Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
didalam kehidupan.
Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan yang benar maka harus dibuat suatu
arah yang dibuat oleh pemerintah sebagai pengatur dan paling bertanggung jawab
Pada era globalisasi ini pengetahuan manusia makin banyak dan maju dengan
pesat. Akibatnya, pengetahuan seseorang akan cepat usang, tidak relevan lagi dan
kehilangan nilai dan utilitas. Agar pengetahuan selalu mutakir, maka harus
Hal ini merupakan bagian dari kecakapan kehidupan seseorang agar selalu
bertahan dalam suasana yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif dalam
kehidupanya.
Seorang guru tidak hanya berperan di kelas, tetapi harus mampu menciptakan
menimbulkan ketenangan dan rasa senang dalam diri siswa. Situasi ini dapat
Untuk mengatasi hal tersebut maka upaya guru agar siswa dalam menerima
mengajar, karena siswa dapat lebih berkonsentrasi dan berinteraksi kepada orang
lain dan guru selama proses belajar mengajar berlangsung sehingga motivasi dan
Untuk mencapai taraf yang sesuai dengan tujuan pembelajaran seorang guru harus
mampu selalu menciptakan suasana belajar yang kondusif, cara belajar yang
untuk berkompetisi dan merangsang motivasi dan konsentrasi belajar siswa untuk
mencapai kompetensinya yang optimal. Hal ini selain untuk melihat hubungan
antara kompetensi guru dengan motivasi belajar siswa, juga untuk mengetahui
tingkat keprofesionalan guru sebagai tenaga edukatif yang handal dan kredibel.
untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Hal ini selain untuk melihat
keefektifan metode cooperative learning , juga untuk mengetahui pengaruh
Dalam proses belajar mengajar yang perlu dicapai bukan hanya hasil belajar,
tetapi juga proses belajar yang efektif. Dengan menguasai proses belajar yang
mudah dan efisien. Oleh sebab itu dipandang perlu untuk melakukan penelitian
Kegiatan proses belajar mengajar akan terlaksana dengan baik apabila dalam
kemampuan guru dan kesiapan siswa sendiri sebagai subyek didik dalam kegiatan
secara rutin terlibat dalam proses belajar mengajar sangat besar sekali peranannya
seorang guru sangat besar pengaruhnya bagi berhasil tidaknya siswa untuk
metode-metode tersebut guru dapat memilih metode yang cocok dengan materi
yang akan diajarkan. Sebab dengan memilih metode mengajar yang sesuai selain
dapat menguasai kelas juga akan mempunyai pengaruh yang sangat berarti
memiliki peran yang sma agar mampu memahami kosep-konsep dan aturan
namun pencapaian prestasi belajar siswa belum optimal. Kontribusi para guru
dalam proses pembelajaran juga telah cukup besar walaupun masih banyak
kendala yang dihadapi. Hal tersebut bukan berarti tidak ada upaya perbaikan
beban belajar dan kurangnya perhatian orang terhadap kegiatan belajar seimbang
di rumah. Faktor lainya yang mempengaruhi antara lain adalah masih banyaknya
siswa yang terlambat, adanya siswa yang sering tidak mengerjakan PR dan tugas
Dengan kondisi yang demikian penulis tertarik untuk mencoba pendekatan lain
dalam proses pembelajaran melalui penerapan metode pembelajaran yang lebih
jenis penelitian tindakan kelas (PTK), karena melalui PTK ini, penulis
1. Perumusan Masalah
meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IX pada SMP Negeri 126 Jakarta ?
2. Pemecahan Masalah
belajarnya.
sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah antara
dalam belajar.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
C. Tujuan
di sekolah.
guna meningkatkan hasil belajar IPA siswa dalam pembelajaran di sekolah sebagai
tindakan perbaikan.
D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini akan diperoleh informasi mengenai upaya peningkatan hasil
Jakarta.
BAB II
A. Kajian Pustaka
Pengertian Belajar
ketrampilan atau sikap yang baru sebagai hasil interaksi individu dengan
Belajar juga merupakan usaha sadar oleh seseorang yang berlangsung sepanjang
hayat agar diperoleh kemampuan yang memadai dalam rangka mencapai tujuan
yang diinginkan. Proses dan hasil belajar dapat ditandai dengan adanya perubahan
perilaku atau kemampuan pada diri seseorang dan ia merupakan hasil dari latihan
atau pengalaman.
pada upaya individu secara sadar melakukan sesuatu, agar memperoleh suatu
kemampuan atau kompetensi baru. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Kimble
perilaku yang relatif permanen sebagai hasil dari penguatan yang diberi
penguatan.
Hergenhahn dan Olson mengemukakan lima unsur utama yang terkait dengan
belajar, yaitu;
e. Reinforcement4
pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang baru sebagai hasil interaksi individu
seseorang yang dapat bertahan selama periode waktu tertentu dan tidak
Menurut Gall dan Gall dalam Kindsvatter8 bahwa hasil belajar adalah tujuan
program yang luas yang akan dicapai oleh para siswa. Mereka dituntut untuk
pembelajaran di kelas.
Hasil belajar menurut Soedijarto9 adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh
peserta didik dalam mengikuti program kegiatan belajar mengajar sesuai dengan
hasil belajar adalah berbagai jenis kemampuan yang diperoleh dari belajar. Ada 5
a. ketrampilan intelektual
b. informasi verbal
c. strategi kognitif
d. ketrampilan motorik
e. sikap
belajar. Secara rinci pengetahuan dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:
menjadi empat jenis, yaitu: ketrampilan kognitif, motorik, reaktif dan interaktif.
Pen
dapat tersebut selaras dengan pandangan Benyamin Bloom 12 bahwa hasil belajar
untuk mengungkapkan makna dan arti dari bahan yang dipelajari siswa. Ranah
tersebut meliputi;
b. Afektif, yang termasuk ranah afektif meliputi aspek psikologis untuk menerima,
tindakan.13
Dengan tambahan pendapat dari Anderson dan Krathwoth bahwa hasil belajar
Ilmu pengetahuan alam atau sains secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu
tentang alam atau yang mempelajari tentang fenomena atau gejala alam. Bannet
juga mengemukakan bahwa Sains atau IPA adalah sistem pengetahuan terurut dan
rasional. Disamping itu juga diperlukan sikap obyektif dan jujur dalam
menyimpulkan bahwa Sains atau IPA secara garis besar dapat didefinisikan atas
tiga komponen, yaitu; (1) sikap ilmiah, (2) proses ilmiah dan (3) produk ilmiah.
Nash dalam bukunya The Nature of Nature Science mengatakan bahwa: Science
suatu cara atau metode untuk dapat mengamati sesuatu, dalam hal ini adalah
sesuatu secara lengkap dan cermat serta dihubungkannya dengan obyek lain
tersebut. Lebih lanjut Nash menandaskan: The whole science in nothing more
than a refinement of everyday thinking. Metode berpikir atau pola berpikir, yang
Pendapat Nash tentang Ilmu Pengetahuan Alam ini diperkuat oleh pendapat
Einstein (Nash, 1963) dimana Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu pola pikir
logis dan seragam A logically uniform system of thought ini adalah metode
ilmiah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan mata pelajaran yang
Paradigma lama tentang proses pembelajaran yang bersumber pada teori tabula
rasa John Lock dimana pikiran seorang anak seperti kertas kosong dan siap
oleh para pendidik saat ini. Tuntutan pendidikan sudah banyak berubah. Pendidik
perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana anak dapat
lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar
melibatkan pembentukan makna oleh siswa dari apa yang mereka lakukan,
pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama
dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar
kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga
memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan
secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama
dalam kelompok. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus diterapkan
c. Tatap muka.
Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam
kesimpulan.
a. Mencari Pasangan
- Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya.
b. Bertukar Pasangan
c. Kepala Bernomor
- Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor.
- Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil
d. Keliling Kelompok
e. Kancing Gemerincing
- Setiap siswa dalam kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing.
- Setiap kali seorang siswa berbicara, dia harus menyerahkan salah satu
kancingnya.
- Jika kancingnya sudah habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai kancing
semua rekannya habis.
- Setelah selesai, dua orang dari setiap kelompok meninggalkan kelompoknya dan
- Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
temuannya.
belajarnya.16
Pendapat lain yang dinyatakan oleh Slavin bahwa pembelajaran kooperatif adalah
suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-
Strategi adalah pola perilaku yang dilakukan guru dalam pembelajaran yang
diterapkan dalam proses kegiatan belajar dengan multi metode dan media belajar.
membantu siswa dalam usaha belajarnya pada setiap tujuan belajar yang dapat
berupa rencana materi pembelajaran atau satu unit produksi sebagai media
tujuan umum pembelajaran yang dijabarkan dari pandangan falsafah dan atau
teori belajar tertentu. Strategi pembelajaran sebagai spesifikasi untuk memilih dan
pelajaran, peralatan dan bahan, metode dan media serta waktu yang digunakan
bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar Kegiatan belajar merupakan
kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman terhadap suatu
pada siswa untuk selalu menerapkan seluruh potensi diri dalam membangun
gagasan melalui kegiatan belajar sepanjang hayat. Gagasan dan pengetahuan ini
berkelompok.
untuk melatih dan mencoba pembelajarn kelompok khususnya untuk siswa kelas
IX yang masih memiliki interaksi sosial perkawanan yang masih sangat kuat.
B. Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Dengan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Perencanaan Tindakan
cooperative learning di kelas IX pada SMP Negeri 126 Jakarta akan dilakukan
selama 3 bulan dengan 3 kali tindakan. Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan
perencanaan ulang, sesuai dengan model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis.
a. Sesuai dengan RPP yang telah disusun, maka pada pelaksanaan kegiatan
proses yang terjadi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan ini akan
Analisis data ini dilakukan melalui tahapan; a) redukasi data, b) paparan data dan
c) penyimpulan
c. Refleksi
inovasi pembelajaran selesai. Refleksi ini dimaksudkan untuk mengkaji apa yang
telah diperoleh dan yang masih belum tercapai sesuai target yang telah ditentukan,
karena hasil refleksi ini akan dijadikan acuan untuk kegiatan siklus berikutnya
Prosedur penelitian tindakan kelas yang digunakan pada penelitian ini mengacu
pada model Kemmis dan Taggart dan model yang ditawarkan oleh Ebbut.19
Sistem model penelitian kelas tersebut berbentuk siklus (cycle) dan pelaksanaan
siklus ini tidak hanya berlangsung dalam satu kali tindakan tetapi berlangsung
hingga pada siklus ketiga dengan indikasi tercapainya tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
(PTK) dan dibatasi sampai pada tiga siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat
untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA. Keberhasilan penelitian ini dilihat dari
sejawat sebagai observer. Untuk lebih lanjut pola tindakan dapat digambarkan
sebagai berikut:
keadaan situasi belajar dan respon siswa terhadap pembelajaran yang disajikan
oleh guru.
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 126 Jakarta
pada siswa kelas IX dengan alasan peneliti mengajar di tempat tersebut, sehingga
selama 3 bulan mulai bulan Januari dan berakhir pada bulan Maret 2009.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX pada SMP Negeri 126 Jakarta
Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaksana utama, maka pada
tempat mengajar.
Adapun posisi peneliti dalam PTK ini adalah sebagai posisi utama. Peneliti
berdasarkan itulah peneliti melakukan penelitian. Selain itu juga peneliti berperan
sebagai pembuat laporan dari apa yang dilaksanakan dan observasi yang dibantu
untuk menentukan masalah yang sesungguhnya yang dirasakan terhadap apa yang
telah dilaksanakan selama ini. Pada tahap ini peneliti dapat menimbang dan
Tahap kedua disusun rencana berupa skenario tindakan atau aksi untuk melakukan
perbaikan, peningkatan atau perubahan ke arah yang lebih baik dari diskusi
segera setelah kegiatan dimulai (on going process monitoring). Catatan semua
kajadian dan perubahan yang terjadi perlu dilakukan dengan berbagai alat dan
cara sesuai dengan situasi dan kondisi kelas.
digunakan sebagai bahan acuan untuk mengadakan refleksi apakah tujuan yang
dirumuskan telah tercapai. Jika belum memuaskan, maka dilakukan revisi atau
belajar siswa. Rancangan tindakan setiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut :
Siklus I
1. Rancangan
2. Pelaksanaan
memberikan gambaran umum tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti tanpa
3. Monitoring/ Pengamatan
hasil belajar berupa tugas mandiri dan lembar kerja siswa (LKS).
4. Refleksi
Refleksi akan dilakukan oleh peneliti dan guru berdasarkan temuan-temuan yang
berikutnya.
Siklus II
1. Rancangan
yang muncul selama pembelajaran pada siklus I tersebut berlangsung. Temuan ini
hasil siklus I. Pada pelaksanaan siklus II peneliti akan melakukan kegiatan dalam
pengetahuannya sendiri
3. Monitoring/ Pengamatan
kemampuan siswa dalam bentuk hasil belajar berupa tugas mandiri dan lembar
4. Refleksi
Refleksi akan dilakukan oleh peneliti dan guru berdasarkan temuan-temuan yang
pandangan terhadap tindakan pada siklus kedua. Hasil diskusi dijadikan bahan
Dari intervensi tindakan kelas diperoleh data hasil belajar yang ambil dari hasil tes
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran untuk aktif dan mau mengikuti
meningkat dalam setiap siklusnya yang dilaksanakan sesuai dengan target dan
tujuannya.
Instrumen untuk memperoleh data hasil belajar menggunakan soal pilihan ganda
sebanyak 25 soal.
gaya mengajar guru, perilaku siswa, dan interaksi antara guru dan siswa. Ketika
melalui diskusi kelompok. Setiap akhir pembelajaran siswa diberikan lembar soal
yang berisi tentang hal-hal yang telah dipelajari guna melatih kemampuan
secara individu atau kelompok kecil. Untuk memperoleh data yang real diberikan
tertentu dan diisi oleh responden atau sumber informasi yang diinginkan. Catatan
lapangan yang dimaksud untuk mencata segala aktivitas guru dan siswa dimulai
dari guru masuk kelas sampai pada akhir pembelajaran. Hal ini digunakan untuk
selanjutnya. Di samping itu untuk mencatat data kualitatif, kasus istimewa atau
Untuk mengetahui respon siswa, guru dan kepala sekolah, pada penelitian ini
diperlukan wawancara, terutama siswa sebagai subjek penelitian. Dalam
Ya Tidak Data
1. Data
berupa hasil observasi lapangan dan angket baik untuk aktivitas guru maupun
siswa.
2. Sumber Data
a. Hasil belajar IPA yang diperoleh dari instrument/tes hasil belajar siswa.
yang diperoleh dari observasi lapangan dan angket baik untuk aktivitas guru
maupun siswa.
J. Pengumpulan Data
dan kekurangan, maka akan dikumpulkan informasi yang berbeda tetapi saling
hubungan antar informasi yang diperoleh dari sumber data yang berbeda.
Pengumpulan data malalui lembar observasi diisi oleh guru dan rekan sejawat
dibuat sebagai refleksi untuk menerangkan hal-hal yang terjadi dan sebagai bahan
pernyataan. Data hasil rekaman pembelajaran disajikan dalam bentuk photo. Data
dianalisis. Kegiatan analisis data ini berupa display data dan klasifikasi data,
yang diperoleh.
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan akan dianalisis dan dibuat laporan
sejak dimulainya penelitian. Oleh karena data yang diperoleh semakin lama
semakin banyak sehingga perlu dilakukan reduksi data. Kegiatan ini meliputi
kegiatan pemilihan hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian, sehingga
Display data adalah cara penyajian data dalam bentuk tabel ataupun bentuk data
naratif. Display data yang dilakukan pada penelitian ini untuk mengkalisifikasikan
pengambilan keputusan.
Terhadap seluruh data yang telah diperoleh akan direfleksikan dan dievaluasi
Terhadap seluruh data yang telah diperoleh akan direfleksikan dan dievaluasi
L. Jadwal Penelitian
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Persiapan
Menyusun instrumen X
2. Pelaksanaan
3. Penyusunan Laporan
Menyusun konsep Laporan. X X
Perbaikan laporan X
BAB IV
A. Deskripsi Data
Hasil penelitian dan pembahasan dari tiap_tiap siklus meliputi: hasil observasi
kegiatan siswa saat pembelajaran dan hasil angket siswa pada setiap akhir dan
Siklus I
1. Perencanaan
pengamatan guru, siswa pada saat kegiatan belajar mengajar dan angket siswa
untuk belajar di rumah, menyiapkan media pembelajaran berupa: paku besar, paku
kecil, Waskom, benang, sterefoam, baterai, kawat, statif, magnet, membagi
kelompok dalam 6 kelompok yang heterogen sesuai dengan data yang diteliti
2 Pelaksanaan
Selanjutnya ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan
kompetensi dasar menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet yang
Excahange, dan 5) Group Resume. Dari 5 model pembelajaran tersebut yang akan
dipilih adalah model Jigsaw. guru mengarahkan agar siswa berkumpul sesuai
belajar bekerja sama dalam satu team (sebagai team work), belajar bertanggung
(berdemokrasi).
kelompok. Untuk itu guru harus kreatif membuat skenario pembelajaran yang
hanya kelihatan pada aspek kognitif dan psikomotorik saja. Dari sisi afektif, siswa
ternyata dapat berlatih untuk menghargai pendapat & keberadaan teman, sifat
egois dan dominasi siswa "pintar" dalam kelompok mulai berkurang. Sedangkan
dirinya. Jadi, dalam kelompok semua anggota sekecil apa pun kontribusinya,
layak untuk dihargai, tidak hanya siswa yang pintar saja. Dalam pelaksanaannya
siswa diberikan kesempatan 30 menit bekerja dalam kelompok ahli setelah itu
dengan cara kelompok siswa dapat dipecah menjadi kelompok tugas atau
kelompok ahli (yang terdiri dari individu atau berpasangan). Anggota kelompok
ahli ini harus berdiskusi menyelesaikan satu masalah yang berbeda-beda bersama
dengan anggota kelompok lain. Setelah itu kembali ke kelompok asal untuk
berdiskusi membahas hasil yang telah diperolehnya. Pada kegiatan seperti ini
setiap siswa dituntut untuk aktif (mencatat) dan bertanggung jawab mengemban
tugas dari kelompoknya. Karena tercapai atau tidak target kerja kelompok
tergantung pada usaha siswa tersebut untuk mendapatkan hasil dari diskusi
dengan team ahli. Intinya, dengan model kegiatan seperti ini semua siswa
melakukan aktivitas yang lebih terarah (aktif konstruktif) karena setiap siswa
dalam kelompok tersebut mendapat tugas dan pembagian peran yang berbeda.
Sehingga antara satu anggota dengan yang lain saling membutuhkan dan bekerja
hasil kerja kelompok. Peneliti memberikan tepuk tangan bersama siswa kepada
kelompok terbaik.
3. Monitoring / Pengamatan
instrument yang sudah disiapkan, yang meliputi kegiatan guru, siswa saat
Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut, Antusias siswa
laporan, mendapatkan nilai kriteria cukup, dengan rentang nilai 60 -70 yang
Hasil angket siswa setelah pembelajaran terdapat 90% siswa merasa senang, 40%
90% siswa lebih kreatif, persentasi belajar siswa siklus I mendapatkan nilai rerata
klas 7.5 dan masih terdapat 10 siswa yang nilainya dibawah standar KKM.
4. Reffeksi
Melihat hasil pengamatan pada siklus I, Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan,
mencari sumber belajar, mendapat nilai kurang dengan rentang nilai > 60, ini
menunjukkan siswa masih kesulitan dan belum siap karena baru mengenal model
pembelajaran jigsaw . Disisi lain siswa merasa senang dan terdorong untuk lebih
kreatif walaupun terdapat 40% yang masih kesulitan memahami materi dan 50%
kurang berani berpendapat. Dengan demikian pada siklus II perlu adanya motivasi
belajar yang memadai. Berdasarkan siklus I didapat nilai prestasi siswa dengan
rerata 7.5 berarti ada kenaikan 40% dari sebelum tindakan, hal ini mendorong
SIKLUS II
1. Perencanaan
pengamatan guru, siswa pada saat kegiatan belajar mengajar dan angket siswa
untuk belajar di rumah, menyiapkan media pembelajaran berupa: paku besar, paku
kelompok dalam 6 kelompok yang heterogen sesuai dengan data yang diteliti
dengan mengembangakan skenario pembelajaran kooperatif(cooperative learning)
2 Pelaksanaan
Selanjutnya ketika peneliti melakukan tindakan pada tahap ini, guru melakukan
kompetensi dasar menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet yang
Excahange, dan 5) Group Resume. Dari 5 model pembelajaran tersebut yang akan
dipilih adalah model Jigsaw. guru mengarahkan agar siswa berkumpul sesuai
belajar bekerja sama dalam satu team (sebagai team work), belajar bertanggung
(berdemokrasi).
kelompok. Untuk itu guru harus kreatif membuat skenario pembelajaran yang
siswa dalam kelompok.semua siswa bekerja dengan penuh semangat serta terlibat
aktif memberikan kontribusi untuk kelompoknya. Efek cooperative learning tidak
hanya kelihatan pada aspek kognitif dan psikomotorik saja. Dari sisi afektif, siswa
ternyata dapat berlatih untuk menghargai pendapat & keberadaan teman, sifat
egois dan dominasi siswa "pintar" dalam kelompok mulai berkurang. Sedangkan
dirinya. Jadi, dalam kelompok semua anggota sekecil apa pun kontribusinya,
layak untuk dihargai, tidak hanya siswa yang pintar saja. Dalam pelaksanaannya
siswa diberikan kesempatan 30 menit bekerja dalam kelompok ahli setelah itu
dengan cara kelompok siswa dapat dipecah menjadi kelompok tugas atau
kelompok ahli (yang terdiri dari individu atau berpasangan). Anggota kelompok
ahli ini harus berdiskusi menyelesaikan satu masalah yang berbeda-beda bersama
dengan anggota kelompok lain. Setelah itu kembali ke kelompok asal untuk
berdiskusi membahas hasil yang telah diperolehnya. Pada kegiatan seperti ini
setiap siswa dituntut untuk aktif (mencatat) dan bertanggung jawab mengemban
tugas dari kelompoknya. Karena tercapai atau tidak target kerja kelompok
tergantung pada usaha siswa tersebut untuk mendapatkan hasil dari diskusi
dengan team ahli. Intinya, dengan model kegiatan seperti ini semua siswa
melakukan aktivitas yang lebih terarah (aktif konstruktif) karena setiap siswa
dalam kelompok tersebut mendapat tugas dan pembagian peran yang berbeda.
Sehingga antara satu anggota dengan yang lain saling membutuhkan dan bekerja
sama memberikan kontribusi untuk kelompoknya. Masing-masing kelompok
hasil kerja kelompok. Peneliti memberikan tepuk tangan bersama siswa kepada
kelompok terbaik.
3 Monitoring
instrument yang sudah disiapkan, yang meliputi kegiatan guru, siswa saat
pembelajaran dan angket siswa setelah kegiatan berakhir, Hasil yang didapat dari
kriteria baik, dengan rentang nilai 71 -95 yang mencapai 80%. Kelancaran
bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapat nilai baik dengan rentang
Hasil angket siswa setelah pembelajaran terdapat 100% siswa merasa senang,
pendapat, 100% siswa lebih kreatif, persentasi belajar siswa siklus II mendapatkan
nilai rerata klas 80 dan masih terdapat 5 siswa yang nilainya dibawah standar
KKM.
4 Reffeksi
Melihat hasil pengamatan pada siklus II, Antusias siswa dalam mengikuti
rentang nilai 71-95, ini menunjukkan siswa sudah tidak merasa kesulitan dansiap
Disisi lain siswa merasa senang dan terdorong untuk lebih kreatif walaupun
terdapat 13% yang masih kesulitan memahami materi dan 5% kurang berani
baik dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya . Berdasarkan siklus II didapat
nilai nilai prestasi siswa dengan rerata 80 yang berarti ada kenaikan 13% dari
siklus I.
Untuk memahami lebih jelas perubahan dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada
table berikut.
Baik : 71 85
Cukup : 60 70
Kurang : <60
Tidak 10 0
pelajaran ? Ya 60 87
Tidak 40 13
megemukakan pendapat ? Ya 50 92
Tidak 50 8
90 100
Tidak 10 0
B. Pembahasan
Siklus I
pembelajaran cukup. Hal ini disebabkan baru pertama kali siswa mengenal
kurang, kreativitas siswa masih kurang. Hal ini terlihat pada saat diskusi kelas
kurang berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan teori-teori yang mendukung
pada upaya individu secara sadar melakukan sesuatu, agar memperoleh suatu
kemampuan atau kompetensi baru. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Kimble
perilaku yang relatif permanen sebagai hasil dari penguatan yang diberi
penguatan.
Hergenhahn dan Olson mengemukakan lima unsur utama yang terkait dengan
pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang baru sebagai hasil interaksi individu
dipresentasikan atau dipamerkan kurang begitu menarik dan kurang bias dipahami
dalam mencari sumber belajar cukup terlibat.Pada saat diskusi tidak dapat berjalan
pameran hasil diskusi. Pada siklus II terlihat adanya kemajuan aktivitas siswa
meningkat baik sekali, begitu juga kemampuan dalam menghimpun hasil diskusi.
sumber belajar lebih meningkat bila dibandingkan pada siklusI. Hal ini terlihat
Berdasarkan analisis hasil observasi pada siklus I, terlihat siswa termotivasi untuk
belajar dan merasa senang belajar. Namun disini masih merasa kesulitan dalam
ide hanya mencapai 60%. Pada siklus I siswa terlibat lebih kreatif mencapai 90%,
yang mengalami kesulitan mencapai 30%.Pada siklus II rata-rata siswa terlihat
sangat senang dan yang mengalami kesulitanpun tidak ada sehingga pembelajaran
ini betul-betul dapat meningkatkan minat dan kreatifitas belajar siswa. Hal ini
Siklus II
Pencapaian kenaikan hasil belajar pada siklus I yaitu 75 dibanding sebelum siklus
yaitu 30 yang berarti kenaikan 45%. Begitupula pada siklus II ada kenaikan angka
yaitu 88 yang berarti naik 13% dibandingkan siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa
Hal tersebut selaras dengan pendapat Curzon6 yang berpendapat bahwa belajar
Benyamin Bloom 8 bahwa hasil belajar memiliki ranah kognitif, afektif dan
psikomotor.
belajarnya.9
Pendapat lain yang dinyatakan oleh Slavin bahwa pembelajaran kooperatif adalah
suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-
Strategi adalah pola perilaku yang dilakukan guru dalam pembelajaran yang
diterapkan dalam proses kegiatan belajar dengan multi metode dan media belajar.
membantu siswa dalam usaha belajarnya pada setiap tujuan belajar yang dapat
berupa rencana materi pembelajaran atau satu unit produksi sebagai media
tujuan umum pembelajaran yang dijabarkan dari pandangan falsafah dan atau
teori belajar tertentu. Strategi pembelajaran sebagai spesifikasi untuk memilih dan
pelajaran, peralatan dan bahan, metode dan media serta waktu yang digunakan
diarahkan untuk mencapai hasil belajar berupa diskrit, reflektif, dan inquri.
BAB V
A. Kesimpulan
Pengetahuan Alam menjadikan siswa lebih kreatif dan aktif dalam pembelajaran.
posted under |
Catellya Deean
undefined undefined
Disusun oleh :
DWI ANNA DYAN PANGESTUTI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan
metode cooperative learning di kelas IX Di SMPN 126 Jakarta. Permasalahan
yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan metode
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dapat meningkatkan hasil belajar
siswa di kelas IX pada SMP Negeri 126 Jakarta?. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian tindakan (Action Research) yang dibagi ke dalam dua siklus,
dimana masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu : 1) Perencanaan,
2) Pelaksanaan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi. Dalam penelitian ini peneliti
bertindak sebagai tenaga pengajar di Kelas IX.1 di SMP Negeri 126 Jakarta
dengan melibatkan guru IPA sebagai kolaborator.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA di SMP
Negeri 126 Jakarta dapat ditingkatkan dengan penerapan metode cooperative
learning. Terbukti dari penilaian kelompok siswa terdapat peningkatan pada siklus
I rata-rata nilai kelompok 7.5, dan pada siklus II rata-rata nilai kelompok
mencapai 8.0.
Metode ini dapat dilaksanakan oleh guru IPA karena dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dan mengubah pemikiran siswa bahwa IPA membosankan dan suatu
mata pelajaran yang sulit.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang
terusmenerus melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelii dapat
menyelesaikan penetilian yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui
Penerapan Metode Cooperative Learning di Kelas IX SMPN 126 Jakarta.
Tujuan utama penelitian ini adalah meningkatkan profesionalisme peneliti sebagai
guru IPA dengan latar belakang akademik Pendidikan Biologi melalui program
penelitian yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian Universitas Negeri
Jakarta.
Penelitian ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dari pihah lain baik langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu peneliti menyampaikan terima kasih yang tak
tgerhingga kepada:
1. Dr. Mulyana M.Pd, selaku ketua lembaga penelitian Universitas Negeri Jakarta.