You are on page 1of 21

Asuhan Keperawatan Skabies

ASKEP SKABIES

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Skabies adalah penyakit kulit yang mudah menular. Orang jawa sering menyebutnya
gudig. Penyebabnya adalah Sarcoptes scabei. Cara penularan penyakit ini adalah melalui
kontak langsung dengan penderita atau tidak langsung melalui alat-alat yang dipakai
penderita, misal : baju, handuk, dll.Gejala klinis yang sering menyertai penderita adalah :
Gatal yang hebat terutama pada malam hari sebelum tidur, Adanya tanda : papula (bintil),
pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas garukan), bekas-bekas lesi yang berwarna hitam,
Dengan bantuan loup (kaca pembesar), bisa dilihat adanya kunikulus atau lorong di atas
papula (vesikel atau plenthing/pustula).
Predileksi atau lokasi tersering adalah pada sela-sela jari tangan, bagian fleksor
pergelangan tangan, siku bagian dalam, lipat ketiak bagian depan, perut bagian bawah,
pantat, paha bagian dalam, daerah mammae/payudara, genital, dan pinggang. Pada pria khas
ditemukan pada penis sedangkan pada wanita di aerola mammae. Pada bayi bisa dijumpai
pada daerah kepala, muka, leher, kaki dan telapaknya. Pemariksaan adanya skabies atau
Sarcoptes scabei dengan cara :Melihat adanya burrow dengan kaca pembesar Papula, vesikel
yang dicurigai diolesi pewarna (tinta) kemudian dicuci dengan pelarutnya sehingga terlihat
alur berisi tinta Melihat adanya sarcoptes dengan cara mikroskopis, yaitu : Atap vesikelnya
diambil lalu diletakkan di atas gelas obyek terus ditetesi KOH 30%, ditutup dengan gelas
penutup dan diamati dengan mikroskop. Papula dikorek dengan skalpel pada ujungnya
kemudian diletakkan pada gelas obyek lalu ditutup dan diamati dengan mikroskop.
Meski sekarang sudah sangat jarang dan sulit ditemukan laporan terbaru tentang kasus
skabies diberbagai media di Indonesia (terlepas dari faktor penyebabnya), namun tak dapat
dipungkiri bahwa penyakit kulit ini masih merupakan salah satu penyakit yang sangat
mengganggu aktivitas hidup dan kerja sehari-hari. Di berbagai belahan dunia, laporan kasus
skabies masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status
ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang
baik atau cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari,
secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama
tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari
juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas
kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup
masyarakat. (Kenneth, F,1995).
Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas seluruh Indonesia
pada tahun 1986 adalah 4,6 % - 12,95 % dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12
penyakit kulit tersering. Di bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988,
dijumpai 704 kasus skabies yang merupakan 5,77 % dari seluruh kasus baru. Pada tahun 1989
dan 1990 prevalensi skabies adalah 6 % dan 3,9 % (Sungkar,S, 1995).

B. RUMUSAN MASALAH
Kasus 4
Tn.C (40 th) datang kepoliklinik kulit dengan keluhan gatal-gatal hebat, yang biasanya
semakin memburuk pada malam hari. Pada sela jari tangan, pada pergelangan tangan, sikut,
ketiak, terlihat adanya terowongan tungau. Klien mengatakan jarang mandi jika pulang kerja
karena pulang sudah larut malam.
Tentukan:
1. Diagnosa medis kasus tersebut
2. tanda-tanda dan hasil pemeriksaan penunjang yang ditunjukkan pada kasus di atas
mengarahkan penyakit apa?
3. kemungkinan apa yang terjadi jika tidak ditangani dengan baik (komplikasinya)?
4. identifikasi masalah utama pada pasien berdasarkan konsep patofisiologi yang kalian
ketahui?
5. lengkapi data-data klinis dan diagnostik pasien berdasarkan konsep patofiologi yang kalian
ketahui?
6. tentukanlah masalah keperawatan pada pasien tersebut dan penyebabnya
7. buat NCP dengan 3 diagnosa utama?
Dari kasus tersebut, Tn, C diagnosis medis kelainan kulit berupa Skabies
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Skabies merupakan infeksi kulit oleh kutu Sarcoptes scabies yang menimbulkan
gatal-gatal.Penyakit ini dapat ditemukan pada orang-orang yang miskin yang hidup ditengah
kondisi hygene yang dibawah standar, meskipun sering juga ditemukan pada orang-orang
yang sangat bersih. Skabies sering dijumpai pada orang-orang yang seksual aktif. Namun
demikian, investasi parasit ini tidak bergantung pada aktivitas seksual karena kutu tersebut
sering menjangkiti jari-jari tangan, dan sentuhan tangan dapat menimbulkan infeksi. Pada
anak-anak, tinggal semalaman dengan teman yang terinfeksi atau saling berganti pakaian
dengannya dapat menjadikan sumber infeksi. Petugas kesehatan yang melakukan kontak fisik
yang lama dengan pasien scabies dapat pula terinfeksi.
Kutu betina yang dewasa akan membuat terowongan pada lapisan superficial kulit
dan berada disana selama sisa hidupnya. Dengan rahang dan pinggir yang tajam dan
persendian kaki depannya, kutu tersebut akan memperluas terowongan dan mengeluarkan
telurnya 2 hingga 3 butir sehari selama 2 bulan. Kemudian kutu betina itu mati. Larva ( telur )
menetas dalam waktu 4 hingga 4 hari dan berlanjut lewat stadium larva serta nimfa menjadi
bentuk kutu dewasa dlam tempo sekitar 10 hari.
Scabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh seekor tungau
(kutu/mite) yang bernama Sarcoptes scabei, filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo
Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia oleh S. scabiei var homonis, pada babi oleh S.
scabiei var suis, pada kambing oleh S. scabiei var caprae, pada biri-biri oleh S. scabiei var
ovis.

B. ETIOLOGI
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman Sercoptes scabei varian
hominis.Sarcoptes scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina,
superfamili Sarcoptes.Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var hominis.Kecuali itu
terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung
dan bagian perutnya rata.Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.
Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang
jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4
pasang kaki, 2pasang longlegs di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2pasang longlegs
kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan longlegs
ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di
atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang
digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam
stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2
atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini
dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan,
tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2
bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki.
Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu
antara 8-12 hari.Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva
meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah
menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah
meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina
dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7-14 hari.Yang diserang adalah
bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa.Pada bayi,
karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang penyakit skabies ini.

C. PENGKLASIFIKASIAN SKABIES
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal,
sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain
(Sungkar, S, 1995):
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated). Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa
papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
2. Skabies incognito. Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid
sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa
terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi
atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.
3. Skabies nodular. Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus
biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila.
Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang
berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap
selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan
kortikosteroid.
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan. Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing.
Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak
menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang
sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha,perut, dada dan lengan. Masa
inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 8
minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan
siklus hidupnya pada manusia.
5. Skabies Norwegia. Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas
dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi
biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki
yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan scabies biasa, rasa gatal pada penderita
skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang
menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik
sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak
dengan mudah.
6. Skabies pada bayi dan anak. Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk
seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa
impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. (Harahap.
M, 2000).
7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden). Penderita penyakit kronis dan orang tua yang
terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
(Harahap. M, 2000).

D. MANIFESTASI KLINIS
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut :
1. Gatal-gatal yang hebat akibat reaksi imunologi tipe lambat terhadap kutu atau butiran
fesesnya.
2. Terbentuk terowongan bisa berupa lesi yang multiple, lurus atau bergelombang, berwarna
coklat atau hitam dan menyerupai benang, yang terlihat terutama diantara jari-jari tangan
serta pada pergelangan tangan.
3. Gatal-gatal pada malam hari ( gejala klasik) yang disebabkan karena peningkatan kehangatan
kulit yang menimbulkan efek stimulasi terhadap parasit tersebut.
4. Lesi sekunder sering di jumpai dan mencakup vesikel, papula, ekskoriasi serta kusta.
5. Superinfeksi bakteri terjadi akibat ekskoriasi yang tetap dari terowongan dan papula.
6. Lokasi yang sering adalah permukaan ekstensor siku, lutut, pinggir kaki, ujung-ujung sendi
siku, daerah sekitar putting susu, lipatan aksila, di bawah payudara yang menggantung, dan
pada atau di dekat lipatan paha atau gluteus, penis atau skrotum.
7. Erupsi yang berwarna merah dan gatal biasanya terdapat pada daerah-daerah kulit di
sekitarnya.
8. Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu
yang lembab dan panas.
9. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh anggota
keluarga.
10. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada uung menjadi
pimorfi (pustu, ekskoriosi). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum komeum tpis,
yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan
perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki
bahkan seluruh permukaan ulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala
dan wajah.
11. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemikan satu atau lebih
stadium hidup tungau ini.
12. Pada pasien yang selalu menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis
kadang kala sulit ditegakkan. Jia penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi,
impetigo, dan furunkulsis.

E. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi
kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-
kira sebulan setelah infestasi.Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemuannya papul, vesikel, dan urtika.Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta,
dan infeksi sekunder.Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

Patoflow
Tungau scabies penderita sendiri dan digaruk

Kontak kulit kuat (Bersalaman, bergandengan)

Timbul lesi (Pergelangan tangan)


Gatal (Sensitivitas terhadap secret)

Waktu 1 bulan setelah infestasi

Timbul papul,vesikel,urtika timbul erosi,eks koriosi, krusta

Digaruk infeksi sekunder

Kelainan kulit dermatitis menyebar luas

F. KOMPLIKASI
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis
akibat garukan.Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan
furunkel.Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan
komplikasi pada ginjal.Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti
skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.
Urtikaria
Urtikaria adalah reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi pada kulit yang berbatas
tegas dan menimbul (bentol), berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa
gatal.Urtikaria dapat berlangsung secara akut, kronik, atau berulang. Urtikaria akut umumnya
berlangsung 20 menit sampai 3 jam, menghilang dan mungkin muncul di bagian kulit lain.
Infeksi sekunder
Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut (folikel). Pada kulit yang
terkena akan timbul ruam, kemerahan dan rasa gatal. Di sekitar folikel rambut tampak
beruntus-beruntus kecil berisi cairan yang bisa pecah lalu mengering dan membentuk
keropeng.
Furunkel
Furunkel (bisul) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut dan jaringan
subkutaneus di sekitarnya.Paling sering ditemukan di daerah leher, payudara, wajah dan
bokong.Akan terasa sangat nyeri jika timbul di sekitar hidung atau telinga atau pada jari-jari
tangan.Furunkel berawal sebagai benjolan keras bewarna merah yang mengandung nanah.
Lalu benjolan ini akan berfluktasi dan ditengahnya menjadi putih atau kuning (membentuk
pustula). Bisul bisa pecah spontan atau mengeluarkan nanahnya, kadang mengandung sedikit
darah.
Infiltrat
Eksema infantum
Eksema atau Dermatitis atopik atau peradangan kronik kulit yang kering dan gatal
yang umumnya dimulai pada awal masa kanak-kanak.Eksema dapat menyebabkan gatal yang
tidak tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur.

G. Pemeriksaan Fisik :
Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit, termasuk membrane mukosa, kulit
kepala dan kuku. Prosedur Utama :
Inpeksi dan palpasi
Memerlukan ruangan yang terang dan hangat
Penlight dapat digunakan untuk menyinari lesi
Pasien dapat melepaskan seluruh pakaianya dan diselimuti dengan benar
Sarunga tangan harus selalu dipakai ketika melakkan pemeriksaan kulit
Tampilan umum dikaji :
Warna
Suhu
Kelembaban
Kekeringan
Tekstur kulit (kasar atau halus)
Lesi
Vaskularitas
Mobilitas
Kondisi kuku dan rambut
Turgor kulit
Edema
Elastisitas kulit

1. Pengkajian dan pemeriksaan fisik Scabies


Pengkajian dilaksanakan di bangsal bedah :
Biodata
a. Identitas pasien
Nama : Tn. K
TTL : -
Umur : -
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : -
Agama : -
Suku : -
Pendidikan : -
Diagnosa medis : Skabies
b. Identitas penanggungjawab
Nama : Ny. S
TTL : -
Umur : -
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : -
Agama : -
Suku : -
Pendidikan : -
Hub.dengan pasien : istri
Riwyat kesehatan
a. Keluhan utama
Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan merasakan gatal terutama pada
malam hari.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi edema karena garukan
akibat rasa gatal yang sangat hebat.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah masuk Rs karena alergi
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami yaitu kurap,
kudis.
Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Apabila sakit, klien biasa membeliobat di tko obat terdeat atauapabila tidak terjadi perubahan
pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.
b. Pola aktivitas latihan
Aktivitas latihan selama sakit :Aktivitas 0 1 2 3 4, Makan, Mandi, Berpakaian, Eliminasi,
Mobilisasi di tempat tidur
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dengan menggunakan alat bantu
2 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktivitas
c. Pola istirahat tidur
Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat pada malam hari.
d. Pola nutrisi metabolik
Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.
e. Pola elimnesi
Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, wrna kuning bau khas dan BAK 4-5x
sehari, dengan bau khas warna kuning jernih.
f. Pola kognitif perceptual
Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan penglihatan normal.
g. Pola peran hubungan
1. status perkawinan : menikah
2. Pekerjaan : petani
3. kualitas aktivitas :sebelum sakit klien rajin ke sawah untuk menggarap sawahnya
4. Sistem dukungan : istri dan anaknya
h. Pola nilai dan kepercayaan
Klien beragama islam, ibadah dilakukan secara rutin.
i. Pola konep diri
1. Harga diri : tidak terganggu
2. Ideal diri : tidak terganggu
3. Identitas diri : terganggu, karena merasa malu akibat penyakit yang dideritanya
4. Gambaran diri : tidak terganggu
5. Peran diri : tidak terganggu
j. Pola seksual reproduksi
Pada klien scabies mengalami gangguan pada seksual reproduksinya.
k. Pola koping
1. Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa gatal, dan pasien menjadi
malas untuk bekerja.
2. Kehilangan atau perubahan yang terjadiperubahan ya
BAB II
KONSEP MEDIS
1. PENGERTIAN

1) Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi (kepekaan)
terhadap Sarcoptes scabiei var. huminis dan produknya (Adhi Djuanda. 2007: 119-120).
2) Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah menular dari
manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah
Sarcoptes scabiei (Isa Ma'rufi, Soedjajadi K, Hari B N, 2005,http: //journal.unair.ac.id,
diakses tanggal 30 September 2008).
3) Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke
manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di
seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart,
1997: Rosendal, 1997,http: //journal.unair.ac.id, diakses tanggal 30 September 2008).

2. ETIOLOGI

Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara morfologik sarcoptes
scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval punggungnya cembung dan bagian perutnya
rata berwarna putih kotor dan tidak memiliki mata. Sarcoptes betina yang berada di lapisan
kulit stratum corneum dan lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam
terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas
menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina dan
hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa gatal.

3. PATOFISIOLOGI
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi
kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-
kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi,
krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi
tungau.

4. MANIFESTASI KLINIK
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardial berikut :
1) Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu
yang lembab dan panas.
2) Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia,misalnya mengenai seluruh anggota
keluarga.
3) Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada ujung menjadi
pimorfi (pustu, ekskoriosi). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum komeum tpis,
yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan
perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki
bahkan seluruh permukaan ulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala
dan wajah.
4) Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemikan satu atau lebih
stadium hidup tungau ini.

Keluhan utama pada penderita scabies adalah :


a) Rasa gatal terutama pada malam hari.
b) Tonjolan kulit (lesi) berwarna putih keabu-abuan sepanjang sekitar 1 cm.
c) Kadang disertai nanah karena infeksi kuman akibat garukan.

Klasifikasi scabies antara lain :

1) Scabies pada orang bersih, yaitu ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang
sedikit jumlahnya sehingga jarang dijumpai.
2) Scabies nodular, yaitu lesi berupa nodus cokelat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya
terdapat didaerah tertutup, terutama pada genetalia laki-laki. Nodus ini timbul sebagai reaksi
hipersensitivitas terhadap tungau scabies.
3) Scabies yang ditularkan melalui hewan,yaitu sumber utamanya adalah anjing, kelainan ini
berbeda dengan scabies manusia karena tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari
dan genetalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak
dengan binatang kesayangannya. Kelainan ini hanya bersifat sementara karena kutu binatang
tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
4) Scabies pada bayi dan anak, yaitu lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh,
termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan dan kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder
impetigo sehingga terowomgan jarang ditemukan.
5) Scabies terbaring ditempat tidur, yaitu kelainan yang sering menyerang penderita penyakit
kronis dan pada orang yang lanjut usia yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur terus.
Sehingga orang itu dapat menderita scabies dengan lesi yang terbatas.
6) Scabies Norwegia atau scabies krustosa, ini ditandai oleh lesi yang luas dengan
krusta,skuama generaisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predleksi biasanya kulit
kepala yang berambut, telinga, bokong,siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang disertai
distrofi kuku, namun rasa gatal tidak terlalu menonjol tetapi sangat menular karena jumlah
tungau yang menginfeksi sangat banyak (ribuan).

5. PENATALAKSANAAN
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan
iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah
diperoleh dan harganya murah.
Jenis obat topical :
1) Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan
orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya
adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur,
berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan iritasi.
2) Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam
selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal
setelah dipakai.

3) Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau losion, termasuk obat
pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi.
Obat ini tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena toksi
terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali dalam 8 jam. Jika masihada gejala,
diulangi seminggu kemudian.

4) Krokamiton 10% dalamkrim atau losio mempunyaidua efek sebagai antiskabies dan
antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada 50-
60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah 24 jam
pemakaian terakhir.

5) Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman arena sangat mematikan
untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.

6) Pemberian antibitika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area
yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Biodata (identitas pasien dan penanggung jawab).
b. Riwayat kesehatan.
c. Pola fungsi kesehatan.
d. Pemeriksaan fisik.
e. Analisa data

2. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

1) Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi.


Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien dapat segera teratasi.

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji intensitas nyeri, karakteristik
1. Mengetahui dimana letak nyeri
dan catat lokasinya. yang dirasakan klien dan seberapa
besar tingkat nyeri yang
dirasakannya.
2. Berikan perawatan kulit sesering
mungkin. 2. Agar tidak terjadi lesi atau luka
pada daerah kulit yang di serang
oleh kuman.
3. kolaborasi dengan dokter pemberi
analgesic. 3. Membantu mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan oleh klien.

2) Dx 2 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gatal yang dirasakan.
Tujuan : istirahat tidur terpenuhi karena berkurangnya nyeri dan rasa gatal.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tidur klien. 1. Mengetahui apakah kebutuhan


tidur klien terpenuhi.

2. Klien tidak sering terbangun pada


2. Untuk memenuhi kebutuhan
malam hari. istirahat tidurnya.

3. Ciptakan suasana yang membuat


3. Agar klien bisa istirahat dengan
klien merasa nyaman misal tempat tenang.
tidur yang bersih dan rapi.

3) Dx 3 : Gangguan rasa aman = cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang


penyakit.
Tujuan : cemas berkurang karena meningkatnya pengetahuan tentang penyakit.

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji rasa cemas pasien. 1. Pasien tenang.

2. Berikan kesempatan kepada pasien


2. Pasien kooperatif dengan program
untuk mengungkapkan rasa perawatan dan pengobatan.
cemasnya.

3. Pengetahuan pasien meningkat


3. Berikan penjelasan kepada pasien tentang penyakit, tanda-tanda,
mengenai : kondisi yang dialami, serta
a) Kondisi penyakitnya kemungkinan yang akan terjadi.
b) Program perawatan dan pengobatan
yang akan dilakukan
c) Hubungan istirahat dengan kondisi
penyakitnya.

4) Dx 4 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder.


Tujuan : konsep diri dipertahankan dan ditingkatkan.

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji makna kehilangan pada
1. Episode traumatic mengaki-
pasien/orang terdekat. batkan perubahan tiba-tiba,
tidak diantipasi membuat
perasaan kehilangan sehingga ia
2. Terima dan akui ekspresi frustasi memerlukan dukungan dalam
ketergantungan, marah, perhatikan perbaikan optimal.
perilaku menarik diri dan penggunaan
penyangkalan.
2. Penerimaan perasaan sebagai
respon normal terhadap apa
yang terjadi membantu
3. Bersikap realistis dan positif selama perbaikan,namun ini akan gagal
pengobatan pada penyuluhan kesehatan apabila pasien belum siap
dan menyusun tujuan dalam menerima situasi tersebut.
keterbatasan.

4. Berikan penguatan positif terhadap


3. Meningkatkan dan menjalin
kemajuan dan dorongan usaha untuk rasa saling percaya antara
mengikuti tujuan rehabilitas. pasien dengan perawat.

5. Dorong interaksi keluarga.

4. Kata-kata penguatan dapat


mendukung.

5. Mempertahankan atau mem-


buka garis komunikasi dan
memberikan dukungan sercara
terus menerus pada pasien dan
keluarga.

5) Dx 5 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema.


Tujuan : Integritas kulit membaik dan dapat dipertahankan.

INTERVENSI RASIONAL

1. Siapkan jadwal pemberian obat. 1. Agar dapat meningkatkan


efektivitas obat dengan pemberian
secara tepat dan teratur.
2. Bantu klien untuk pemberian obat
topical untuk daerah yang sulit
dijangkau. 2. Agar tidak terjadi kerusakan kulit
dengan pemberian obat topical
secara menyeluruh pada daerah
yang susah di jangkau klien.
3. Ajarkan teknik-teknik mencegah
infeksi yaitu tidak menggaruk lesi
dan menjaga kebersihan kulit. 3.
Agar tidak terjadi infeksi yang
disebabkan oleh kerusakan
4. Berikan pakaian yang longgar dan integritas kulit.
mampu menyerap keringat.

4. Agar tidak menekan dan


5. Kolaborasi pemberian obat sesuai memberikan rasa nyaman.
program pengobatan.

5. Membantu mencegah terjadinya


infeksi.

EVALUASI

1. Rasa nyeri dapat segera teratasi.


2. Rasa gatal berkurang sehingga istirahat tidur dapat terpenuhi.
3. Pengetahuan tentang penyakit meningkat sehingga cemas berkurang.
4. Konsep diri terjaga dan ditingkatkan.
5. Integritas kulit dapat dipertahankan.

Askep Scabies
Definisi Scabies

Menurut Handoko (2007), scabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh
infestasi dan sensitisasi terhadap tungau (mite) Sarcoptes scabei. Penyakit ini dikenal juga
dengan nama the itch, gudik, atau gatal agogo.
Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes scabei
tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau
terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.

Klasifikasi Scabies

Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga
dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain (Sungkar, S,
1995):
a. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya
sehingga sangat sukar ditemukan.
b. Skabies incognito.
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda
klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito
sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip
penyakit lain.
c. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat
didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul
sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies.
Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin
dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan
anti scabies dan kortikosteroid.
d. Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies
manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna.
Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang
kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi
lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena
S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
e. Skabies Norwegia.
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama
generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang
berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi
kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak
menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat
banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun
tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.
f. Skabies pada bayi dan anak.
Lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak
tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga
terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. (Harahap. M, 2000).
g. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat
menderita skabies yang lesinya terbatas. (Harahap. M, 2000).

Etiologi Scabies

Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman sercoptes scabei varian hominis. Sarcoptes
scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes.
Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang
lainnya pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor,
dan tidak bermata.

Manifestasi Klinis Skabies

Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut :


- Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu
yang lembab dan panas.
- Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seliruhanggota
eluarga.
- Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada uung menjadi
pimorfi (pustu, ekskoriosi). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum komeum tpis,
yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan
perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki
bahkan seluruh permukaan ulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala
dan wajah.
- Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemikan satu atau lebih
stadium hidup tungau ini.
Pada pasien yang selalu menjaga higiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis
kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi,
impetigo, dan furunkulsis.

Patofisiologi Scabies

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi
kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi
disebabkan leh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-
kira sebulan setelah infestasi. Pada saat it kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi,
krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi
tungau.

Penatalaksanaan Scabies

Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan
iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah
diperoleh dan harganya murah.
Jenis obat topical :
- Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan
orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya
adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur,
berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan iritasi.
- Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam
selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal
setelah dipakai.
- Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau losio, termasuk obat
pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi.
Obat ini tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena toksi
terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cup sekali dalam 8 jam. Jika masihada gejala,
diulangi seminggu kemudian.
- Krokamiton 10% dalamkrim atau losio mempunyaidua efek sebagai antiscabies dan
antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada 50-
60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah 24 jam
pemakaian teraKriteria Evaluasiir.
- Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman arena sangat mematikan
untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
- Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area
yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.

Konsep Dasar Askep Scabies

Pengkajian Keperawatan
Biodata
a. Identitas pasien
b. Identitas penanggungjawab
Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan merasakan gatal terutama pada
malam hari.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi edema karena garukan
akibat rasa gatal yang sangat hebat.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah masuk RS karena alergi
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami yaitu kurap,
kudis.
Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Apabila sakit, klien biasa membeliobat di tko obat terdeat atauapabila tidak terjadi perubahan
pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.
b. Pola aktivitas latihan
Aktivitas latihan selama sakit :
Makan
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi di tempat tidur
c. Pola istirahat tidur
Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat pada malam hari.
d. Pola nutrisi metabolik
Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.
e. Pola eliminasi
Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, warna kuning bau khas dan BAK 4-5x
sehari, dengan bau khas warna kuning jernih.
f. Pola kognitif perceptual
Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan penglihatan normal.
g. Pola peran hubungan
j. Pola seksual reproduksi
Pada klien scabies mengalami gangguan pada seksual reproduksinya.
k. Pola koping
Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa gatal, dan pasien menjadi
malas untuk bekerja.
Kehilangan atau perubahan yang terjadi klien malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Takut terhadap kekerasan : tidak
Pandangan terhadap masa depan
Klien optimis untuk sembuh

Diagnosa Keperawatan Pada Askep Scabies

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi


2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampian sekunder
4. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
5. resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kuit rusak dan prosedur infasif
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema

Intervensi Keperawatan Pada Askep Scabies

Diagnosa 1
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 24 jam, diharapkan nyeri klien
dapat teratasi dengan Kriteria Evaluasi:
- Nyeri terkontrol
- Gatal mulai hilang
- Puss hilang
- Kulit tidak memerah
Intervesi:
- Kaji intensitas nyeri, karakteristik dan catat lokasi
- Berikan perawatan kulit dengan sering, hilangkan rangsangan lingungan yang kurang
menyenangkan
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik
- Kolaborasi pemberian antibiotika
Diagnosa 2
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 24 jam diharapkan tidur klien
tidak terganggu dengan Kriteria Evaluasi :
- Mata klien tidak bengkak lagi
- Klien tidak sering terbangun dimalam hari
Intervensi:
- Berikan kenyamanan pada klien (kebersihan tempat tidur klien)
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
- Catat banyaknya klien terbangun dimalam hari
- Berikan lingkungan yang nyaman dan kurangi kebisingan
- Berikan minum hangat (susu) jika perlu
- Berikan musik klasik sebagai pengantar tidur
Diagnosa 3
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampian sekunder
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 24 jam diharapkan klien tidak
mengalami gangguan dalam cara penerapan citra diri dengan Kriteria Evaluasi :
- Mengungkapkan penerimaan atas penyakit yang di alaminya
- Mengakui dan memantapkan kembali sistem dukungan yang ada
- Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai pikiran, pandangan
dirinya
- Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah penanganan, perkembangan kesehatan
Diagnosa 4
Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 24 jam diharapkan klien tidak
cemas lagi dengan Kriteria Evaluasi :
- Klien tidak resah
- Klien tampak tenang dan mampu menerima kenyaataan
- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
- Postur tubuh ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya
kecemasan
- Identifikasi kecemasan
- Gunakan pendekatan yang menenangkan
- Temani pasien untuk memberian keamanan dan mengurangi ketakutan
- Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
- Berikan informasi faktual tentang diagnosis, tindakan prognosis
Diagnosa 5
Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kuit rusak dan prosedur infasif
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 24 jam diharapkan klien tidak
terjadi resiko infeksi dengan Kriteria Evaluasi :
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
- Menunjukkan perilaku hidup sehat
- Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan dan
penatalaksanaannya
- Monitor tanda dan gejala infeksi
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Batasi pengunjung bila perlu
- Instruksikan pada pengunjung untk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
meninggalkan pasien
- Pertahankan lingkngan aseptic selama pemasangan alat
- Berikan perawatan kulit pada area epidema
- Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan, panas
- Inspeksi kondisi luka
- Berikan terapi antibiotik bila perlu
- Ajarkan cara menghindari infeksi
Diagnosa 6
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan elama 3 24 jam diharapkan lapisan kulit
klien terlihat normal, dengan Kriteria Evaluasi :
- Integritas kulit yang bak dapat dipetahankan (sensasi, elastisitas, temperatur)
- Tidak ada luka atau lesi pada kulit
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit serta perawatan alami
- Perfusi jaringan baik
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Mandikan pasien dengan air hangat dan sabun

Implementasi Keperawatan

1. Mengkaji intensitas nyeri, karakteristik dan catat lokasi


2. Memberikan perawatan kulit dengan sering, hilangkan rangsangan lingkungan yang kurang
menyenangkan
3. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik dan antibiotika

Evaluasi Keperawatan

Masalah gangguan rasa nyaman nyeri dikatakan teratasi apabila :


- nyeri terkontrol
- gatal mulai hilang
- puss hilang
- kulit tidak memerah

Daftar Pustaka

Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3 jilid :
1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis
Harahap. M, 2000. Ilmu penyakit kulit. Hipokrates. Jakarta.
Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.

You might also like