Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
menurut pandangan ini telah dipenuhi dengan baik sehingga membuat sistem
akuntansi yang lebih dapat dicerna dan lebih dapat diterima oleh para manajer
atau pimpinan dan karyawannya.
Tugas Akuntansi keperilakuan saat ini adalah untuk menyelidiki bagaimana
orang saat ini berperilaku dan bagaimana mereka melihat pekerjaan mereka,
perusahaan mereka, dan rekan kerja mereka. Untuk tujuan internal, perilaku
akuntan akan menyediakan manajemen tidak hanya dengan informasi tentang
bagaimana orang berperilaku, tetapi juga dengan alasan mengapa orang
berperilaku seperti yang mereka lakukan dan rekomendasi untuk mengubah
perilaku yang disfungsional.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Akuntansi ?
2. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Keperilakuan ?
3. Apa yang dimaksud dengan Akuntansi Keperilakuan ?
4. Bagaimana lingkup Akuntansi Keperilakuan ?
5. Bagaimana sejarah Akuntansi Keperilakuan ?
6. Bagaimana landasan teori dan pendekatan akuntansi keperilakuan ?
7. Apa riset empiris mengenai akuntansi keperilakuan ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Akuntansi.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Ilmu Keperilakuan.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Akuntansi
Keperilakuan.
4. Untuk mengetahui lingkup Akuntansi Keperilakuan.
5. Untuk mengetahui sejarah Akuntansi Keperilakuan.
6. Untuk mengetahui landasan teori dan pendekatan akuntansi
keperilakuan.
7. Untuk mengetahui riset empiris mengenai akuntansi keperilakuan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Pemakai Eksternal
Pemakai eksternal yang berkepentingan dengan informasi akuntansi adalah
sejumlah kelompok pemegang saham, kreditor, serikat buruh, analis keuangan,
dan para agen pemerintah.
Informasi keuangan melalui pelaporan keuangan memiliki beberapa tujuan,
diantaranya :
a. Menyediakan informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya dan
bermanfaat bagi investor serta kreditor sebagai dasar pengambilan
keputusan dan pemberian kredit.
b. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan dengan
menunjukkan sumber-sumber ekonomi perusahaan.
c. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kinerja
perusahaan dalam memperoleh laba.
d. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam melunasi utang-utangnya.
e. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan sumber-
sumber pendanaan perusahaan.
f. Menyediakan informasi yang dapat membantu para pemakai dalam
memperkirakan arus kas masuk ke dalam perusahaan.
4
2.3 Pengantar Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan
yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan
bisnis yang bertujuan memberikan petunjuk dalam memilih tindakan yang paling
baik untuk mengalokasikan sumber daya langka pada aktivitas bisnis dan
ekonomi. Dalam proses pemilihan dan penetapan suatu keputusan bisnis, aspek-
aspek keperilakuan dari para pengambil keputusan terlibat didalamnya. Akhirnya,
akuntansi bukanlah sesuatu yang statis, tetapi akan selalu berkembang sepanjang
waktu dengan perkembangan lingkungan akuntansi, agar dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya (Khomsiyah dan Indriantoro, 2000).
Aspek keperilakuan pada akuntansi tercermin dari beberapa pihak, yaitu :
1. Pihak pelaksana/penyusun informasi akuntansi, yaitu seseorang atau
kumpulan orang yang mengoperasikan sistem informasi akuntansi dari
awal sampai terwujudnya laporan keuangan.
2. Pihak-pihak yang dievaluasi kinerjanya sehingga cenderung bersikap
tidak fungsional sehingga motivasi dan perilaku dari pelaksanaan
sistem informasi akuntansi menadi aspek penting dalam suatu sistem
informasi akuntansi.
3. Pihak pemakai laporan keuangan, yaitu :
1) Pemakai Internal
Pemakaian laporan keuangan oleh pihak internal dimaksudkan
untuk melakukan serangkaian kegiatan evaluasi.
2) Pemakai Eksternal
Pemakaian laporan keuangan oleh pihak eksternal difokuskan
pada jumlah investasi yang dilakukan. Pihak eksternal dapat
mempengaruhi tindakan pengambilan keputusan organisasi dan
memaksa para akuntan untuk memperhatikan dan memperbaiki
akuntansi agar dapat digunakan secara maksimal oleh pihak
eksternal.
Sejak tahun 1950-an, beberapa riset akuntansi mulai mencoba
menghubungkan akuntansi dengan aspek keperilakuan, yang dimulai dari :
5
1. Argrys pada tahun 1952
2. Binberg dan Shields (1989), yang mengklasifikasikan riset akuntansi
keperilakuan dalam lima aliran (school), yaitu :
a. Pengendalian Manajemen (management control)
b. Pemrosesan informasi akuntansi (information accounting
processing)
c. Desain sistem informasi (information design system)
d. Riset audit (audit research)
e. Sosiologi organisasi (organizational sociology)
Suatu informasi akuntansi dirancang sebagai suatu dasar bagi pengambilan
keputusan penting berkaitan dengan perusahaan, yang dimanfaatkan untuk
membantu dalam proses perencanaan, pengoordinasian dan pengendalian yang
kompleks, serta aktivitas yang saling berhubungan untuk memotivasi semua
tingkatan pada perusahaan.
Perkembangan akuntansi keperilakuan mengalami peningkatan dengan
lahirnya sejumlah jurnal dan artikel yang berkaitan dengan behavioral atau
keperilakuan yang paling terpopuler salah satunya adalah Behavior Research in
Accounting yang diterbitkan oleh American Accounting Association.
Pada awal perkembangannya, riset mengenai akuntansi keperilakuan
menekankan pada aspek akuntansi manajemen khususnya penganggaran
(budgeting) yang kemudian bergeser ke arah akuntansi keuangan, sistem
informasi akuntansi, dan audit. Riset akuntansi keperilakuan dapat membentuk
kerangka dasar (framework) dan arah riset di masa yang akan datang dengan
memberikan beberapa manfaat untuk beberapa tujuan berikut :
1. Memberikan gambaran state of art terhadap minat khusus dalam
bidang baru yang ingin diperkenalkan,
2. Membantu dalam mengidentifikasi kesenjangan riset,
3. Untuk meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan
riset melalui subbidang akuntansi, seperti audit, akuntansi manajemen,
dan perpajakan.
Perkembangan yang pesat dalam akuntansi keperilakuan membawa
akuntansi keperilakuan menjadi suatu terobosan yang baik dalam pengukuran
6
bisnis dan informasi yang memungkinkan para direktur eksekutif, keuangan, dan
pembuatan rencana strategis lainnya untuk mengoptimalkan keputusan yang
diambil guna meningkatkan kinerja perusahaan. Akuntansi keperilakuan
menggunakan metodologi imu pengetahuan perilaku untuk melengkapi gambaran
informasi dengan mengukur dan melaporkan faktor manusia yang mempengaruhi
suatu keputusan bisnis, serta menyediakan suatu kerangka yang disusun
berdasarkan teknik berikut :
1. Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap
orang-orang dan kinerja perusahaan,
2. Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang
relevan terhadap perencanaan strategis,
3. Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan
keberhasilan implementasi kebijakan perusahaan.
7
5. Pengembangan strategi untuk motivasi dan mempengaruhi
perilaku,cita-cita serta tujuan dari orang-orang yang menjalankan
organisasi pemakaian data.
Pengambilan keputusan dengan menggunakan laporan akuntansi akan dapat
menjadi lebih baik jika laporan tersebut banyak mengandung informasi yang
relevan. Akuntan mengakui adanya fakta ini melalui prinsip akuntansi yang
dikenal dengan penggungkapan penuh (full disclouser). Prinsip ini memerlukan
penjelasan yang tidak hanya berfungsi sebagai penggantian penambahan
informasi guna mendukung laporan data perusahaan. Tetapi juga sebagai laporan
menjelaskan kritik terhadap kejadian-kejadian non-keuangan. Informasi tambahan
dilaporkan dalam sebuah kerangka laporan keuangan atau dalam catatan laporan
keuangan sehingga diperlukan suatu masukan informasi keperilakuan guna
melengkapi data keuangan dan data lain yang akan dilaporkan.
8
mempertimabngkan studi mengenai aplikasi ilmu pengetahuan keperilakuan
bisnis.
Pada tahun 1960, dalam disertasinya di Carnegie Mellon University Steadry
menggali pengaruh anggaran motivasional dengan menggunakan suatu
eksperimen analog. Selanjutnya disusul oleh karya Benston (1963) serta Churchill
dan Cooper (1965) yang memfokuskan pada akuntansi manajerial dan pengaruh
fungsi akuntansi pada perilaku. Fokus dari studi-studi itu adalah pada akuntansi
manajemen yang kemudian mengalami pergeseran dari pengaruh fungsi akuntansi
ke perilaku terhadap pemrosesan informasi oleh pembuat keputusan. Untuk
menguji pergeseran ke pembuatan keputusan tersebut, para peneliti
memperkenalkan teori-teori seperti model Brunswick Lens, Ashton (1974), dan
Libby (1975), yang membantu membentuk suatu standar dalam desain
eksperimental dan validitas internal untuk pertimbangan riset yang diikuti. Riset
ini difokuskan pada kinerja dari pembuatan keputusan, khususnya auditor, dan
ditunjukkan pada kemampuan auditor untuk mengkombinasikan bagian-bagian
informasi ke dalam suatu pertimbangan menyeluruh, yang meliputi konsistensi,
konsesus, wawasan diri auditor, dan penggunaan informasi tersebut.
Perkembangan studi akuntansi keperilakuan diprakarsai oleh akademisi
profesi akuntansi yang dapat dilihat dari diterbitkannya jurnal-jurnal akademisi
seperti Jurnal of Accounting Organization and Society (AOS) dan Research in
Audit Program pada tahun 1976 oleh Peit Marwick yang secara eksplisit
meningkatkan kegiatan riset teoritis baru mengenai akuntansi keperilakuan.
9
teknologi produksi, permasalahan riset diperluas mengenai penyusunan anggaran,
akuntansi pertanggungjawaban, dan masalah harga transfer.
Pada tahun 1952, C. Argrys menerbitkan suatu riset yang menghubungkan
desain sistem pengendalian manajemen suatu organisasi dengan perilaku manusia.
Sejak saat itu, desain riset lebih bersifat deskriptif dan diharapkan mampu
menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi oleh para pelaku organisasi. Riset
ARgrys tersebut berjudul The Impact of Budget on People yang disponsori oleh
The Controllership Foundation Cornel Univercity School of Business and Public
Administrator yang mendorong kesadaran untuk mengintegrasikan ilmu akuntansi
dengan ilmu-ilmu keperilakuan terutama ilmu psikologi dan riset akuntansi. Hasil
riset dari Argrys yang menguji peranan informasi akuntansi menggunakan
reliance on accounting performance measure (RAPM) dengan dugaan bahwa
informasi akuntansi mempunyai pengaruh negatif terhadap karyawannya dapat
dibuktikan yaitu dampak negatif yang ditimbulkan tersebut menyebabkan
munculnya perilaku disfungsional, seperti ketegangan, dendam, rasa curiga,
khawatir, dan kurang percaya diri.
Hasil riset Argrys tidak ditanggapi selama dua dekade oleh para peneliti
lainnya, hingga akhirnya pada tahun 1972 Hopwood membuka kembali topik
tersebut dan melakukan riset untuk menguji pengaruh jenis penilaian kinerja, yang
meliputi gaya keterbatasan anggaran, gaya sadar laba, dan gaya non akuntansi
terhadap ketegangan kerja, tekanan biaya, persepsi karyawan terhadap keadilan
dari penilaian kinerja, dan persepsi karyawan terhadap penilainya. Hasil riset ini
sangat monumental dan mendapat banyak perhatian hingga berbagai variabel dari
riset tersebut banyak digunakan oleh peneliti lain sampai saat ini.
2. Pendekatan Universal ke Pendekatan Kontinjensi
Pada awal perkembangannya, riset akuntansi menggunakan pendekatan
universal, namun karena kelemahan yang dimiliki, pendekatan riset akuntansi
keperilakuan bergeser menunju pendekatan kontinjensi. Berdasarkan pendekatan
universal, suatu sistem pengendalian bisnis diterapkan dalam karakteristik
perusahaan dan kondisi lingkungan apapun, sedangkan pendekatan kontinjensi
menyatakan bahwa pembuatan dan penggunaan sistem pengendalian bisnis
bergantung pada karakteristik organisasi dan kondisi lingkungan dimana sistem
10
tersebut akan diterapkan. Pendekatan universal tersebut didasarkan atas teori
manajemen ilmiah.
Variabel kontinjensi yang mempengaruhi desain sistem pengendalian
manajemen tersebut adalah :
a. Ketidakpastian, seperti tugas, rutinitas, repetisi, dan faktor-faktor
eksternal lainnya.
b. Teknologi dan saling ketergantungan, seperti proses produksi, produk
massal, batch yang kecil, besar, dan lainnya.
c. Industri, perusahaan, dan unit variabel seperti kendala masuk ke
dalam industri, rasio konsentrasi, dan ukuran perusahaan.
d. Strategi kompetitif, seperti penggunaan biaya rendah atau keunikan.
e. Faktor-faktor yang dapat diamati, seperti desentralisasi, sentralisasi,
budaya organisasi, dan lainnya.
11
pengeluaran modal). Anggaran digunakan untuk mengontrol kinerja pekerja, yang
paling sederhana meliputi empat langkah berikut.
1. Penetapan standar oleh manajemen
2. Penetapan standar oleh kelompok yang dikontrol
3. Kinerja operasi
4. Pelaporan hasil dengan ganjaran positif atau negatif ditentukan oleh
manajemen
Penelitian di bidang akuntansi manajemen diawali dengan penelitian
Argyris (1952), topiknya adalah budgeting, yaitu melihat hubungan manusia
dengan anggaran. Didukung oleh teori dan temuan empiris dari perilaku
organisasional dan psikologi sosial, Argyris (1952) melakukan sebuah studi
lapangan tentang proses anggaran. Covaleski dan Dirsmith (1986) mewawancarai
56 manajer pada enam rumah sakit. Mereka menemukan bahwa budgeting
digunakan sebagai proses politik oleh manajer untuk merasionalkan dan
melegitimasi aksi simbolis dan ritualistis. Studi lapangan lainnya oleh
Czarniawska-Jorges dan Jacobsson (1989) menjelaskan bagaimana proses
anggaran berhubungan dengan konteks budaya organisasi. Brownell (1982)
meringkas beberapa studi akuntansi dan nonakuntansi yang menunjukkan
hubungan antara karakteristik tugas dan organisasional dengan proses anggaran.
Young (1985) mendesain sebuah eksperimen untuk secara langsung mengamati
slack perilaku dan menemukan bahwa preferensi risiko dan tekanan sosial benar-
benar mempengaruhi terjadinya slack anggaran.
Schiff dan lewin (1974) menyatakan pendapat Birnberg dan Nath bahwa
penelitian behavioral dalam managerial accounting dibagi ke dalam tiga kategori
luas, yaitu sebagai berikut.
1. Usaha untuk menentukan model bagi seluruh bagian subsistem
manusia.
2. Investigasi ke dalam dimensi behavioral dari proses kontrol
manajemen.
3. Studi dari sudut pandang behavioral tentang efek karakteristik
perusahaan terhadap bentuk dan fungsi sistem informasi manajemen.
12
Beberapa hasil penelitian akuntansi keperilakuan terbaru dalam bidang
akuntansi manajemen di Indonesia telah diseminarkan dalam Seminar Nasional
Akuntansi (SNA). Rahman dkk. (2007) meneliti pengaruh sistem pengukuran
kinerja terhadap kejelasan peran, pemberdayaan, psikologis, dan kinerja
manajerial dengan pendekatan partial least square. Cahyono dkk. (2007) meneliti
pengaruh moderasi sistem pengendalian manajemen dan inovasi terhadap kinerja.
Wijayantoro dkk. (2007) meneliti hubungan antara sistem pengendalian
manajemen dengan perilaku disfunctional: budaya nasional sebagai variabel
moderating (penelitian para manajer perusahaan manufaktur di Jawa Tengah).
Yufaningrum dkk. (2005) menganalisis pengaruh partisipasi anggaran terhadap
kinerja manajerial melalui komitmen tujuan anggaran dan job relevant
information (JRI) sebagai variabel intervening. Sumarno (2005) meneliti
pengaruh komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap hubungan antara
partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.
Balanced Scorecard
Balanced scorecard merupakan isu-isu terbaru dalam akuntansi manajemen.
Balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategik yang
menjabarkan misi dan strategi suatu organisasi ke dalam tujuan operasional dan
tolak ukur kinerja untuk empat perspektif yang berbeda, yaitu perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, serta pembelajaran dan
pertumbuhan (Wijaya Tunggal, 2003). Pengukuran kinerja yang komprehensif ini
diberi nama balanced scorecard. Hal itu pertama kali diperkenalkan oleh Kaplan
dan Norton (1992) mengenai keunggulan pengukuran kinerja dari dua perspektif,
yaitu sisi keuangan dan non keuangan (customer relations, internal business
processes, learning and growth).
Kaplan dan Norton (1996) menulis mengenai penggunaan balanced
scorecard sebagai sistem manajemen strategi. Balanced scorecard dapat berfungsi
sebagai alat untuk mengawasi apakah strategi perusahaan telah dijalankan dan
juga untuk menilai apakah strategi yang telah ditetapkan sudah tepat. Salah satu
contoh penelitian dengan topik ini dilakukan oleh Lipe dan Salterio (2000).
13
Just In Time (JIT)
Just In Time (JIT) merupakan suatu filosofi yang memusatkan pada
eliminasi aktivitas pemborosan dengan cara memproduksi produk sesuai dengan
permintaan konsumen dan hanya membeli bahan sesuai dengan kebutuhan
produksi dengan tujuan strategis meningkatkan laba, meningkatkan mutu,
mengendalikan sediaan, dan memperbaiki kinerja pengiriman (Supriyono, 1999).
Sebuah contoh penelitian di bidang JIT dilakukan oleh Balakrishnan (1996)
yang meneliti perusahaan-perusahaan yang mengadopsi sistem inventori JIT dan
pengaruhnya terhadap Ratio Return on Assets (ROA). Penelitian ini dimotivasi
oleh perusahaan-perusahaan kelas dunia di Amerika yang mulai mengadopsi JIT
karena dapat mengurangi kos. Jadi, adanya pertimbangan cost and benefit.
Turunnya nilai persediaan berarti turunnya kos.
Total Quality Management
Manajemen mutu total (Total Quality Management/TQM) adalah suatu
pendekatan sistem untuk mengintegrasikan semua fungsi dan proses dalam suatu
organisasi agar tercapainya penyempurnaan mutu barang atau jasa secara
berkesinambungan dengan tujuan untuk mencapai kepuasan konsumen
(Supriyono, 1999). Untuk membantu tercapainya Total Quality
Management/TQM harus memperhatikan daur hidup produk seperti desain dan
pengembangan, pengadaan masukan, produksi, pemasaran, distribusi, dan
pelayanan.
Ittner (1995) meneliti tentang Total Quality Management (TQM) dan
pilihan dari informasi dan sistem reward-nya. Data diambil dari sampel
perusahaan automobil dan industri komputer dari Jerman, Kanada, Jepang, dan
Amerika pada tahun 1991 yang telah mempraktikkan manajemen kualitas/ Quality
Management. Penelitian dilakukan metode survei.
Activity Based Costing System
Activity based costing adalah suatu sistem pembebanan biaya yang
berdasarkan aktivitas. Activity-based Costing (ABC) telah dipromosikan dan
diadopsi sebagai dasar untuk pembuatan keputusan yang strategis dan untuk
meningkatkan kinerja laba (Bjornenak dan Mitchell, 1999). Informasi ABC kini
juga digunakan secara luas untuk menilai continous improvement dan untuk
14
memonitor proses kinerja. ABC dapat diterima secara luas dan cepat karena
dipercaya memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan metode
pembebanan biaya konvensional.
Dalam sebuah eksperimen, Drake et al. (1999) menemukan bahwa aktivitas
yang inovatif dapat menghasilkan tingkat laba perusahaan yang lebih tinggi atau
lebih rendah bila para pekerja mempunyai informasi mengenai ABC. Gunawan
(2007) meneliti analisis hubungan activity based costing dengan peningkatan
kinerja keuangan yang merupakan studi empiris yang dilakukan di Bursa Efek
Jakarta. Hasil pengujian tidak menemukan bukti empiris yang mendukung analisis
dan penelitian sebelumnya mengenai kondisi yang memungkinkan untuk bisa
memperoleh keuntungan dari ABC. Hubungan antara lingkup penggunaan ABC
dan peningkatan di dalam ROI tidak dipengaruhi oleh faktor yang diidentifikasi
spesifik.
Implikasi Riset Akuntansi Keperilakuan, Terhadap Pengembangan
Akuntansi Manajemen
Melalui riset akuntansi keperilakuan, teori-teori, konsep, dan isu-isu terbaru
dalam akuntansi manajemen dapat diuji secara empiris mengenai manfaat teori-
teori baru tersebut terhadap peningkatan kinerja dalam pengambilan keputusan
strategik. Dengan adanya hasil riset empiris dalam akuntansi manajemen ini dapat
membantu pengembangan akuntansi manajemen. Pihak manajemen menjadi yakin
terhadap konsep-konsep yang baru dikembangkan tersebut akan membantu dalam
fungsi pokok manajemen, yaitu perencanaan, pengendalian, dan pengambilan
keputusan. Isu - isu terbaru dalam akuntansi manajemen, seperti activity based
management, customer orientation, cross-functional perspective, total quality
management, time as competitive element, efficiency dan Ebusiness, ABC system,
dan balanced scorecard ikut memperkaya hasil penelitian di bidang riset
keperilakuan.
Antara akuntansi manajemen dan riset akuntansi keperilakuan ada
keterkaitan karena kesuksesan dalam menghasilkan informasi akuntansi
manajemen sangat tergantung pada faktor manusia dalam berperilaku. Riset
akuntansi keperilakuan pertama kali berkembang dari bidang akuntansi
manajemen, yaitu bidang yang dibahas adalah budgeting. Akuntansi manajemen
15
dapat dikatakan memberikan kontribusi yang besar dalam riset akuntansi
keperilakuan. Bidang akuntansi manajemen sangat berkaitan dengan perilaku
manajer dan seluruh staf organisasi. Tercapainya visi perusahaan sangatlah
tergantung pada kerja sama antara berbagai pihak, baik dari pihak internal
perusahaan maupun kerja sama yang baik dengan pihak eksternal perusahaan.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Akuntansi dapat dipandang sebagai suatu proses atau kegiatan yang
meliputi proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan,
pengklasifikasian, penguraian, penggabungan, pengikhtisaran, dan
penyajian data keuangan dasar yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan
operasi suatu pihak yang berkepentingan.
2. Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi
keuangan yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses
pengambilan keputusan bisnis yang bertujuan memberikan petunjuk
dalam memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber
daya langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi. Dalam proses pemilihan
dan penetapan suatu keputusan bisnis, aspek-aspek keperilakuan dari
para pengambil keputusan terlibat didalamnya.
3. Ruang lingkup akuntansi keperilakuan sangat luas yang meliputi antara
lain aplikasi dari konsep ilmu keperilakuan terhadap disain kontruksi
sistem akuntansi, studi reaksi manusia terhadap format dan isi laporan
akuntansi, dengan cara mana informasi diproses untuk membantu
pengambilan keputusan, dan pengembangan teknik pelaporan yang
dapat mengkomunikasikan perilaku-perilaku para pemakai data.
4. Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu fenomena yang dapat
diteliti kembali pada awal tahun 1960-an. Pada awal Juni 1951,
Controllership Foundation of American mensponsori suatu riset untuk
menyelidiki dampak anggaran terhadap manusia. Pada tahun 1960,
dalam disertasinya di Carnegie Mellon University Steadry menggali
pengaruh anggaran motivasional dengan menggunakan suatu
eksperimen analog.
5. Hudyati (2002) menjelaskan bahwa sebagai bagian dari ilmu
keperilakuan, teori-teori akuntansi keperilakuan dikembangkan dari riset
empiris atas perilaku manusia dalam organisasi. Terdapat dua
17
pendekatan antara lain pendekatan normatif ke deskriptif dan
pendekatan universal ke pendekatan kontinjensi.
18
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/309268811/Akuntansi-KEPERILAKUAN. Diakses
pada tanggal 02 Desember 2016
https://www.scribd.com/document/223208249/Akuntansi-keperilakuan. Diakses
pada tanggal 02 Desember 2016
https://soeryomulyo.wordpress.com/2012/03/25/implikasi-riset-akuntansi-
keperilakuan-terhadap-pengembangan-akuntansi-manajemen/. Diakses pada
tanggal 02 Desember 2016
19