You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) tahun 2014 memperkirakan, sekitar

387 juta penduduk di dunia mengidap Diabetes Mellitus.. WHO melaporkan,

jumlah kematian akibat penyakit tersebut di seluruh dunia adalah 4,9 juta orang

per tahun. Itu artinya, setiap menit, 6 orang meninggal dunia akibat diabetes.

WHO memperkirakan beban global diabetes melitus pada tahun 2000 adalah

135 juta, jumlah beban ini diperkirakan meningkat terus menjadi 366 juta

orang setelah 25 tahun (tahun 2025). Menurut World Health Organization

(WHO) pada tahun 2007, angka prevalensi DM di dunia telah mencapai jumlah

wabah atau epidemi, WHO memperkirakan pada negara berkembang pada

tahun 2025 akan muncul 80% kasus baru. Hampir seperlima dari semua orang

dewasa dengan diabetes di dunia hidup di wilayah Asia Tenggara. Perkiraan

saat ini pada tahun 2011 menunjukkan bahwa 8,3% dari populasi orang

dewasa, atau 71,4 juta orang, mengidap diabetes.

Suatu penelitian epidemiologik oleh WHO menyatakan bahwa

Indonesia merupakan negara urutan kelima dengan jumlah diabetes melitus

terbanyak sekitar 8,3 juta orang (Soegondo, 2006). Diabetes melitus sendiri

menempati urutan ketujuh penyebab utama kematian di Amerika Serikat

(Centers for Disease Control and Prevention, 2011). International Diabetes

1
Federation (IDF) sendiri memperkirakan Indonesia menduduki peringkat ke 3

penderita DM terbesar di dunia pada Tahun 2025 mendatang (Depkes, 2007).

Jumlah penderita DM di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat pada

tahun 2030 menjadi 21,3 juta (Sudoyo, Setyohadi, Alwi, Marcellus & Setiati,

2009).

Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menujukkan

prevalensi Diabetes Mellitus di perkotaan mencapai 14,7% dan 7,2% terjadi di

pedesaan (Purnama, 2009). Tingginya jumlah penderita tersebut, antara lain

disebabkan karena perubahan gaya hidup masyarakat karena kurangnya

pengetahuan dan pendidikan yang rendah, kesadaran untuk menjaga kesehatan,

mengatur pola makan dan minimnya aktivitas fisik juga bisa menjadi faktor

penyebab prevalensi Diabetes Mellitus. Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) memberi gambaran terjadinya peningkatan prevalensi Diabates

Mellitus dari tahun 2001 sebesar 7,5% menjadi 10,4% pada tahun 2004.

Laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementrian Kesehatan (RISKESDAS) tahun 2013 menyebutkan terjadi

peningkatan prevalensi pada penderita diabetes melitus yang diperoleh

berdasarkan wawancara yaitu 1,1% pada tahun 2007 menjadi 1,5% pada tahun

2013 sedangkan prevalensi diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter atau

gejala pada tahun 2013 sebesar 2,1% dengan prevalensi terdiagnosis dokter

tertinggi pada daerah Sulawesi Tengah (3,7%) dan paling rendah pada daerah

Jawa Barat (0,5%).

2
Sedangkan Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu wilayah di

Indonesia dengan prevalensi penderita DM sebesar 2,1% (Riskesdas 2013).

Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

(2012) berdasarkan 10 pola penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di

rumah sakit tipe B diabetes melitus merupakan penyakit terbanyak nomor dua

setelah hipertensi yakni sebanyak 102.399 kasus. Lebih lanjut RISKESDAS

tersebut menyebutkan prevalensi dari penderita Diabetes Melitus cenderung

meningkat pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki dan terjadi

peningkatan prevalensi penyakit diabetes melitus sesuai dengan pertambahan

umur namun mulai umur 65 tahun cenderung menurun dan prevalensi

tersebut cenderung lebih tinggi bagi penderita yang tinggal diperkotaan

dibandingkan dengan dipedesaan.

Lebih lanjut berdasarkan data dari Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Timur tahun 2012 terdapat 102.399 kasus pasien diabetes melitus dengan rawat

jalan dan 8.370 kasus pasien diabetes melitus dengan rawat inap. Berdasarkan

data puskesmas Sentinel yang merupakan gardu pandang suatu pola dan trend

penyakit di provinsi Jawa Timur tahun 2008 - 2010 di dapatkan 3,61 %

penderita diabetes melitus.

Sedangkan di Puskesmas Besuki sendiri mulai bulan januari sampai

bulan desember 2016, pasien Diabetes Melitus yang mengikuti prolanis

mencapai total 473 pasien.

3
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang penulis ingin mengetahui tingkat pengetahuan

pasien Prolanis tentang komplikasi penyakit Diabetes Melitus pada bulan

Mei 2017 di Puskesmas Besuki, Situbondo.

C. Tujuan Penelitian

a) Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien Prolanis tentang

komplikasi penyakit Diabetes Melitus pada bulan Mei 2017 di

Puskesmas Besuki, Situbondo.

b) Meningkatkan pengetahuan pasien Prolanis tentang komplikasi

penyakit Diabetes Melitus pada bulan Mei 2017 di Puskesmas

Besuki, Situbondo.

c) Meningkatkan kesadaran pasien untuk mencegah terjadinya

komplikasi penyakit Diabetes Melitus di Puskesmas Besuki,

Situbondo.

D. Manfaat Penelitian

a) Responden

Menambah pengetahuan kesehatan khususnya tentang jenis-jenis

komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit Diabetes Melitus serta cara

pencegahan komplikasi penyakit Diabetes Melitus, sehingga diharapkan

4
muncul kesadaran untuk mengontrol dan melakukan deteksi dini

terhadap komplikasi yang terjadi.

b) Profesi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu bagi setiap

profesi di bidang medis tentang cara merawat pasien Diabetes Melitus

tanpa komplikasi sehingga mampu membimbing dan mengajarkan pasien

untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi

c) Institusi

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

tambahan yang bermanfaat bagi akademik tentang kejadian

komplikasi Diabetes Melitus.

2. Sebagai masukan bagi instansi kesehatan untuk merencanakan

program peningkatan pelayanan kesehatan sehingga dapat

menurunkan angka kejadian komplikasi dari Diabetes Melitus.

You might also like