawat (100%) (0%)
darurat)
2 Alur penerimaan obat
1) Apakah selama ini ada format persetujuan sentralisasi obat 16 0
dari pasien/keluarga pasien? (100%) (0%)
2) Apakah proses penerimaan obat dari pasien/keluarga pasien 16 0
sesuai prosedur? (100%) (0%)
3 Cara penyimpanan obat
1) Apakah di ruangan ini terdapat ruangan khusus untuk 0 16
sentralisasi obat? (0%) (100%)
2) Apakah kelengkapan sarana dan prasarana pendukung 16 0
sentralisasi obat? (100%) (0%)
3) Apakah selama ini anda memisahkan kepemilikan antar 16 0
obat-obat pasien? (100%) (0%)
4) Apakah selama ini anda memberi etiket dan alamat pada 16 0
34
4. Ronde keperawatan
Tabel Hasil Kuesioner dengan Perawat dan bidan di lantai 2 RSIA
Kendangsari Merr.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah ruangan ini mendukung adanya ronde 8 8
keperawatan? (50%) (50%)
2 Apakah sebagian besar perawat di lantai 2 8 8
mengerti adanya ronde keperawatan? (50%) (50%)
3 Apakah pelaksanaan ronde keperawatan di 0 16
ruangan ini telah optimal? (0%) (100%)
4 Apakah keluarga pasien mengerti tentang adanya 0 16
35
5. Discharge planning
Tabel Hasil Kuesioner dengan Perawat dan Bidan di Lantai 2 RSIA
Kendangsari Merr.
No Kuesioner discharge planning Kategori
Ya Tidak
1 Apakah perawat mengerti tentang discharge planning? 16 0
(100%) (0%)
2 Apakah yang anda berikan untuk discharge planning? 16 0
: KIE, surat kontrol, surat keterangan/izin, obat-obat yang (100%) (0%)
dibawa pulang dan hasil lab
3 Apakah ners bersedia melakukan discharge planning? 16 0
(100%) (0%)
4 Apakah sudah ada pembagian tugas tentang discharge 16 16
planning? (0%) (100%)
5 Apakah sudah ada pemberian brosur/leaflet saat melakukan 0 16
discharge planning? (0%) (100%)
6 Apakah bahasa yang perawat gunakan dalam melakukan 0 16
discharge planning, mengalami kesulitan untuk dipahami (0%) (100%)
pasien ?
7 Apakah setiap selesai melakukan discharge planning, 16 0
perawat melakukan pendokumentasian dari discharge (100%) (0%)
planning yang telah dilakukan?
8 Apakah Ners bisa mengisi form discharge planning yang 16 0
telah dibuat? (100%) (0%)
Sumber: Data Primer Tahun 2015
36
Discharge planning dilakukan secara lisan dan tertulis oleh perawat atau bidan
ruangan dengan memberikan checklist pasien pulang atau kartu control. Hasil
wawancara dengan perawat Irna Lantai 2 menyatakan bahwa proses discharge
planning sudah diikuti oleh dokter dan perawat yang bertanggung jawab, untuk
petugas kesehatan yang lain seperti gizi diikutkan dalam proses tersebut secara on
demand apabila pasien memang membutuhkan pemantauan terutama terhadap gizi
ketika sudah meninggalkan rumah sakit.
38
Penyelesaian
Program HE: Lain-lain
administrasi
1. Kontrol dan
obat/perawatan
2. Diet
3. Aktivitas dan istirahat
4. Perawatan diri
8. Dokumentasi keperawatan
Tabel Hasil Kuesioner Dokumentasi dengan Perawat dan Bidan di Lantai
2 RSIA Kendangsari Merr.
Kategori
No Kuesioner dokumentasi keperawatan Ya Tidak
1 Model dokumentasi keperawatan apa yang digunakan di 16 0
ruangan lantai 2 RSIA Kendangsari Merr, Apakah sudah (100%) (0%)
ada format pendokumentasian yang baku yang digunakan?
2 Apakah perawat sudah mengerti cara pengisisan format 16 0
dokumentasi tersebut dengan benar dan tepat? (100%) (0%)
3 Apakah menurut perawat format yang digunakan ini bisa 16 0
membantu (memudahkan) perawat dalam melakukan (100%) (0%)
pengkajian pada pasien
4 Apakah perawat sudah melaksanakan pendokumentasian 16 0
dengan tepat waktu (segera setelah melakukan tindakan)? (100%) (0%)
Pasien dipindahkan ke
UGD/POLI IRNA Lantai 2 atau VK
Bersalin
Perawat yang
bertanggung jawab
Pengkajian Keperawatan
4) Status Pernikahan
TabelStatus Perkawinan Responden diLantai 2 RSIA Kendangsari
Merr.
No Status perkawinan Jumlah %
1 Sudah menikah 2 12,5%
2 Belum menikah 14 87,5%
Total 16 100%
Sumber: Administrasi Lantai 2 Tahun 2015.
5) Tingkat pendidikan
Tabel Tingkat Pendidikan Responden di Lantai 2 RSIA
Kendangsari Merr.
No Tingkat pendidikan Jumlah %
1 D3 11 64,71%
2 D4 0 0%
3 S1 6 35,29%
4 S2 0 0%
Total 17 100%
Sumber: Administrasi Lantai 2 Tahun 2015.
1 PNS 0 0%
2 Kontrak 4 23,53%
3 Tetap 13 76,47%
Total 17 100%
Sumber: Administrasi Lantai 2 Tahun 2015.
Berdasarkan tabel status kepegawaian di atas, terlihat PNS tidak ada
(0%), pegawai kontrak 4 orang (23,53%) dan tetap 13 orang (76,47%).
d. Administrasi
10) Biaya yang masih dibebankan pada pasien adalah obat-obatan, yang
ditulis dengan resep dokter atau yang tertulis dalam rekam medik
dan kebutuhan lain yang bersifat insidentil.
11) Tarif rawat inap yang dibebankan kepada pasien dapat dilihat pada
gambar di bawah :
Gambar. Tarif Sewa Kamar Lantai 2/Rawat Gabung RSIA Kendangsari Merr.
Catatan :
- Harga tersebut dalam satuan ribu
- Harga tersebut merupakan harga perkiraan bukan paket, tergantung jasa dokter
dan ada tidaknya komplikasi
- Harga belum termasuk obat dan alat kesehatan, laboratorium, radiologi,
patologi anatomi, transfusi darah, dan tindakan-tindakan lain (kasus khusus)
*Per Hari
*Per Kunjungan
48
Tabel 2.38BOR Pasien di Irna Lantai 2 RSIA Kendangsari Merr Tanggal 18-
20Desember 2015 (Data Primer 2015).
No. Hari/Tanggal Total Pasien BOR
1. Jumat/18 Desember 2015 10 20%
2. Sabtu/19 Desember 2015 15 30%
3. Minggu/20 Desember 2015 10 20%
Sumber: Administrasi Irna Lantai 2
3. Konservatif 6 3 3 12 5.5%
4. Gynec 2 2 2 6 2,7%
Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (DEPKES 2005).
()
(( + ))
Berdasarkan rumus diatas dapat diketahui lama rawat inap pasien di Irna
lantai 2 bulan Oktober - Desember 2015 rata-rata yaitu 3,63 hari. Hal ini
4. Kecemasan
Tabel 2.44 Penilaian tingkat kecemasan pada pasien di IRNA lantai 2 pada
tanggal 18Desember 2015
No Tingkat kecemasan Jumlah pasien Presentase
1 Normal 8 100 %
2 Cemas ringan 0 0%
3 Cemas sedang 0 0%
4 Cemas berat 0 0%
Total 8 100 %
Sumber: Hasil Kuesioner
A. Peningkatan mutu
51
dekubitus, ISK, ILO, dan pneumonia. Berdasarkan data yang didapatkan dari
Tabel 2.45 Penilaian Keselamatan Pasien di IRNA lantai 2 RSIA Bulan Okt -
Des 2015
Keselematan pasien
Indikator Standar
Okt Nov Des
Ketidakpuasan pasien 0% 0% 0% 0%
berikut:
1. Plebitis
Tabel 2.46 Kejadian plebitis pada pasien di IRNA lantai 2 RSIA tanggal 18
Desember 2015.
No Kejadian Plebitis 18/12/15
1 Ya 0 pasien
2 Tidak 10 pasien
Total 10 pasien
Sumber: Administrasi Irna Lantai 2
5,26 % pada bulan November. Nilai tersebut didapatkan dari angka kejadian
plebitis di IRNA lantai 2 yang terdiri dari pasien dewasa maupun neonatus.
2. Dekubitus
ditemukan.
Tabel 2.47 Penilaian resiko jatuh pada pasien di IRNA lantai 2 tanggal 18
Desember 2015
No Resiko jatuh Shift pagi Shift sore Shift malam
1 Tidak beresiko 10 10 10
2 Resiko rendah 0 0 0
3 Resiko tinggi 0 0 0
Total 10 10 10
Sumber: Administrasi Irna Lantai 2
pengkajian Morse Fall Scale untuk pasien dewasa, sedangkan pada pasien
tanggal 18 Desember 2015 tidak ditemukan pasien dengan resiko jatuh dan
tidak ada kejadian jatuh. Data dari Bagian Mutu Pelayanan RSIA menunjukkan
4. Kepuasan pasien
Total 5 100 %
Sumber: Hasil Kuesioner
yang telah disebar pada tanggal 18 Desember 2015 didapatkan 5 pasien dewasa
5. Nyeri
penilaian nyeri untuk pasien dewasa maupun neonatus pada umumnya ada
pada setiap status pasien dan diisi secara teratur oleh perawat. Dari penilaian
B. Patient safety
adalah usaha untuk menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang
sering terjadi pada pasien selama di rawat di Irna lantai 2 RSIA. Adapun
dengan standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (Kemenkes 2011) dan JCI
Pada gelang identitas berwarna biru atau pink berisi identitas pasien
meliputi nama lengkap pasien, nomer rekam medik, usia pasien dan
gelang identitas yang dipakai pasien. Beberapa hal yang perlu dikonfirmasi
antara lain nama pasien dan alamat atau nama pasien dan tanggal lahir.
dengan menanyakan nama pasien dan alamat atau nama pasien Identifikasi
planning.
2015 pada pasien yang berada di Irna Lantai 2 yang hanya berjumlah
dilakukan oleh perawat namun pasien belum tahu jelas tujuan pemasangan
gelang.
55
dilakukan)
pasien, dan melaksanakan inform consent. SBAR juga digunakan pada saat
komunikasi atau perintah secara verbal maupun melalui telepon. Staf yang
maka Read Back harus dilakukan dengan mengulang kembali nama obat,
dilanjutkan dengan mengeja huruf demi huruf untuk obat obatan yang
56
berikan paraf bila tiap tahab telah dilaksanakan dengan tepat. Kolom P (
Irna lantai 2 sudahmemisahkan obat high alert pada sebuah tempat, sudah
57
Ketepatan sebelum melakukan tindakan terdiri dari tiga hal yaitu tepat
lokasi, tepat pasien, dan tepat prosedur. Proses untuk memastikan tepat
lokasi operasi yang diberikan oleh dokter. Proses untuk memastikan tepat
bahwa sudah ada form check list pre operasi. Prosedur pembedahan
bedah.
pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI). Selain tim PPI terdapat tim
pasien dan keluarga pada seorang pasien yang dirawat di Ruang Irna
Lantai 2 pasien dan keluarga yang belum mengetahui cara mencuci tangan
( 1) ISK
instrumen penilaian ISK. Pasien yang dirawat di IRNA lantai 2 RSIA tidak
ada yang mengalami ISK. Dari data PPI RSIA didapatkan bahwa kejadian
Terdapat pasien post operasi pada IRNA lantai 2 RSIA pada tanggal 18
Desember 2015.
( 3) Pneumonia
Pasien yang dirawat di IRNA lantai 2 RSIA tidak ada yang mengalami
tidak ditemukan.
59
WEAKNESS
(1) Jumlah perawat masih belum 0,3 2 0,6
sebanding dengan jumlah
pasien
(2) Sebagian perawat belum 0,1 2 0,2
memahami peran dan
fungsinya
(3) Tidak adanya tenaga 0,3 2 0,6
pembantu keperawatan
(4) Sebgian jumlah pasien 0,3 2 0,6
dengan tingkat
ketergantungan minimal
TOTAL 1 2,0
OPPORTUNITY
(1) Perawat mempunyai kemauan 0,3 3 0,9
untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi
(2) Rumah sakit memberikan 0,3 3 0,9
kebijakan untuk memberi
beasiswa dan pelatihan bagi
perawat ruangan
(3) Adanya pelatihan perawat 0,2 2 0,4
secara berkesinambungan
(4) Adanya kebijakan pemerintah 0,2 2 0,4
profesionalisme perawat
TOTAL 1 2,6
THREATENED
(1) Ada tuntutan tinggi dari 0,3 2 0,6
masyarakat untuk pelayanan
yang lebih professional
(2) Makin tingginya kesadaran 0,2 2 0,4
masyarakat akan pentingnya
kesehatan
(3) Persaingan dengan masuknya 0,2 2 0,4
perawat asing
(4) Rendahnya kesejahteraan 0,3 3 0,9
perawat
TOTAL 1 2,3
WEAKNESS
(1) Belum tersedianya spool hook 0,5 3 0,15
61
THREATENED
(1) Makin kritisnya tuntutan 0,4 3 0,12
masyarakat akan penggunaan
peralatan yang disesuaikan
dengan kebutuhan
pengobatan dan perawatan.
(2) Ada tuntutan tinggi dari
masyarakat untuk melengkapi 0,3 2 0,6
sarana dan prasarana.
(3) Makin maraknya RS yang
menawarkan kecanggihan
perawatan. 0,3 3 0,9
TOTAL
1 1,62
3 M3 (METHODE)
1. MAKP
1) Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
(1) RS memiliki visi, misi, dan 0,37 3 1,11
S-W= 3-2=
motto sebagai acuan
1
melaksanakan kegiatan
pelayanan.
(2) Kebanyakan atau hampir 0,21 3 0,63
semua perawat mengerti dan
memahami model yang
digunakan.
(3) Perawat memiliki 0,1 3 0,3
perencanaan untuk
menerapkan MAKP primer.
(4) Terlaksananya komunikasi 0,08 3 0,24
yang efektif : perawat dan tim
kesehatan lain.
(5) Mempunyai SOP yang jelas 0,1 3 0,3
62
WEAKNESS
(1) Ratio kualifikasi pendidikan 0,5 2 1
tenaga perawat masih belum
imbang untuk menerapkan
model MAKP primer.
(2) MAKP belum terlaksana 0,5 2 1
secara maksimal.
TOTAL 1 2
TOTAL 1 3,4
WEAKNESS
(1) Kartu penunggu pasien belum 1 3 3
digunakan secara maksimal.
TOTAL 1 3
THREATENED
(1) Persaingan dengan RS lain 0,4 3 1,5
yang memiliki sistem
komunikasi yang lebih baik.
(2) Ada tuntutan tinggi dari 0,3 2 0,6
masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
kesehatan yang profesional.
(3) Semakin tingginya 0,3 2 0,6
pemahaman masyarakat
tentang hukum.
TOTAL 1 2,7
3. Sentralisasi Obat
1) Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
(1) Perawat mengatakan 0,2 3 0,6 S-W = 3,2-
tersedianya sarana dan 3 = 0,2
prasarana untuk pengelolaan
sentralisasi obat.
(2) Perawat diberi wewenang 0,2 3 0,6
untuk sentralisasi obat.
(3) Ada lembar 0,2 3 0,6
pendokumentasian obat (oral
dan parenteral) yang diterima
di setiap status pasien
(medication chart).
(4) Adanya kepercayaan pasien 0,2 3 0,6
terhadap perawat.
(5) Ketua Irna mendukung 0,2 4 0,8
terlaksananya sentralisasi
obat.
64
TOTAL 1 3,2
WEAKNESS
(1) Terbatasnya sarana prasarana 1 3 3
yang menunjang
terlaksananya sentralisasi
obat.
TOTAL 1 3
TREATHENED
(1) Adanya tuntutan pasien untuk 1 3 3
mendapatkan pelayanan yang
profesional.
TOTAL 1 3
4. Timbang Terima
1) Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
(1) Seluruh perawatmengatakan 0,3 4 1,2
S-W = 3-2,5
timbang terima
= 0,5
merupakankegiatan rutin
yaitu dilaksanakan 3 kali
sehari.
(2) Seluruhperawat mengikuti 0,2 3 0,6
timbang terima, dan
memahami proses timbang
terima.
(3) Adanya kemauan perwat 0,2 3 0,6
melakukan timbang terima
(4) Laporan timbang terima yang
disampaikan dapat 0,15 2 0,3
menggambarkan. kondisi
pasien, tindakan yang
dilakukan dan rencana yang
belum dilakukan.
(5) Seluruhperawat mengisi buku 0,15 2 0,3
hand over untuk pelaporan
timbang terima.
TOTAL 1 3
65
WEAKNESS
(1) Setelah validasi ke pasien 0,5 2 1
tidak dilakukan diskusi lagi
(2) Timbang terima tidak tepat 0,5 3 1,5
waktu sesuai jadwal yang
ditentukan.
TOTAL 1 2,5
THREATENED
(1) Adanya tuntutan yang lebih 0,5 3 1,5
tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
keperawatan yang
profesional.
(2) Meningkatnya kesadaran 0,5 3 1,5
masyarakat tentang
tanggungjawab dan tanggung
gugat perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan
TOTAL 1 3
5. Ronde Keperawatan
1) Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
(1) Perawat mendukung kegiatan 0,3 3 0,9 S-W =
ronde keperawatan.
(2) Adanya kemauan perawat 0,3 2 0,6 2,7 2,6 = -
untuk melakukan ronde. 0,1
(3) Adanya komunikasi yang 0,4 3 1,2
baik antar tenaga kesehatan.
TOTAL 1 2,7
WEAKNESS
(1) Belum ada ronde keperawatan 0,4 3 1,2
selama ini.
66
6. Supervisi
1) Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
(1) Kepala bidang keperawatan 0,4 3 1,2
S-W = 3-
dan karu mendukung adanya
kegiatan supervisi demi 2,8= 0,2
peningkatan mutu pelayanan. 0,4 3 1,2
(2) Adanya kemauan perawat
untuk dilakukan supervisi.
(3) Merupakan rumah sakit 0,2 3 0,6
swasta dimana kualitas
pelayanan sangat diutamakan.
TOTAL
1 3
WEAKNESS
(1) Belum pernah dilakukan
supervisi terhadap perawat 0,3 3 0,9
ruangan.
(2) Belum ada uraian dan
petunjuk pelaksanaan yang 0,2 2 0,4
jelas.
67
THREATENED
(1) Tuntutan pasien sebagai 1 3 3
konsumen untuk
mendapatkan pelayanan yang
profesional.
TOTAL 1 3
7. Discharge Planning
1) Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
(1) Adanya kemauan untuk 0,3 3 0,9 S-W = 3 2,5
memberikan pendidikan = 0,5
kesehatan kepada pasien dan
keluarga pasien.
(2) Adanya format dicharge 0,3 3 0,9
planning yang berisi jadwal
pasien kontrol,obat-obatan
pasien, aturan diet dan hasil
laboratorium serta foto-foto.
(3) Adanya pemahaman tentang 0,2 3 0,6
perencanaan pulang oleh
perawat yang bertugas.
(4) Pemberian pendidikan 0,2 3 0,6
kesehatan dilakukan secara
lisan dan tertulis setiap pasien
/ keluarga.
TOTAL 1 3
68
WEAKNESS
(1) Perawat mengatakan tidak 0,5 2 1
tersedianya brosur atau leaflet
untuk pasien saat melakukan
perencanaan pulang.
(2) PerawatmengatakanDischarge 0,5 3 1,5
planning belum dilakukan
pembagian tugas
TOTAL 1 2,5
THREATENED
(1) Makin tinggi kesadaran 0,3 3 0,9
masyarakat akan pentingnya
kesehatan.
(2) Ada tuntutan tinggi dari 0,4 2 0,8
masyarakat untuk
melaksanakan pelayanan
keperawatan/ keperawatan
yang profesional.
(3) Persaingan antar rumah sakit 0,3 2 0,6
yang ketat.
TOTAL 1 2,3
8. Dokumentasi
1) Interal Faktor (IFAS)
STRENGTH
(1) Tersedianya sarana dan 0,2 4 0,8
S-W = 4
prasarana dokumentasi untuk
tenaga kesehatan. 3,5 = 0,5
(2) Penggunaan sistem 0,2 4 0,8
pendokumentasian SOAP.
(3) Format pendokumentasian 0,2 4 0,8
dengan model integration
sheet.
(4) Adanya sistem Read, write, 0,2 4 0,8
Repeat Back.
(5) Adanya kemampuan perawat 0,2 4 0,8
untuk melakukan
pendokumentasian.
69
TOTAL 1 4
WEAKNESS
(1) Pendokumentasian masih 0,5 4 2
manual dan membutuhkan
waktu yang lama
(2) Pengawasan terhadap 0,5 3 1,5
sistematika
pendokumentasian belum
dilaksanakan secara optimal. 1 3,5
TOTAL
TREATHENED
(1) Tingkat kesadaran 0,4 3 1,2
masyarakat (pasien dan
keluarga) akan tanggung
jawab dan tanggung gugat
(2) Persaingan RS dalam 0,6 2 1,2
memberikan pelayanan
keperawatan.
TOTAL 1 2,4
4 M4(Money)
1) Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
(1) Ada sumber dana yang 0,4 3 1,2
S-W = 2,1
menunjang kualitas fasilitas
3 = -1
dan pelayanan di RS.
(2) Adanya kerja sama dengan 0,3 2 0,6
beberapa perusahaan
asuransi.
(3) Ada petugas administrasi 0,3 1 0,3
pada hari senin sabtu,
sedangkan pada tanggal
merah pasien tetap
bisapulang dengan sisten
estimasi.
TOTAL 1 1,8
70
WEAKNESS
(1) Belum ada kerjasama dengan 1 3 3
BPJS
TOTAL 1 3
5 M5 (Mutu)
1) Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
(1) Kepuasan pasien terhadap 0,4 4 1,6
pelayanan kesehatan yang S-W = 3,4
telah diberikan di rumah 2,4 = 1
sakit. 0,3 3 0,9
(2) Tidak ada kejadian pasien
jatuh pada 3 bulan terakhir.
(3) Tidak ada kejadian 0,3 3 0,9
Medication error.
TOTAL 1 3,4
WEAKNESS
(1) Sosialisasi pemasangan 0,4 3 1,2
gelang identitas kepada
keluarga/pasien belum
optimal dilakukan.
(2) Identifikasi pasien resiko 0,3 2 0,6
jatuh belum optimal
dilakukan.
(3) Pemberian tanggal dan jam 0,3 2 0,6
pada pemasangan infus
pasien belum optimal. 1 2,4
TOTAL
71
1.5
0.5
Y-Values
IFAS
0 Linear (Y-Values)
-1.5 -1.3 -1.1 -0.9 -0.7 -0.5 -0.3 -0.1 0.1 0.3 0.5 0.7 0.9 1.1 1.3 1.5
-0.5
-1
-1.5
-2EFAS
Penyebab:
Waktu perawat banyak dipakai untuk tindakan atau intervensi ke pasien.
3. Ronde keperawatan
1). Kegiatan ronde keperawatan (RDK) belum dapat dilaksanakan secara
optimal di Ruang Irna Lantai 2.
2). Belum terbentuknya tim untuk ronde keperawatan.
Penyebab:
Kegiatan ronde keperawatan (RDK) selama ini belum dapat dilakukan karena
keterbatasan kasus yang ada dan terbatasnya fasilitas yang menunjang.
4. Sentralisasi obat
1). Informed concent sentralisasi obat belum tersedia, pasien hanya dijelaskan
secara lisan
2). Belum tersedianya sarana prasarana yang memadai untuk sentralisasi obat
3). Belum ada supervisi terhadap sentralisasi obat.
Penyebab : belum adanya format persetujuan khusus untuk sentralisasi obat,
belum adanya format untuk sentralisasi obat ( preaper, cheker, giver )
5. Supervisi
1). Belum memiliki format yang baku dalam pelaksanaan supervisi
2). Belum adanya acuan dan dokumentasi supervise yang jelas
3). Selama ini hanya dilaksanakan sesuai kebijakan dan kebutuhan supervisor
Penyebab : Belum adanya uraian dan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang
supervise
6. Timbang terima
1). Pelaksanaan timbang terima setelah validasi ke pasien tidak kembali ke
ruangan
2). Teknik timbang terima masih belum optimal karena masih fokus pada
hal-hal medis.
3). Tidak adanya evaluasi oleh karu tentang kesiapan timbang terima.
Penyebab:
76
78
79
keluar rumah sakit. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat
dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untukmerencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama
pasien dirawat (Nursalam, 2011). Pengelolaan yang dapat digunakan dalam
peningkatan mutu keperawatan berupa model asuhan keperawatan profesional
(MAKP) yang meliputi ketenagaan/pasien, penetapan sistem MAKP dan
perbaikan dokumentasi keperawatan dengan menerapkan prinsip SME (Sesuai
standar, Mudah dilaksanakan, Efektif dan Efisien). Model keperawatan
profesional ini mampu mendorong keperawatan dalam memperjelas deskripsi
kerja, meningkatkan kemampuan keperawatan dalam mendiskusikan masalah
dengan tenaga kesehatan yang lain dan membantu keperawatan untuk lebih
bertanggung gugat secara profesional terhadap tindakannya (Nursalam, 2011).
Kami mencoba menerapkan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
dengan metode pemberian asuhan keperawatan Primary Nursing, dimana
pelaksanaannnya melibatkan semua pasien kelolaan di Unit Rawat Inap
(IRNA) Lantai 2 RSIA Kendangsari Merr dengan tenaga keperawatan dan
kebidanan yang bertugas di ruang tersebut. Model asuhan keperawatan tersebut
diharapkan mampu menyelesaikan masalah dan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan profesional sehingga mampu memenuhi tuntutan masyarakat.
1. Masalah
1. MAKP yang digunakan di Unit lantai 2 RSIA KENDANGSARI MERR
adalah model primer. Pelaksanaa MAKP primer di RSIA Merr baru
dijalankan. Oleh karena itu sosialisasi diperlukan dalam memahami masing-
masing konsep MAKP.
2. Beberapa komponen MAKP primer yang digunakan IRNA Lantai 2 belum
terlaksana dengan baik.
81
2. Tujuan
1) Tujuan Umum
Perawat dapat menerapkan model MAKP Primary Nursing di ruangan
dengan baik.
2) Tujuan Khusus
a. Menganalisis komponen-komponen dari MAKP yang belum
terlaksana optimal di ruangan.
b. Membuat perencanaan pengoptimalan pelaksanaan MAKP.
c. Melakukan evaluasi dari pelaksanaan MAKP yang telah
direncanakan.
3. Target
a. Penerapan MAKP berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
b. Komponen-komponen MAKP terlaksana optimal.
c. Perawat mampu menerapkan MAKP primary nursing sesuai dengan job
description.
4. Program Kerja
1) Rencana Strategis
a. Mendiskusikan bentuk dan penerapan model MAKP yang
dilaksanakan yaitu model primary nursing.
b. Mengajukan proposal MAKP dan melaksanakan diseminasi awal.
c. Sosialisasi hasil diseminasi.
d. Melakukan pembagian peran perawat.
e. Melakukan pembagian peran perawat.
f. Menentukan diskripsi tugas dan tanggung jawab perawat.
g. Melakukan pembagian jadwal serta pembagian pembagian tenaga
perawat.
h. Menerapkan model MAKP yang sudah ditentukan.
i. Mengadakan sosialisasi tentang MAKP pada tenaga keperawatan
yang bertugas di IRNA lantai 2 dalam memahami masing-masing
konsep MAKP.
82
2) Pengorganisasian
a. Penanggung Jawab : A D L, S.Kep, Ns
b. Waktu : 14 - 20 Desember 2015
2. Tujuan
1) Tujuan Umum
Menjaga kesinambungan informasi keadaan pasien kepada setiap shift
2) Tujuan Khusus
a. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus).
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah/ belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan/kebidanan pada pasien.
c. Menyampaikan hal-hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh
bidan berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
3. Target
Timbang terima dapat berjalan lebih optimal dengan perbaikan format
konten yang disampaikan serta mempertahankan alur dan proses timbang
terima yang telah baik dalam pelaksanaanya.
Kriteria Evaluasi :
1) Struktur
a) Menentukan penanggung jawab timbang terima
b) Menyusun teknik timbang terima bersama-sama dengan staf
keperawatan
c) Menentukan materi timbang terima
d) Status pasien ditentukan
e) Persiapan buku laporan
2) Proses
a) Melakukan timbang terima bersama dengan ketua tim dan staf
kebidanan pada pergantian shift
b) Timbang terima dipimpin oleh ketua tim sebagai penanggung jawab
shift
84
3. Tujuan
1) Tujuan Umum
Perawat dapat mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan
sentralisasi obat dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat
2) Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai sentralisasi obat
b. Mampu mengelola obat pasien
c. Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program terapi
d. Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga terhadap perawat/ bidan
dalam pengelolaan sentralisasi obat
4. Target
1) Seluruh obat pasien sudah tersentralisasi dengan baik
2) Dokumentasi sentralisasi obat dapat terlaksana dengan optimal
5. Program Kerja
1) Rencana Strategis
a. Menentukan penanggungjawab sentralisasi obat
b. Menyusun proposal sentralisasi obat
c. Melaksanakan sentralisasi obat pasien bekerjasama dengan perawat,
dokter, dan bagian farmasi
d. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan sentralisasi obat
2) Pengorganisasian
a. Penanggung jawab : F N, Amd.Kep
b. Waktu : 2016
3.2.4. Supervisi
1. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan di rumah sakit berjalan secara sinergis antar disiplin
profesi kesehatan dan non kesehatan. Pelayanan yang berkualitas haruslah
didukung oleh sumber-sumber yang memadai, antara lain sumber daya
manusia yang bermutu, standar pelayanan termasuk pelayanan keperawatan
yang berkualitas, disamping fasilitas yang sesuai harapan masyarakat (Woke,
1990). Supervisi keperawatan merupakan salah satu upaya yang berupa
dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan
87
4. Target
1) Supervisi dilakukan secara terorganisasi dan rutin dalam kurun waktu
tertentu
2) Supervisi dinyatakan melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas dan
standar
3) Supervisi terdokumentasikan dengan baik dan benar
5. Program Kerja
1) Rencana Strategis
a. Mengajukan proposal pelaksanaan supervisi
b. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan
c. Menentukan materi supervisi keperawatan
d. Melaksanakan supervisi keperawatan bersama-sama perawat ruangan
e. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan
2) Pengorganisasian
a. Penanggung jawab : R L F, Amd.Kep
b. Waktu : 2016
3.2.5. Discharge Planning
1. Latar Belakang
Setiap orang yang sakit sebagian besar membutuhkan sarana pelayanan
kesehatan. Pada saat mereka pergi ke pelayanan kesehatan mereka
mengharapkan kesembuhan dari penyakitnya. Begitu juga orang yang sedang
dirawat di rumah sakit, mereka mengharapkan agar segera sembuh dari
penyakit yang dideritanya. Perawat dapat membantu klien yang mengharapkan
kesembuhannya dengan mempersiapkan mereka untuk merencanakan pulang
dari rumah sakit dan kembali ke rumah mereka masing-masing. Salah satu
bentuk peran perawat yang harus ditingkatkan keefektivitasannya adalah saat
89
pulang. Beberapa kendala yang dapat terjadi saat discharge planning yaitu
pelaksanaan yang kurang optimal karena beban kerja perawat yang mencakup
berbagai aspek pelayanan kesehatan dan ruangan belum menyediakan kartu
discharge planning dan leaflet. maka diharapkan pelaksanaan discharge
planning di ruang Irna lantai 2 RSIA Kendangsari Merr dapat tercapai secara
maksimal.
2. Masalah
1) Tidak tersedianya brosur atau leaflet untuk pasien saat melakukan
perencanaan pulang
2) Pemberian pendidikan kesehatan dilakukan secara lisan
3) Tujuan
1) Tujuan Umum
Perawat di Ruang IRNA Lantai 2 RSIA Kendangsari Merr mampu
menerapkan discharge planning dengan baik dan benar.
2) Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kebutuhan klien untuk discharge planning.
b. Mengidentifikasi masalah klien dalam discharge planning.
c. Membuat perencanaan discharge planning pasien
d. Hal-hal yang harus diketahui pasien sebelum pulang
e. Mengajarkan pada klien dan keluarga tentang perawatan klien di
rumah yang meliputi diet, aktivitas istirahat, waktu dan tempat
kontrol.
f. Melakukan evaluasi kepada klien atau keluarga selama pelaksanaan
discharge planning.
g. Mendokumentasikan pelaksanaan discharge planning.
4) Target
Kriteria evaluasi :
1). Evaluasi Struktur
a. Persiapan dilakukan saat pasien masuk ruang Irna Lantai 2 RSIA
Kendangsari Merr
b. Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik.
c. Menyusun proposal
91
d. Menetapkan kasus.
e. Pengorganisasian peran.
f. Penyusunan leaflet, kartu discharge planning.
2) Evaluasi Proses
a. Mengajarkan pada klien dan keluarga tentang perawatan klien di rumah
yang meliputi diet, aktivitas istirahat, waktu dan tempat kontrol.
b. Melakukan evaluasi kepada klien atau keluarga selama pelaksanaan
discharge planning.
c. Mendokumentasikan pelaksanaan discharge planning.
3) Evaluasi Hasil
a. Terdokumentasinya pelaksanaan pasien pulang
b. Informasi yang disampaikan dapat diterima oleh klien dan keluarga
5) Program Kerja
1) Rencana Strategis
a. Menentukan penanggung jawab discharge planning
b. Menentukan materi discharge planning
c. Menentukan pasien yang akan dijadikan subjek discharge planning
d. Menentukan jadwal pelaksanaan discharge planning
e. Melaksanakan discharge planning
2) Pengorganisasian
a. Penanggung jawab : Aliatul Muhimma, Amd. Kep
b. Waktu : 2016
tetapi masih ada beberapa aspek yang belum dijelaskan seperti hak dan
kewajiban pasien.
2. Masalah
1) Perawat tidak selalu mengorientasikan ruangan kepada pasien dankeluarga
2) Perawat tidak menjelaskan tentang hak dan kewajiban pasien
3. Tujuan
1) Tujuan Umum
Mengaplikasikan peran perawat/ bidan dalam penerimaan pasien baru sesuai
standar di Ruang Rawat Inap Lantai 2 RSIA Kendangsari Merr
2) Tujuan Khusus
a. Merencanakan penerimaan pasien baru dengan bekerja sama dengan
bidan
b. Menyusun SOP penerimaan pasien baru
c. Menyusun alur penerimaan pasien baru
d. Menyusun format lembar penerimaan pasien baru dan lembar serah
terima pasien
e. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan penerimaan pasien baru.
f. Mengevaluasi pelaksanaan penerimaan pasien baru
4. Target
1) Mensosialisasikan ulang pelaksanaan penerimaan pasien baru yang
benar.
2) Melaksanakan penerimaan pasien baru secara lengkap sesuai format
yang ada
3) Meningkatkan koordinasi antara perawat pelaksana dengan perawat
primer selaku penanggung jawab penerimaan pasien baru.
4) Memberikan kartu penunggu pada keluarga.
5. Program Kerja
1) Rencana Strategis
a. Menentukan penanggung jawab penerimaan pasien baru
b. Menentukan materi penerimaan pasien baru
c. Menentukan jadwal pelaksanaan penerimaan pasien baru
d. Melaksanakan penerimaan pasien baru
94
2) Pengorganisasian
a. Penanggung jawab : M, S.Kep, Ns
b. Waktu : 2016
3.2.7. Ronde Keperawatan
1. Latar Belakang
Dalam meningkatan mutu asuhan keperawatan/kebidanan sesuai
dengan apa yang menjadi tuntutan masyarakat dan perkembangan IPTEK
maka perlu pengembangan dan pelaksanaan suatu model asuhan
keperawatan profesional yang efektif dan efisien. Dalam metode
keperawatan primer merupakan salah satu metode pemberian pelayanan
keperawatan dimana salah satu kegiatannya adalah ronde keperawatan, yaitu
suatu metode untuk menggali dan membahas secara mendalam masalah
keperawatan yang terjadi pada pasien dan kebutuhan pasien akan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat primer ataupun perawat
pelaksana, konselor, kepala ruangan, dan seluruh tim keperawatan dengan
melibatkan pasien secara langsung sebagai fokus kegiatan. Dengan
dilakukannya ronde keperawatan diharapkan dapat memecahkan suatu
permasalahan keperawatan pada pasien melalui cara berpikir kritis
berdasarkan konsep asuhan keperawatan.
Ronde keperawatan adalah suatu sarana bagi perawat untuk membahas
masalah keperawatan dengan melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan,
konsultan keperawatan, serta tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi,
rehabilitasi medik). Selain dapat menyelesaikan masalah keperawatan
pasien, ronde keperawatan juga merupakan suatu proses belajar bagi perawat
dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor. Dari kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan
terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasikan konsep teori
secara langsung pada kasus yang nyata. Dengan dilakukannya ronde
keperawatan yang berkelanjutan ini diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan perawat ruangan untuk lebih berpikir secara kritis dalam
peningkatan perawatan secara professional. Dengan pelaksanaan ronde
keperawatan ini, juga akan terlihat kemampuan perawat dalam
95
melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan yang lain guna untuk
mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada klien (Nursalam, 2012).
Berdasarkan hasil validasi dari penanggungjawab kebidanan di Irna lantai 2
mengatakan sudah pernah dilaksanakan RDK (Refleksi Diskusi Kasus) atau
ronde keperawatan. RDK dilaksamakan sebanyak satu kali tentang kematian
bayi. Case study dilakukan secara diskusi antara bidan, dokter, ahli gizi atau
tim kesehatan lainnya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai pendorong untuk
proses tindak lanjut pelaksanaan ronde keperawatan (RDK) di ruangan
Instalasi Rawat Inap Lantai 2 RSIA Kendangsari Merr secara berkelanjutan.
2. Masalah
Belum memiliki standar operasional Ronde Keperawatan
3. Tujuan
1) Tujuan Umum
Perawat mampu menyelesaikan masalah pasien melalui ronde
keperawatan.
2) Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, perawat mampu:
a. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
b. Meningkatkan kemampuan validasi data klien
c. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
d. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
keperawatan
e. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien.
f. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
g. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
4. Target
Ronde keperawatan dapat berjalan dengan baik.
Kriteria Evaluasi :
1) Struktur
a. Menentukan tim ronde keperawatan
b. Menyusun teknik ronde keperawatan
96
3. Tujuan
1) Tujuan Umum
Melakukan evaluasi dan perencanaan terhadap proses pendokumentasian
keperawatan yang telah ada diruangan agar bisa terlaksana lebih optimal
sesuai standar.
2) Tujuan Khusus
a. Pengkajian dengan format SOR
b. Mengidentifikasi tindakan dan perkembangan pasien dengan
menggunakan sistem pendokumentasian model PIE modifikasi.
c. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan patologi
d. Mendokumentasikan dan melakukan sentralisasi obat oral dan injeksi
pada semua pasien kelolaan
e. Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan setiap hari
di lembar observasi
f. Melakukan timbang terima setiap pergantian sifht
g. Melakukan discharge planing pada pasien yang akan pulang
h. Melakukan resume keperawatan pada pasien yang sudah pulang
4. Target
1) Semua bidan diruangan memahami pentingnya dokumentasi
keperawatan yang dilakukan
2) Adanya upaya-upaya untuk memperbaiki proses dokumentasi yang telah
ada mendekati proses dokumentasi yang standar
Kriteria evaluasi
1) Struktur
(1) Menentukan penanggung jawab kegiatan
(2) Mendiskusikan format pengkajian dan pendokumentasian sesuai
dengan kasus di ruangan
(3) Menyiapkan format pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
(4) Menyiapkan format/ pendokumentasian keperawatan
2) Proses
99
2) Pengorganisasian
a. Penanggung jawab : R A Amd.Kep
b. Waktu : 2016
Tabel 3.1 Plan of Action
No Problem Tujuan Kegiatan Indikator Keberhasilan Waktu Penanggung
Jawab
1. Discharge Planning
100
101
supervisi
keperawatan dengan
baik
5. M2 MATERIAL
Kurangnya 1. Mengobservasi 1. Ditambahkannya 19 Minggu ke Devina
handsrub yang ada di Agar sarana dan ketersediaan sarana dan handrub 2-4 Dwiarini,
dalam ruangan guna prasarana ruangan prasarana IRNA Lantai 2. Tersedianya 8 Amd.Kep
mencegah infeksi Rawat Inap Lantai 2 2 dan menyesuaikan poster cuci tangan
silang dan tidak ada dapat di penuhi dan dengan standar Depkes. yaitu disetiap
poster cuci tangan dilengkapi untuk 2. Penyusunan jadwal rutin wastafel kamar
yang benar. mencegah terjadinya kegiatan inventarisasi mandi pasien dan
infeksi silang ataupun sarana dan prasarana dibawah handrub
yang lain. ruangan. diluar kamar pasien
3. Melakukan pengecekan 3. Adanya
kembali barang dan alat penanggung jawab
paska invetarisasi. inventarisasi sarana
4. Memberikan gambar prasarana.
atau poster cara cuci
tangan yang benar di
setiap wastafel.
3. Melaksanakan ronde
keperawatan/RDK
(strategi dan materi)
7. M4 Money
Minggu ke Lely
Masih kurangnya 2 Masudah,
jumlah pasien umum Amd. Keb
yang menggunakan
asuransi dari
perusahaan asuransi
besar.
8. M1 Man 1. a. Memodifikasi dan 1. a. Pemenuhan Septian
Beban Kerja memanfaatkan tenaga kebutuhan dasar Anindya,
Jumlah bidan masih Memenuhi jumlah yang telah ada di pasien terpenuhi Amd. Kep
belum sebanding bidan dan perawat ruangan untuk tindakan dan pasien
dengan jumlah pasien sebanding dengan noninvasif menyatakan
jumlah pasien b. mengatur dan puas dengan
menjadwalkan bidan dan pelayanan yang
perawat yang akan ada
mengambil cuti kecuali b. beban kerja
pada perawat yang bidan dan
punya urusan mendadak, perawat tidak
sehingga tenaga yang terlalu tinggi
ada di ruangan karena ada
mencukupi tenaga yang
membantu
104
108
109