Professional Documents
Culture Documents
1 Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam
bunuh diri
2
Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri
3
Mengancam bunuh diri, misalnya : Tinggalkan saya sendiri atau saya
4 bunuh diri.
b. Perilaku
1) Perilaku ketidakpatuhan
Individu sadar alasan tidak patuh, merupakan tindakan yang merugikan diri
sendiri. Telah diperkirakan bahwa sebagian dari pasien tidak patuh terhadap
rencana pengobatan kesehatan mereka. Perilaku yang berkaitan dengan
ketidakpatuhan terhadap pengobatan ditunjukkan dengan meremehkan keseriusan
terhadap masalah, adanya penyakit kronik yang ditandai dengan periode
asimtomatik, mencari muzizat penyakitnya, sering berganti petugas kesehatan
dann rasa bersalah yang mengganggu asuhan keperawatan.
2) Perilaku mencederai diri
Istilah lainnya self abuse, self-directed aggression, self-ham, self-inflicted injury,
self mutilation. Mencederai diri adalah suatu tindakan membahayakan diri sendiri
yang dilakukan dengan sengaja, tanpa bantuan orang lain. Bentuk mencederai diri
termasuk memotong atau membakar kulit, membenturkan kepala, mengkorek-
korek luka dan menggigit jari. Perilaku ini sering ditunjukkan pada klien retardasi
mental, psikotik dan gangguan kepribadian.
3) Perilaku bunuh diri
Semua bentuk perilaku bunuh diri baik ancaman, usaha atau perilaku bunuh diri
harus ditanggapi secara serius apapun tujuannya. Namun perhatian lebih
ditujukan ketika seseorang merencanakan atau mencoba dengan cara yang paling
mematikan seperti menembak diri, memotong urat nadi, menabrakkan diri ke
kendaraan dan atau terjun dari ketinggian. Cara yang kurang mematikan seperti
minum racun serangga dan menggantungkan diri, memberikan waktu untuk
mendapatkan pertolongan saat tindakan bunuh diri telah dilakukan. Berdasarkan
besar kemungkinan individu melakukan bunuh diri, maka bunuh diri di bagi 3
yaitu :
a) Ancaman bunuh diri (suicide threats) Merupakan peringatan verbal atau non
verbal bahwa seseorang tersebut mempertimbangkan bunuh diri. Individu
akan mengatakan bahwa hidupnya tidak akan lama lagi atau mungkin
menunjukkan respon non verbal dengan memberikan barang-barang yang
dimilikinya. Misalkan dengan mengatakan tolong jaga anakku karena saya
akan pergi jauh atau segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya. Perilaku ini
harus dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan saat ini. Ancaman
menunjukkan ambivalensi tentang kematian.
b) Percobaan bunuh diri (suicide attempts) Klien sudah melakukan percobaan
bunuh diri. Semua tindakan yang dilakukan terhadap diri sendiri yang
dilakukan oleh individu dan dapat menyebabkan kematian, jika tidak
dilakukan pertolongan segera. Pada kondisi ini klien aktif mencoba bunuh diri
dengan berbagai cara seperti gantung diri, minum racun, memotong urat nadi
atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.
c) Completed suicide. Terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
terabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar
mati mungkin akan mati, jika tidak ditemukan pada waktunya.
c. Faktor Prediposisi
Beberapa faktor prediposisi perilaku bunuh diri meliputi :
a. Diagnosa medis; gangguan jiwa
Diagnosa medis gangguan jiwa yang beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan
afektif, penyalahgunaan zat dan schizophrenia. Lebih dari90% orang dewasa
mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri mengalami gangguan jiwa.
b. Sifat kepribadian
Sifat kepribadian yang meningkatkan resiko bunuh diri yaitu suka bermusuhan,
impulsif, kepribadian anti sosial dan depresif.
c. Lingkungan psikososial
Individu yang mengalami kehilangan dengan proses berduka yang
berkepanjangan akibat perpisahan dan bercerai, kehilangan barang dan
kehilangan dukungan sosial merupakan faktor penting yang mempengaruhi
individu untuk melakukan tindakan bunuh diri.
d. Riwayat keluarga
Keluarga yang pernah melakukan bunuh diri dan konflik yang terjadi dalam
keluarga merupakan faktor penting untuk melakukan bunuh diri.
d. Stressor Pencetus
Bunuh diri dapat terjadi karena stres yang berlebihan yang dialami individu. Faktor
pencetus seringkali berupa peristiwa kehidupan yang memalukan seperti masalah
hubungan interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan pekerjaan,
ancaman penahanan dan dapat juga pengaruh media yang menampilkan peristiwa
bunuh diri.
e. Sumber Koping
Perlu dikaji adakah dukungan masyarakat terhadap klien dalam mengatasi masalah
individu dalam memecahkan masalah seringkali membutuhkan bantuan orang lain.
f. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku merusak diri tak langsung
adalah denial, rasionalisasi, intelektualisasi dan regresi. Seseorang yang melakukan
tindakan bunuh diri adalah indiviidu telah gagal menggunakan mekanisme pertahanan
diri sehingga bunuh diri sebagai jalan keluar menyelesaikan masalah hidupnya.
Menurut Hasson dalam buku Krisanty dkk,2009, hal. 293, hal utama yang perlu dikaji
adalah tanda dan gejala yang dapat menentukan tingkat resiko dan tingkah laku
bunuh diri.
g. Pengkajian tingkat resiko Bunuh Diri
4) Diagnosa Keperawatan
Menurut Yosef, 2010, 277, diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dengan pasien resiko
bunuh diri yaitu :
a. Resiko Bunuh Diri.
b. Resiko mencederai diri.
c. Resiko Perilaku Kekerasan.
d. Resiko mutilasi diri.
STRATEGI PELAKSANAAN RBD
SP 1 pasien: Melindungi pasien dari isyarat bunuh diri
Orientasi
Selamat pagiB! Masih ingat dengan saya? Bagaimana perasaan B hari ini? Jadi, B
merasa tidak perlu hidup di dunia ini. Apakah B merasa ingin bunuh diri?
Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas tentang bagaimana cara mengatasi
keinginan bunuh diri. Mau berapa lama? Dimana? Di sini saja yah?
Kerja
Baiklah, tampaknya B membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk
mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar B ini untuk memastikan tidak ada
benda-benda yang membahayakan B.
Nah B karena B tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri
hidup B, maka saya tidak akan membiarkan B sendiri.
Apa yang B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu muncul,
untuk mengatasinya B harus langsung minta bantuan kepada perawat atau keluarga dan teman
yang sedang besuk. Jadi, usahakan B jangan pernah sendirian.
Terminasi
Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa yang
telah kita bicarakan tadi? Bagus B. Bagaimana masih ada dorongan untuk bunuh diri? Kalau
masih ada perasaan atau dorongan bunuh diri, tolong panggil segera saya atau perawat yang lain.
Kalau sudah tidak ada keinginan bunuh diri saya akan bertemu B lagi, untuk membicarakan cara
meningkatkan harga diri setengah jam lagi dan di sini saja.
Orientasi
Selamat pagi B! Bagaimana perasaan B saat ini?masih adakah dorongan mengakhiri
kehidupan? Baik, sesuai janji kita dua jam yang lalu, sekarang kita akan membahas tentang rasa
syukur atas pemberian tuhan yang B masih miliki. Mau berapa lama? Di mana?
Kerja
Apa saja dalam hidup B yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih dan rugi
kalau B meninggal. Coba B ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan B. Keadaan yang
bagaimana yang membuat B merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan B masih ada yang baik
yang patut B syukuri. Coba B sebutkan kegiatan apa yang masih dapat B lakukan selama ini.
Bagaimana kalau B mencoba melakukan kegiatan tersebut, mari kita latih.
Terminasi
Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa di sebutkan kembali apa-apa
saja yang B patuut syukuri dalam hidup B? Ingat dan ucapkan hal-hal baik dalam kehidupan B
jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan (afirmasi). Bagus B! Coba B ingat-ingat lagi hal-hal
lain yang B masih miliki dan perlu disyukuri! Nanti, jam 12 kita bahas tentang cara mengatasi
masalah dengan baik. Di mana tempatnya? Baiklah.
Kalau ada perasaan-perasaan yang tidak terkendali segera hubungi suster ya!
Orientasi
Selamat siang, B. Bagaimana perasaanya?Masih ada keinginan bunuh diri?Apalagi hal-
hal positif yang perlu disyukuri? Bagus! Sekatang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara
mengatasi masalah yang selama ini timbul. Mau berapa lama? Di sini saja, ya?
Kerja
Coba ceritakan situasi yang membuat B ingin bunuh diri. Selain bunuh diri, apalagi kira-
kira jalan keluarnya. Nah, coba kita diskusikan keuntungan dan kerugian masing-masing cara
tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi masalah yang paling menguntungkan! Menurut B cara
yang mana? Ya, saya setuju. B bisa coba! Mari kita buat rencana kegiatan untuk masa depan.
Terminasi
Bagaimana perasaan B, setelah kita bercakap-cakap? Apa cara mengatsi masalah yang B
akan gunakan? Coba dalam satu hari ini, B menyelesaikan masalah dengan cara yang dipilih B
tadi. Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi disini untuk membahsa pengalaman B
menggunakan cara yang dipilih.
SP 1 Keluarga: Mengajarkan keluarga tentang cara melindungi anggota keluarga beresiko bunuh
diri (isyarat bunuh diri).
Orientasi
Selamat siang Pak, Bu! bagaimana keadaan anak Bapak/Ibu?
Hari ini kita akan mendiskusikan tentang tanda dan gejala bunuh diri dan cara melindungi
dari bunuh diri.
Di mana kita akan diskusi?
Bagaimana kalau di ruang wawancara?Berapa lama Bapak/Ibu punya waktu untuk
diskusi?
Kerja
Apa yang Bapak/Ibu lihat dari perilaku atau ucapan B?
Bapak/Ibu sebaiknya memperhatikan benar-benar munculnya tanda dan gejala bunuh diri.
Pada umumnya orang yang akan melakukan bunuh diri menunjukkan tanda melalui percakapan
misalnya: Saya tidak ingin hidup lagi, orang lain lebih baik tanpa saya. Apakah B pernah
mengatakanny?
Kalau Bapak/Ibu menemukan tanda dan gejala tersebut, sebaiknya Bapak/Ibu mendengarkan
ungkapan perasaan B secara serius.
Pengawasan terhadap B ditingkatkan, jangan biarkan B sendirian di rumah atau jangan
dibiarkan mengunci diri di kamar. Kalau menemukan tanda dan gejala dan gejala tersebut, dan
ditemukan alat-alat yang akan digunakan untuk bunuh diri, sebaiknya dicegah dengan
meningkatkan pengawasan dan beri dukungan untuk tidak melakukan tindakan tersebut. Katakan
bahwa Bapak/Ibu sayang pada B. Katakan juga kebaikan-kebaikan B!
Usahakan sedikitnya 5 kali sehari bapak dan Ibu memuji B dengan tulus. Tetapi kalau
sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya Bapak/Ibu mencari bantuan orang lain. Jika tidak
dapat diatasi segeralah rujuk ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan
perawatan yang lebih serius.
Setelah kembali ke rumah, Bapak/Ibu perly membantu agar B terus berobat untuk
mengatasi keinginan bunuh diri.
Terminasi
Bagaimana Pak?Bu? Ada yang mau ditayakan? Bapak/Ibu dapat ulangi kembali cara-cara
merawat anggota keluarga yang ingin bunuh diri?
Ya, bagus. Jangan lupa pengawasannya ya! Jika ada tanda-tanda keinginan bunuh diri
segera hubungi kami. Kita dapat melanjutkan untuk pembicaraan yang akan datang tentang cara-
cara meningkatkan harga diri B dan penyelesaian masalah.
Bagaimana Bapak/Ibu setuju? Kalau demikian, sampai bertemu lagi minggu depan di sini
dan di waktu yang sama.
SP 2 keluarga: Melatih keluarga cara merawat pasien resiko bunuh diri/isyarat bunuh diri
Orientasi
Selamat siang Pak, Buk, sesuai janji kita minggu lalu kita sekatang ketemu lagi.
Bagaimana Pak, Bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan minggu
lalu?
Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya Pak, Bu?
Kita akan coba di sini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?
Berapa lama Bapak dan Ibu mau kita latihan?
Kerja
Sekarang anggap saya B, coba Bapak dan Ibu praktikkan cara bicara yang benar jika B
sedang mengalami perasaan ingin mati.
Bagus, betul begitu caranya.
Sekarang coba praktikkan cara memberikan pujian kepada B.
Bagus, bagaimana kalau cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan positif
sesuai jadwal?
Bagus sekali, ternyata Bapak Ibu sudah mengerti cara merawat B.
Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada B?
(Ulangi lagu semua cara diatas langsung kepada pasien.)
Terminasi
Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu setelah kita berlatih cara merawat B dirumah?
Setelah ini coba Bapak dan Ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali Bapak Ibu
membesuk B.
Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi Bapak/Ibu datang kembali ke sini dan kita akan
mencoba lagi cara merawat B sampai Bapak/Ibu lancar melakukannya.
Jam berapa Bapak Ibu bisa kemari?
Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya Pak, Bu.
SP 3 Keluarga: Membuat percakapan pulang bersama keluarga pasien resiko bunuh diri.
Orientasi
Selamat siang Pak, Bu, hari ini B sudah boleh pulang, sebaiknya kita membicarakan jadwal
B selama di rumah. Berapa lama kita bisa diskusi? kita bicara di sini saja ya?
Kerja
Pak, Bu, ini jadwal B selama di rumah sakit, coba perhatikan, dapatkah dilakukan di
rumah?
Tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal aktivitas maupun aktivitas maupun jadwal minum
obatnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh B
selama dirumah. Misalnya, B terus-menerus mengatakan ingin bunuh diri, tampak gelisah dan
tidak terkendali serta tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, tolong Bapak/Ibu segera hubungi suster H
di Puskesmas Inderapuri, Puskesmas terdekat dari rumah Bapak/Ibu, ini nomor telepon
puskesmasnya (0651) 853xxx.
Selanjutnya suster H yang akan membantu perkembangan B.
Terminasi
Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum kelar? ini jadwal kegiatan harian B untuk di bawa
pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K di Puskesmas Inderapuri. Jangan lupa kontrol ke
puskesmas sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan
administrasinya!
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, E., Suliswati, Rochimah, Suryanti, K., & Lestari, W., (2009), Asuhan keperawatan
klien dengan gangguan jiwa : CV.Trans Info Medika : Jakarta
Keliat,B.A., Panjaitan, R., & Helena, N., ( 2006), Proses keperawatan kesehatan jiwa, edisi 2,
EGC: Jakarta
Keliat,B.A & Akemat ( 2010), Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa, EGC: Jakarta