Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan antikoagulan ?
2. Bagaimana mekanisme kerja antikoagulan?
3. Apa saja jenis-jenis antikoagulan?
4. Apa saja obat antikoagulan ?
5. Apa yang dimaksud dengan hemostatik?
6. Apa jenis-jenis hemostatik?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan antikoagulan
2. Untuk mengetahui mekanisme kerja antikoagulan
3. Untuk mengetahui jenis-jenis antikoagulan
4. Untuk mengetahui obat antikoagulan
5. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan hemostatik
6. Untuk mengetahui jenis-jenis hemostatik
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui yang dimaksud dengan antikoagulan
2. Dapat mengetahui mekanisme kerja antikoagulan
3. Dapat mengetahui jenis-jenis antikoagulan
4. Dapat mengetahui obat antikoagulan
5. Dapat mengetahui yang dimaksud dengan hemostatik
6. Dapat mengetahui jenis-jenis hemostatik
2
BAB II
ISI
3
2.2 Mekanisme Kerja Antikoagulan
Pada saat terjadi luka/ cedera/ kerusakan pada lapisan bagian dalam
pembuluh darah (endotel), akan terjadi serangkaian proses yang mengubah
sifat sel-sel endotel menjadi lebih pro koagulasi. Kerusakan pada lapisan
endotel menyebabkan protein-protein di bawah lapisan endotel, seperti
kolagen dan faktor von Willebrand terpapar aliran darah. Paparan ini
menyebabkan terjadinya perlekatan platelet ke lapisan endotel yang
mengalami cedera, sintesis serta sekresi molekul-molekul vasokonstriktor
maupun aktivator platelet yang selanjutnya berperan dalam agregasi platelet
dan pembentukan platelet plug (sumbatan platelet) untuk memperbaiki
kerusakan tersebut. Bersamaan dengan proses tersebut, juga terjadi aktivasi
sistem koagulasi melalui jalur intrinsik dan ekstrinsik yang menghasilkan
trombin dan fibrin untuk menstabilkan platelet plug. Koagulasi atau
pembekuan darah disebabkan oleh perubahan fibrinogen menjadi fibrin oleh
enzim trombin. Trombin dan fibrin terbentuk melalui serangkaian reaksi
proteolitik.
Pada setiap tahapan reaksi, suatu faktor pembekuan mengalami
proteolisis menjadi suatu protease aktif (contohnya: faktor VII yang tidak
aktif menjadi faktor VIIa yang aktif). Tiap faktor protease akan
mengaktifkan faktor pembekuan berikutnya dalam urutan rangkaian
tersebut, sampai akhirnya terbentuk trombin (faktor IIa) dan fibrin. Selain
berperan dalam pembentukan fibrin, trombin juga mengaktifkan banyak
faktor koagulasi lainnya (terutama faktor V, VIII, dan IX), memicu
pembentukan lebih banyak trombin, dan mengaktifkan faktor XIII, suatu
faktor yang menjalin polimer-polimer fibrin sehingga menstabilkan bekuan
darah. Untuk mencegah perdarahan berlebihan, tubuh juga mempunyai
antikoagulan endogen, seperti antitrombin yang membuat: trombin, faktor
IXa, Xa, XIa, dan XIIa, menjadi tidak aktif. Antitrombin dan beberapa
faktor pembekuan inilah yang menjadi target kerja antikoagulan.
4
2.3 Jenis-jenis Antikoagulan
5
(vacutainer tube) yang berisi EDTA. Tabung EDTA bertutup lavender
(Ungu) atau pink seperti yang diproduksi oleh Becton Dickinson.
Cara pembuatan :
1. Ambil botol yang bersih dan kering
2. Pipet EDTA 10% sebanyak 0,020 ml dengan pipet sahli
3. Masukkan kedalam botol dan keringkan
6
2. Natrium Sitrat (Trisodium Citrat)
Natrium Sitrat (Trisodium Citrat) yang digunakan berbentuk larutan
3,2 % dan 3,8%. Antikogulan ini mencegah pembekuan dengan cara
mengikat ion kalsium. Antikoagulan Natrium Sitrat bersifat isotonis dengan
darah dan tidak bersifat toksik sehingga dapat juga digunakan untuk
transfusi darah. Antikoagulan ini biasa digunakan dalam bentuk larutan dan
paling sering dipakaiuntuk pemeriksaan laju endap darah dengan
pendinginannya 1 volume Natrium sitrat 3,8% : 4 volume darah.
7
Pemeriksaan soal-soal proses pembekuan darah
Agregasi Trombosit
Penentuan golongan darah
Transfusi darah
3. Heparin
Heparin merupakan antikoagulan yang normal dalam tubuh, namun di
laboratorium heparin jarang digunakan dalam pemeriksaan-pemeriksaan di
laboratorium karena mahal harganya. Heparin berdaya seperti antitrombin.
Heparin bekerja dengan cara menghentikan pembentukan trombin dari
prothrombin sehingga menghentikan pembentukan fibrin dari fibrinogen.
Heparin tidak mempengaruhi bentuk eritrosit maupun trombosit.
Jenis heparin yang paling banyak digunakan adalah Lithium heparin karena
antikoagulan karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion dalam
darah.
8
Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan
Heparin :
Penentuan hemoglobin
Penentuan hematokrit
enentuan resistensi osmotic
Penghitungan sel-sel darah
Penentuan golongan darah
Transfusi darah
4. Natrium Oxalat
Bekerja dengan menikat ion Ca, sehingga terbentuk Ca Oxalat yang
mengendap. Na oxalat yang digunakan berbentuk larutan 0.1 N
5. Double Oxalat
Nama lainnya dalah Balance Oxalat Mixture atau antikoagulan dari
Heller dan Paul. Antikoagulan ini mengandung kalium oxalat dan
ammonium oxalat dengan perbandingan 2:3. Kalium oxalat menyebebkan
eritrosit mengkerut, sedangkan ammonium oxalat menyebabkan eritrosit
9
mengembang. Campuran kedua garam tersebut bertujuan untuk
menghindari perubahan perubahan volume eritrosit.
10
obat-obat ini bekerja dengan mengganggu fase koagulasi hemostatis.
Penggolongan obat-obatan ini yaitu :
a. Golongan heparin, mencakup senyawa-senyawa yang diberikan secara
parenteral ( heparin dan heparin berbobot rendah) dan senyawa-senyawa
yang diberikan secara oral ( warfarin dan dikumarol),
b. Inhibitor thrombin langsung
c. Lain-lain.
a. Warfarin
11
anti koagulan dari warfarin membutuhkan waktu beberapa hari karena
efeknya terhadap faktor pembekuan darah yang baru dibentuk bukan
terhadap faktor yang sudah ada disirkulasi. Warfarin tidak mempunyai efek
langsung terhadap trombus yang sudah terbentuk, tetapi dapat mencegah
perluasan trombus. Warfarin telah terbukti efektif untuk pencegahan stroke
kardioembolik. Karena meningkatnya resiko pendarahan, penderita yang
diberi warfarin harus dimonitor waktu protrombinnya secara berkala.
Farmakokinetik :
Mula kerja biasanya sudah terdeteksi di plasma dalam 1 jam setelah
pemberian.
Kadar puncak dalam plasma: 2-8 jam.
Waktu paruh : 20-60 jam; rata-rata 40 jam.
Bioavailabilitas: hampir sempurna baik secara oral, 1M atau IV.
Metabolisme: ditransformasi menjadi metabolit inaktif di hati dan ginjal.
Ekskresi: melalui urine clan feses.
Farmakodinamik :
99% terikat pada protein plasma terutama albumin.
Absorbsinya berkurang hila ada makanan di saluran cerna.
Indikasi :
Untuk profilaksis dan pengobatan komplikasi tromboembolik yang
dihubungkan dengan fibrilasi atrium dan penggantian katup jantung ; serta
sebagai profilaksis terjadinya emboli sistemik setelah infark miokard (FDA
approved). Profilaksis TIA atau stroke berulang yang tidak jelas berasal
dari problem jantung.
Kontraindikasi .
Semua keadaan di mana resiko terjadinya perdarahan lebih besar dari
keuntungan yang diperoleh dari efek anti koagulannya, termasuk pada
kehamilan, kecenderungan perdarahan atau blood dyscrasias dll.
Interaksi obat :
Warfarin berinteraksi dengan sangat banyak obat lain seperti
asetaminofen, beta bloker, kortikosteroid, siklofosfamid, eritromisin,
12
gemfibrozil, hidantoin, glukagon, kuinolon, sulfonamid, kloramfenikol,
simetidin, metronidazol, omeprazol, aminoglikosida, tetrasiklin,
sefalosporin, anti inflamasi non steroid, penisilin, salisilat, asam askorbat,
barbiturat, karbamazepin dll.
Efek samping
Perdarahan dari jaringan atau organ, nekrosis kulit dan jaringan lain,
alopesia, urtikaria, dermatitis, demam, mual, diare, kram perut,
hipersensitivitas dan priapismus.
Hati -hati :
Untuk usia di bawah 18 tahun belum terbukti keamanan dan
efektifitasnya. Hati- hati bila digunakan pada orang tua. Tidak boleh
diberikan pada wanita hamil karena dapat melewati plasenta sehingga bisa
menyebabkan perdarahan yang fatal pada janinnya. Dijumpai pada ASI
dalam bentuk inaktif, sehingga bisa dipakai pada wanita menyusui.
Dosis :
Dosis inisial dimulai ,dengan 2-5 mg/hari dan dosis pemeliharaan 2-10
mg/hari. Obat diminum pada waktu yang sama setiap hari. Dianjurkan
diminum sebelum tidur agar dapat dimonitor efek puncaknya di pagi hari
esoknya. Lamanya terapi sangat tergantung pada kasusnya. Secara umum,
terapi anti koagulan harus dilanjutkan sampai bahaya terjadinya emboli dan
trombosis sudah tidak ada. Pemeriksaan waktu protrombin barns dilakukan
setiap hari begitu dimulai dosis inisial sampai tercapainya waktu protrombin
yang stabil di batas terapeutik. Setelah tercapai, interval pemeriksaan waktu
protrombin tergantung pada penilaian dokter dan respon penderita terhadap
obat. Interval yang dianjurkan adalah 1-4 minggu.
a. Heparin
13
Heparin biasanya tidak mempengaruhi waktu perdarahan. Waktu
pembekuan memanjang bila diberikan heparin dosis penuh, tetapi tidak
terpengaruh bila diberikan heparin dosis rendah. Heparin dosis kecil dengan
AT-III menginaktifasi faktor XIIIa dan mencegah terbentuknya bekuan
fibrin yang stabil. Penggunaan hefarin dimonitor dengan memeriksa waktu
tromboplastin parsial (aPTT) secara berkala. Penggunaan heparin untuk
stroke akut masih diperdebatkan. Belum ada uji klinis yang memberikan
hasil yang konklusif. American Heart Association merekomendasikan
"penggunaan heparin tergantung pada preferensi dokter yang
menanganinya. Harus dimengerti bahwa penggunaan heparin bisa tidak
memperbaiki hasil akhir yang diperoleh pada penderita stroke iskemik
akut". Heparin dapat diberikan secara IV atau SK. Pemberian secara IM
tidak dianjurkan karena sering terjadi perdarahan dan hematom yang disertai
rasa sakit pada tempat suntikan. aPTT dimonitor ketat agar berkisar 1,5
kali nilai kontrol. Tujuan terapi adalah meminimalkan resiko transformasi
infark menjadi perdarahan dan memaksimalkan pengurangan resiko
serangan ulang. Penderita dengan infark luas (baik secara klinis maupun
basil CT -scan kepala) mempunyai resiko besar untuk mengalami
transformasi tersebut, sehingga pemberian heparin sebaiknya ditunda.
Farmakokinetik :
Mula kerja : segera pada pemberian IV, 20-60 menit setelah pemberian SK
Kadar puncak dalam plasma: 2 4 jam setelah pemberian SK
Waktu paruh : 30-180 menit.
Bioavailabilitas : karena tidak diabsorbsi di saluran cerna, harns
diberikan secara parenteral.
Metabolisme : terutama di hati dan sistem retikuloendotelial (SRE) ; bisa
juga di ginjal
Ekskresi : secara primer diekskresi oleh hati daD SRE.
14
Indikasi :
Dosis rendah untuk pencegahan stroke atau komplikasi
tromboembolik. Profilaksis trombosis serebral pada evolving stroke (masih
diteliti).
Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap heparin, trombositopeni berat, perdarahan yang
tidak terkontrol.
Interaksi obat :
Antikoagulan oral, aspirin, dextran, fenilbutazon, ibuprofen,
indometasin, dipiridamol, hidroksiklorokuin, digitalis, tetrasiklin, nikotin,
anti histamin, nitrogliserin.
Efek samping :
Perdarahan, iritasi lokal, eritema, nyeri ringan, hematom, ulserasi,
menggigil, demam, urtikaria, asma, rhinitis, lakrimasi, sakit kepala, mual,
muntah,reaksi anafilaksis, trombositopeni, infark miokard, emboli paru,
stroke, priapismus, gatal dan rasa terbakar, nekrosis kulit, gangren pada
tungkai. Penggunaan 15.000 U atau lebih setiap hari selama lebih dari 6
bulan dapat menyebabkan osteoporosis dan fraktur spontan.
Dosis :
Dosis rendah dianjurkan untuk pencegahan stroke dan profilaksis
evolving stroke. Pada pemberian secara SK dimulai dengan 5000 U lalu
5000 U tiap 8-12 jam sampai 7 hari atau sampai penderita sudah dapat
dimobilisasi (mana yang lebih lama). Bila diberi IV, sebaiknya didrips
dalam larutan Dekstrose 5% atau NaCI fisiologis dengan dosis inisial 800
U/jam. Hindari pemberian dengan bolus. Sesuaikan dosis berdasarkan basil
aPTT (sekitar 1,5 kali nilai normal). Pada anak dimulai dengan 50 U/kgBB
IV bolus dengan dosis pemeliharaan sebesar 100 U/kgBB/4jam perdrips
atau 20.000 U/m2/24 jam dengan infus.
15
2.5 Definisi Hemostatik
1. Hemostatik Lokal
Yang termasuk dalam golongan ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa
kelompok berdasarkan mekanisme hemostasisnya.
Hemostatik Serap
Hemostatik serap (absorbable hemostatic) menghentikan perdarahan
dengan pembentukan suatu bekuan buatan atau memberikan jala serat-serat
yang mempermudah pembekuan bila diletakkan langsung pada permukaan
yang berdarah. Dengan kontak pada permukaan asing, trombosit akan pecah
dan membebaskan faktor yang memulai proses pembekuan darah.
Hemostatik golongan ini berguan untuk mengatasi perdarahan yang berasala
dari pembuluh darah kecil saja, misalnya kapiler, dan tidak efektif untuk
16
menghentikan perdarahan arteri atau vena yang tekanan intravaskularnya
cukup besar.
2. Hemostatik Sistemik
Faktor Antihemofilik (Faktor VIII) dan Cryoprecipitated
Antihemophilic Factor
Kedua zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi perdarahan
pada pasien hemofilia A (defisiensi faktor VIII yang sifatnya herediter) dan
pada pasien yang darahnya mengandung penghambat faktor VIII. Selain
pada pasien hemofilia A, Cryoprecipitated Antihemophilic Factor juga
dapat digunakan untuk pasien dengan penyakit von Willebrand.
Efek Samping : Cryoprecipitated Antihemophilic Factor mengandung
fibrinogen dan protein plasma lain dalam jumlah yang lebih banyak dari
17
sediaan konsentrat faktor VIII, sehingga kemungkinan terjadi reaksi
hipersensitivitas lebih besar pula. Efek samping lain yang dapat timbul pada
penggunaan kedua jenis sediaan ini adalah hepatitis virus, anemia hemolitik,
hiperfibrinogenemia, menggigil, dan demam.
Kompleks Faktor IX
Sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX, dan X, serta sejumlah kecil
protein plasma lain dan digunakan untuk pengobatan hemofilia B, atau bila
diperlukan faktor-faktor yang terdapat dalam sediaan untuk mencegah
perdarahan. Akan tetapi karena ada kemungkinan timbulnya hepatitis,
preparat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien nonhemofilia. Efek
samping lain adalah trombosis, demam, menggigil, sakit kepala, flushing,
dan reaksi hipersensitivitas berat (syok anafilaksis).
Desmopresin
Desmopresin merupakan vasopresin sintetik yang dapat meningkatkan
kadar faktor VIII dan vWf untuk sementara. Peningkatan kadar faktor
pembekuan tersebut paling besar terjadi pada 1-2 jam dan menetap sampai
dengan 6 jam. Pemberian lebih sering dari tiap 2 atau 3 hari dapat
menurunkan respons terapeutik.
Obat ini diindikasikan untuk hemostatik jangka pendek pada pasien dengan
defisiensi faktor VIII yang ringan sampai sedang dan pada pasien von
Willebrand tipe 1.
Efek samping : sakit kepala, mual, flushing, sakit dan pembengkakan
pada tempat suntikan. Juga dilaporkan terjadinya peningkatan tekanan darah
yang ringan dan harus hati-hati penggunaannya pada pasien hipertensi dan
penyakit arteri koronaria.
Fibrinogen
Sediaan ini hanya digunakan bila dapat ditentukan kadar fibrinogen
dalam darah pasien, dan daya pembekuan yang sebenarnya.
Fibrinogen mungkin diberikan pada pasien sebagai plasma, cryoprecipitate
faktor VIII, atau konsentrat faktor VIII (lyophilized).
18
Vitamin K
Sebagai hemostatik, vitamin K memerlukan waktu untuk dapat
menimbulkan efek, sebab vitamin K harus merangsang pembentukan faktor-
faktor pembekuan darah lebih dahulu.
Asam Aminokaproat
Asam aminokaproat merupakan penghambat bersaing dari aktivator
palsminogen dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan
menghancurkan fibrinogen, fibrin, dan faktor pembekuan darah lain. Oleh
karena itu, asam aminokaproat dapat membantu mengatasi perdarahan berat
akibat fibrinolisis yang berlebihan.
Efek samping : prutirus, eritema, ruam kulit, hipotensi, dispepsia, mual,
diare, hambatan ejakulasi, eritema konjungtiva, dan hidung tersumbat. Efek
samping yang paling berbahaya adalah trombosis umum, karena itu pasien
yang mendapat obat ini harus diperiksa mekanisme hemostatiknya.
Asam Traneksamat
Obat ini merupakan analog asam aminokaproat, mempunyai indikasi
dan mekanisme kerja yang sama dengan asam aminokaproat tetapi 10 kali
lebih potent dengan efek samping yang lebih ringan.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan
cara mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin
yang diperlukan untuk merubah fibrinogen menjadi fibrin dalam proses
pembekuan.
20
2. Hemostatik Sistemik
Hemostatik sistemik terdiri dari : Faktor Antihemofilik (Faktor VIII)
dan Cryoprecipitated Antihemophilic Factor, Kompleks faktor IX,
Desmopresin, Fibrinogen, Vitamin K, Asam Aminokaproat dan Asam
Traneksamat
21