You are on page 1of 22

FARMAKOLOGI KEDOKTERAN GIGI MT 15

ANTIKOAGULAN DAN HEMOSTATIK

Disusun oleh :

Maria Yosefa Sekar Wiharti 005/ G/ 14


Maria Ripka Petrosia Angga 006/ G/ 14
Abigail Larasati 007/ G/ 14
Ngurah Bagus Jamsos Gunabudi 008/ G/ 14
Ni Wayan Sagita Putri Tanjung 009/ G/ 14

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan seharihari, selalu saja ada kemungkinan kerusakan
dinding pembuluh darah. Kecelakaan seperti luka tertusuk benda runcing,
tersayat pisau dan sebagainya, dengan jelas memperlihatkan keluarnya
darah sehingga selalu ada reaksi untuk menghentikannya. Apabila tidak
diatasi, ada kemungkinan akan menyebabkan kehilangan darah dan terjadi
infeksi. Tetapi untuk luka yang kecil yang terkadang bahkan tidak kita
sadari, jarang sekali dilakukan upaya untuk mengendalikan luka itu.
Misalnya pada kasus luka kecil di saluran cerna akibat memakan sesuatu
yang keras dan runcing, misalnya tertelan duri ikan. Bisa saja hal ini akan
menimbulkan infeksi bila tidak ada kesadaran dari individu itu sendiri untuk
mengatasinya. Untunglah di dalam tubuh setiap manusia mempunyai suatu
mekanisme pengendalian pendarahan atau hemostasis dan pembekuan darah
atau koagulasi.
Hemostasis dan koagulasi merupakan serangkaian kompleks reaksi
yang menyebabkan pengendalian pendarahan melalui pembentukan
trombosit dan bekuan fibrin pada tempat cedera. Hemostasis merupakan
mekanisme tubuh dalam mengontrol respon terhdap perdarahan atau
terjadinya trombosis yang berlebihan sehingga proses trombogenesis dan
proses fibrinolisis dalam keadaan seimbang. Koagulasi merupakan proses
pembekuan darah.
Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan
cara mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin
yang diperlukan untuk merubah fibrinogen menjadi fibrin dalam proses
pembekuan. Hemostatik ialah zat atau obat yang digunakan untuk
menghentikan perdarahan. Obat-obat ini diperlukan untuk mengatasi
perdarahan yang meliputi daerah yang luas.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan antikoagulan ?
2. Bagaimana mekanisme kerja antikoagulan?
3. Apa saja jenis-jenis antikoagulan?
4. Apa saja obat antikoagulan ?
5. Apa yang dimaksud dengan hemostatik?
6. Apa jenis-jenis hemostatik?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan antikoagulan
2. Untuk mengetahui mekanisme kerja antikoagulan
3. Untuk mengetahui jenis-jenis antikoagulan
4. Untuk mengetahui obat antikoagulan
5. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan hemostatik
6. Untuk mengetahui jenis-jenis hemostatik

1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui yang dimaksud dengan antikoagulan
2. Dapat mengetahui mekanisme kerja antikoagulan
3. Dapat mengetahui jenis-jenis antikoagulan
4. Dapat mengetahui obat antikoagulan
5. Dapat mengetahui yang dimaksud dengan hemostatik
6. Dapat mengetahui jenis-jenis hemostatik

2
BAB II
ISI

2.1 Definisi Antikoagulan

Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan


cara mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin
yang diperlukan untuk merubah fibrinogen menjadi fibrin dalam proses
pembekuan. Namun tidak semua jenis antikoagulan dapat dipakai karena
ada beberapa antikoagulan yang dapat mempengaruhi bentuk eritrosit atau
leukosit yang akan dipseriksa morfologinya. Pada pemeriksaan hematologi
yang membutuhkan spesimen berupa whole blood dan atau plasma maka
sampel darah harus dikumpulkan dalam sebuah tabung yang berisi
antikoagulan sehingga dengan pemberian antikoagulan maka darah tidak
akan beku.
Spesimen dan antikoagulan harus dicampur homogen serta segera
setelah pengambilan spesimen untuk mencegah pembentukan microclot.
Pencampuran yang lembut sangat penting untuk mencegah hemolisis. Jenis
antikoagulan yang baik adalah yang tidak merusak komponen - komponen
yang terkandung di dalam darah dan harus sesuai dengan jenis pemeriksaan
yang diinginkan.
Ada berbagai jenis antikoagulan, masing-masing digunakan dalam
jenis pemeriksaan tertentu. Namun tidak semuanya dapat digunakan karena
ada yang terlalu banyak berpengaruh terhadap bentuk/morfologi eritrosit
atau leukosit.

Ada beberapa antikoagulansia yang banyak digunakan untuk pemeriksaan


darah diantaranya adalah :
1. EDTA (Ethylen Diamine Tetracetic Acid).
2. Natrium Sitrat 3,8%
3. Heparin
4. Natriun dan Kalium Oskalat.
5. Double oxalate

3
2.2 Mekanisme Kerja Antikoagulan

Pada saat terjadi luka/ cedera/ kerusakan pada lapisan bagian dalam
pembuluh darah (endotel), akan terjadi serangkaian proses yang mengubah
sifat sel-sel endotel menjadi lebih pro koagulasi. Kerusakan pada lapisan
endotel menyebabkan protein-protein di bawah lapisan endotel, seperti
kolagen dan faktor von Willebrand terpapar aliran darah. Paparan ini
menyebabkan terjadinya perlekatan platelet ke lapisan endotel yang
mengalami cedera, sintesis serta sekresi molekul-molekul vasokonstriktor
maupun aktivator platelet yang selanjutnya berperan dalam agregasi platelet
dan pembentukan platelet plug (sumbatan platelet) untuk memperbaiki
kerusakan tersebut. Bersamaan dengan proses tersebut, juga terjadi aktivasi
sistem koagulasi melalui jalur intrinsik dan ekstrinsik yang menghasilkan
trombin dan fibrin untuk menstabilkan platelet plug. Koagulasi atau
pembekuan darah disebabkan oleh perubahan fibrinogen menjadi fibrin oleh
enzim trombin. Trombin dan fibrin terbentuk melalui serangkaian reaksi
proteolitik.
Pada setiap tahapan reaksi, suatu faktor pembekuan mengalami
proteolisis menjadi suatu protease aktif (contohnya: faktor VII yang tidak
aktif menjadi faktor VIIa yang aktif). Tiap faktor protease akan
mengaktifkan faktor pembekuan berikutnya dalam urutan rangkaian
tersebut, sampai akhirnya terbentuk trombin (faktor IIa) dan fibrin. Selain
berperan dalam pembentukan fibrin, trombin juga mengaktifkan banyak
faktor koagulasi lainnya (terutama faktor V, VIII, dan IX), memicu
pembentukan lebih banyak trombin, dan mengaktifkan faktor XIII, suatu
faktor yang menjalin polimer-polimer fibrin sehingga menstabilkan bekuan
darah. Untuk mencegah perdarahan berlebihan, tubuh juga mempunyai
antikoagulan endogen, seperti antitrombin yang membuat: trombin, faktor
IXa, Xa, XIa, dan XIIa, menjadi tidak aktif. Antitrombin dan beberapa
faktor pembekuan inilah yang menjadi target kerja antikoagulan.

4
2.3 Jenis-jenis Antikoagulan

1. EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid)


Garam Kalium atau Natrium dari Ethylen Diamine Tetra Asetat
(EDTA). Garam-garam tersebut mengubah ion kalsium dari darah menjadi
bentuk yang bukan ion sehingga pembekuan dapat dicegah. EDTA tidak
mempengaruh terhadap besar dan bentuk dari Eritrosit dan leukosit. Selain
itu EDTA juga dapat mencegah penggumpalan trombosit, sehingga sangat
baik sebagai antikoagulan untuk pemeriksaan trombosit. Antikoagulan
EDTA sangat luas pemakaiannya, dapat digunakan untuk kebanyakan
pemeriksaan hematologi. Dengan antikoagulan EDTA, sel-sel darah dapat
bertahan lebih lama dibanding dengan antikoagulan lain.
Ada tiga macam EDTA, yaitu dinatrium EDTA (Na2EDTA),
dipotassium EDTA (K2EDTA) dan tripotassium EDTA (K3EDTA). Dari
ketiga jenis EDTA tersebut, K2EDTA adalah yang paling baik dan
dianjurkan oleh ICSH (International Council for Standardization in
Hematology) dan CLSI (Clinical and Laboratory Standards Institute).

Jumlah EDTA yang Digunakan


EDTA kering: 1 mg EDTA/1 ml darah
EDTA cair: 0.01ml EDTA/1 ml darah

EDTA cair (laruatan EDTA 10 %) lebih sering digunakan. Pada


penggunaan EDTA kering, wadah yang berisi darah dan EDTA harus
digoyang(homogenkan) selama 1-2 menit karena EDTA kering lambat larut.
Penggunaan EDTA kurang atau lebih dari ketentuan seharusnya dihindari.
Penggunaan EDTA yang kurang dari ketentuan dapat menyebabkan darah
membeku.

Sedangkan penggunaan yang lebih dari ketentuan dapat menyebabkan


eritrosit mengkerut sehingga nilai hematokrit rendah dari nilai yang
sebenarnya.Saat ini sudah tersedia,Tabung darah/tabung hampa udara

5
(vacutainer tube) yang berisi EDTA. Tabung EDTA bertutup lavender
(Ungu) atau pink seperti yang diproduksi oleh Becton Dickinson.

Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan EDTA


Penentuan kadar Hb
Penentuan Hematokrit
Penentuan Laju Endap Darah (LED)
Penentuan Resisitensi osmotik darah
Penentuan golongan darah
Perhitungan sel-sel darah, termasuk retikulosit
Pembuatan apusan darah

Ada pun keuntungan dan penggunaan EDTA sebagai berikut :


Keuntungan penggunaan EDTA :adalah yang paling baik dan
dianjurkan oleh ICSH (International Council for Standardization in
Hematology) dan CLSI (Clinical and Laboratory Standards Institute).
Tabung EDTA tersedia dalam bentuk tabung hampa udara (vacutainer
tube) dengan tutup lavender (purple) atau pink, seperti yang diproduksi
oleh Becton Dickinson :
o Tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuknya erithrosit dan
leukosit.
o Mencegah thrombosit menggumpal
o Dapat digunakan berbagai macam pemeriksaan hematologi.
Ada pun kerugian EDTA sebagai berikut :
KerugianLambat larut karena sering digunakan dalam bentuk kering
sehingga harus menggoncang wadah yang berisi darah EDTA selama 1-
2 menit.

Cara pembuatan :
1. Ambil botol yang bersih dan kering
2. Pipet EDTA 10% sebanyak 0,020 ml dengan pipet sahli
3. Masukkan kedalam botol dan keringkan

6
2. Natrium Sitrat (Trisodium Citrat)
Natrium Sitrat (Trisodium Citrat) yang digunakan berbentuk larutan
3,2 % dan 3,8%. Antikogulan ini mencegah pembekuan dengan cara
mengikat ion kalsium. Antikoagulan Natrium Sitrat bersifat isotonis dengan
darah dan tidak bersifat toksik sehingga dapat juga digunakan untuk
transfusi darah. Antikoagulan ini biasa digunakan dalam bentuk larutan dan
paling sering dipakaiuntuk pemeriksaan laju endap darah dengan
pendinginannya 1 volume Natrium sitrat 3,8% : 4 volume darah.

Adapun prinsip kerja natrium sitrat 3,8% yaitu :


Prinsip kerja dari Natrium Sitrat 3,8% yaitu dengan cara mengikat ion
kalsium dalam darah dan mempertahankan kapabilitas fungsi trombosit
(bufer Natrium sitrat bisa meningkatkan stabilitas faktor V & VIII).
Natrium Sitrat 3,8% dibuat dengan cara melarutkan 3,8 gram Natrium Sitrat
Dihidrat dalam 100 ml aquadest.

Banyaknya Natrium Sitrat yang Digunakan :

1. Larutan Natrium Sitrat 3,2 % digunakan untuk pemeriksaan soal-soal


proses pembekuan darah (Koagulasi) dan agregasi trombosit, Volume:
1 volume antikoagulan : 9 volume darah
2. Larutan Natrium Sitrat 3,8 % digunakan pemeriksaan Laju Endap
Darah dan Eritrosit Sedimen Rate (ESR), Volumenya : 1 volume
antikoagulan : 4 volume darah

Saat ini sudah tersedia Tabung darah/tabung hampa udara (vacutainer


tube) yang berisi Natrium sitrat. Tabung sitrat 3,2% bertutup biru terang dan
tabung sitrat 3,8% bertutup hitam.

Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan


Natrium Citrat
Penentuan Laju Endap Darah
Eritrosit Sedimen Rate (ESR)

7
Pemeriksaan soal-soal proses pembekuan darah
Agregasi Trombosit
Penentuan golongan darah
Transfusi darah

Adapun keuntungan menggunakan antikoagulan natrium citrate :


Keuntungan :Antikoagulan ini karena tidak toksis maka sering
digunakan dalam unit transfusi darah dalam bentuk ACD (Acid Citric
Dextrose).
Adapun Kerugian menggunakan antikoagulan natrium citrate :
Pemakaiannya terbatas dalam pemeriksaan hematologi.

3. Heparin
Heparin merupakan antikoagulan yang normal dalam tubuh, namun di
laboratorium heparin jarang digunakan dalam pemeriksaan-pemeriksaan di
laboratorium karena mahal harganya. Heparin berdaya seperti antitrombin.
Heparin bekerja dengan cara menghentikan pembentukan trombin dari
prothrombin sehingga menghentikan pembentukan fibrin dari fibrinogen.
Heparin tidak mempengaruhi bentuk eritrosit maupun trombosit.
Jenis heparin yang paling banyak digunakan adalah Lithium heparin karena
antikoagulan karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion dalam
darah.

Banyaknya Heparin yang Digunakan:


Heparin Kering : 0,1-0,2 mg/ml Darah
Heparin Cair : 15 IU +/- 2.5 IU/ml darah

Saat ini telah tersedia tabung darah/tabung hampa udara (vacutainer


tube) yang berisi heparin. Tabung heparin bertutup Hijau muda (Lithium
heparin) dan Hijau (Lithium heparin dengan gel)

8
Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan
Heparin :
Penentuan hemoglobin
Penentuan hematokrit
enentuan resistensi osmotic
Penghitungan sel-sel darah
Penentuan golongan darah
Transfusi darah

Adapun Kerugian Menggunakan Antikoagulan Heparin :


Heparin tidak bisa digunakan untuk membuat apusan darah karena
menyebebabkan dasar yang biru kehitaman bisa dicat dengan cat wright
stain.
Harganya mahal

4. Natrium Oxalat
Bekerja dengan menikat ion Ca, sehingga terbentuk Ca Oxalat yang
mengendap. Na oxalat yang digunakan berbentuk larutan 0.1 N

Banyaknya Na-Oxalat yang Digunakan


Pemeriksaan Plasma Protrombin Time (PPT) : 1 volume darah: 9
volume darah.
Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan Na-
Oxalat
Pemeriksaan Plasma Protrombin Time (PPT).

5. Double Oxalat
Nama lainnya dalah Balance Oxalat Mixture atau antikoagulan dari
Heller dan Paul. Antikoagulan ini mengandung kalium oxalat dan
ammonium oxalat dengan perbandingan 2:3. Kalium oxalat menyebebkan
eritrosit mengkerut, sedangkan ammonium oxalat menyebabkan eritrosit

9
mengembang. Campuran kedua garam tersebut bertujuan untuk
menghindari perubahan perubahan volume eritrosit.

Banyaknya Antikoagulan Double Oxalat yang digunakan:


Double oxalat kering : 2 mg Double oxalat / 1 ml darah
Double oxalat cair 2%: 0.1 ml Double oxalat/ 1 ml darah

Double oxalat digunakan dalam bentuk kering. Sebelum ditambahkan


darah, double oxalat cair yang dimasukkan kedalam tabung penampung
darah harus di keringkan terlebih dahulu pada suhu yang kurang 600C,
menghindari perubahan menjadi Karbonat (Sifat antikoagulannya hilang).

Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan Double


Oxalat
Penentuan hemoglobin
Penentuan hematokrit
Penentuan Laju Endap Darah (LED)
Penentuak resistensi eritrosit
Penentuan golongan darah

6. NaF dan Kalium Oxalat


Antikoagulan ini sebenarnya dikhususkan untuk pemeriksaan glukosa
darah, namun masih dapat digunakan untuk pemeriksaan hematologi.
Antikoagulan ini biasanya tersedia dalam tabung vakum yang diproduksi
pabrikan. Kalium oksalat berfungsi sebagai antikoagulan dan NaF berfungsi
sebagai antiglikolisis dengan cara menghambat kerja enzim Phosphoenol
pyruvate dan urease sehingga kadar glukosa darah stabil.

2.4 Obat-obat Antikoagulan


Obat-obat antikoagulan menghambat perkembangan dan pembesaran
bekuan. Seharusnya sudah jelas berdasarkan nama kelompok ini bahwa

10
obat-obat ini bekerja dengan mengganggu fase koagulasi hemostatis.
Penggolongan obat-obatan ini yaitu :
a. Golongan heparin, mencakup senyawa-senyawa yang diberikan secara
parenteral ( heparin dan heparin berbobot rendah) dan senyawa-senyawa
yang diberikan secara oral ( warfarin dan dikumarol),
b. Inhibitor thrombin langsung
c. Lain-lain.

Terapi antikoagulan memberikan profilaksis terhadap thrombosis vena


dan arteri. Obat-obat ini tidak dapat melarutkan bekuan yang telah
terbentuk, tetapi dapat mencegah atau memperlambat perluasan bekuan
yang sudah ada. Senyawa-senyawa ini berguna untuk mencegah thrombosis
vena dalam dan embolisme paru. Terapi antikoagulan pada pasien-pasien
fibrilasi atrium telah mengurangi resiko embolisme sistemik dan stroke.

a. Warfarin

Warfarin adalah anti koagulan oral yang mempengaruhi sintesa


vitamin K-yang berperan dalam pembekuan darah- sehingga terjadi deplesi
faktor II, VII, IX dan X. Ia bekerja di hati dengan menghambat karboksilasi
vitamin K dari protein prekursomya. Karena waktu paruh dari masing-
masing faktor pembekuan darah tersebut, maka hila terjadi deplesi faktor
Vll waktu protrombin sudah memanjang. Tetapi efek anti trombotik baru
mencapai puncak setelah terjadi deplesi keempat faktor tersebut. Jadi efek

11
anti koagulan dari warfarin membutuhkan waktu beberapa hari karena
efeknya terhadap faktor pembekuan darah yang baru dibentuk bukan
terhadap faktor yang sudah ada disirkulasi. Warfarin tidak mempunyai efek
langsung terhadap trombus yang sudah terbentuk, tetapi dapat mencegah
perluasan trombus. Warfarin telah terbukti efektif untuk pencegahan stroke
kardioembolik. Karena meningkatnya resiko pendarahan, penderita yang
diberi warfarin harus dimonitor waktu protrombinnya secara berkala.
Farmakokinetik :
Mula kerja biasanya sudah terdeteksi di plasma dalam 1 jam setelah
pemberian.
Kadar puncak dalam plasma: 2-8 jam.
Waktu paruh : 20-60 jam; rata-rata 40 jam.
Bioavailabilitas: hampir sempurna baik secara oral, 1M atau IV.
Metabolisme: ditransformasi menjadi metabolit inaktif di hati dan ginjal.
Ekskresi: melalui urine clan feses.

Farmakodinamik :
99% terikat pada protein plasma terutama albumin.
Absorbsinya berkurang hila ada makanan di saluran cerna.

Indikasi :
Untuk profilaksis dan pengobatan komplikasi tromboembolik yang
dihubungkan dengan fibrilasi atrium dan penggantian katup jantung ; serta
sebagai profilaksis terjadinya emboli sistemik setelah infark miokard (FDA
approved). Profilaksis TIA atau stroke berulang yang tidak jelas berasal
dari problem jantung.
Kontraindikasi .
Semua keadaan di mana resiko terjadinya perdarahan lebih besar dari
keuntungan yang diperoleh dari efek anti koagulannya, termasuk pada
kehamilan, kecenderungan perdarahan atau blood dyscrasias dll.
Interaksi obat :
Warfarin berinteraksi dengan sangat banyak obat lain seperti
asetaminofen, beta bloker, kortikosteroid, siklofosfamid, eritromisin,

12
gemfibrozil, hidantoin, glukagon, kuinolon, sulfonamid, kloramfenikol,
simetidin, metronidazol, omeprazol, aminoglikosida, tetrasiklin,
sefalosporin, anti inflamasi non steroid, penisilin, salisilat, asam askorbat,
barbiturat, karbamazepin dll.
Efek samping
Perdarahan dari jaringan atau organ, nekrosis kulit dan jaringan lain,
alopesia, urtikaria, dermatitis, demam, mual, diare, kram perut,
hipersensitivitas dan priapismus.
Hati -hati :
Untuk usia di bawah 18 tahun belum terbukti keamanan dan
efektifitasnya. Hati- hati bila digunakan pada orang tua. Tidak boleh
diberikan pada wanita hamil karena dapat melewati plasenta sehingga bisa
menyebabkan perdarahan yang fatal pada janinnya. Dijumpai pada ASI
dalam bentuk inaktif, sehingga bisa dipakai pada wanita menyusui.
Dosis :
Dosis inisial dimulai ,dengan 2-5 mg/hari dan dosis pemeliharaan 2-10
mg/hari. Obat diminum pada waktu yang sama setiap hari. Dianjurkan
diminum sebelum tidur agar dapat dimonitor efek puncaknya di pagi hari
esoknya. Lamanya terapi sangat tergantung pada kasusnya. Secara umum,
terapi anti koagulan harus dilanjutkan sampai bahaya terjadinya emboli dan
trombosis sudah tidak ada. Pemeriksaan waktu protrombin barns dilakukan
setiap hari begitu dimulai dosis inisial sampai tercapainya waktu protrombin
yang stabil di batas terapeutik. Setelah tercapai, interval pemeriksaan waktu
protrombin tergantung pada penilaian dokter dan respon penderita terhadap
obat. Interval yang dianjurkan adalah 1-4 minggu.
a. Heparin

Heparin adalah bahan alami yang diisolasi dari mukosa intestinum


porcine atau dari paru-paru sapi. Obat bekerja sebagai anti koagulan dengan
mempotensiasi kerja anti trombin III (AT-III) membentuk kompleks yang
berafinitas lebih besar dari AT -III sendiri, terhadap beberapa faktor
pembekuan darah, termasuk trombin, faktor IIa, IXa, Xa, XIa,dan XIla.
Oleh karena itu heparin mempercepat inaktifasi faktor pembekuan darah.

13
Heparin biasanya tidak mempengaruhi waktu perdarahan. Waktu
pembekuan memanjang bila diberikan heparin dosis penuh, tetapi tidak
terpengaruh bila diberikan heparin dosis rendah. Heparin dosis kecil dengan
AT-III menginaktifasi faktor XIIIa dan mencegah terbentuknya bekuan
fibrin yang stabil. Penggunaan hefarin dimonitor dengan memeriksa waktu
tromboplastin parsial (aPTT) secara berkala. Penggunaan heparin untuk
stroke akut masih diperdebatkan. Belum ada uji klinis yang memberikan
hasil yang konklusif. American Heart Association merekomendasikan
"penggunaan heparin tergantung pada preferensi dokter yang
menanganinya. Harus dimengerti bahwa penggunaan heparin bisa tidak
memperbaiki hasil akhir yang diperoleh pada penderita stroke iskemik
akut". Heparin dapat diberikan secara IV atau SK. Pemberian secara IM
tidak dianjurkan karena sering terjadi perdarahan dan hematom yang disertai
rasa sakit pada tempat suntikan. aPTT dimonitor ketat agar berkisar 1,5
kali nilai kontrol. Tujuan terapi adalah meminimalkan resiko transformasi
infark menjadi perdarahan dan memaksimalkan pengurangan resiko
serangan ulang. Penderita dengan infark luas (baik secara klinis maupun
basil CT -scan kepala) mempunyai resiko besar untuk mengalami
transformasi tersebut, sehingga pemberian heparin sebaiknya ditunda.
Farmakokinetik :
Mula kerja : segera pada pemberian IV, 20-60 menit setelah pemberian SK
Kadar puncak dalam plasma: 2 4 jam setelah pemberian SK
Waktu paruh : 30-180 menit.
Bioavailabilitas : karena tidak diabsorbsi di saluran cerna, harns
diberikan secara parenteral.
Metabolisme : terutama di hati dan sistem retikuloendotelial (SRE) ; bisa
juga di ginjal
Ekskresi : secara primer diekskresi oleh hati daD SRE.

Farmakodinamik : terikat pada protein plasma secara ekstensif.

14
Indikasi :
Dosis rendah untuk pencegahan stroke atau komplikasi
tromboembolik. Profilaksis trombosis serebral pada evolving stroke (masih
diteliti).
Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap heparin, trombositopeni berat, perdarahan yang
tidak terkontrol.
Interaksi obat :
Antikoagulan oral, aspirin, dextran, fenilbutazon, ibuprofen,
indometasin, dipiridamol, hidroksiklorokuin, digitalis, tetrasiklin, nikotin,
anti histamin, nitrogliserin.
Efek samping :
Perdarahan, iritasi lokal, eritema, nyeri ringan, hematom, ulserasi,
menggigil, demam, urtikaria, asma, rhinitis, lakrimasi, sakit kepala, mual,
muntah,reaksi anafilaksis, trombositopeni, infark miokard, emboli paru,
stroke, priapismus, gatal dan rasa terbakar, nekrosis kulit, gangren pada
tungkai. Penggunaan 15.000 U atau lebih setiap hari selama lebih dari 6
bulan dapat menyebabkan osteoporosis dan fraktur spontan.
Dosis :
Dosis rendah dianjurkan untuk pencegahan stroke dan profilaksis
evolving stroke. Pada pemberian secara SK dimulai dengan 5000 U lalu
5000 U tiap 8-12 jam sampai 7 hari atau sampai penderita sudah dapat
dimobilisasi (mana yang lebih lama). Bila diberi IV, sebaiknya didrips
dalam larutan Dekstrose 5% atau NaCI fisiologis dengan dosis inisial 800
U/jam. Hindari pemberian dengan bolus. Sesuaikan dosis berdasarkan basil
aPTT (sekitar 1,5 kali nilai normal). Pada anak dimulai dengan 50 U/kgBB
IV bolus dengan dosis pemeliharaan sebesar 100 U/kgBB/4jam perdrips
atau 20.000 U/m2/24 jam dengan infus.

15
2.5 Definisi Hemostatik

Hemostatik ialah zat atau obat yang digunakan untuk menghentikan


perdarahan. Obat-obat ini diperlukan untuk mengatasi perdarahan yang
meliputi daerah yang luas. Pemilihan obat harus dilakukan secara tepat
sesuai dengan patogenesis perdarahan. Bila daerah perdarahan kecil,
tindakan fisik seperti penekanan, pendinginan atau kauterisasi seringkali
dapat menghentikan perdarahan dengan cepat.
Perdarahan dapat disebabkan oleh defisiensi satu faktor pembekuan
darah yang bersifat herediter misalnya defisiensi faktor antihemofilik (faktor
VIII), dan dapat pula akibat defisiensi banyak faktor yang mungkin sulit
untuk didiagnosis dan diobati. Defisiensi satu faktor pembekuan yang
kurang yang berupa konsentrat darah manusia, misalnya faktor
antihemofilik (faktor VIII), Cryoprecipitated antihemophilic factor,
kompleks faktor IX (komponen tromboplastin plasma). Perdarahan dapat
pula dihentikan dengan memberikan obat yang dapat meningkatkan
pembentukan faktor-faktor pembekuan darah misalnya vitamin K, atau yang
menghambat mekanisme fibrinolitik seperti asam aminokaproat. Selain
hemostatik sistemik di atas terdapat pula hemostatik yang digunakan lokal.

2.6 Jenis-jenis Hemostatik

1. Hemostatik Lokal
Yang termasuk dalam golongan ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa
kelompok berdasarkan mekanisme hemostasisnya.
Hemostatik Serap
Hemostatik serap (absorbable hemostatic) menghentikan perdarahan
dengan pembentukan suatu bekuan buatan atau memberikan jala serat-serat
yang mempermudah pembekuan bila diletakkan langsung pada permukaan
yang berdarah. Dengan kontak pada permukaan asing, trombosit akan pecah
dan membebaskan faktor yang memulai proses pembekuan darah.
Hemostatik golongan ini berguan untuk mengatasi perdarahan yang berasala
dari pembuluh darah kecil saja, misalnya kapiler, dan tidak efektif untuk

16
menghentikan perdarahan arteri atau vena yang tekanan intravaskularnya
cukup besar.

Termasuk kelompok ini antara lain spons gelatin, oksisel (selulosa


oksida), dan busa fibrin insani (human fibrin foam).
Astringen
Zat ini bekerja lokal dengan mengendapkan protein darah sehingga
protein dapat dihentikan. Sehubungan dengan cara penggunaannya, zat ini
dinamakan juga styptic. Yang termasuk kelompok ini antara lain feri
klorida, nitras argenti, asam tanat. Kelompok ini digunakan untuk
menghentika perdarahan kapiler, tetapi kurang efektif bila dibandingkan
dengan vasokonstriktor yang digunakan lokal.
Koagulan
Obat kelompok ini pada penggunaan lokal menimbulkan hemostasis
dengan dua cara, yaitu dengan mempercepat perubahan protrombin menjadi
trombin dan secara langsung menggumpalkan fibrinogen.
Vasokonstriktor
Epinefrin dan norepinefrin berefek vasokonstriksi, dapat digunakan
untuk menghentikan perdarahan kapiler suatu permukaan. Cara
penggunaannya ialah dengan mengoleskan kapas yang telah dibasahi
dengan larutan 1:1.000 tersebut pada permukaan yang berdarah.

2. Hemostatik Sistemik
Faktor Antihemofilik (Faktor VIII) dan Cryoprecipitated
Antihemophilic Factor
Kedua zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi perdarahan
pada pasien hemofilia A (defisiensi faktor VIII yang sifatnya herediter) dan
pada pasien yang darahnya mengandung penghambat faktor VIII. Selain
pada pasien hemofilia A, Cryoprecipitated Antihemophilic Factor juga
dapat digunakan untuk pasien dengan penyakit von Willebrand.
Efek Samping : Cryoprecipitated Antihemophilic Factor mengandung
fibrinogen dan protein plasma lain dalam jumlah yang lebih banyak dari

17
sediaan konsentrat faktor VIII, sehingga kemungkinan terjadi reaksi
hipersensitivitas lebih besar pula. Efek samping lain yang dapat timbul pada
penggunaan kedua jenis sediaan ini adalah hepatitis virus, anemia hemolitik,
hiperfibrinogenemia, menggigil, dan demam.
Kompleks Faktor IX
Sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX, dan X, serta sejumlah kecil
protein plasma lain dan digunakan untuk pengobatan hemofilia B, atau bila
diperlukan faktor-faktor yang terdapat dalam sediaan untuk mencegah
perdarahan. Akan tetapi karena ada kemungkinan timbulnya hepatitis,
preparat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien nonhemofilia. Efek
samping lain adalah trombosis, demam, menggigil, sakit kepala, flushing,
dan reaksi hipersensitivitas berat (syok anafilaksis).
Desmopresin
Desmopresin merupakan vasopresin sintetik yang dapat meningkatkan
kadar faktor VIII dan vWf untuk sementara. Peningkatan kadar faktor
pembekuan tersebut paling besar terjadi pada 1-2 jam dan menetap sampai
dengan 6 jam. Pemberian lebih sering dari tiap 2 atau 3 hari dapat
menurunkan respons terapeutik.
Obat ini diindikasikan untuk hemostatik jangka pendek pada pasien dengan
defisiensi faktor VIII yang ringan sampai sedang dan pada pasien von
Willebrand tipe 1.
Efek samping : sakit kepala, mual, flushing, sakit dan pembengkakan
pada tempat suntikan. Juga dilaporkan terjadinya peningkatan tekanan darah
yang ringan dan harus hati-hati penggunaannya pada pasien hipertensi dan
penyakit arteri koronaria.
Fibrinogen
Sediaan ini hanya digunakan bila dapat ditentukan kadar fibrinogen
dalam darah pasien, dan daya pembekuan yang sebenarnya.
Fibrinogen mungkin diberikan pada pasien sebagai plasma, cryoprecipitate
faktor VIII, atau konsentrat faktor VIII (lyophilized).

18
Vitamin K
Sebagai hemostatik, vitamin K memerlukan waktu untuk dapat
menimbulkan efek, sebab vitamin K harus merangsang pembentukan faktor-
faktor pembekuan darah lebih dahulu.
Asam Aminokaproat
Asam aminokaproat merupakan penghambat bersaing dari aktivator
palsminogen dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan
menghancurkan fibrinogen, fibrin, dan faktor pembekuan darah lain. Oleh
karena itu, asam aminokaproat dapat membantu mengatasi perdarahan berat
akibat fibrinolisis yang berlebihan.
Efek samping : prutirus, eritema, ruam kulit, hipotensi, dispepsia, mual,
diare, hambatan ejakulasi, eritema konjungtiva, dan hidung tersumbat. Efek
samping yang paling berbahaya adalah trombosis umum, karena itu pasien
yang mendapat obat ini harus diperiksa mekanisme hemostatiknya.
Asam Traneksamat
Obat ini merupakan analog asam aminokaproat, mempunyai indikasi
dan mekanisme kerja yang sama dengan asam aminokaproat tetapi 10 kali
lebih potent dengan efek samping yang lebih ringan.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan
cara mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin
yang diperlukan untuk merubah fibrinogen menjadi fibrin dalam proses
pembekuan.

Koagulasi atau pembekuan darah disebabkan oleh perubahan


fibrinogen menjadi fibrin oleh enzim trombin. Trombin dan fibrin terbentuk
melalui serangkaian reaksi proteolitik.

Obat-obat antikoagulan diantaranya, yaitu :


1. Heparin (diberikan parenteral)
2. Warfarin dan dikumarol (diberikan secara oral)
3. Inhibitor trombin
4. Lain-lain.

Ada beberapa antikoagulan yang banyak digunakan untuk


pemeriksaan darah diantaranya adalah :
1. EDTA (Ethylen Diamine Tetracetic Acid).
2. Natrium Sitrat 3,8%
3. Heparin
4. Natriun dan Kalium Oskalat.
5. Double oxalate

Hemostatik ialah zat atau obat yang digunakan untuk menghentikan


perdarahan. Obat-obat ini diperlukan untuk mengatasi perdarahan yang
meliputi daerah yang luas.

Obat hemostatik dibagi menjadi 2 :


1. Hemostatik Lokal
Hemostatik lokal terdiri dari : hemostatik serap, astringen, koagulan
dan vasokonstriktor

20
2. Hemostatik Sistemik
Hemostatik sistemik terdiri dari : Faktor Antihemofilik (Faktor VIII)
dan Cryoprecipitated Antihemophilic Factor, Kompleks faktor IX,
Desmopresin, Fibrinogen, Vitamin K, Asam Aminokaproat dan Asam
Traneksamat

21

You might also like