You are on page 1of 16

MAKALAH INDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DAN KRITERIA KELAYAKAN

INVESTASI INDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH

dibuat oleh :

Crismenda K. Wattimena

2015-78-025

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

UNIVESITAS PATTIMURA

AMBON

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Minyak kayu putih merupakan salah satu produk kehutanan yang telah dikenal luas oleh
masyarakat. Minyak atsiri hasil destilasi atau penyulingan daun kayu putih ini memiliki bau
dan khasiat yang sangat khas, sehingga banyak dipakai oleh setiap orang. Pohon kayu putih
terdapat secara alami di daerah Asia Tenggara, yang tumbuh di dataran rendah atau rawa
tetapi jarang ditemui di daerah pegunungan. Komponen utama dalam minyak kayu putih
adalah sineol yang mencapai 65%. Dengan adanya komponen tersebut, minyak kayu putih
dapat langsung digunakan sebagai obat-obatan dan minyak wangi. Tetapi di luar negeri,
minyak kayu putih juga digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi dan parfum.
Tanaman lain yang juga mengandung sineol adalah eucalyptus, dengan kadar yang kebih
besar yakni sekitar 85%.Selain terkenal sebagai pulau tempat para tahanan politik dibuang
oleh rezim Orde Baru, Pulau Buru juga terkenal sebagai salah satu pulau penghasil minyak
kayu putih (cajuputi oil). Sebagian besar lahan yang ada di Pulau Buru ditumbuhi oleh pohon
kayu putih. Pohon kayu putih merupakan tumbuhan endemik yang ada di Pulau Buru, dapat
tumbuh secara alami. Minyak kayu putih yang berasal dari Pulau Buru terkenal memiliki
kualitas prima. Itulah yang menjadikan Pulau Buru sebagai pulau penghasil minyak kayu
putih. Di Pulau Buru, pohon kayu putih sangat mudah tumbuh. Pohon kayu putih tumbuh
seperti deretan ilalang yang muncul pada lahan-lahan yang tidak tergarap.Walaupun
demikian, minyak kayu putih dikabupaten Buru cukup terkenal karena tingkat kemurnian
atau keaslian yang selalu dijaga oleh para petani atau penyuling daun minyak kayu putih.
Iklim kabupaten buru yang panas dan rendah curah hujannya membuat pohon ini mampu
tumbuh sumbur.Memang ,pohon yang menghasilkan rendemen minyak kayu putih yang
tinggi umumnya berasal dari daerah kering.Dalam hal ini apabila suhu atau iklim tempat
tumbuh minyak kayu semakin kering maka kualitas minyak yang akan di hasilkan akan
semakin bagus dan baik..
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai
berikut :
1.Bagaimana pengolahan industri minyak kayu putih?
2.Bagaimana pengembangan industri minyak kayu putih?
3.Bagaimana kriteria kelayakan investasi industri minyak kayu putih?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
penulisan adalah sebagai berikut :
1.Mengetahui pengolahan industri minyak kayu putih
2.Mengetahui pengembangan industri minyak kayu putih
3.Mengetahui kriteria kelayakan investasi industri minyak kayu putih
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teoritis

Kayu putih (Melaleuca leucadendron L.) merupakan tanaman yang tidak asing bagi
masyarakat di Indonesia karena dapat menghasilkan minyak kayu putih (cajuput oil) yang
berkhasiat sebagai obat, insektisida dan wangi-wangian. Selain itu, pohon kayu putih dapat
digunakan untuk konservasi lahan kritis dan kayunya dapat digunakan untuk berbagai
keperluan (bukan sebagai bahan bangunan). Dengan demikian, kayu putih memiliki nilai
ekonomi cukup tinggi (Sunanto, 2003).

Tanaman kayu putih berasal dari Australia dan saat ini sudah tersebar di Asia Tenggara,
terutama Indonesia dan Malaysia. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah dan di
pegunungan. Dalam sistematika tumbuhan kayu putih

(Melaleuca leucadendron L.) diklasifikasikan sebagai berikut.

Divisio :Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Sub kelas : Archichlamideae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Melaleuca

Spesies : Melaleuca leucadendron


Daun kayu putih

Daun merupakan bagian tumbuhan yang terpenting, karena dari daun inilah akan dihasilkan
minyak kayu putih. Tanaman kayu putih termasuk jenis tumbuhan kormus karena tubuh
tanaman secara nyata memperlihatkan diferensiasi dalam tiga bagian pokok, yaitu akar (radix),
batang (caulis), dan daun (folium). Daun kayu putih terdiri atas dua bagian, yaitu tangkai daun
(petiolus) dan helaian daun (lamina).

a. Tangkai daun (petiolus)

Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaian daun, yang berfungsi untuk
menempatkan helaian daun pada posisi yang tepat, sehingga dapat memperoleh cahaya
matahari sebanyak-banyaknya. Tangkai daun berbentuk bulat kecil, sedangkan panjang
tangkainya bervariasi.

b. Helaian daun (lamina)

Helaian daun kayu putih bercirikan berwarna hijau muda untuk daun muda dan hijau tua
untuk daun tua karena mengandung zat warna hijau atau khlorofil. Selain itu daun kayu
putih memiliki tulang daun dalam jumlah yang bervariasi antara 3 5 buah, tepi daun rata dan
permukaan daun dilapisi oleh bulu-bulu halus. Ukuran lebar daun kayu putih berkisar antara
0,66 cm 4,30 cm dan panjangnya antara 5,40 10,15 cm. Daun-daun tumbuh pada cabang-
cabang tanaman secara selang-seling, pada satu tangkai daun terdapat lebih dari satu helai
daun (sehingga disebut sebagai jenis daun majemuk). Daun kayu putih mengandung cairan
yang disebut cineol (sineol) (dimana apabila daun diremas, cairan ini akan keluar dan
mengeluarkan aroma yang khas). Selain itu daun kayu putih juga mengandung komponen lain,
seperti: terpineol, benzaldehyde, dipentene, limonene dan pinene.

Minyak kayu putih

Minyak kayu putih didapatkan dari hasil penyulingan daun kayu putih. Kandungan utama
minyak kayu putih adalah sineol (cineole). Semakin besar kadar sineolnya, kualitas minyak
kayu putih semakin tinggi. Selain itu daun kayu putih juga mengandung komponen lain,
seperti: terpineol benzaldehyde, dipentene, limonene dan pinene

Proses ekstraksi minyak kayu putih dari daun tanaman ini dilakukan dengan cara atau
proses yang sederhana yaitu berupa penguapan minyak dari daun dan kemudian
dikondensasikan. Selanjutnya dilakukan pemisahan antara komponen minyak dengan
air, yang diperoleh dari semua bahan cair yang diperoleh dalam proses kondensasi.
2.2 Pembahasan

a) Proses Pengolahan Minyak Kayu Putih

Pengolahan daun kayu putih dimaksudkan untuk mengekstrak minyak kayu putih yang ada
pada daun tanaman ini. Proses produksi dalam pembuatan minyak kayu putih diawali dengan
pemetikan daun kayu putih. Dalam proses pemetikan ada 2 macam cara, yaitu:

Pemetikan sistem rimbas, yaitu tegakan pohon kayu putih yang berumur 5 tahun ke
atas,dengan ketinggian 5 meter, daunnya dipangkas. Satu tahun berikutnya, setelah
tanaman kayu putih sudah mempunyai daun yang lebat, kemudian bisa dilakukan
perimbasan lagi.
Pemetikan sistem urut, yaitu dengan cara dipotong dengan menggunakan alat (arit) khusus
untuk daun-daun yang sudah cukup umur. Cara ini menjadi kurang praktis, karena
pemetik harus memilih daun satu per satu.

Pemetikan dilakukan pada awal musim kemarau, pada saat sudah tidak banyak turun hujan
sehingga tidak mengganggu pekerjaan pemetikan daun. Di samping itu, jika pemetikan
dilakukan pada awal musim kemarau, pada akhir musim hujan (awal musim kemarau) tiap
tanaman telah menumbuhkan daun dalam jumlah yang cukup banyak. Dengan demikian,
pemetikan atau pengambilan daun-daun kayu putih dapat dilakukan sekali dalam satu tahun,
jika pertumbuhan tanaman subur. Setelah pemetikan daun, daun kayu putih yang siap
untuk disuling disimpan terlebih dahulu.

Penyimpanan dilakukan dengan menebarkan daun di lantai yang kering dan memiliki ketinggian
sekitar 20cm, dengan kondisi suhu kamar dan sirkulasi udara terbatas. Dalam penyimpanan
ini, daun-daun tidak boleh disimpan dalam karung karena akan mengakibatkan minyak yang
dihasilkan berbau apeg dan kadar sineol dalam minyak rendah. Penyimpanan daun dilakukan
maksimal selama satu minggu. Kerusakan minyak kayu putih akibat penyimpanan terutama
terjadi karena proses hidrolisis dan pendamaran komponen-komponen yang terdapat dalam
daun. Pengaruh hidrolisis ini dapat dicegah dengan menyimpan daun di tempat yang kering
dengan sirkulasi udara sekecil mungkin. Sedangkan pengaruh pendamaran dapat
diminimalkan dengan mempersingkat waktu penyimpanan dan menurunkan suhu
penyimpanan.

Dalam proses selanjutnya, daun kayu putih masuk dalam proses pembuatan minyak
kayu putih. Proses penyulingan minyak kayu putih ini terbagi dalam 3 tahap, yaitu:

1. Pembuatan Uap

Alat-alat yang digunakan pada pembuatan uap sebagai pensuplai uap panas antara lain:

a) Boiler berfungsi untuk memproduksi uap yang akan digunakan untuk mendestilasi minyak
kayu putih dari daun kayu putih pada bak daun yang dihasilkan air yang berasal dari water
softener yang dimasukkan ke dalam boiler dengan pompa. Pada boiler dilengkapi dengan
panel automatic, yang berfungsi sebagai pengontrol boiler agar aman dan berfungsi dengan
baik. Panel automatic juga berfungsi mengontrol boiler untuk berhubungan dengan kipas
penghisap asap keluar, pompa pengisi air boiler dan pompa water softener.

b) Ruang Bakar Berfungsi sebagai tempat pembakaran bahan bakar dari daun bekas
masak kayu putih (bricket) dan sebagai tempat pemanasan air awal yang dihubungkan dengan
boiler. Konstruksi dinding api dari pipa-pipa uap yang melengkung dan menjadi satu di atas
dengan pipa uap diameter 10 dan digabungkan dengan uap yang terbentuk di boiler. Lantai
ruang bakar terbuat dari semen tahan api dan berlubang-lubang untuk pemasukan udara segar
dari luar yang dihisap oleh exhaust fan.

c) Exhaust Fan Berfungsi menghisap udara panas yang telah dipakai untuk memanasi ruang
bakar dari ketel uap dan memasukkan udara segar ke dalam ruang bakar untuk kemudian
dihembuskan ke cycloon.

d) Cycloon Berfungsi memisahkan debu yang terhisap dari boiler oleh exhaust fan agar tidak
keluar ke udara bebas.
e) Chimney Berfungsi mengalirkan asap pembakaran ke udara. Sedangkan untuk pengumpan
air digunakan alat-alat sebagai berikut.

a) Pompa feeding water Berfungsi memompa air untuk masuk ke dalam boiler secara otomatis
dari tangki air umpan yang telah dilunakkan dalam tangki water softener.

b) Water softener Berfungsi melunakkan air yang masuk ke dalam boiler dari kadar kapur,
agar tidak mudah membentuk lapisan kapur yang menempel di bagian dalam boiler.

c) Feed pump water softener Berfungsi memompa air yang akan dilakukan ke dalam water
softener dari bak air.

d) Feed tank Berfungsi menyimpan air yang sudah dilewatkan water softener dan sudah lunak
untuk dipompa masuk ke dalam boiler.

2. Penguapan Daun

Alat-alat yang digunakan pada penguapan atau pemasakan daun adalah sebagai berikut:

a) Bak Daun

Berfungsi sebagai wadah untuk keranjang yang berisi daun kayu putih yang akan diberi uap
panas dari ketel uap. Kapasitas bak adalah 1.500 kg. Jumlah bak daun di pabrik ini ada 2 unit.

b) Keranjang Daun

Berfungsi untuk tempat daun kayu putih yang akan dimasak / diuapi dalam bak daun, sehingga
mudah untuk dimasukkan dan dikeluarkan. Kapasitas keranjang adalah 1.250 kg daun kayu
putih. Jumlahnya 2 unit.

c) Hoist Crane

Berfungsi untuk memasukkan dan mengangkat keranjang daun dari bak daun yang akan dan
telah selesai dimasak. Kapasitas daya angkat 1 ton, sedang jumlahnya 1 buah.
3. Pendinginan dan Pemisahan Minyak dengan Air

Alat-alat yang digunakan pada proses pendinginan uap minyak daun kayu putih, antara lain
adalah:

a. Condensor

Berfungsi mengembunkan uap minyak air dan uap air yang keluar dari ketel uap untuk dijadikan
cairan dengan cara didinginkan.

b. Pompa air condensor

Berfungsi memompa air pendingin dari bak air pendingin untuk dipompa masuk ke dalam
condensor dan keluar lagi menuji cooling tower.

c. Cooling tower

Berfungsi mendinginkan air dari bak air yang akan dialirkan melalui condensor, dari suhu 1040F
(400C) menjadi 920F (330C). Sedangkan untuk memisahkan air dengan minyak kayu putih, alat-
alat yang digunakan adalah sebagai berikut:

a) Separator

Berfungsi memisahkan minyak kayu putih dari air yang keluar bersamaan dari kondensor
dengan menggunakan sistem gravitasi. Air akan keluar dari bagian bawah dan langsung
dibuang ke sungai, sedangkan minyak kayu putih akan keluar bagian atas. Proses
pemisahan ini dikontrol melalui kaca pengamat.

b) Tangki penampung minyak kayu putih

Berfungsi menampung minyak kayu putih dari separator. Kapasitas 200 liter.
Strategi Pemasaran

Ada 2 kemungkinan segmen pasar yang dijadikan target pasar, yaitu:

1. Pasar ekspor, sebagai bahan baku industri dengan pengolahan khusus sebagai
bahan setengah jadi, dan
2. Pasar lokal, dengan produk akhir, dimana perusahaan harus melakukan proses
penciptaan nilai tambah terlebih dahulu.

Kedua pasar ini dapat dijadikan pilihan atau merupakan tahapan. Jika hanya merupakan
pilihan saja, maka untuk kondisi saat ini sebaiknya memilih menjual ke pasar ekspor,
untuk meningkatkan pendapatan, dengan kondisi khusus yaitu barang setengah jadi. Pilihan ini
memberikan manfaat bagi perusahaan, karena pasar ekspor mempunyai harga yang
lebih baik daripada pasar lokal, selain itu penciptaan produk dengan spesifikasi khusus dari
pembeli akan memberikan nilai tambah.

Apabila kedua pasar tersebut merupakan tahapan pemasaran untuk menuju penciptaan produk
akhir, maka dalam jangka pendek pemasaran diorientasikan pada pasar ekspor untuk barang
setengah jadi dan setelah mempunyai kesiapan, baru memasuki pasar produk akhir dengan
penciptaan nilai tambah yang dilakukan sendiri.

Kayu putih merupakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat, insektisida dan wangi- wangian.
Selain itu, pohon kayu putih dapat digunakan untuk konservasi lahan kritis dan kayunya dapat
digunakan untuk berbagai keperluan (bukan sebagai bahan bangunan). Dengan demikian, kayu
putih memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Tanaman kayu putih jenis Asteromyrtus
symphyocarpa dan Melaleuca sp. banyak tumbuh di sekitar kawasan TN Wasur. juga banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat kamune suku marind yang tinggal di kawasan tanaman nasional
wasur Papua, telah mengenal minyak kayu putih sebagai obat dan penghangat tubuh sejak
lama. Industri minyak kayu putih tela berkembang di masyarakat baik dalam skala rumah
tangga dan industri. Pada tahun 1964-1995 karena pada tahun tersebut merupakan awal
berdirinya sebuah pabrik minyak kayu putih Krai. pabrik minyak kayu putih Krai mengalami
kemajuan karena pada tahun 1970 sudah dibangun pabrik dan kemudian disusul dengan
penambahan ketel pemasak dan renovasi pabrik pada tahun 1987. Hingga kini total luas
tanaman kayuputih di Indonesia telah mencapai lebih dari 248.756 hektar (Sunanto, 2003) yang
sebagian besar berada di wilayah Perum Perhutani dengan produksi tahunan mencapai 300
ton. Angka ini adalah separuh dari perkiraan total produksi seluruh dunia. Di Kepulauan Ambon
produksi tahunan mencapai 90 ton dengan bahan baku dari tegakan alam (Gunn et al. 1997).
Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY sejak tahun 2002 memasok 40.000 liter (setara dengan
36 ton) minyak setiap tahunnya dari luas lahan 4.000 ha (Laporan Tahunan Balai Pengolahan
Hasil Hutan dan Perkebunan Dishutbun Yogyakarta, 2005). Kebutuhan minyak kayuputih di
dalam negeri sampai saat ini diperkirakan masih defisit sehingga dalam industri farmasi
diperlukan produk komplementer berupa minyak eucalyptusyang diimpor dari RRC dalam
jumlah yang tidak sedikit. Melihat produksi minyak kayu putih yang belum memenuhi
kebutuhan tersebut maka masih terbuka peluang untuk meningkatkan produksi minyak kayu
putih di Indonesia dengan tingkat keterlibatan masyarakat yang lebih intensif.
b) Kelayakan Investasi Minyak Kayu Putih
Evaluasi kelayakan usaha Pabrik Minyak Kayu Putih 'Sendang Mole' Playen, Gunung Kidul,
Yogyakarta.
Pengolahan data dilakukan dalam rangka mengevaluasi kegiatan perusahaan selama 5
tahun ke belakang dan membuat cash flow dari total biaya dan manfaat selama 15 tahun ke
depan. Metode analisis yang digunakan adalah metode kuantitatifdeskriptif dengan
mengoperasikan persamaan-persamaan dalam rumus perhitungan Net Present Value (NPV),
Benefit Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return (IRR). Dari aspek teknis, pabrik
penyulingan minyak kayu putih Sendang Mole mempunyai lokasi usaha, lay out,
infrasturktur, pengadaan bahan baku, usaha untuk mengatasi pencemaran lingkungan
cukup bagus, memadai dan layak untuk menjalankan usaha. Namun ada kendala
kelangkaan tenaga kerja, yang menjadikan salah satu faktor penghambat usaha
pengembangan pengusahaan kayu putih. Dari apek manajerial dan administrasi, hubungan
atasan dan bawahan cukup bagus, tetapi para atasan kurang mampu mengkomunikasikan
tujuan, kondisi dan posisi perusahaan. Dari aspek organisasi, tingkat pendidikan para
pengurus (kepala seksi) memadai. Berdasarkan perhitungan atas ketiga kriteria kelayakan
ekonomi (NPV, BCR dan IRR), dapat diketahui bahwa Pabrik Sendang Mole secara finansial
dan ekonomi layak untuk diteruskan operasinya. Pada analisis finansial, nilai NPV, BCR dan
IRR berturut-turut adalah sebesar Rp 5.780.409.935,00; 2,3109 dan 81,60%. Sedangkan
pada analisis ekonomi, nilai NPV, BCR dan IRR berturut-turut sebesar Rp 6.304.028.820,00;
2,6217 dan 86,65%. Hasil analisis sensitivitas terhadap kondisi finansial Pabrik Sendang
Mole menunjukkan bahwa secara finansial dan ekonomi usaha penyulingan minyak kayu
putih Sendang Mole tidak peka terhadap kenaikan biaya produksi sebesar 5%, 10% dan
15%, dan penjualan turun 20%; atau biaya produksi naik 5%, 10% atau 15% yang disertai
dengan penjualan yang turun sebesar 20%.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Beberapa aspek budidaya tanaman kayu putih mulai dari persiapan persemaian hingga
pengelolaan hama dan penyakit dapat diterapkan untuk mencapai hasil produksi yang tinggi.
Berbagai bagian dari tanaman kayu putih juga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan dan
industri lainnya. Pengembangan budidaya tanaman kayu putih juga haruss memperhatikan
beberapa analisis peluang, ancaman, kekurangan dan kelebihannya. Perkembangan tanaman
kayu putih di Indonesia telaah mencapai skala rumah tangga maupun industri.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, buku iptek seri V kehutanan, ( http://www.forda-mof.org/files/seri_iptek_5-


topik_1.pdf). Diakses pada 24 oktober 2015.

Anonim, minyak kayu putih walabi,


(http://www.wwf.or.id/program/inisiatif/social_development/greenandfairproducts/wa labi/).
Diakses pada 14 oktober 2015.

Brophy, J.J. and Doran, J.C. 1996. Essential oils of tropical Asteromyrtus, Callistemon and
Melaleuca species: In search of interesting oils with commercial potential. ACIAR Monograph
(40).

Doran, J.C, Rimbawanto A, Gunn, B.V dan Nirsatmanto, A. 1998. Breeding plan for Melaleuca
cajuputi subsp. cajuputi in Indonesia. CSIRO Forestry and Forest Products, Australian Tree Seed
Centre and Forest Tree Improvement Research and Development Institute, Indonesia.

Hariana, A. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Penebar Swadaya, Jakarta.

Kartikawati, N.K., A. Rimbawanto, M. Susanto, L. Baskorowati, dan Prasetyono. 2014. Budidaya


dan Prospek Pengembangan Kayu Putih (Melaleuca cajuputi). IPB Press, Bogor.

Ketaren,S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka, Jakarta.

Lutony, T.L. dan Y. Rahmayanti. 1994. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Penebar
Swadaya, Jakarta.

M. Aniq Afiffuddin, 2012. Pengaruh Perkebunan Kayu Putih Terhadap Perkembangan Sosial
Ekonomi Masyarakat Di Dusun Krai Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Tahun 1964-1995.
Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.

Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada University


Press, Yogyakarta.
Widiyanto, A. dan M. Siarudin. 2014. Sifat fisikokimia minyak kayu putih jenis Asteromyrtus
brasii. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 32:243-252.

You might also like