Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kesehatan Balita
Kesehatan Reproduksi
Pelayanan Kesehatan
Perilaku
1. Proporsi merokok
2. Proporsi perilaku cuci tangan kurang baik
3. Proporsi perilaku BAB tidak di jamban
4. Proporsi Aktivitas fisik kurang
5. Proporsi gosok gigi yang kurang baik
1. Prevalensi hipertensi
2. Prevalensi Cedera
3. Prevalensi Diabetes Mellitus
4. Prevalensi mengalami gangguan kesehatan jiwa
5. Prevalensi obesitas sentral dewasa
6. Prevalensi mengalami penyakit gigi mulut
Penyakit Menular
1. Prevalensi pneumonia
2. Prevalensi diare pada balita
3. Prevalensi ISPA pada balita
Kesehatan Lingkungan
Makin kecil nilai IPKM suatu daerah, makin berat masalah kesehatan di
kabupaten/kota tersebut. Kabupaten/kota dengan IPKM rendah merupakan
daerah prioritas untuk pembangunan kesehatan, agar dapat mengejar
ketertinggalan dari daerah lain. Selain itu Jenis intervensi untuk masing-
masing program bisa lebih tajam, sesuai dengan data hasil yang ada.
2. TUJUAN
2.1. Tujuan Umum
Tujuan pembuatan Profil Kesehatan Kota Ambon adalah untuk
menyediakan data dan informasi akurat tentang kesehatan di daerah
ini, dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen dan sistem
informasi kesehatan yang semakin baik.
BAB II
Kota Ambon terbagi atas lima (5) kecamatan, luas wilayah Kota Ambon
seluruhnya 377 Km2 dan sesuai hasil survey tata Guna Tanah tahun 1980,
luas daratan Kota Ambon tercatat 359,45 Km2.. 5 (lima) kecamatan, masing
masing dengan luas: Kecamatan Nusaniwe 88.34 km2, Kecamatan Sirimau
86.81 km2, Kecamatan Baguala 40.11 km2, Kecamatan Teluk Ambon 93.68
km2 dan Kecamatan Leitimur Selatan 50.50 km2
Jarak tempuh dari Kota Ambon ke Kecamatan adalah sebagai berikut:
a. Kecamatan Nusaniwe
Yang terjauh adalah 36 Km dari desa Laha dan yang terdekat adalah
19 Km dari desa Hunuth
e. Kecamatan Leitimur Selatan
3. TOPOGRAFI
Sebagian besar wilayah kota Ambon terdiri dari daerah berbukit yang
berlereng terjal, seluas kurang lebih 186,90 Km atau 73% dari luas seluruh
datarannya. Wilayah daratan tersebar pada 5 (lima) Kecamatan dan
dikelompokan dalam 7 (tujuh) lokasi yaitu :
a. Pusat Kota dan sekitarnya (sebagian petuanan Desa Amahusu sampai
Latta dengan areal ketinggian 0 50 meter dan kemiringan 3,360
seluas 13,50 Km2 atau 5,44%.
b. Rumah Tiga dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 50 meter dan
kemiringan 3,180 seluas 4,50 Km2 atau 5,57%
c. Passo dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 50 meter dan
kemiringan 30 seluas 14,75 Km2 atau 4,74 %
d. Laha dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 50 meter dan
kemiringan 3,930 seluas 4,25 Km2 atau 1,18 %
e. Hutumury dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 50 meter dan
kemiringan 6,160 seluas 4,25 Km2 atau 9,70 %
f. Kilang dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 50 meter dan
kemiringan 5,660 seluas 3,50 Km2 atau 9,91 %
g. Sedangkan untuk ketinggian 50 250 meter dengan kemiringan 6,560
seluas 3,2 Km2 atau 10,30 % Latuhalat dan sekitarnya dengan areal
ketinggian 0 50 meter dan kemiringan 5,400 seluas 4 Km2 atau 8,57%
Peta wilayah.
4. IKLIM
Kota Ambon dipengaruhi oleh dua macam iklim yaitu iklim laut tropis
dan iklim musim. Kedua musim ini diselingi oleh musim pancaroba yang
merupakan transisi dari kedua musim tersebut. Musim barat umumnya
berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret sedangkan
pada bulan April adalah musim transisi ke musim timur. Musim timur
berlangsung dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, disusul oleh
5. KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk Kota Ambon tahun 2014 yang didapat dari hasil
pendataan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon,
sebanyak 397.602 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 200,501 jiwa atau
50,4% dan perempuan sebanyak 199.131 jiwa atau 49,6 %, dengan rincian
penduduk per kecamatan sebagai berikut :
1) Kecamatan Nusaniwe 114,190 jiwa ( 28,7 %)
2) Kecamatan Sirimau 163,527( 41,1 %)
3) Kecamatan Baguala 58,246 ( 14,6 %)
4) Kecamatan Teluk Ambon 50,997 ( 12,9 %)
5) Kecamatan Leitimur Selatan 10,642 ( 2,7 %).
6. PENDIDIKAN
APK
-SD 103,62 106,83 106,19
-SMP 110,15 93,51 90,39
-SMU/SMK 101,60 96,14 92,52
APM
-SD 82,98 86,87 95,38
-SMP 81,81 65,08 79,81
-SMU/SMK 65,31 67,02 71,96
7. EKONOMI
PDRB(dalamjutaan)
HargaKonstan 2.089.901,53 2.231.919,79 2.384.188,28
HargaBerlaku 5.060.958,60 5.876.364,56 6.852.816,04
PENDAPATAN/KAPITA
HargaKonstan 5.287.018 5.620.717 5.930.919
HargaBerlaku 13.186.269 14.798.641 17.047.099
8. KEADAAN LINGKUNGAN
Untuk akses air bersih terdiri dari beberapa sumber : 1) Air bersih
dari Perpipaan, 2) SPT, 3) SGL, 4) PMA; dan Penampungan Air Hujan
(PAH), yang semua termasuk dalam sarana air bersih yang terlindung.
untuk sarana air bersih tidak terlindung seperti sungai/kali tidak
digunakan masyarakat kota Ambon sebagai sumber kebutuhannya.
Data pada sub bidang kesehatan lingkungan menunjukan bahwa akses
air bersih bagi masyarakat kjota ambon mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun, dimana tahun 2014 penduduk dengan akses
BAB III
Untuk kabupaten kota di Maluku yang paling tinggi adalah kota Ambon
peringkat 43, kabupaten Maluku Tengah 199, Kabupaten Maluku Tenggara
233, sedangkan posisi bawah ada Kabupaten Buru 415, Seram Bagian
Timur 433, dan Kepulauan Aru 394 sehingga ketiga kabupaten ini dimasukan
ke dalam kategori Daerah Bermasalah Kesehatan Berat/Khusus (DBKBK).
Walaupun kota Ambon berada pada peringkat yang lebih baik bukan
berarti tidak ada masalah kesehatan, masih cukup banyak masalah
Selain IPKM yang menjadi sorotan pemerintah sekarang ini, hal penting
lain yang tidak dapat dilepas : upaya pencapaia MDGs 2015. Kesepakatan
negara-negara dunia yang tertuang dalam 8 (delapan ) indikator MDGs 2015
yang diantaranya terdapat 5 (lima) indikator yang berhubungan dengan
kesehatan yaitu upaya penurunan angka kemiskinan melalui penurunan
angka balita gizi buruk, upaya mengurangi tingkat kematian anak, upaya
meningkatkan kesehatan ibu; sekaligus menurunkan tingkat kematian ibu
hamil dan upaya pencegahan terhadap HIV/AIDs, malaria dan penyakit
menular lainnya, serta lingkungan hidup. Lima (5) indikator MDGs 2015 ini
dan IPKM merupakan perhatian utama bidang kesehatan.
. AKB kota Ambon pada tahun 2014 adalah 18 orang atau 2,2 per
1000 kelahiran hidup.atau 15 jiwa dibandingkan dengan tahun 2013
adalah 6,6 per 1000 kelahiran hidup atau 46 orang bayi, mengalami
penurunan karena adanya kerjasama dengan lintas sektor dalam kasus
AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terjadi selama masa
kehamilan, persalinan dan masa nifas atau 42 hari sesudah melahirkan.
Secara Nasional, AKI berangsur menurun sejak tahun 1992 sampai
2007 yaitu dari angka 425 228 per 100.000 kelahiran hidup. AKI kota
1. PENYAKIT MENULAR
Penyakit menular adalah jenis penyakit yang telah ada sejak
jaman dulu yang seharusnya sudah dapat dieliminasi atau eradikasi
seperti pada banyak negara di Eropa dan Amerika. Dibanyak negara
Asia termasuk Indonesia, masalah penyakit infeksi masih merupakan
penyakit yang dominan dalam menyumbangkan angka kesakitan dan
kematian yang cukup tinggi. Perkembangan dalam beberapa tahun
terakhir ini merebak jenis penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
maupun bakteri yang hampir tidak dapat dibendung. Hal ini membuat
jajaran kesehatan harus berupaya untuk kerja lebih keras, dalam
menangani masalah-penyakit infeksi tersebut, yang juga harus
bargaining dengan sektor terkait, swasta maupun partisipasi
masyarakat untuk mengatasi ataupun menekan angka terularnya
penyakit. Seiring dengan itu, muncul juga permasalahan kesehatan lain
yaitu meningkatnya angka kesakitan peyakit tidak menular atau
penyakit degeneratif seperti kanker, stroke, DM, darah tinggi dan
a. Penyakit Malaria
Penyakit malaria merupakan bagian dari penyakit infeksi
yang cukup banyak diderita oleh masyarakat. Sampai saat ini kota
Ambon masih termasuk wilayah yang masuk dalam kategori
endemis malaria. Untuk itu penyakit Malaria terus menerus
menjadi perhatian institusi kesehatan di kota Ambon dan dibantu
oleh LSM asing Global Fund. Ini terlihat dari upaya-upaya yang
dilakukan semakin gencar untuk menuntaskan permasalahan
penyakit malaria ini. Seiring juga dengan komitmen global yang
tertuang di dalam MDGs 2015 yaitu gerakan untuk menyelesaikan
masalah malaria di tahun 2015, malaria menjadi suatu perhatian
khusus dari jajaran dinas kesehatan kota ambon, bersama
pemerintah daerah dalam penanganan maupun pencegahannya.
b. Penyakit TB Paru
Penyakit TB paru merupakan salah satu penyakit infeksi
yang terbesar di antara penyakit infeksi lainya. Ada berbagai
penyakit infeksi TB yang bukan hanya pada paru tetapi juga TB
usus, TB kulit, TB otak dan TB kelenjar serta TB tulang. Penyakit
TB paru merupakan penyakit infeksi menular yang
perkembangannya pada dekade terakhir semakin
mengkawatirkan, sehingga penyakit TB paru ini dimasukkan
sebagai kelompok reemerging disease atau penyakit yang
dulunya pernah hilang atau telah berhasil ditekan tapi sekarang
muncul lagi. Untuk itu pula di dalam kesepakatan MDGs 2015,
masalah TB Paru dimasukkan sebagai salah satu indikator, yang
perlu penanganan serius di seluruh dunia, disamping malaria dan
HIV-AIDS. Salah satu upaya penanggulangan penyakit TB paru
secara nasional adalah melalui program Directly Observed
Treatment Shortcourse Chemotherapy (DOTS) yaitu upaya
pengobatan penyakit TB dengan bantuan semua pihak terkait
termasuk keluarga. Program DOTS ini juga telah dilakukan oleh
jajaran kesehatan di kota Ambon.
c. Penyakit HIV-AIDs
Perkembangan HIV-AIDs semakin hari semakin
mengkuatirkan oleh karena jumlah dan peningkatan kasus pada
orang muda / kalangan usia produktif terlihat jelas. Berbagai
upaya telah dilakukan untuk membendung laju insiden penyakit
ini, namun kelihatannya masih merupakan masalah tersendiri,
oleh karena penyakit infeksi ini sangat dipengaruhi oleh pola hidup
masyarakat. Tingkat keterpaparan seseorang terhadap penyakit
ini sudah sangat mengkuatirkan. Masyarakat sudah mengetahui
tentang penularannya, tetapi seiring dengan gaya hidup yang tidak
sehat, membuat mereka sendiri tidak bisa terhindar dari ancaman
penyakit ini.
e. Penyakit Kusta
Kusta merupakan salah satu penyakit infeksi yang telah ada
sejak zaman sebelum masehi. Penyakit ini cukup menakutkan dan
menjadi perhatian pemerintah di seluruh dunia. Dengan adanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi
pengobatan maka sebagian besar negara di dunia telah berhasil
mengeliminasi penyakit ini. Indonesia telah mencapai eliminasi
penyakit kusta sejak bulan Juni tahun 2000, namun sampai
dengan tahun 2007 terlihat peningkatan jumlah kasus hampir di
semua daerah di Indonesia. Untuk itu, WHO sengaja
memasukkan penyakit kusta sebagai bagian dari kelompok
reemerging disease bersama-sama penyakit TB paru, supaya
dapat menjadi perhatian serius setiap negara.
Upaya pelayanan terhadap penderita penyakit Kusta antara
lain adalah melakukan penemuan penderita melalui berbagai
survei anak sekolah, survei kontak pada minimal 20 orang di
sekitar rumah penderita kusta dan pemeriksaan intensif penderita
yang datang ke pelayanan kesehatan.
Jumlah kasus penyakit kusta di Kota Ambon sampai tahun
2014 adalah 173 kasus ,yang terdiri dari kusta tipe PB ( kusta
Prevalensi 3,9
ii. Diare
Diare masih merupakan penyakit masyarakat yang sulit
dieliminasi. Penyebab diare dipengaruhi oleh faktor
lingkungan yang tidak higienis serta Pola hidup. Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) belum secara maksimal
dimengerti oleh semua masyarakat, dan tidak dilaksanakan
dengan benar oleh masyarakat.
Kejadian diare pada balita sepanjang tahun 2014
sebanyak 2,456 kasus, tahun 2013 sebanyak 3.012
Melihat tren penurunan kasus ini dapat dibuat beberapa
kemungkinan penyebab yaitu meningkatnya kesadaran
masyarakat untuk ber-PHBS, tersedianya sarana-prasarana
lingkungan yang memadai, kebersihan lingkungan
pemukiman yang membaik (lampiran tabel 13).
iii. Chikungunya
Penyakit ini sering dikelirukan dengan malaria ataupun
demam lainnya, sehingga jumlah sesungguhnya dari kasus
ini tidak diketahui dengan pasti, dan juga disebabkan pada
pencatatan dan pelaporan puskesmas, penyakit ini belum
masuk dalam diagnosis yang ada dalam format LB1; yang
menggunakan kode jenis penyakit berdasar ICD-9.
Sehingga penyakit ini walaupun ada, tetapi tidak termasuk
dan dilaporkan oleh fasilitas kesehatan yang ada.
g. Filariasis
Bersama-sama dengan penyakit TB paru dan Kusta,
penyakit Filariasis ini masuk ke dalam kelompok penyakit yang
diperhatikan serius oleh pemerintah Kota Ambon maupun dunia;
reemerging disease.
Kasus Filariasis tahun 2009 sempat mengejutkan Kota
Ambon dan sejak itu langsung ditanagani serius oleh pemerintah
dan didukung oleh partisipasi masyarakat sehingga sampai
dengan tahun 2012 tidak terdapat kasus baru, dengan jalan
gerakan pengobatan masaal pencegahan filariasis selama 5 tahun
terhitung 2009 2013. Di tahun 2014 tidak terdapat kasus baru
yang ditemukan dan total kasus sampai dengan tahun 2014
sebanyak 171 kasus atau 45 per 100.000 penduduk. (lampiran
tabel 23)
Status Gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari
keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya.
Penyebab masalah gizi dapat berupa penyebab langsung yaitu makanan
anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Anak yang
mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau demam
dapat menderita kurang gizi. Demikian pada anak yang makannya tidak
cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang
penyakit. Kenyataannya, baik makanan maupun penyakit secara bersama-
sama merupakan penyebab kurang gizi. Selain itu, penyebab tidak
langsung yaitu ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan anak, serta
pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan
adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh
anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola
pengasuhan adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya,
perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal baik fisik, mental, dan sosial. Pelayanan
kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah tersedianya air bersih dan
sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh keluarga.
Grafik 12. Tren Status Gizi Balita di Kota Ambon Thn 2010-2014
BAB IV
c. Kunjungan Neonatus
3. Pelayanan Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu upaya preventif untuk
mendapatkan tingkat kesehatan masyarakat yang baik. Melalui
imunisasi anak balita, remaja dan ibu hamil diberikan proteksi untuk
mencegah penyakit-penyakit infeksi tertentu, yang bila terjadi akan
sangat mengganggu dan menyebabkan penurunan kualitas hidup
seseorang.
Grafik 16. Tren Cakupan Desa UCI di Kota Ambon Tahun 2010-
2014
Grafik 19. Tren Cak. Kasus Gizi Kota Ambon Tahun 2012-2014
2. Kapsul Vitamin A
Perbaikan gizi masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung
keberhasilan pembangunan secara keseluruhan, karena dengan gizi
yang baik maka masyarakat bisa beraktivitas dan sehat sehingga akan
menambah income perkapita.
Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang sangat dibutuhkan
oleh balita yang sedang tumbuh.Balita yang kekurangan vitamin A akan
menyebabkan gangguan kekebalan tubuh sehingga gampang
terserang bermacam-macam penyakit seperti campak, diare atau
penyakit infeksi lain dan yang paling sering adalah gangguan
penglihatan sampai dapat menyebabkan kebutaan. Pemberian vitamin
tidak saja difokuskan ke balita tetapi juga diberikan kepada ibu nifas
atau selesai melahirkan. Vitamin A yang diberikan ada 2 jenis yaitu
kapsul biru untuk bayi berumur 6 bulan - 12 bulan dan kapsul merah
kepada balita dan ibu nifas sebanyak 2 kali.
Grafik 20. Tren Cakupan Vit A Balita Kota Ambon Thn 2010-2014
3. Pemberian Tablet Fe
Program pemerintah untuk memberikan tablet Fe (Fe sulfat 320 mg
dan asam folat 0,5 mg) bagi semua ibu hamil sebanyak satu tablet per
hari selama 90 hari, oleh karena telah diperkirakan jumlah tersebut
mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilan yaitu 1000
mg di samping yang berasal dari makanan yang dimakan ibu hamil
sehari-hari.
Pemberian tablet Fe sangat diperlukan oleh ibu hamil untuk
mencegah komplikasi kebidanan seperti perdarahan selama kehamilan
dan persalinan, abortus, bayi lahir dengan berat rendah, cacat saat
lahir, dan kelainan lain yang dapat menyebabkan kematian pada ibu
maupun bayinya.
Tabel Fe di berikan pada ibu Hamil paling kurang sebanyak 90
tabel selama masa kehamilan 9 bulan .Cakupan pemberian Fe ibu
BAB V
A. SARANA KESEHATAN
3. Rumah Sakit
6. TENAGA KESEHATAN
1. Sumber Daya Manusia Kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya.
Medis 40 33 36
Farmasi 26 21 14
Gizi 33 31 32
Teknisi Medis 14 7 7
Sanitasi 40 31 30
Kesmas 13 5 6
Bidan 90 99 122
Farmasi 30 51 37
Gizi 39 39 33
Teknisi Medis 27 39 38
Sanitasi 24 20 21
Kesmas 17 17 16
7. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Selain anggaran yang bersumber dari APBD kota Ambon, APBN dan
Jamkesmas,dan BOK 4.826.800.000 juga terdapat sumber lain yaitu Global
Fund (GF ATM) sebesar Rp.505.676.550.- dana NLR untuk penanggulangan
penyakit kusta Rp. 5.735.500,- Dana DIPA Pusat sejumlah Rp 501.785.000
untuk penanggulangan HIV-AIDS.
Jampersal 910.080.000
- -
KESIMPULAN