Professional Documents
Culture Documents
ASKEP HEMOROGIC
Nama kelompok :
1. Ngatini
2. Zulpa
3. Riska kirana o
4. Kamal adli
5. Tika maysaroh
6. Ratna wati
7. Usmansur
8. Winda taniya
9. Roza putri m
B. ETIOLOGI
Stroke terjadi akibat sumbatan pada arteri yang disebabkan oleh thrombus dan emboli.
Selain itu juga karena perdarahan yang disebabkan karena hipertensi, ruptur aneurysm
atau arteriovenous malformation (AVM).(Donna, 1999).
C. PATOFISIOLOGI
Otak sendiri merupakan 2% dari berat tubuh total.Dalam keadaan istirahat otak menerima
seperenam dari curah jantung.Otak mempergunakan 20% dari oksigen tubuh.Otak sangat
tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang terjadi pada CVA di otak
mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan kerusakan permanen yang terjadi
dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif total).Pembuluh darah yang paling sering
terkena ialah arteri serebral dan arteri karotis Interna.
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada otak
melalui empat mekanisme, yaitu :
a. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan atau
penyumbatan lumen sehingga aliran darah dan suplainya ke sebagian otak tidak
adekuat, selanjutnya akan mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak.
Bila hal ini terjadi sedemikian hebatnya, dapat menimbulkan nekrosis.
b.Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke kejaringan
(hemorrhage).
c. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak.
d.Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan
otak.
Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan pada aliran
darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas kritis terjadi
pengurangan darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak akan
menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak normal sekitarnya yang masih
mempunyai pendarahan yang baik berusaha membantu suplai darah melalui jalur-
jalur anastomosis yang ada. Perubahan awal yang terjadi pada korteks akibat oklusi
pembuluh darah adalah gelapnya warna darah vena, penurunan kecepatan aliran darah
dan sedikit dilatasi arteri serta arteriole. Selanjutnya akan terjadi edema pada daerah
ini. Selama berlangsungnya perisriwa ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi sehingga
aliran darah mengikuti secara pasif segala perubahan tekanan darah arteri.Di samping
itu reaktivitas serebrovaskuler terhadap PCO2 terganggu. Berkurangnya aliran darah
serebral sampai ambang tertentu akan memulai serangkaian gangguan fungsi neural
dan terjadi kerusakan jaringan secara permanen
D. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan umum 5 B dengan penurunan kesadaran :
a) Breathing (Pernapasan)
Usahakan jalan napas lancar.
Lakukan penghisapan lendir jika sesak.
Posisi kepala harus baik, jangan sampai saluran napas tertekuk.
Oksigenisasi terutama pada pasien tidak sadar.
b) Blood (Tekanan Darah)
Usahakan otak mendapat cukup darah.
Jangan terlalu cepat menurunkan tekanan darah pada masa akut.
c) Brain (Fungsi otak)
Atasi kejang yang timbul.
Kurangi edema otak dan tekanan intra cranial yang tinggi.
d) Bladder (Kandung Kemih)
Pasang katheter bila terjadi retensi urine
e) Bowel (Pencernaan)
Defekasi supaya lancar.
Bila tidak bisa makan per-oral pasang NGT/Sonde.
4. Terapi Farmakologi
Antikoagulasi dapat diberikan pada stroke non haemoragik, meskipun
heparinisasi pada pasien stroke iskemik akut mempunyai potensi untuk
menyebabkan komplikasi haemoragik
5. Pembedahan
Beberapa tindakan pembedahan kini dilakukan untuk menangani penderita
stroke.Sulit sekali untuk menentukan penderita mana yang menguntungkan untuk
dibedah.Tujuan utama pembedahan adalah untuk memperbaiki aliran darah
serebral.
E.KOMPLIKASI
a. TIK meningkat
b. Aspirasi
c. Atelektasis
d. Kontraktur
e. Disritmia jantung
f. Malnutrisi
g. Gagal napas
F. TINDAKAN PENCEGAHAN
Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
1. Pembatasan makan garam; dimulai dari masa muda, membiasakan memakan
makanan tanpa garam atau makanan bayi rendah garam.
2. Khususnya pada orang tua, perawatan yang intensif untuk mempertahankan
tekanan darah selama tindakan pembedahan. Cegah jangan sampai penderita
diberi obat penenang berlebihan dan istirahat ditempat tidur yang terlalu lama.
3. Peningkatan kegiatan fisik; jalan setiap hari sebagai bagian dari program
kebugaran.
4. Penurunan berat badan apabila kegemukan
5. Berhenti merokok
6. Penghentian pemakaian kontrasepsi oral pada wanita yang merokok, karena
resiko timbulnya serebrovaskular pada wanita yang merokok dan menelan
kontrasepsi oral meningkat sampai 16 kali dibandingkan dengan wanita yang
tidak merokok dan tidak menelan pil kontrasepsi.
G. DAMPAK MASALAH
1. Bagi Individu
a. Biologis
Penderita akan mengalami gangguan pernapasan akibat hilannya reflek batuk dan
penurunan kesadaran hingga terjadi akumulasi secret. Nyeri kepala akibat infark
serebri yang luas, penurunan kesadaran, gangguan kognitif, disorientasi, mual dan
muntah, gangguan menelan, tidak bisa menjalin komunikasi karena klien aphasia,
terjadi konstipasi akibat tirah baring dan kurangnya mobilisasi, dan dekubitus
akibat tirah baring yang lama.
b. Psikologis
Cemas sedang akibat hemiparese, terutama pada penderita yang mempunyai
beban tanggung jawab pada keluarganya. Penderita dapat mengalami depresi
disamping rasa rendah diri yang bisa dipahami sebagai suatu reaksi emosional
terhadap kemunduran kualitas dan keberadaannya
c. Sosial
Apabila keadaan sakitnya sampai terjadi kelumpuhan dan gangguan komunikasi,
klien akan mengalami kesulitan untuk mengadakan interaksi dengan keluarga
maupun masyarakat
d. Spiritual
Penderita mungkin akan mengalami kesulitan didalam melakukan kewajiban
kepada Tuhan Yang Maha Esa karena keterbatasannya. Mungkin juga penderita
akan merasa bahwa Tuhan tidak adil kepada dirinya akibat dari depresi. Penderita
juga mengingkari dan menolak keberadaan dari Yang Maha Kuasa.
2. Bagi keluarga
Penderita akan menjadikan beban bagi keluarga, karena keluarga yang sehat
berupaya untuk mencarikan biaya pengobatan, membantu memberikan perawatan,
karena penderita sendiri sangat tergantung dalam memenuhi kebutuhannya
sendiri. Keluarga akan merasa cemas mengenai keadaannya. Apabila penderita
suami atau isteri mungkin menghadapi resiko depresi dan perubahan emosional.
d. Dysarthria
Dysarthria adalah artikulasi tidak sempurna yang menyebabkan kesulitan
dalam berbicara.Penting untuk membedakan antara dysarthria dan
aphasia.Dengan dysarthria klien mengerti bahasa tetapi memiliki kesulitan
mengucapkan kata-kata.Tidak ada gangguan jelas dalam tata bahasa atau
dalam konstruksi kalimat.Seorang klien dysarthric dapat memahami
komunikasi verbal dan dapat membaca dan menulis (kecuali tangan
dominan adalah lumpuh, tidak ada, atau terluka).
e. Apraxia
Apraxia adalah suatu kondisi yang mempengaruhi integrasi motorik secara
kompleks.Oleh karena itu apraxia dapat menyebabkan stroke di beberapa
area otak.Klien apraxia tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari, seperti
memakai baju.
f. Perubahan Visual
Penglihatan adalah proses komplek yang dikontrol oleh beberapa area di
otak. Penyumbatan di lobus parietal dan temporal dapat memotong serat
saraf visual di traktus optikus dalam perjalanan ke korteks oksipital dan
menyebabkan gangguan ketajaman penglihatan.Persepsi tentang
penglihatan mungkin terganggu. Gangguan penglihatan dapat
mempengaruhi terhadap ketidakmampuan klien untuk mempelajari
keterampilan motoric
g. Sindrom Horners
Sindrom Horners adalah paralisis saraf simpatis mata yang dapat
menyebabkan tenggelamnya bola mata, kontriksi pupil dan penurunan
produksi air mata.
h. Agnosia
Agnosia adalah ketidakmampuan untuk mempersepsikan sensasi yang
ada.Biasanya lebih banyak terjadi tipe visual dan auditori.Agnosia
mungkin dapat disebabkan dari oklusi di arteri serebral medial dan
posterior yang mensuplai aliran darah ke lobus temporal atau oksipital.
i. Defisit Sensorik
Beberapa jenis perubahan sensori dapat diakibatkan oleh stroke dalam
perubahan sensorik dapat hasil dari stroke di area sensori dari lobus
parietalis yang disuplai oleh arteri serebral anterior atau medial. Defisit
tersebut pada sisi kontralateral tubuh dan sering disertai dengan
hemiplegia atau hemiparesis
j. Perubahan Perilaku
Berbagai bagian dari otak membantu kontrol perilaku dan emosi.Korteks
serebral interpretasikan stimulus yang masuk.Daerah temporal dan limbik
memodulasi tanggapan emosional terhadap stimulus. Hipotalamus dan
kelenjar pituitary berkerja sama dengan dengan korteks motorik dan area
bahasa. Otak dapat dilihat sebagai modulator emosi
k. Inkontinensia
Stroke dapat menyebabkan disfungsi usus dan kandung kemih.Salah satu
jenis neurologis kandung kemih, kadang-kadang terjadi setelah
stroke.Saraf mengirim pesan untuk pengisian kandung kemih ke otak.
Epidemiologi Stroke:
Di Indoneseia Stroke menempati urutan rawat 1 rawat inap di bagian neurologi
ASKEP TEORITIS HEMOROGIC
Hipertensi
Okulasi/Perdarahan
Iskemia
Hipoksia
Data Subyektif:
Data obyektif:
- Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum.
- Gangguan penglihatan
2. Sirkulasi
Data Subyektif:
Data obyektif:
- Hipertensi arterial
3. Integritas ego
Data Subyektif:
Data obyektif:
- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan , kegembiraan
4. Eliminasi
Data Subyektif:
- Inkontinensia, anuria
- Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara usus ( ileus
paralitik )
5. Makan/ minum
Data Subyektif:
Data obyektif:
6. Sensori neural
Data Subyektif:
- Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.
- Penglihatan berkurang
- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka
ipsilateral ( sisi yang sama )
- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
- Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku
(seperti: letargi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral
7. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
Data Obyektif:
8. Respirasi
Data Subyektif:
Tanda:
9.Keamanan
Data Obyektif:
- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewaspadaan
terhadap bagian tubuh yang sakit
- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
Data Obyektif:
Data Subjektif :
1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah : penyakit oklusi,
perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral
Dibuktikan oleh :
- perubahan tingkat kesadaran , kehilangan memori
- terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi sensori / motor
Intervensi :
Independen
- Bantu meningkatkan fungsi, termasuk bicara jika klien mengalami gangguan fungsi
- Pertahankan tirah baring , sediakan lingkungan yang tenang , atur kunjungan sesuai
indikasi
Kolaborasi
Dibuktikan oleh :
- Adanya peningkatan kemampuan fungsi perasaan atau kompensasi dari bagian tubuh
Intervensi
Independen
- Mulai latihan aktif / pasif rentang gerak sendi pada semua ekstremitas
- Topang ekstremitas pada posisi fungsional , gunakan foot board pada saat selama periode
paralysis flaksid. Pertahankan kepala dalam keadaan netral
Kolaboratif
Ditandai :
- Gangguan artikulasi
Intervensi
Independen
Kolaborasi :
Ditandai ;
- Dapat mempertahakan level kesadaran dan fungsi persepsi pada level biasanya.
Intervensi
Independen
- Sederhanakan lingkungan
5. Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuro muskuler, penurunan kekuatan dan
ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot
Ditandai dengan :
Kriteria hasil:
Intervensi:
- Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan (dengan menggunakan skala 1-4) untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari
- Hindari melakukan sesuatu untuk kllien yang dapat dilakukan sendiri, tetapi berikan
bantuan sesuai kebutuhan
- Identifikasi kebiasaan defekasi sebelumnya dan kembalikan pada kebiasaan pola normal
tersebut. Kadar makanan yang berserat, anjurkan untuk minum banyak dan tingkatkan aktivitas.
- Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau
keberhasilannya.
Kolaborasi;
6. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kerusakan batuk, ketidakmampuan mengatasi lendir
Kriteria hasil:
- Klien memperlihatkan kepatenan jalan napas
Intervensi:
- Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas dan memberikan
pengeluaran sekresi yang optimal
- Penghisapan sekresi
8. Gangguan pemenuhan nutrisi b.d penurunan reflek menelan, kehilangan rasa ujung
lidah
Ditandai dengan:
Kriteria evaluasi:
- Klien dapat berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan
- BB stabil
Intervensi;
- Pantau masukan makanan setiap hari
- Dorong klien untuk makan diit tinggi kalori kaya nutrisi sesuai program
- Kontrol faktor lingkungan (bau, bising), hindari makanan terlalu manis, berlemak dan
pedas. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
Kolaborasi:
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta. EGC.
Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances dan Geissler, Alice C. 2000. Edisi 3. Rencana
Asuhan Keperawatan. Jakarta.EGC.
Ganong, William F. 2000. Buku Ajar fisiologi Kedokteran.Edisi 17. Jakarta: EGC