Professional Documents
Culture Documents
dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Kasus
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak yang membaca, agar penulis dapat mengkoreksi dan dapat membuat laporan kasus
Demikianlah laporan kasus ini dibuat sebagai tugas dari kegiatan klinis di stase
Pediatri serta untuk menambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR1
DAFTAR ISI..2
1.1 Identitas..3
1.2 Anamnesis..4
1.5 Resume.............13
1.6 Assesment.........13
1.8 Penatalaksanaan14
2.1. Definisi.16
2.2. Etiologi.16
2.3. Patofisiologi.....18
2.5. Penatalaksanaan...23
DAFTAR PUSTAKA.32
2
BAB I
STATUS PASIEN
No Rekam Medik : 00 92 50 **
Nama : An. MD
No Kamar : 13
3
1.2 ANAMNESIS
pembekuan darah..
4
Riwayat Pengobatan :
(OAT / OAE)
Riwayat Kehamilan :
hamil.
Riwayat Kelahiran :
apapun.
Riwayat Imunisasi :
Hepatitis B 3x
Polio 4x
BCG 1x
DPT 3x
Campak 1x
lingkungan sekitar
Riwayat Alergi :
dan debu.
Riwayat Psikososial :
dalam rumah.
6
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
- Nadi : 120x/menit
- Pernapasan : 20x/menit
Antropometri
- BB : 17 kg
- TB : 19 cm
- LK : 50 cm
Status Gizi
- BB/U x 100 %
- TB/U x 100 %
- BB/TB x100 %
7
Status Generalis
bentuk
tanda-tanda peradangan.
peradangan.
- Mulut : Bibir pucat (-), bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor dan
(-/-).
8
- Thorax
Pulmo :
Cor :
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni regular, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen
9
Palpasi : Tidak teraba pembesaran hepar dan spleen, turgor kulit
elastis.
- Ekstremitas superior
Edema : (+/+)
Sianosis : (-/-)
- Ekstremitas inferior
Edema : (+/+)
Sianosis : (-/-)
- Anus dan rectum : Tidak terdapat tanda-tanda peradangan dan tidak terdapat
adanya perdarahan.
petekie, ekimosis.
Reflek fisiologis +
Reflek patologis -
10
1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ht 38 % 31 - 43
6
Eritrosit 4,91 10 / L 3,70 5,70
MCV 77 fL 72 - 88
MCH 27 pg 23 - 31
11
1.5 RESUME
An. MD usia 3 tahun dengan BB: 17 kg datang ke RSIJ dengan keluhan kejang sebanyak 1 x
selama <1 menit disertai demam. Batuk berdahak warna putih serta pilek dengan sekret
sedikit kekuningan.
1.6 ASSESSMENT :
Febris H-4
ISPA
12
1.8 TERAPI
Planning :
b. Injeksi :
- Antrain 200 mg
Diazepam tab 1 mg
13
1.9 FOLLOW UP
Hari/ tanggal S O A P
Nafsu makan
baik.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal diatas 38,5o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (1). Kejang demam ini
terjadi pada 2% - 4 % anak berumur 6 bulan 5 tahun(2). Kejang demam harus dibedakan
dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam(3). Kejang disertai
demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam(4). Bila
anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului
demam, kemungkinan lain harus dipertimbangkan misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang
kebetulan terjadi bersama demam(4). Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan
penyakit saraf seperti meningitis, ensefalitis atau ensefalopati. Kejang pada keadaan ini
mempunyai prognosis berbeda dengan kejang demam karena keadaan yang mendasarinya
2.2 Epidemiologi
dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira kira 20 % kasus merupakan kejang
demam kompleks dan 80% merupakan kejang demam sederhana. Umumnya kejang demam
timbul pada tahun kedua kehidupan (17 23 bulan) kejang demam sedikit lebih sering pada
laki laki(2)(7).
2.3 Etiologi
Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan infeksi saluran
pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih(2).
15
2.4 Klasifikasi
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan umumnya akan
berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang
tidak berulang dalam waktu 24 jam(7). Kejang demam sederhana merupakan 80 % diantara
seluruh kejang demam(6). Suhu yang tinggi merupakan keharusan pada kejang demam
sederhana, kejang timbul bukan oleh infeksi sendiri, akan tetapi oleh kenaikan suhu yang
tinggi akibat infeksi di tempat lain, misalnya pada radang telinga tengah yang akut, dan
sebagainya. Bila dalam riwayat penderita pada umur umur sebelumnya terdapat periode -
periode dimana anak menderita suhu yang sangat tinggi akan tetapi tidak mengalami kejang;
maka pada kejang yang terjadi kemudian harus berhati hati, mungkin kejang yang ini ada
penyebabnya(2). Pada kejang demam yang sederhana kejang biasanya timbul ketika suhu
sedang meningkat dengan mendadak, sehingga seringkali orang tua tidak mengetahui
sebelumnya bahwa anak menderita demam. Agaknya kenaikan suhu yang tiba tiba
merupakan faktor yang penting untuk menimbulkan kejang(2). Kejang pada kejang demam
sederhana selalu berbentuk umum, biasanya bersifat tonik klonik seperti kejang grand mal;
kadang kadang hanya kaku umum atau mata mendelik seketika. Kejang dapat juga
berulang, tapi sebentar saja, dan masih dalam waktu 16 jam meningkatnya suhu, umumnya
pada kenaikan suhu yang mendadak, dalam hal ini juga kejang demamsederhana masih
mungkin(2).
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial.
16
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang
lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8
% kejangn demam(4). Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang
didahului kejang parsial(4). Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari,
diantara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16 % diantara anak
Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam(3). Ada riwayat
kejang demam keluarga yang kuat pada saudara kandung dan orang tua, menunjukkan
kecenderungan genetik (1,3). Selain itu terdapat faktor perkembangan terlambat, problem pada
masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah, cepatnya anak
mendapat kejang setelah demam timbul, temperatur yang rendah saat kejang, riwayat
Faktor resiko terjadinya epilepsi di kemudian hari yaitu adanya gangguan neuro
developmental, kejang demam kompleks, riwayat epilepsi dalam keluarga, lamanya demam
2.6 Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak, diperlukan suatu
energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting
adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi, dimana oksigen disediakan dengan
perantaraan fungsi paru paru dan diteruskan ke otak melalui kardiovaskuler(6). Jadi sumber
energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air (6). Sel
17
dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid
dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi
dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat perbedaan
potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na K ATPase yang terdapat
b.Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10% - 15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20 %. Pada seorang anak berumur
3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa
yang hanya 15 %. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan
terjadilah kejang (6). Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari
tinggi rendahnya ambang kejang. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang
telah terjadi pada suhu 38o C, sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi,
18
kejang baru terjadi pada suhu 40oC atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan
bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah,
sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita
Kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya
apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
anaerobik, hipertensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin
metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga
terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting
permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron
otak(6). Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang
yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari, sehingga terjadi serangan
epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan
2.7 Diagnosis
a. Anamnesis
Adanya kejang, jenis kejang, lama kejang, suhu sebelum/saat kejang, frekuensi,
19
Singkirkan dengan anamnesis penyebab kejang yang lainnya.
b. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan laboratorium
elektrolit dan gula darah, urinalisis, biakan darah, urin dan feses.
b. Pungsi lumbal
adalah 0,6 % - 6,7 %.Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau
3. Bayi lebih dari 18 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara klinis
c. Elektroensefalografi
20
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya
dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya kejang demam
kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.
d. Pencitraan
Foto X ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT scan)
atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan
2. Paresis nervus VI
3. Papiledema
1. Meningitis
2. Ensefalitis
3. Abses otak
Oleh sebab itu, menghadapi seorang anak yang menderita demam dengan kejang,
harus dipikirkan apakah penyebab dari kejang itu di dalam atau di luar susunan saraf pusat
(6)
(otak) . Pungsi lumbal terindikasi bila ada kecurigaan klinis meningitis. Adanya sumber
infeksi seperti otitis media tidak menyingkirkan meningitis dan jika pasien telah mendapat
21
2.10 Penatalaksanaan
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang
sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam
intravena adalah 0,3 0,5 mg/kgBB perlahan lahan dengan kecepatan 1 2 mg/menit atau
dalam waktu 3 5 menit,dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang praktis dan dapat
diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah
0,5 0,75 mg/kgBB atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari
10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg
untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun. Bila
setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan caradan
dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal
masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Dirumah sakit dapat diberikan diazepam
intravena dengan dosis 0,3 0,5 mg/kgBB. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan
mg/kgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah
4 8 mg/kgBB/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal.Bila dengan fenitoin kejang belum
berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.Bila kejang telah berhenti,
pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demamapakah kejang demam
22
Algoritma pengobatan medikamentosa saat terjadi kejang demam.
2. 15-20 menit
Kejang (-)
Perawatan Ruang Intensif
23
b. Pemberian Obat Pada Saat Demam (4)
1. Antipiretik
kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat
4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5 10 mg/kgBB/kali, 3 4
kali sehari. Meskipun jarang, asam asetilsalisilat dapat menyebabkan sindrom Reye
terutama pada anak kurang dari 18 bulan, sehingga penggunaan asam asetilsalisilat
tidak dianjurkan.
2. Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demam
diazepam rektal dosis 0,5mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu > 38,5 o C. Dosis tersebut
cukup tinggi dan menyebabkanataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25 %
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai
berikut (salahsatu) :
- Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
- Kejang fokal.
24
- Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam > 15 menit merupakan indikasi
atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai fokus organik.
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan
resiko berulangnya kejang. Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak
berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan
rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dandalam jangka pendek. Pemakaian
belajar pada 40 % - 50 % kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada
sebagian kecil kasus,terutama yang berumur kurang dari 2 tahun asam valproat dapat
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang
sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus
25
c. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.
d. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya
c. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan
atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan
f. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
g. Bawa ke dokter atau ke rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih.
Vaksinasi (2)
Sejauh ini tidak ada kontra indikasi untuk melakukan vaksinasi terhadap anak yang
mengalamin kejang demam. Kejang setelah demam karena vaksinasi sangat jarang. Angka
kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6 9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi,
sedangkan setelah vaksinasi MMR 25 34 per 100.000 anak. Dianjurkan untuk memberikan
diazepam oral atau rektal bila anak demam, terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR.
Beberapa dokter anak merekomendasikan parasetamol pada saat vaksinasi hingga 3 hari
kemudian.
26
2.11 Prognosis dan Komplikasi
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak
menyebabkan kematian.
pada sebagian kecil kasus, dan kelainanini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang
lama atau kejang berulang baik umum atau fokal(4). Kejang yang lebih dari 15 menit,
bahkan ada yang mengatakan lebih dari 10 menit, diduga biasanya telah menimbulkan
kelainan saraf yang menetap(2). Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam
3. Kelainan motorik
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor resiko
27
4. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor diatas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80 %,
pertama.
28
BAB III
ANALISIS MASALAH
Pada pasien disebut kejang demam sederhana karena berdasarkan definisi usia pasien
saat terjadinya kejang adalah 1 tahun dan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu aksila 39,8o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Selain itu kejang yang terjadi pada pasien terjadi selama 3 menit, hanya terjadi 1 x
selama 24 jam, sifat kejang umum, kedua tangan dan tungkai kaku lurus menghentak,
jari jari tangan mengepal, bola mata melihat keatas, gigi terkunci, dan tidak keluar
busa dari mulut. Setelah kejang pasien langsung menangis dan tidak ada penurunan
kesadaran.
Penyebab terjadinya kejang pada kasus ini karena kenaikan suhu atau demam dan
penyebab dari demam pada pasien ini dikarenakan adanya infeksi saluran pernapasan
kasus kejang demam terjadi pada usia 1 tahun bisa terjadi risiko terjadinya kejang
Dilihat dari faktor risiko terjadinya kejang demam, selain demam faktor risiko
tambahan terjadinya kejang demam pada pasien karena riwayat kejang demam yang
- Anamnesis: Pada pasien jenis kejang: kejang umum dengan durasi 3 menit,
suhu saat kejang 39,5 C. dan terdapat riwayat kejang pada keluarga
29
- Pemeriksaan fisik: Pada pasien terdapat demam S: 38,4 C, tidak ada
Tata laksana pasien saat kejang tidak diberikan obat kejang, karena kondisi terjadinya
kejang di rumah dan orang tua tidak mengerti. Sedangkan terapi yang diberikan saat
di rumah sakit yaitu antipiretik (paracetamol 150 mg) dan atikonvulsan (diazepam tab
untuk menurunkan risiko berulangnya kejang. Terapi rumatan tidak diberikan karena
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK Unhas. Standar Pelayanan Medik. Bagian
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu
3. Haslam Robert H. A. Sistem Saraf, dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 3,
Kedokteran No. 27
6. Saharso Darto. Kejang Demam, dalam Pedoman DiagnosIs dan Terapi Bag./SMF
Jakarta. 2007
31