You are on page 1of 35

BAB II

KONSEP TEORI MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Manajemen adalah seni ilmu perencanaan, pengorganisasiann penyusunan, pengarahan dan

pengawasan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.(Manulang 2004).

2. Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses

manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai

tujuan. fungsi manajemen 3 bagian yaitu:

a. Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki.

Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara

terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif

sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan

dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses

terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak

dapat berjalan.

Perencanaan merupakan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan

dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

(Siagian, 1990).

1) Tujuan perencanaan:

a) Memberi arah organisasi.

b) Menentukan tujuan yang realistik.


c) Menjamin tercapainya tujuan.

d) Meningkatkan efesiensi.

e) Membuang program yang tidak bermanfaat.

f) Menghindari duplikasi upaya atau program.

g) Mengkonsentrasikan pelayanan yang bersifat urgent.

h) Meningkatkan aktifitas koordinasi dan komunikasi.

i) Memungkinkan adaptasi terhadap perubahan lingkungan kerja.

2) Prinsip perencanaan:

a) Jelas tujuan.

b) Jelas hasil yang akan dicapai.

c) Sederhana.

d) Berdasarkan kebijakan dan prosedur yang berlaku.

e) Prioritas.

f) Perlibatan aktif.

g) Efektif dan efesien.

h) Fleksibel.

i) Berkesinambungan.

j) Kejelasan metode evaluasi.

3) Perencanaan meliputi kegiatan:

a) Pengumpulan data : Data tentang pasien, pegawai/staf, kepemimpinan, peralatan, dan

pelayanan keperawatan.

b) Analisa lingkungan : Dengan menggunakan analisa SWOT (Strength, Weaknes,

Opportunities, Threath).

c) Pengorganisasian data : Memilih data yang mendukung dan menghambat.


d) Pembuatan rencana : Menentukan objektif/ sarana yang ingin dicapai, uraian kegiatan,

prosedur, target waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metoda.

b. Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-

kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan

pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah

dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa

yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut

dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan mana

keputusan harus diambil.

Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas,

kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang

dapat digerakan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

1) Prinsip pengorganisasian:

1) Rantai komando (Chain of Command).

2) Rantai Kesatuan Komando (Unity of Command).

3) Rentang Kontrol (Spain of Control).

4) Spesialisasi.

2) Tiga aspek penting dalam pengorganisasian meliputi:

1) Pola strutur berarti proses hubungan interaksi yang dikembangkan secara efektif.

2) Penerapan tiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam organisasi.

3) Strutur kerja organisasi termasuk kelompok kegiatan yang sama pola hubungan antara

kegiatan yang tepat dan pembinaan cara komunikasi yang efektif antara perawat.

3) Aktifitas pengorganisasian:

a) Mengembangkan uraian tugas


b) Mengembangkan prosedur.

c) Mengembangkan ketenagaan dan jadwal kerja dinas.

4) Strutur organisasi:

a) Birokrasi (Hierarchial Structure/line structute).

b) Adhocracy.

c) Matrik (free Form Structure)

5) Kegunaan pengorganisasian:

a) Penjabaran secara rinci semua pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.

b) Pembagian beban kerja sesuai dengan kemampuan perorangan atau kelompok.

c) Mengatur mekanisme kerja antar masing-masing anggota kelompok untuk hubungan dan

organisasi.

c. Pengarahan (directing)

Pengarahanadalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok

berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha.

Pengarah merupakan suatu upaya menggerakkan kegiatan staf untuk mencapai tujuan yang

ditetapkan. Douglas (1984) mendefinisikan pengarah sebagai suatu penyampaian pesan dan

instruksi yang menyebabkan staf mengerti apa yang diharapkan sehingga dapat membantu

tujuan organisasi secara efisien dan efektif.

Pengarahan mengandung unsur penting, yaitu:

1) Manajemen waktu yang terdiri dari kegiatan organisasi personal, pengorganisasian

pekerjaan dan pendelegasian.

2) Komunikasi yang baik yang digunakan adalah komunikasi yang jelas

3) Manajemen konflik yaitu kemampuan dalam mengatasi konflik baik dengan atasan

maupun teman sejawat


d. Pengendalian (controling)

Pengendalian adalah proses pengecekan dan penelusuran penyimpangan-penyimpangan dari

arah yang direncanakan yang merupakan aktifitas berkesinambungan dan di buat berdasarkan

evaluasi pada waktu kegiatan sedang berjalan.

PrinsipControlling:

1) Principle of Unifomity : Dibentuk dari awal sampai akhir

2) Principle of Comparison : Membandingkan yang direncanakan dengan yang dicapai

3) Principle of Exception : tidak sesempurna dari perencanaan, tetapi ada umpan balik untuk

perbaikan

Controlling dilakukan melalui kegiatan:

1) Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan

2) Preconperence, overan, post conperence

3) Ronde keperawatan

4) Mengevaluasi produktifitas berdasarkan gant chat yang telah dibuat

5) Program evaluasi dan peer review

Tipe Controlling:

1) Input control

2) Proses control

3) Output control

Controlling dilakukan pada

1) Pasien

a) Kebutuhan fisik pertama mental dan sosial

b) Perawatan, pemeriksaan dan pengobatan

c) Lingkungan
2) Ketenagaan

a) Penampilan dan sikap

b) Pelayanan asuhan keperawatan dan sistem kerja

c) Prestasi kerja

3) Alat-alat dan obat-obatan

a) Penggunaan

b) Pencatatan dan pelaporannya

c) Inventaris

B. Manajemen Keperawatan

1. Pengertian Manajemen Keperawatan

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan produktif dalam menjalankan

suatu kegiatan diorganisasi. Dimana didalam manajemen tersebut mencakup kegiatan

koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan

organisasi ( Grant & Massay, 1999).

Manajemen keperawatan adalah suatu proses penyelesaian pekerjaan melalui orang-orang

atau staf keperawatan sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai secara efektif (Gillies,

1986).

2. Konsep, Filosofi, dan Tujuan Manajemen Keperawatan.

a. Konsep Dasar Manajemen Keperawatan

Konsep dasar dalam manajemen keperawatan adalah manajemen partisipasif yang

berdasarkan paradigma keperawatan yaitu: manusia, lingkungan, keperawatan dan kesehatan


b. Filosofi Manajemen Keperawatan

Filosofi dalam manajemen keperawatan adalah keyakinan yang dimiliki oleh tim

keperawatan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang

berkualitas melalui pembagian kerja, koordinasi dan evaluasi.

c. Tujuan Manajemen Keperawatan

Tujuan manajemen keperawatan pada umumnya ditentukan oleh bidang keperawatan

meliputi:

1) Meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit.

2) Meningkatkan penerimaan masyarakat tentang profesi keperawatan dengan mendidik

perawat agar mempunyai sikap professional dan bertanggunmg jawab terhadap pekerjaan.

3) Meningkatkan hubungan dengan pasien, keluarga, dan masyarakat.

4) Meningkatkan pelaksanaan kegiatan umum dalam upaya mempertahankan kenyamanan

pasien.

5) Meningkatkan komunikasi antar staf.

6) Meningkatkan produktifitas dan kualitas staf keperawatan.

3. Lingkup Manajemen Keperawatan

a. Manajemen Operasional/Pelayanan

1) Planning

2) Organization

3) Staffing

4) Directing

5) Controling

b. Manajemen Asuhan Keperawatan

1) Pengkajian

2) Perencanaan
3) Pelaksanaan

4) Evaluasi

4. Ketenagaan (Staffing).

a. Definisi

Ketenagaan adalah anggota organisasi/badan usaha yang memperoleh imbalan.

b. Tujuan manajemen ketenagaan diruang rawat:

Mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan

pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa.

c. Fungsi utama ketenagaan:

1) Memenuhi falsafah organisasi dan budget organisasi, dimana pelayanan kerepawatan

tergantung pada kuantitas tenaga keperawatan yang bertugas selama 24 jam yang dibagi

menjadi 3 shif dan pelaksanaannya saling berkesinambungan

2) Dukungan SDM yang optimal diharapkan mampu meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan. Untuk itu selain kuantitas tenaga diperlukan juga pengembangan karir bagi

perawat, seperti keikutsertaan dalam pelatihan-pelatihan, peningkatan jenjang pendidikan dan

lain-lain.

d. Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan :

1) Kategori klien:

a) keperawatan mandiri/Self Care

Klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan tindakan keperawatan dan pengobatan.

b) keperawatan sebagian/Partial Care.

Klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindakan keperawatan dan pengobatan tertentu

seperti pemberian obat intravena.

c) Keperawatan penuh/Total Care.

Memerlukan bantuan secara penuh dalam perawatan diri dan memerlukan observasi ketat.
2) Metoda penugasan:Cara untuk membagi pekerjaan yang ada di satu unit perawatan kepada

tenaga yang ada di unit tersebut. Metode penugasan dalam memberikan asuhan keperawatan

kepada klien dapat mengunakan beberapa metode.

3) Analisa kebutuhan tenaga keperawatan: Perencanaan tenaga keperawatan merupakan

proses memperkirakan secara kuantitatif dan kualitatif tenaga keperawatan yang diperlukan.

Hal ini bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan organisasi dalam

mencapai sasarannya melalui strategi pengembangan kontribusi karyawan di masa

mendatang.

Penyusunan program bidang sumber daya manusia dalam manajemen strategi suatu pasien

dirawat. Metode pendekatan primer ini mendorong kemandirian perawat, ada kejelasan antara

pembuat rencana dan pelaksanaannya rumah sakit, meliputi langkah-langkah:

1) Langkah-langkah perencanaan kebutuhan sumber daya mausia

a) Inventarisasi sumber daya manusia yang ada

b) Inventarisasi beban kerja masing-masing

c) Evaluasi kebutuhan sumber daya manusia di masing-masing unit kerja

d) Penetapan jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia yang benar-benar dibutuhkan

2) Langkah perencanaan pengisian kebutuhan sumber daya manusia

a) Identifikasi jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia yang ada di rumah sakit

b) Identifikasi jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia yang diperlukan

c) Penetapan jumlah kebutuhan sumber daya manusia yang diisi dari dalam organisasi

d) Perencanaan pengisian kebutuhan sumber daya manusia

3) Langkah Perencanaan pengembangan sumber daya manusia

a) Evaluasi kemampuan sumber daya manusia yang ada

b) Identifikasi usaha-usaha peningkatan kemampuan sumber daya manusia

c) Evaluasi hasil prestasi sumber daya manusia


d) Alternatif pendidikan dan latihan yang diperlukan akan dilakukan

e) Perluasan wilayah pelayanan

f) Usaha pengembangan jasa pelayanan kesehatan dan wilayah pelayanan

Langkah-langkah perencanaan tenaga menurut Drucker (1989) dan Gillies (1989) antara lain:

a) Mengidentifikasi bentuk dan tujuan jumlah perawatan yang akan diberikan

b) Menentukan kategori perawat yang akan dipekerjakan untuk memberikan pelayanan

keperawatan yang dibutuhkan

c) Menentukan jumlah masing-masing kategori perawat diperlukan untuk memberikan

pelayanan keperawatan yang diperlukan

d) Menerima (menyaring) tenaga untuk mengisi posisi yang ada

e) Menyeleksi calon yang berminat untuk bekerja

f) Menentukan tenaga perawat dalam konfigurasi sesuai unit kerja dan jadwal yang tertuang

dalam shift

g) Memberikan tanggungjawab untuk pelayanan asuhan keperawatan dalam berbagai model

pemberian asuhan keperawatan

4) Penghitungan Tenaga:

Perhitungan Rumus ada beberapa yaitu:

a) Rumus Gillies

jam kprwtn u/ psn/hari x rata-rata sensus psn/hari x hari/thn

hari/thn hari libur prwt x jam kerja/hari

= jam kprwtn u/ psn/thn = jumlah perqawat di suatu unit

jam kerja prwt/thn

Catatan:

Waktu perawatan menurut Gillies, 1989


1. Perawatan langsung

Minimal care = 2 jam

Partial care = 3-4 jam

Total care = 4-7 jam

Rata-rata keperawatan langsung = 4 5 jam

2. Waktu perawatan tidak langsung = 38 menit / pasien / hari

3. Waktu penyuluhan = 15 menit / pasien / hari

Rasio perawatan ahli : trampil = 55 % : 17 %

Proporsi dinas pagi : sore : malam = 47 % : 36 % : 17 %

b) Rumus Douglas

perawat = pasien x derajat ketergantungan

Tabel ketergantungan pasien:

Minimal care Partial care Total care


Pagi sore Malam pagi Sore Malam Pagi sore Malam
Pasien c)
1 0.17 0.14 0.07 0.27 0.15 0.10 0.36 0.30 0.20
Ru
2 0.34 0.28 0.14 0.54 0.30 0.20 0.72 0.60 0.40
mus

Depkes 2003

Berdasarkan:

Tingkat ketergantungan pasien

Rata-rata pasien per hari

Jam perawatan yang diperlukan hari per pasien

Jam perawatan yang diperlukan per ruangan per hari

Jam kerja efektif setiap perawat

Cara perhitungan:
1. Hitung jumlah perawat yang tersedia

2. Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur / cuti / hari besar dan tugas-tugas non

keperawatanLoss day / hari libur / cuti / hari besar

3. Tugas non keperawatan

Jumlah perawat yang dibutuhkan = A + B + C

5. Struktur Administrasi dan Pengelolaan

Sebagai bagian internal dari rumah sakit diciptakan sedemikian rupa untuk memenuhi

kebutuhan klien. Untuk itu diperlukan:

a. Bagan dan struktur organisasi ruangan yang jelas dan lengkap sehingga tercermin

hubungan kerjasama antar staf, dijabarkan uraian tugas dan ada evaluasi pelaksaan berkala

dan catatan individual staf. Struktur organisasi ruangan disahkan oleh Dirut Rumah sakiT

b. Hak dan kewajiban staf dan ruangan dijabarkan dalam uraian tugas.

c. Pendokumentsian asuhan keperawatan

6. Pimpinan Atau Kepala Ruangan

a. Kepala ruangan sebagai pimpinan dalam level manajemen keperawatan pertama memiliki

tanggungjawab:

1) Mengatur Staf perawatan/ bawahannya untuk memberikan perawatan agar efektif dan

efisien kepada pasien

2) Memberikan kesejahteraan fisik, emosional dan pengembangan karir staf.

b. Seorang kepala ruangan (perawat) yang memiliki pengetahuan, pengalaman serta

keterampilan yang berhubungan dengan ruangan rawat inap tertentu dan sikap sesuai dengan

persyaratan

c. Ditunjuk berdasarkan SK Direktur


d. Bertanggungjawab pada kepala bidang keperawatan atas pengendalian dan pengaturan

kegiatan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta tanggungjawab yang telah

ditentukan.

7. Fasilitas dan Perawatan

a. Desain ruangan harus dapat menunjang pelayanan yang aman, nyaman, efisien dan efektif

b. Peralatan yang menunjang terhadap layanan asuhan keperawatan kepada pasien.

8. Kebijaksanaan dan Prosedur

Kebijaksanaan dan prosedur dibuat tertulis dan disahkan dengan surat SK Direktur RS

ditempatkan pada tempat yang sudah dibaca. Untuk itu perlu dilakukan:

a. Kebijaksanaan dan prosedur (termasuk tata tertib) yang ada sesuai dengan perkembangan

rumah sakit.

b. Tersedia prosedur tertulis tentang pemeliharaan ruangan dan alat

c. Adanya program dan prosedur pengadaan dan pengendalian logistik secara tertulis.

9. Program Pengembangan staf dan Program latihan

Perlu rencana tertulis dan hasil evaluasi pelaksanaan pendidikanyang berkelanjutan untuk staf

sesuai kebutuhan ruangan.

10. Dokumentasi dan Prosedur evaluasi

a. Adanya format pendokumentasian

b. Adanya prosedur evaluasi dan penilaian keterampilan kerja staf (DPS)

11. Program peningkatan SDM Karyawan dan sumber daya

a. Tersusun program kerja diruangan jangka panjang,menengah, dan pendek yang saling

berhubungan

b. Proses peningkatan di ruangan dilaksanakan secara terus menerus

c. Semua staf diberdayakan secara optimal

d. Dilaksanakan program pendidikan dan pelatihan pertama untuk meningkatkan kinerja


e. Adanya dana untuk keperluan tertetu dari insatalasi rawat inap

C. Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan

1. Manajemen Pelayanan Keperawatan

Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang mengacu

kepada visi, misi dan tujuan rumah sakit, sedangkan pelayanan keperawatan di ruangan

dipimpin oleh seorang kepala ruangan, dimana pelaksanaannya mengacu kepada visi, misi

dan tujuan pelayanan keperawatan.Telaah Manajemen Pelayanan/unit meliputi:

a. Man

Dalam pengkajian man termasuk di dalamnya struktur organisasi, komposisi ketenagaan

(perawat, dokter dan tenaga non perawat) dan menentukan jumlah tenaga perawat yang di

butuhkan setiap harinya sesuai dengan identifikasi jenis kebutuhan perawatan pasien

Untuk alat ukur dibuat berdasarkan rata-rata klien membutuhkan perawatan sehari :

Minimal Care : 2 jam

Partial Care : 3-4 jam

Total Care : 7 jam

1) Formula pembagian shift (Waster dalam Swanbery, 1996) :

Pagi : 47 %

Sore : 36 %

Malam : 17 %

2) Pembagian proporsi tenaga untuk asuhan langsung profesional :

55% : 45%

3) Jumlah hari libur dalam setahun :

Rata-rata hari minggu per tahun : 52 hari


Libur nasional : 15 hari

Cuti sakit : 7 hari

Jumlah hari per tahun : 365 hari

Jam kerja produktif : 7 jam

Jumlah perawat (tenaga asuhan langsung)

1. Hitung jumlah perawat yang tersedia

2. Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur / cuti / hari besar dan tugas-tugas non

keperawatanLoss day / hari libur / cuti / hari besar

3. Tugas non keperawatan

Jumlah perawat yang dibutuhkan = A + B + C

b. Money

Sumber keuangan dan pengelolaannya/pengeluarannya harus jelas, dalam arti harus

transparan. Untuk pengeluaran ada perencanaan pengeluaran seperti untuk pengembangan

program, insentif perawat, rincian harga pelayanan jasa pengobatan dan lain- lain.

c. Metode/model

Menjelaskan tentang metode keperawatan yang ada dalam sebuah manajemen, terdiri dari

penerapan MAKP, ronde keperawatan, pendokumentasian, discharge planning, visite,

pengelolaan nutrisi dan labolatorium.Ada beberapa pendekatan tentang metode penerapan

MAKP menurut Grant dan Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) sebagai berikut :

Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam

memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok klien. Perawat ruangan dibagi

menjadi 2 3 tim yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu tim

kecil yang saling membantu. Pembagian tugas di dalam kelompok atau grup dilakukan oleh

ketua kelompok. Selain itu, ketua tim bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota tim

sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan perawatan klien, serta membantu

anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan, selanjutnya ketua tim

yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan/asuhan keperawatan

terhadap klien.

Keuntungan

1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.

3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi

kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahan

Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang

biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

d. Material

1) Lingkungan Fisik

Fasilitas fisik lokasi

Lokasi unit ini harus dekat dengan fasilitas radiology dan ruang laboratorium untuk

kemudahan dan efisiensi

Lokasi juga harus berdekatan dengan ruang emergensi dan dekat dengan unit perawatan

khusus, untuk mengembangkan suatu unit pelayanan terpadu.


Ukuran

Ukuran ruangan ditentukan berdasarkan beban kasus dan kompleksitas rumah sakit. menurut

standar Gudelines for Contraction and Equipment for Hospital and Medical Vasilities (1992-

1993)

Ruangan

Kapasitas ruangan untuk kelas satu maksimum dua pasien, catatan: dalam konstruksi baru

kapasitas ruangan maksimum seharusnya dapat menampung dua pasien. peraturan sekarang,

kapasitas maksimum ruangan menampung sekitar empat pasien

Dalam konstruksi baru ruang pasien harus mempunyai luas minimal 9,2 m2, ukuran lantai

perbed dan luas area tergantung dari kebijakan RS setempat dan lahan yang ada, ukuran

lantai perbed sama dengan ruas area single bed. Ruang toilet, kloset, loker, gudang, ruang

depan, susunan ruangan seharusnya berukuran minimal 0,91 m2 termasuk dari sisi dan kaki

tempat tidur dan dinding. diruang multiple bed ukuran lantai minimal 1,22 m2, dalam area

multiple bed ruangan pasien berukuran minimal 80 kaki sama dengan ukuran single bed yaitu

9,29 m2

Ruang operator perawat harus mengarah kesemua ruangan

Dalam konstruksi baru, wastapel harus disediakan di setiap ruangan pasien. letak wastapel

harus berdekatan dengan tempat tidur dan tempat menyuci peralatan. Toilet harus dirancang

untuk satu tempat tidur atau dua tempat tidur

Ruang pasien mempunyai jendela pada bagian yang sesuai

Setiap pasien harus dekat dengan toilet tanpa harus keluar ruangan. satu toilet

diperuntukkan untuk empat tempat tidur atau lebih dari ruang pasien. Toilet memiliki water

closet dan wastapel yang menggunakan pintu double acting

Setiap pasien harus terpisah dari lemari pakaian, loker

Jika dalam ruangan terdapat banyak tempat tidur diperlukan penghalang untuk menjaga
privasi

Untuk ventilasi, ruang oksigen, ruang oksigen, vakum udara dan listrik harus sesuai dengan

standar

Desain Ruangan

Tata letak ruang rawat inap harus disesuaikan dengan struktur yang telah ada, tetapi unit

berbentuk melingkar atau persegi empat mungkin yang paling efisien dengan menempatkan

stasiun perawatan di tengah. Desain seperti ini akan memberikan pengamatan yang maksimal

kepada klien. selain itu harus mempunyai washtafel dan dapat dikombinasikan menjadi ruang

rapat dan ruang komunikasi, serta mempunyai pintu darurat.

Peralatan dan perlengkapan medis dan non medis.

a) Alat Tenun

Alas baki

Alas Brankar

Bantal

Barak Short

Duk Bolong

Under Pad (Pengalas steril)

Gorden Tebal

Gorden Vitrase

Handuk

Kelambu

Laken Dewasa

Selimut Wool

Stik Laken

Sarung Bantal
Sarung Penderita

Sampiran

Tutup Mayat

Taplak Meja Klien

Waslap

Kasur Busa Dewasa

b) Alat kedokteran dan kesehatan

Alat mandi : waskom mandi, standar Waskom

Alat eliminasi : pispot, urinal, irrigator, gelas ukuran

Alat oksigenasi : monometer oksigen, roda oksigen besar , kunci nggris, ambu bag

Pengukuran tanda-tanda vital : tensimeter , stetoskop, termometer, timbangan berdiri,

timbangan biasa, tongue spatel

Alat transportasi : brancard, kursi roda, roda cucian

Machine : suction fortable, EKG, nebulizer

Lain-lain : vena seksi set, dresing card, perlak, buli-buli panas, standar infus , standar BSE,

windring, stabilisator listrik

Dressing set : pinset anatomis, pinset chirerurgis, gunting benang, gunting jaringan, kom

besar tertutup, kom sedang, kom kecil, korentang, gunting verban, bak instrument besar, bak

instrument sedang, bak instrument kecil, baki besar, bengkok besar, bengkok sedang, gunting

besar benang, gunting jahitan

e. Marketing

Marketing diartikan sebagai pemasaran, sebagai indikator bagi pemanfaatan rumah sakit dan

peningkatan mutu pelayanan bagi para konsumen, indikator dari tingginya nilai jual rumah

sakit dapat dilihat dari peningkatan konsumen dalam pemanfaatan pelayanan rumah sakit,

indikator tersebut sebagai berikut :


1) Bed Occupancy Rate (BOR)

Persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan

gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat pemnafaatan tempat tidur rumah sakit (Muninjaya

A.A.G, 1999: 158).

Rumus:

Jumlah hasil perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 %

Jumlah TT x 365

(Muninjaya, 1999: 158)

Sedangkan menurut Nursalam (2002), untuk menghitung BOR adalah:

Jumlah TT terpakai x 100%

Jumlah TT tersedia

2) Average Length of Stay (ALOS)

Rata-rata lamanya perawatan seorang pasien. Indikator ini dapat menggambarkan tingkat

efisiensi managemen pasien di sebuah rumah sakit, untuk mengukur mutu pelayanan apabila

diagnosis penyakit tertentu dijadikan tracernya (sesuatu yang perlu diamati lebih lanjut)

(Muninjaya A.A.G, 1999: 158).

Rumus:

Jumlah hari perawatan pasien dalam 1 tahun x 100%

Jumlah pasien keluar rumah sakit (hidup + mati)

3) Mutu Pelayanan keperawatan

Merupakan hal penting dalam pemasaran sebuah manajemen rumah sakit, hal ini dilihat dari

pelayanan keperawatan yang ada dalam sebuah rumah sakit apakah pelayanan keperawatan

nya sudah memenuhi standar operasional atau masih belum mencapai standar. Mutu

pelayanan menjadi pilihan utama para konsumen untuk menentukan pemanfaatan rumah
sakit. Sebuah rumah sakit dikatakan memiliki kualitas dan pelayanan keperawatan yang

bermutu dilihat dari beberapa indikator diantaranya :

a) rendahnya angka kejadian infeksi nosokomial, plebitis dan dekubitus,

b) selain mendapatkan asuhan keperawatan, konsumen juga mendapatkan pendidikan

kesehatan secara optimal,

c) angka kematian, angka kematian yang tinggi merupakan indikator pelayanan yang buruk,

sehingga sebuah rumah sakit tentunya bisa menurunkan angka kematian akibat penyakit.

d) Kepuasan pasien

e) Kenyamanan dan keamanan

D. Manajemen Asuhan Keperawatan

Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan menggunakan konsep-

konsep manajemen didalamnya seperti: perencanaan, pengarahan, dan evaluasi. Proses

keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yang menekankan pada pengambilan

keputusan dan mempunyai tujuan keterlibatan perawat dalam menagani pasien secara

komprehensif, dengan landasan ilmiah, keterampilan teknis dan interpersonal.

Dalam menyelenggarakan asuhan keperawatan, perhatian utama seorang perawat adalah

mempelajari bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan hal-hal yang

melatarbelakanginya serta mempelajari berbagai bentuk upaya untuk memenuhi kebutuhan

dasar tersebut dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Untuk itu diperlukan tenaga

keperawatan yang handal yang dilengkapi perangkat perundanga, peraturan dan bekerjas

harus sesuai dengan standar pelayanan asuhan keperawatan dan prosedur tindakan

keperawatan. Lingkup dari manajemen keperawatan adalah:

1. Flow of care/ penerimaan pasien


a. Klien masuk ke ruangan atas rujukan dari poliklinik dan UGD

b. Melakukan pemeriksaan status, seleksi kasus berdasarkan diagnosa

c. Memberikan informasi mengenai biaya administrasi dan fasilitas yang tersedia

d. Memberikan kesempatan kepada klien/keluarga untuk memilih fasilitas sesuai dengan

kemampuan

2. Pemenuhan kebutuhan dasar

a. Biologi

1. Oksigenasi

a) Mengatur posisi tidur klien yang dapat melancarkan jualan napas

b) Membersihkan secret dari hidung, mulut, dan trakea (postural drainage, suction)

c) Memberikan latihan teknik napas dalam dan batuk efektif

d) Mengobservasi frekuensi pernapasan cuping hidung, penggunaan otot napas tambahan

serta suara napas tambahan untuk menentukan perlu tidaknya klien mendapatkan terapi O2

e) Memberikan O2 pernasal sesuai dengankeburtuhan klien

Nasal kanul = volume tidal x RR : 20%

Simple mask = volume tidal x RR : 60%

f) Mempersiapkan pemeriksaan laboratorium.

g) Modifikasi lingkungan untuk mempertahankan sirkulasi udara

2. Nutrisi

a) Mengkaji kebiasaan makan klien (waktu, jenis dan alergi)

b) Mengatur posisi klien untuk makan dan minum

c) Mempersiapkan makanan/minuman klien di tempat tidur

d) Mempersiapkan pemasangan alat bantu makan (sonde feeding)


e) Melakukan pemasangan sonde feeding dengan benar (prosedur pemasangan NGT

terlampir)

f) Mengauskultasi bising usus

g) Memberi contoh dan mengajarkan cara pemberian makanan melalui sonde kepada

keluarga

h) Memberskan perlengkapan makan setelah dipakai

i) Menimbang dan mengukur TB-BB

3. Keseimbangan cairan dan elektrolit

a) Mengukur kebutuhan cairan klien

b) Memberi tahu klien atau keluarga mengenai kebutuhan cairan klien

c) Mencatat intake dan output cairan

d) Mempersiapkan peralatan untuk pemasangan infus

e) Menjelaskan prosedur pemasangan infus kepada klien dan keluarga

f) Melakukan pemsangan infuse (prosedur pemasangan infuse terlampir)

g) Mengatur kecepatan tetesan infus

h) Mempersiapkan pemeriksaan laboratorium

i) Mengobservasi tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

4. Eliminasi

a) Membantu kliien untuk BAB/BAK di kamar mandi

b) Membantu kliien untuk BAB/BAK di tempat tidur dengan menggunakan pispot/urinal

c) Mencatat karakteristik (warna, jumlah, konsistensi) urine dan feses

d) Memberikan laksatif

e) Mempersiapkan pelaksanaan huknah

f) Menjelaskan prosedur dan tujuan huknah pada klien dan keluarga

g) Melakukan prosedur huknah


h) Mengkaji kebutuhan pemasangan kateter

i) Mempersiapkan pemasangan kateter

j) Menjelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter pd keluarga & klien

k) Melakukan pemasangan kateter

l) Melakukan blast spooling

m) Merawat kateter dan mengobservasi pembuangan urine/drainage

n) Mengajarkan toilet training

5. Integritas kulit dan kebersihan diri

a) Membantu klien untuk mandi dan membersihkan diri

b) Mengganti linen

c) Membantu klien mengganti pakaian

d) Mengkaji keadaan kulit

e) Membantu klien mencuci rambut

f) Merawat kebersihan gigi dan mulut

g) Merawat kebersihan kuku

h) Wound care

i) Membantu dan menganjurkan klien untuk melakukan gerakan aktif atau pasif sesuai

dengan kondisi klien

6. Istirahat Tidur

a) Mengatur lingkungan yang kondusif untuk klien beristirahat dan tidur

b) Mengatur posisi tidur yang nyaman bagi klien

c) Mengajarkan teknik relaksasi


d) Menyarankan pada klien minum susu hangat saat sebelum tidur jika klien mengalami

kesulitan tidur

e) Mencegah klien terjatuh selama tidur dengan memasang bedside rail

7. Mencegah infeksi

a) Precaution

b) Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien atau melakukan tindakan

c) Menggunakan sarung tangan bersih dan steril sesuai dengan kebutuhan

d) Menggunakan prinsip steril dalam melakukan prosedur invasif dan perawatan luka

8. Aktivitas

a) Membantu klien beraktivita di tempat tidur

b) Membantu klien beraktivitas di sekitar tempat tidur

c) Melakukan ambulasi dini

b. Psikososiospritual

1) Identitas sosiokultural

a) Berkomunikasi aktif dengan keluarga klien

b) Memperkenalkan diri pada setiap kontrak baru

c) Memotivasi klien untuk memperkenalkan identitasnya

d) Mengkaji hubungan social dan peran di masyarakat

2) Kesehatan mental

a) Mengkaji orientasi klien terhadap waktu, orang dan tempat

b) Mengkaji konsep diri klien

c) Mengkaji peran yang dirasakan saat ini


3) Nilai dan kepercayaan

a) Mengkaji nilai dan kepercayaan klien

b) Membantu klien dalam melaksanakan ibadah

4) Seksualitas

a) Mengkaji kebutuhan seksual klien

b) Mengidentifikasi perubahan pola aktivitas seksual

c) Mengidentifikasi adanya disfungsi seksual

3. Proses keperawatan

a. Standar pengkajian dan diagnosa keperawatan

Komponen pengkajian keperawatan meliputi :

a) Pengumpulan data, kriteria :

Menggunakan format baku Asuhan, keperawatan paripurna memerlukan data lengkap dan

dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menentukan kebutuhan asuhan

keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota team kesehatan.

a) Sistematis

b) Diisi sesuai item yang tersedia

c) Aktual

d) Absah

b) Pengumpulan data meliputi : data biologis, psikologis, sosial, spiritual

c) Perumusan masalah, kriteria : kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola

fungsi

b. Standar diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan klien, dianalisis, dan

dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan, kriteria :


a) Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan

kebutuhan klien

b) Dibuat sesuai dengan wewenang perawat

c) Komponennya terdiri dari masalah, etiologi, tanda gejala (P-E-S) atau terdiri dari masalah

dan penyebab (P-E)Bersifat aktual apabila masalah kesehatan klien sudah te

d) Rjadi

e) Bersifat resiko apabila masalah kesehatan klien kemungkinan besar akan terjadi

f) Dapat ditanggulangi perawat

c. Standar perencanaan keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan, komponen

perencanaan keperawatan, meliputi :

1) Prioritas masalah, kriteria :

a) Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas utama

b) Masalah-masalah yang mengancam kesehatan adalah prioritas kedua

c) Masalah-masalah yang yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga

2) Tujuan asuhan keperawatan

Spesifik, bisa diukur, bisa dicapai, realistis, ada batas waktu (SMART)

3) Rencana tindakan, kriteria :

a) Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan

b) Melibatkan klien dan keluarga

c) Mempertimbangkan latar belakang budaya

d) Klien dan keluarga

e) Menentukan alternatif tindakan yang tepat

f) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, lingkungan, sumber daya, dan

fasilitas yang ada


g) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi klien

h) Kalimat instruksi : ringkas, tegas, dan dengan bahasa yang mudah dimengerti

d. Standar implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan

maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan,

pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan klien dan

keluarganya, kriteria :

1) Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan

2) Menyangkut bidang bio-psiko-sosial-spiritual klien

3) Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada klien atau keluarga

4) Sesuai waktu yang telah ditentukan

5) Menggunakan sumber daya yang ada

6) Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik

7) Menerapkan perinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi, dan mengutamakan keselamatan

kien

8) Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon klien

9) Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan

10) Merapikan klien dan alat setiap selesai melakukan tindakan

11) Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman kepada prosedur teknis yang telah

ditentukan

12) Intervensi pemenuhan kebutuhan dasar klien

e. Standar evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis, dan berencana untuk menilai

perkembangan klien, kriteria :

1) Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi


2) Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada perumusan tujuan

3) Evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan

4) Evaluasi melibatkan klien, keluarga, dan tim kesehatan

5) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.

f. Standar dokumentasi keperawatan

Pendokumentasian keperawatan

1) Pencatatan asuhan keperawatan dilakukan secara individu, kriteria :

a) Dilakukan selam klien dirawat inap dan rawat jalan

b) Dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi, dan laporan

c) Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan

d) Penulisan harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku

e) Sesuai dengan pelaksanaan proses keparawatan

f) Setiap pencatatan harus mencantumkan inisial/paraf/nama perawat yang melaksanakan

tindakan dan waktunya

g) Menggunakan formulir yang baku

h) Disimpan sesuai peraturan yang berlaku

2) Penerapan sistem timbang terima

a) Timbang terima dilaksanakan dilakukan setiap pergantian shift

b) Di nurse station, perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji

secara komprehensif yang berkaitan dengan masalah keperawatan klien, rencana tindakan

yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting yang perlu dilaksanakan

c) Hal-hal lain yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya

dicatat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan kepada perawat yanmg jaga

berikutnya

d) Hal-hal yang diperlukan saat timbang terima yaitu:


Identitas klien dan diagnosa medis

Masalah keperawatan

Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan

Intervensi kolaboratif dan dependensi

Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya, misalnya

operasi, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan lainnya, persiapan untuk konsul/ prosedur

lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.

e) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab, dan

melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas.

f) Penyampaian saat timbang terima secara singkat dan jelas

E. ANALISI SWOT

Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang

selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja.

Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan (strength), dan kelemahan

(weakness). Sementara analisis eksternal mencakup faktor peluang (oportunity) dan tantangan

(threaths).

Ada 2 macam pendekatan dalam analisis SWOT yaitu :

1. Pendekatan kualitatif Matriks SWOT

Pendekatan kualitatif Matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh kearns menampilkan

8 kotak, yaitu 2 paling atas adalah kotak faktor eksternal (peluang dan tantangan) sedangkan

2 kotak sebelah kiri adalah faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Empat kotak lainnya

merupakan kotak isu isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemuan antara faktor

faktor internal dan eksternal


Matriks SWOT kearns

EKSTERNAL
OPORTUNITY TREATHS
INTERNAL

Comparative advantage Mobilization


STRENGTH

Divestment/ invesment Damage control


WEAKNESS

Sumber : hisyam (2010)

Keterangan :

Sel A : Comparative Adventages

Sel ini merupakan pertemuan 2 elemen kekuatan dan peluang, sehingga kemungkinan bagi

organisasi untuk berkembang lebih cepat

Sel B : Mobilization

Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. disini dilakukan upaya mobilisasi

sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar,

bahkan kemudioan merubah ancaman menjadi sebuah peluang.

Sel C : Divestment / Investment

Sel D : Damage Control

2. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT

Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui

perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson

(1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya.

Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:


a) Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta jumlah total perkalian

skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T ; Menghitung skor (a) masing-masing

point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh

dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan rentang

besaranskor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1

sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti skor yang

paling tinggi.

Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor dilaksanakan secara

saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah dengan

membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya. Sehingga formulasi

perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya sama dengan banyaknya

point faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor).

b) Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T

(e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara

perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y;

c) Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran

SWOT.

No STRENGTH SKOR BOBOT TOTAL

1.

2. dst

Total kelemahan

No WEAKNESS SKOR BOBOT TOTAL

1.
2.

Total Kelemahan

Selisih Total Kekuatan Total Kelemahan = S W = x

No OPPORTUNITY SKOR BOBOT TOTAL

1.

2. dst

Total Peluang

No TREATH SKOR BOBOT TOTAL

1.

2.

dst

Total Tantangan

Selisih Total Peluang Total Tantangan = O T = y

Opportunity
O

(-,+)
Ubah Strategi
(+,+)
Progresif

Kuadran III
Kuadran I

Weakness W
S Strength

Kuadran IV
(+,-)
Diversifikasi Strategi
Kuadran II

(-,-)
Strategi Bertahan
T
Threath

Keterangan :

1) Kuadran I (positif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi

strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap

sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan

dan meraih kemajuan secara maksimal.

2) Kuadran II (positif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar.

Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam

kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda

organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi

sebelumnya. Oleh karenya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi

taktisnya.

3) Kuadran III (negatif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang.

Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan

untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk

dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

4) Kuadran IV (negatif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan

besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal

organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk
meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin

terperosok. Strategi ini dipertahankan sambi terus berupaya membenahi diri.

You might also like