You are on page 1of 12

BAB 2

LAPORAN PENDAHULUAN HDR

2.1 Pengertian
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara kronik, yaitu perasaan
negatif terhadap diri telah berlangsung lama. Gangguan harga diri rendah merupakan
masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang
sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif, membenci diri sendiri dan
menolak diri sendiri (Keliat, 1998).
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri atau cita
cita atau harapan langsung menghasilkan perasaan bahagia. (Budi Ana Keliat, 1998).
2.2 Komponen Konsep Diri
Menurut Stuatd and Sundeen ( 1998 ), konsep diri dibentuk dari lima komponen yaitu
gambaran diri ( body image ), ideal diri ( self care ), harga diri ( self esteem ), peran diri (
self role ), identitas diri (self identity ).
a. Gambaran Diri
Gambaran diri merupakan sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadaar, termasuk
persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat
ini dan masa lalu.
b. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan
standaar pribadi, aspirasi, tujuan ataau nilai yang ditetapkan.
c. Harga Diri
Harga diri adaalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku mempengaruhi ideal diri.
d. Peran Diri
Peran diri merupakan pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat.
e. Identitas Diri
Merupakan kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang
merupakan sintesa dari semua aspek kopnsep diri.

1
2.3 Penyebab Harga Dri Rendah
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang
tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistik.
Stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal, seperti :
trauma fisik maupun psikis, ketegangan peran, transisi peran situasi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian, serta transisi peran sehat
sakit sebagai transisi dari keadaan sehat dan keadaan sakit. (Stuart & Sundeen, 1991).
2.4 Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah
Tanda dan gejala yang dapat dikaji pada gangguan harga diri rendah adalah:
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit, misalnya: malu dan sedih karena rambut jadi rontok setelah mendapat terapi
sinar pada kanker.
2. Rasa bersalah pada diri sendiri, misalnya ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah
sakit, menyalahkan, mengejek, dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat, misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya tidak tahu apa-
apa atau saya orang bodoh.
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang
lain, suka menyendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya memilih alternatif
tindakan.
6. Mencederai diri, akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien
ingin mengakhiri kehidupan.
2.5 Poses Terjadinya Masalah
Respon Adatif Respon Maladatif

Aktualisasi Konsep Harga Diri Keracunan Deperson

Diri Diri Positif Rendah Identitas alisasi


Respon adaptif merupakaan respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma
social dan budaya yang secaraa umum berlaku dimasyarakat. Respon maladaptive adalah
respon yang diberikan individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari
norma-norma kebudayaan, sedangkan posisi harga diri rendah berada diantara respon adaptif
dan mal adaptif ( Stuard and Sudeen, 1998 )

2
Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan hidup akan gagal menerima
tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain. Ia akan tergantung pada orang tua dan
gagal mengembangkan kemampuan sendiri ia mengingkari kebebasan mengekspresikan
sesuatu termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan menjadi tidak sabar, kasar dan banyak
menuntut diri sendiri, sehingga ideal diri yang ditetapkan tidak tercapai.
Sedangkan stressor yang mempengaruhi harga diri rendah dan ideal diri adalah
penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh
yang tidak tepat, misalnya terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara.
Kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak tercapai, gagal bertanggung
jawab terhadap diri sendiri.
Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya kegagalan atau berduka disfungsional
dan individu yang mengalami gangguan ini mempunyai koping yang tidak konstruktif atau
kopingnya maladaptive.
Resiko yang dapat terjadi pada individu dengan gangguan harga diri rendah adalah
isolasi sosial: menarik diri karena adanya perasaan malu kalau kekurangannya diketahui oleh
orang lain. ( Stuart dan Sundeen, 1991 )
2.6 Akibat Harga Diri Rendah
Klien yang mengalami gangguan harga diri rendah bisa mengakibatkan gangguan
interaksi sosial : menarik diri, perubahan penampilan peran, keputusasaan maupun
munculnya perilaku kekerasan yang beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
(Keliat, 1998).
2.7 Faktor Predisposisi dan Presipitasi
1. Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah adalah pengalaman masa kanak-kanak
merupakan suatu faktor yang dapat menyebabkan masalah atau gangguan konsep diri.
Anak-anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua, lingkungan, sosial serta
budaya. Orang tua yang kasar, membenci dan tidak menerima akan mempunyai keraguan
atau ketidakpastian diri, sehingga individu tersebut kurang mengerti akan arti dan tujuan
kehidupan, gagal menerima tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, tergantung pada
orang lain serta gagal mengembangkan kemampuan diri. Sedangkan faktor biologis, anak
dengan masalah biologis juga bisa menyebabkan harga diri rendah. Misalnya anak lahir
menilai dirinya rigatif. (Stuart & Sundeen, 1991)
2. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi individu dan
individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Situasi atau stresor dapat
3
mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Stresor yang mempengaruhi harga diri dan
ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua yang berarti : pola
asuh anak tidak tepat, misalnya: terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan
saudara, kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak dapat dicapai, gagal
bertanggung jawab terhadap diri sendiri (Stuart Sundeen, 1991). Sepanjang kehidupan
individu sering menghadapi transisi peran yang dapat menimbulkan stres tersendiri bagi
individu.
Stuart dan Sundeen, 1991 mengidentifikasi transisi peran menjadi 3 kategori,
yaitu:
a. Transisi Perkembangan
Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap
perkembangan harus dilalui individu dengan menyelesaikan tugas perkembangan yang
berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stresor bagi konsep diri.
b. Transisi Peran situasi
Transisi peran situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau berkurang
orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya status sendiri menjadi
berdua atau menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan perubahan peran yang
dapat menimbulkan ketegangan peran, yaitu konflik peran tidak jelas atau peran
berlebihan.
c. Transisi Peran Sehat-Sakit
Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat
perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen
konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri. (Stuart & Sundeen,
1991)
2.8 Mekanisme Koping
Menurut Keliat (1998), mekanisme koping pada klien dengan gangguan konsep diri dibagi
dua yaitu:
1. Koping jangka pendek
a. Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis, misalnya :
pemakaian obat, ikut musik rok, balap motor, olah raga berat dan obsesi nonton
televisi.
b. Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas, misalnya: ikut kelompok
tertentu untuk mendapat identitas yang sudah dimiliki kelompok, memiliki kelompok
tertentu, atau pengikut kelompok tertentu.

4
c. Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri atau
identitas diri yang kabur, misalnya: aktivitas yang kompetitif, olah raga, prestasi
akademik, kelompok anak muda.
d. Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan, misalnya: penjelasan tentang keisengan
akan menurunnya kegairahan dan tidak berarti pada diri sendiri dan orang lain.
2. Koping jangka panjang
Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka panjang.
Penyelesaian positif akan menghasilkan ego identitas dan Keunikan individu.
Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan masyarakat.
Remaja mungkin menjadi anti sosial, ini dapat disebabkan karena ia tidak mungkin
mendapatkan identitas yang positif. Mungkin remaja ini mengatakan saya mungkin
lebih baik menjadi anak tidak baik.
Individu dengan gangguan konsep diri pada usia lanjut dapat menggunakan ego-
oriented reaction (mekanisme pertahanan diri) yang bervariasi untuk melindungi diri.
Macam mekanisme koping yang sering digunakan adalah : fantasi, disosiasi, isolasi,
proyeksi.
Dalam keadaan yang semakin berat dapat terjadi deviasi perilaku dan kegagalan
penyesuaian sebagai berikut: psikosis, neurosis, obesitas, anoreksia, nervosa, bunuh diri
criminal, persetubuhan dengan siapa saja, kenakalan, penganiayaan.
2.9 Pohon Masalah

Resiko Isolasi Sosial

Harga diri rendah


Core problem

Berduka Disfungsional

2.10 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Menurut Stuard and Sudeen ( 1998 ) pengkajian pada pasien harga diri rendah meliputi
tingkah laku :
o Menyalahkan diri atau orang lain
o Produktivitas menurun.

5
o Gangguan berhubungan
o Rasa bersalah
o Mudah marah
o Pesimis terhadap kehidupan
o Keluhan fisik
o Menarik diri dari realita
o Cemas dan takut
o Menguruing diri
o Penyalahgunaaan zat
Sedangkan menurut Towsend ( 1998 ) pada pasien dengan gangguan harga diri rendah
akan ditemukan batasan karakteristik :
o Kurang kontak mata
o Ungkapan yang mengaktifkan diri
o Ekspresi rasa malu
o Mengevaluasi diri sebagai individu yang tidak mampu untuk menghadapi berbagai
peristiwa.
o Menolak umpan balik yang positif dan melebih-lebihkan umpan balik yang
negatif tentang dirinya.
o Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal yang baru.
o Hipersensitif terhadap kritik, mudah tersinggung dengan pembicaraan orang lain.
a. Masalah Keperawatan
1) Gangguan konsep diri : harga diri rendah
2) Gangguan citra tubuh
3) Isolasi sosial : menarik diri
b. Data yang Perlu di Kaji
No Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif
1 Masalah utama : Mengungkapkan Merusak diri sendiri
Gangguan konsep diri : ingin diakui jati
harga diri rendah dirinya
Mengungkapkan Merusak orang lain
tidak ada lagi yang
peduli
Mengungkapkan Menarik diri dari
tidak bisa apa-apa hubungan sosial

Mengungkapkan Tampak mudah


dirinya tidak tersinggung
berguna
Mengkritik diri Tidak mau makan dan
6
sendiri tidak tidur

2 Masalah Keperawatan : Mengkritik diri Tampak sedih dan


Penyebab gangguan citra sendiri tidak melakukan
tubuh aktivitas yang
seharusnya dapat
dilakukan

Mengungkapkan Wajah tarnpak


perasaan main murung
terhadap diri
sendiri
Mengungkapkan Klien terlihat lebih
malu dan tidak suka sendiri
bisa bila diajak
melakukan sesuatu Bingung bila disuruh
Perasaan tidak memilih alternatif
mampu tindakan
Perasaan negatif
mengenai dirinya
sendiri

3 Masalah Keperawatan: Mengungkapkan Ekspresi wajah


Akibat Isolasi sosial : tidak berdaya dan kosong
menarik diri tidak ingin hidup
lagi
Mengungkapkan Tidak ada kontak mata
enggan berbicara ketika diajak bicara
dengan orang lain
Klien malu Suara pelan dan tidak
bertemu dan jelas
berhadapan
dengan orang lain

2. Diagnosa Keperawatan
a. Harga diri rendah
b. Resiko isolasi sosial
3. Intervensi Keperawatan
a. Harga diri rendah
N Masalah
Tindakan keperawatan pada pasien
o keperawatan
1 Harga diri rendah 1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek
Tujuan positif yang masih dimiliki pasien.untuk
1. Pasien dapat membantu pasien agar dapat mengungkapkan
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih
kemampuan dan aspek dimilikinya, perawat dapat:
positif yang dimiliki a. Mendiskusikan sejumlah kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki pasien seperti
kegiatan pasien, dirumah, dalam keluarga
7
dan lingkungan keluarga serta lingkungan
terdekat paseien
b. Memberi pujian realistik atau nyata dan
hindarkan setiap kali bertemu dengan
pasien penilaian yang negatif
2. Pasien dapat menilai 2. Membantu pasien menilai kemampuan yang
kemampuan yang dapa dapat digunakan, untuk tindakan tersebut kita
digunakan dapat
a. Mendiskusikan dengan pasien kemampuan
yang masih dapat dilakukan saat ini
berdasarkan kemampuan yang telah
diidentifikasi
b. Membantu pasien menyebutkan dan
memberi penguatan terhadap kemampuan
diri yangdiungkapkan pasien
c. Memperlihatkan respon yang kondusif dan
menjadi pendengar yang aktif
3. Pasien dapat menetapkan 3. Membantu psien memilih atau menetapkan
atau memilih kegiatan kemampuan yang akkan dilatih. Tindakan
yang sesuai kemampuan keperawatan yangdapat dilakukan adalah:
a. Mendiskusikan kemampuan yang masih
dapat dilakukan dan memilih kemampuan
yang akan dilatih
b. Memberikan dukungan dan memilih
kemampuan yang paling udah dilakukan
c. Membantu pasien memilih kemampuan
sesuai dengan kondisi pasien saat ini
4. Pasien dapat melatih 4. Melatih kemampuan yang dipilh pasien.
kegiatan yang sudah Untuk tindakan keperawatan trsebut kita
dipilih, sesuai kemampuan dapat melakukan
a. Memotivasi pasien untuk melatih
kemampuanyang dipilih
b. Mendiskusi cara melakukan kemampuan
yang dipilih
c. Memberi contoh cara melaksanakan
kemampuan yang dpilih
d. Membantu pasien melakukan sendiri
kemampuan yang dipilih
e. Memberikan dukungan dan pujian pada
setiap kegiatan yaang dapat dilakukan
pada pasien
5. Pasien dapat menyusun 5. Membantu menyusun jadwal pelaksanaan
jadwal untuk melakukan keemampuan yang dilatih
kegiatan yang sudah a. Memberi kesempatan pada pasien untuk
dilatih mencoba kegiatan yang telah dilatih secara
mandiri
b. Membantu pasien memasukkan
kemampuan yang telah dilatih dalam
jadwal kegiatan sehari-hari
c. Berikan kesempatan pada pasien untuk
mengungkapkan perasannya setelah
pelaksaanaan kegiatan
8
Strategi Pelaksanaan
a. Pada Pasien
SP 1: Diskusikan kemampan dan aspek positif yang dimiliki pasien, bantu pasien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, bantu pasien memilih dan
menetapkan kemampuan yang akan dilatih, latih kemampuan yang sudah dipilih dan
susun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dan rencana harian
Orientasi
selamat pagi, bagaimana keadaan V hari ini? V terlihat segar
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemmapuan dan kegiatan yang pernah V
lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat V lakukan. Setelah
kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita atih.
dimana kita duduk? Bagaimana kalau diruang tamu? Bagaimana kaau 0 atau 15 menit?
Kerja
V, apa saja kemampuan yang V miliki? Bagus, apalagi? Saya buat daftarnya ya! Apapula
kegaitan rumah tangga yang biasa V lakukan?Bagaimna dengan merapikan kamar?
Menyapu? Mencuci pirin... Dst.
Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang V miliki.
V, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan? Coba
kitalihat, yang pertama dapatkah, yang kedua... Sampai 5 (mis, ada tiga yang masih dapat
dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih dapat dikerjakan.
sekarang, coba V pilih satu keggiatan yang masih dapat dikerjakan. O yang nomor 1,
merapikan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan
tempat tidur V. Mari kita lihat tempat tidur V. Coba lihat, sudah rapikah tempat
tidurnya?
nah, kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
seimutnya.bagus! Sekarang kitaangkat spreinya, dan kasurnya kita balik! Nah, sekarang
kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus! Sekarang sebelah kaki, tarik
dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapikan, dan
letakkan disebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/ kaki.
Bagus!
V sudah dapat merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah
dengan sebelum dirapikan?Bagus
coba V lakukan dan jangan lupa memberi tanda dijadwal harian dengan huruf M
(mandiri) kalau V lakukan tanapa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan dapat
melakukan dan T (tidak) melakukan.
Terminasi
bagaimana perasaan V setelah kita bercakap-cakep dan latihan merapikan tempat tidur?
Yah, V ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan dirumah sakit ini.
Salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah V praktikkan dngan baik sekali.
sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. V. Mau berapa kali sehari merapikan
tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi pukul berapa? Lalu sehabis istirahat, pukul 4
sore
besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. V masih ingat kegiatan apalagi
yang mampu diilakukan dirumah selain merapikan tempat tidur? Ya bagus, cuci
piring.....kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok pukul 8 pagi didapur ruagan
ini sehabis makan pagi. Sampai jumpa ya.

9
SP 2 latih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien
Orientasi:
selamat pagi, bagaimana perasaan V pagi ini? Wah, tampak cerah
bagaimana V, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/tadi pagi? Bagus (kalau
sudah dilakukan, kalau beum bantu lagi), sekarang kita akan latihan kemampuan
kedua.masih ingat apa kegiatan itu V?
ya bener, kita akan latihan mencucipiring di dapur
waktunya sekitar 15 menit. Mari kita kedapur!
Kerja:
V, sebelum kita mencuci piring, kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu
sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk
membilas, V dapat menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh iya, jangan lupa
sediakan tempat sampah untuk membuang sisa makanan.
sekarang, saya perlihatkan dulu ya caranya.
setelah semua perlengkapan tersedia, V ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa
kotoran yang ada dipiring tersebut ketempat sampah. Kemudian V bersihkan piring
tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencusci piring.
Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sebun di
piring tersebut. Setelah itu V dapat mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak
yang sudah tersedia didapur.nah selesai...
sekarang cba V melakukan....
bagus sekali, V dapat mempraktikkan cuci piring dengan baik. Sekarang dilap
tangannya.
Terminasi:
bagaimana perasaan V setelah latihan cuci piring?
bagaiman jika kegiatan mencuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari, V
mau berapa kali V mencuci piring? Bagus sekali V mencuci piring tiga kali setelah
makan.
besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapikan tempat tidur dan
cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan melakukan latihan
mengepel.
mau pukul berapa? Sama dengan sekarang? Baik, selamat pah=gi.
b. Pada Keluarga
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di
rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien:
Tujuan :
1. Keluraga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
2. Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang msih dimiliki pasien
3. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan
memberikan pujian atas keberhasilan pasien
4. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
Tindakan keperawatan :
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
2. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien.

10
3. Diskusikan denghan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memui pasien
atas kemampuannya.
4. Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
5. Demonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
6. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya.
7. Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan paien dirumah

SP1: diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien


dirumah, jelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala HDR jelaskan cara
merawat pasien dengan HDR demonstrasikan cara merawat pasien HDR dan
beri kesempatan pada keluarga untuk mempraktikkan cara merawat.
Orientasi
selamat pagi!
bagaimana keadaan bapak/ibu pagi ini?
bagaimana kalau pagi ini kita nbercakap-cakap cara merawat V, berapa lama waktu
bapak atau ibu? 30 menit? Baik, mmari duduk diruang tamu!
Kerja
apa yang bapak atau ibu ketahui tentang masalah V?
ya memang benar sekali pak/buk, V itu memang tidak terlihat percaya diri dan sering
menyalahkan dirinya sendiri. Mis; V, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan
dirinya adalah orang yang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak bapak atau ibu
memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran
yang selalu negatif terhadap dirinya sendiri. Bila keadaan V terus-menerus seperti itu,
V dapat mengalami masalah yang lebih berat lagi, misal V lebih memilih mengurung
diri dan tidak mau bertemu dengan orang lain.
samapi disini, bapak atau ibimengerti apa yang dimaksud HDR?
bagus sekali bapak/ibi sudah mengerti.
setelah kita mengerti bahwa massalah V dappat menjadi masalah serius, maka kita
perlu memberikan perawatan yang baik terhadap V.
bapak/ibu, apasaja kemampuan yang dimiliki V? Ya benar, dia juga mengatakan hal
yang sama (kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan V).
V itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapikan tempat tidur dan mencuci
piring.serta telah dibuat jadwal untuk melakukannya. Untuk itu, bapak/ibu dapat
mengingatkan V untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu dalam
menyiapkan alat-alatnya ya pak/buk. Dan jangan lupa memberi pujian agar harga
dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cheklist pada jadwal kegiatannya.
selain itu, bapak/ibu tetap perlu memantau perkembangan V. Jika masalah harga
dirinya muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/ibu bisa membawa V kepuskesmas.
nah, bagaimana kalau sekarang kita praktikkan cara memberi pujian pada V? Temui
V dan tanyakan kegiatan yang sudah dilakukan lalu berikan pujian dengan
mengatakan: bagus sekali V kamu sudah semakin terampil mencuci piring.
coba bapak atau ibu praktikkan sekarang. Bagus.
Terminasi:
Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah percakapan kita ini?
dapatkah bapak/ibu menjelaskan kembali masalah yang dihadapi V dan cara
merawatnya?
bagus sekali bapak/ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali bapak/ibu
11
kemari lakukan seperti itu. Nanti dirumah juga seperti itu.
bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi
pujian langsung kepada V
pukul berapa bapak/ibu akan atang? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.
SP:2 Melatih keluarga cara memperaktekkan cara merawat pasien dengan
masalah HDR langsung kepada pasien
Orientasi :
Selamat pagi, bapak/ibu?
bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini?
Bapak/ibu masih ingat latihan merawat anak bapak/ibu seperti yang kita pelajari dua
hari yang lalu?
baik, hari ini kita akan memperaktekkannya langsung kepada V.
waktunya 20 menit.
sekarang mari kita temui V.
Kerja:
selamat pagi, V. bagaimana perasaan V hari ini?
hari ini saya datang bersama orang tua V. seerti yang sudah saya katakan
sebelumnya, orang tua V juga ingin merawat V agar V cepat pulih. ( kemudian anda
berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
nah pak/ibu, sekarang bapak atau ibu dapat memperaktekkan apa yang sudah kita
latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan anak
bapak/ibu
( anda mengobservasi keluarga memperaktekkan cara merawat pasien seperti yang
telah di latihkan pada pertemuan sebelumnya).
bagaimana perasaan V setelah berbincang-bincang dengan orang tua V?
baiklah, sekarang saya dan orang tua V ke ruang perawat dulu.
(anda dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminsi dengan keluarga).
Terminasi:
bagiman perasaan bapak/ibu setelah kita latihan tadi?
mulai sekarang bapak/ibu sudah dapat melakukan cara merawat tadi kepada V.
tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman bapak/ibu
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. waktu dan tempatnya sama seperti
sekarang pak/ibu. sampai jumpa.
SP: 3 Buat perencanaan lanjutan merawat bersama keluarga
Orientasi:
Selamat pagi pak/ibu?
karena hari ini hari terakhir kunjungan saya, makakita kan membicarakan jadwal
kegiatan V selama di rumah.
berapa lama bapak/ibu ada waktu? mari kita bicarakan di kantor.
Kerja :
pak/ ibu ini jadwal kegiatan V selama ini. pak/ibu tolong dilanjutkan, baik jadwal
kegiatan atau jadwal kegiatan minum obatnya.
hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh V.
(misal: kalau V terus-menerus menyalahkan diri sendiri dan berfikiran negatif terhadap
diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan prilaku membahayakan orang
lain. jika hal ini terjadi segera hubungi kader Winda atau telpon saya di puskesmas
Indra puri, nomor telpon puskesmasnya xxxxxxx
Terminasi:
Bagaimana, pak/ibu?ada yang belum jelas? ini jadwal kegiatan harian v. jangan lupa
kontrol kePuskesmas sebelum obat habis atau jika da gejala yang tampak. selamat
siang.

12

You might also like