You are on page 1of 12

PEDOMAN KESELAMATAN PASIEN

DI PUSKESMAS KLABANG

PUSKESMAS KLABANG
TAHUN 2017
PEDOMAN KESELAMATAN PASIEN
DI PUSKESMAS KLABANG

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak awal tahun 1900 Institusi Rumah sakit selalu meningkatkan


mutu pada 3 (tiga) elemen yaitu struktur, proses, dan outcome dengan
bermacam-macam konsep dasar, program regulasi yang berwenang misalnya
antara lain penerapan Standart Pelayanan Rumah sakit, penerapan Quality
Assurance, Total Quality management, Continous Quality Improvement,
Perizinan, Akreditasi, Kredensialing, Audit Medis, Indikator medis, Clinical
Governance, ISO dan lain sebagainya.
Harus diakui, program-program tersebut telah meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit baik pada aspek struktur, proses maupun output dan
outcome. Namun harus diakui, pada layanan yang telah berkualitas tersebut
masih terjadi KTD yang tidak jarang berakhir pada tuntutan hokum. Oleh
sebab itu perlu program untuk lebih memperbaiki proses pelayanan, karena
KTD sebagian dapat merupakan kesalahan dalam proses pelayanan yang
sebetulnya dapat dicegah melalui pelayanan yang komprehensif dengan
melibatkan pasien berdasarkan hak-nya. Program tersebut yang kemudian
dikenal dengan istilah Keselatan Pasien (Patient Safety).
Dengan meningkatnya keselamatan pasien di pelayanan kesehatan
khususnya di Puskesmas Grujugan diharapkan kepercayaan masyarakat
terhadap pelayanan puskesmas dapat menigkat. Selain keselamatan pasien
juga dapat mengurangi KTD, yang selain bedampak pada peningkatan biaya
pelayanan juga dapat membawa puskesmas ke arena blaming, menimnulkan
konflik antara dokter/petugas kesehatan dan pasien, menimbulkan sengketa
medis, tuntutan dan proses hokum, tuduhan mal praktek, blow-up ke mass
media yang akhirnya menimbulkan opini yang negative terhadap pelayanan
puskesmas.

1.2 Tujuan

1.2.1 Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas


1.2.2 Menungkatnya akuntabilitas peuskesmas terhadap pasien dan
masyarakat.
1.2.3 Menurunya kejadian tidak diharapkan (KTD) di puskesmas.
1.2.4 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
II. PROGRAM PELAKSANAAN KESELAMATAN PASIEN

2.1 Pengertian

Keselamatan Pasien (patient safety) Puskesmas adalah suatu system dimana


puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi
assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya suatu
tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

2.2 Programme WHO, World Aliance for Patient Safety


Pada januari 2002 Executif Board WHO menyusun usulan revolusi, dan
kemudian diajukan pada World Helath Assembly ke 55 Mei 2002, dan
diterbitkan sebagai Resolusi WHA55. 18. Selanjutnya pada World Helath
Assembly ke 57 Mei 2004, diputuskan membentuk aliansi internasional untuk
peningkatan keselamatan pasien dengan sebutan World Alliance for Patient
Safety, dan ditunjuk Sir Liam Donaldson sebagai Ketua.
World Alliance for Patient Safety pada tahun 2004 menerbitkan 6 program
keselamatan pasien, dan tahun 2005 menambah 4 program lagi, keseluruhan
10 program WHO untuk keselamatan pasien adalah sbb ;
1. Global Patient Safety Challenge :
1st Challenge : 2005-2006 : Clean care is safer Care
2nd Challenge : 2007-2008 : Safe Surgery Safe Live
2. Patienst for Patient Safety
3. Taxonomy for Patient Safety
4. Research for Patient Safety
5. Solutions for Patient Safety
6. Reporting and Learning
7. Safety in Action
8. Technology for Patiene Safety
9. Care of Acutely ill Patients
10. Patient safety knowledge at your fingertips

2.3 Sembilan Solusi Keselamatan Pasien

WHO Collaborating Centre for Patient Safety, dimonitori oleh Joint


Cummision International, suatu badan akrediatsi dari amerika serikat, mulai
tahun 2005 mengumpulkan pakar keselamatan pasien lebih dari 100 negara,
dengan kegiatan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah
keselamatan pasien, dan mencari solusi berupa system atau intervensi
sehingga mampu mencegah atau mengurangi cedera pasien dan meningkatkan
keselamatan pasien. Pada tanggal 2 Mei 2007 WHO Collaborating Centre for
Patient Safety resmi menerbitkan panduan Nine Live-Saving Patient Safety
Solutions (Sembilan Solusi Keselamatan Pasien). Sebagai berikut :
1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip
2. Pastikan Identifikasi Pasien
3. Komunikasi secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien.
4. Pastikan Tindakan yang Benar pada Sisi Tubuh yang Benar
5. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat.
6. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan
7. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang.
8. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai
9. Tingkatkan Kebersihan Tangan untuk Pencegahan Infeksi Nosokomial.

III. KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS

Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu


ditangani segera di puskesmas, maka diperlukan standart keselamatan pasien
puskesmas yang merupakan acuan bagi puskesmas untuk melaksanakan
kegiatanya, khususnya Puskesmas Grujugan.
Standar keselamatan pasien Puskesmas yang disusun ini mengacu pada
Panduan Standar keselamatan pasien Rumah Sakit yang mengacu pada Hospital
Patient Safety Standart yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation
of Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002, yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi perumahsakitan di Indonesia. Standart Keselamatan Pasien
wajib diterapkan di semua jenis pelayanan kesehatan, khususnya puskesmas
Grujugan dan penilaianya dilakukan menggunakan Instrumen Akreditasi Fasilitas
Tingkat I (FAKES I).

Standart keselamatan pasien tersebut terdiri dari 7 (tujuh) standar, yaitu :


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan paasien
5. Peran kepemimpinan dan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien

Uraian 7 (tujuh) standart tersebut diatas adalah sebagai berikut :

Standar I. Hak pasien

Standar :
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
kejadian Tidak Diharapkan.
Kriteria :
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penejelasan
secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan
hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.
Standar II. Mendidik pasien dan keluarga

Standar :
Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien selama dalam asuhan pasien.
Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena
itu, di puskesmas harus ada system dan mekanisme yang mendidik pasien dan
keluarganya tentang tanggung jawab dan kewajiban pasien dalam asuhan
pasien. Dengan adanya tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :

a. Memberikan informasi yang jelas, benar, lengkap, dan jujur


b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal-hal yang tidak dimengerti
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
g. Memenuhi kewajiban financial yang disepakati

Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Standar :
Puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordiasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria :
a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien
masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan
pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari puskesmas.
b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien
dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehinggaseluruh
tahap pelayanan berjalan dengan baik dan lancer
c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi
untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, sosial,
konsultasi dan rujukan serta pelayanan tindak lanjut lainya
d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan
efektif.

Standar IV. Pengguanaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan


evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien

Standar :
Puskesmas harus mendisaign proses baru atau memperbaiki proses
yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan dapat
melakukan perubahan untuk meningkatkan kninerja serta keselamatan pasien.
Kriteria :
a. Puskesmas harus melakukan proses perancangan (desaign) yang baik,
mengacu pada visi, misi, dan tujuan puskesmas, kebutuhan pasien,
petugas yankes, praktik bisnis yang sehat, dan factor lain yang berpotensi
risiko bagi pasien sesuai dengan Tujuh langkah Menuju Keselamatan
Pasien Puskesmas
b. Puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain
terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen resiko, utilisasi,
mutu pelayanan, keuangan.
c. Puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua
Kejadian Tidak Diharapkandan melakukan evaluasi satu proses kasus
risiko tinggi.
d. Puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
untuk menentukan perubahan system yang diperlukan, agar kinerja dan
keselamatan pasien terjamin.

Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.

Standar :
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara integgrasi dalam organisasi melalui penerapan Tujuh
langkah menuju Keselamatan Pasien Puskesmas.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi
risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi
Kejadian Tidak Diharapkan.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan koordinasi dan komunikasi antar
unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
menigkatkan kinerja puskesmas dan keselamatan pasien.
Kriteria :
a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis Kejadian yang
memerlukan perhatian, mulai dari Kejadian Nyaris Cidera sampai
dengan Kejadian Tidak Diharapkan
c. Tersedia mekanisme kerja untuk menajmin bahwa semua komponen dari
puskesmas terintgrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan
pasien.
d. Tersedia prosedur Cepat Tanggap terhadap insiden.
e. Tersedia mekanisme pelaopran internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang
Analisis Akar Masalah (RCA), Kejadian Nyaris Cidera (KNC), dan
Kejadian Sentitel pada saat program keselamatan pasien mulai
dilaksanakan.
f. Tersedia mekanisme kerja untuk menangani berbagai jenis insiden.
g. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
antar pengelola layanan di dalam puskesmas dengan pendekatan antar
disiplin.
h. Tersedia sumber daya dan system informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja puskesmas.
i. Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi menggunakan
criteria objektif untuk mengevaluasi efektifitas perbaikan kinerja
puskesmas termasuk tindak lanjut dan implementasinya.

Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

Standar :
1. Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan, orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaitan dengan keselamatan pasien secara jelas.
2. Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriteria :
a. Puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi
bagi staf baru yang memuat topic keselamatan pasien sesuai dengan
tugasnya masing-masing.
b. Puskesmas harus mengintegrasikan topic keselamatan pasien dalam
kegiatan in-service training dan member pedoman yang jelas tentang
pelaporan insiden.
c. Puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif
dalam rangka melayani pasien.

Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai


keselamatan pasien

Standar :
1. Puskesmas merencanakan dan mendisaign proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria :
a. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesaign proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal terkait
dengan keselamatan pasien.
b. Tersedia mekanisme identifikasi maslah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.

IV. PETUNJUK PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN

Penerapan Keselamatan pasien di Puskesmas dapat dilakukan dengan


berbagai cara, mulai dari suatu program sederhana sampai program yang
kompleks dan terintegrasi. Banyak pola yang dapat dipakai, Puskesmas dapat
menentukan pola yang paling sesuai dengan kondisi puskesmasnya.
Agar penerapan program keselamatan pasien dapat secara sistematis dan
terarah maka dalam melaksanakan program diperlukan fase persiapan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
Berikut ini sistematika langkah penerapan Keselamatan Pasien yang dapat
dilakukan di Puskesmas ;
I. FASE PERSIAPAN
1. Tetapkan Kebijakan dan Rencana Jangka Pendek dan Program
Tahunan.
Pimpinan puskesmas dalam menetapkan kebijakan, rencana
jangka pendek dan program disesuaikan dengan kondisi
puskesmas dan pemahaman konsep Keselamatan Pasien.
2. Tetapkan Unit Kerja yang bertanggung jawab mengelola program
Keselamatan Pasien di Puskesmas.
- Penetapan unit kerja dan pennanggung jawab program
Keselamatan Pasien harus dibuat dengan Keputusan Pimpinan
Puskesmas.
- Kedudukan Unit kerja dalam struktur organisasi puskesmas
diserahkan pada kebijakan Pimpinan Puskesmas.

Uraian tugas unit kerja Keselamatan Pasien Puskesmas ;


- Mengembangkan program keselamatan pasien puskesmas
- Mentusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program
keselamatan pasien puskesmas
- Menjalankan peran dan melakukan : motivator, educator,
konsultasi, monitoring dan evaluasi implementasi program
keselamatan pasien
- Melakukan pelatihan internal Keselamatan Pasien
- Melakukan pencatatan, pelaporan dan analisa masalah terkait
dengan KTD, KNC, dan Kejadian Sentinel
- Secara berkala membuat laporan kegiatan ke Pimpinan
Puskesmas
3. Pilih Penggerak yang akan menjadi motor penggerak Keselamatan
Pasien dan pelatihanya.
Pilih individu / beberapa individu yang akan menjadi motor
gerakan keselamatan pasien Puskesmas dengan beberapa criteria
untuk bahan pertimbangan, antara lain : aktif di unit yang
bersangkutan, memiliki Leadership, sering menjadi Problem
Solver, dan yang terpenting memahami konsep mutu. Konsep
Keselamatan paasienmemiliki banyak aspek, sehingga penggerak
yang telah mendapatkan pelatihan akan lebih mudaah memulai,
menggerakkan dan melaksanakan Keselamatan Pasien Puskesmas.
4. Buku Saku Keselamatan Pasien di Puskesmas.
Untuk tujuan sosialisasi Keselamatan Pasien Puskesmas,
perlu dibuat buku saku yang berisikan berbagai informasi penting
dan ringkas tentang Keselamatan Pasien, dan dibagikan ke jajaran
staf dan karyawan puskesmas.
II. FASE PELAKSANAAN
1. Deklarasi Gerakan Moral Keselamatan Pasien
Suatu acara / upacara deklarasi dimulainya program
Keselamatan Pasien Puskesmas akan membantu membangkitkan
kesadaran para staff dan karyawan serta dapat memantapkan
komitmen dari seluruh jajaran untuk menerapkan Keselamatan
Pasien Puskesmas.
2. Program 7 Langkah Keselamatan Pasien
Puskesmas, melaui usulan unit kerja Keselamatan Pasien,
menetapkan prioritas program 7 langkah yang akan dilaksanakan
berdasarkan urutan yang telah disepakati.
3. Program Penerapan Standar Akreditasi Keselamatan Pasien
Akreditasi Pelayanan Keselamatan Pasien Puskesmas
mengacu pada Instrumen Akreditasi Rumah Sakit untuk menlai
Puskesmas dalam memenuhi standar pelayanan puskesmas.
4. Program Keselamatan pasien pada Unit Pelayanan tertentu sebagai
Model
Puskesmas juga dapat menerapkan terlabih dahuli pilot
project dengan menerapkan Keselamatan Pasien Puskesmas pasa
satu atau lebih unit layanan tertentu.
5. Program Khusus
Puskesmas dapat juga memulai program khusus yang
dijalankan tersendiri, tidak perlu dalam konteks program yang
kompleks, seperti program kebersihan tangan, ronde keselamatan
pasien, program DPJP dsb.
6. Forum Diskusi
Forum ini dilaksanakan secara periodic 1 atau 2 bulan
sekali dimaksudkan untuk mengumpulkan data penggerak,
pelaksana lainya serta peminat Keselamatan Pasien, untuk
membahas perkembangan dan permasalahan Keselamatan Pasien
dan solusi yang diperoleh, dengan tujuan untuk memonitor /
menjaga kelangsungan Program Keselamatan Pasien.

III. FASE EVALUASI


Monitoring dan evaluasi (Monev) dilakukan melalui laporan
formal unit kerja Keselamatan Pasien, masukan dari forum diskusi,
masukan dari unit-unit melalui ronde keselamatan pasien dan
sebagainya.
Monev dilakukan secara periodic sesuai dengan kebutuhan. Pada
akhir tahun dibuat evaluasi menyeluruh yang dapat digunakan untuk
memperbaiki program pelaksanaan Keselamatan Pasien Puskesmas
dan untuk menilai kembali Rencana Jangka Pendek / Menengah,
termasuk sasaran tahunan Keselamatan Psien Puskesmas.
V. PENUTUP
Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan di
Puskesmas maka pelaksanaan kegiatan Keselamatan Pasien di Puskesmas
sangatlah penting. Melalui kegiatan ini diharapkan terjadi penekanan / penurunan
insiden sehingga dapat lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
Puskesmas, khususnya masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Grujugan. Program Keselamatan Pasien merupakan never ending proses, karena
itu diperlukan budaya termasuk motivasi yang tinggi untuk bersedia
melaksanakan program keselamatan pasien secara berkesinambungan dan
berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

PANDUAN NASIONAL KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT (Patient


Safety), Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Edisi 2 Jakarta 2008

You might also like