You are on page 1of 18

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA DISTOSIA

OLEH KELOMPOK I

1. ABDUL HAYAT 12. NI NENGAH DEVI S. S


2. AHYAR NOVIANDI 13. NURASYIAH
3. ANDRI A. 14. NURUL FITRA EKAWATI
4. ARYA ZAMZARI 15. RASIDIN
5. FAUZI TSAUFANDI 16. RIA ANGALINA
6. BQ. RATNA SAFITRI 17. ROY MARTIN
7. HAMDANI 18. SITI MARLINA
8. I MADE ADI DWI PUTRA 19. SUTRISNANDI
9. JANU ASFAT 20. WAHYU CANDRA
10. L. M. SALEH 21. YULI FITRIANI
11. MAULANA IBRAHIM

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM MATARAM
TAHUN 2017
DISTOSIA

1. DEFINISI
Distosia adalah Kesulitan dalam jalannya persalinan.
(Rustam Mukhtar, 1994)
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat
berbagai kondisi.
(Bobak, 2004 : 784)
2. ETIOLOGI
Distosia dapat disebabkan oleh :
Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat
upaya mengedan ibu (kekuatan/power)
Perubahan struktur pelvis (jalan lahir/passage)
Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar, dan
jumlah bayi (passengger)
Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan
pengalaman, persiapan, budaya, serta sistem pendukung

3. KLASIFIKASI DISTOSIA

1. Persalinan Disfungsional ( Distosia karena Kelainan Kekuatan)


Persalinan disfungsional adalah kontraksi uterus abnormal yang menghambat
kemajuan dilatasi serviks normal, kemajuan pendataran/effacement (kekuatan
primer), dan atau kemajuan penurunan (kekuatan sekunder). Gilbert (2007)
menyatakan beberapa faktor yang dicurigai dapat meningkatkan resiko terjadinya
distosia uterus sebagai berikut:
a) Bentuk tubuh (berat badan yang berlebihan, pendek)
b) Kondisi uterus yang tidak normal (malformasi kongenital, distensi
yangberlebihan, kehamilan ganda, atau hidramnion)
c) Kelainan bentuk dan posisi janin
d) Disproporsi cephalopelvic (CPD)
e) Overstimulasi oxytocin
f) Kelelahan, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, dan kecemasan
g) Pemberian analgesik dan anastetik yang tidak semestinya
Kontraksi uterus abnormal terdiri dari disfungsi kontraksi uterus primer
(hipotonik) dan disfungsi kontraksi uterus sekunder (hipertonik).
a) Disfungsi Hipotonik
Perempuan yang semula membuat kemajuan normal tahap kontraksi persalinan
aktif akan menjadi lemah dan tidak efisien, atau berhenti sama sekali. Uterus
mudah indented, bahkan pada puncak kontraksi. Tekanan intrauterin selama
kontraksi (biasanya kurang dari 25 mmHg) tidak mencukupi untuk kemajuan
penipisan serviks dan dilatasi. CPD dan malposisi adalah penyebab umum dari
jenis disfungsi dari uterus.
HIS bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih
dahulu daripada bagian lain, kelainannya terletak dalam hal bahwa kontraksi
uterus lebih aman, singkat, dan jarang daripada biasa. Keadaan umum penderita
biasanya baik dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh
umumnya tidak banyak bahaya baik bagi ibu ataupun janin. Apabila his terlampau
kuat maka akan terjadi disfungsi hipertonik
b) Disfungsi Hipertonik
Ibu yang mengalami kesakitan/ nyeri dan frekuensi kontraksi tidak efektif
menyebabkan dilatasi servikal atau peningkatan effacement. Kontraksi ini biasa
terjadi pada tahap laten,yaitu dilatasi servikal kurang dari 4 cm dan tidak
terkoordinasi. Kekuatan kontraksi pada bagian tengah uterus lebih kuat dari pada
di fundus, karena uterus tidak mampu menekan kebawah untuk mendorong
sampai ke servik. Uterus mungkin mengalami kekakuan diantara kontraksi
(Gilbert, 2007). Distosia servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan organik
pada servik, misalnya karena jaringan parut atau karsinoma. Dengan HIS kuat
serviks bisa robek, dan robekan ini bisa menjalar ke bagian bawah uterus. Oleh
karena itu setiap wanita yang pernah mengalami operasi pada serviks selalu harus
diawasi persalinannya di rumah sakit. Kondisi distosia ini jarang ditemukan
kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan yang baik waktu persalinan.
Perbedaan antara Disfungsi Hipertonik dan Disfungsi Hipotonik
Disfungsi Hipertonik Disfungsi Hipotonik
Kontraksi
-Tidak teratur dan tidak -Terkoordinasi tetapi lemah
terorganisasi - Frekuensi kurang dan pendek selama
-Intensitas lemah dan pendek, durasi kontraksi
tetapi nyeri dan kram -Ibu mungkin kurang nyaman karena
kontraksi lemah

Uteri resting tone Tidak meningkat


-

-Diatas normal, hampir sama

dengan karakteristik ablusio


plasenta.
-Aktif, biasanya terjadi setelah dilasi 4
cm
Fase persalinan
- Lebih sering terjadi dari pada
-Laten, terjadi sebelum dilasi 4 cm.
hipertonik
-Lebih jarang terjadi daripada

hypotonik disfungsi - Amniotomy


- Augmentasi oksitoksin
Manajemen terapeutik - seksio sesaria jika tidak ada
-Koreksi penyebab jika bisa
peningkatan
diidentifikasi
-Pemberian obat penenang untuk

bisa beristirahat
-Hidrasi
-Tocolytics untuk mengurangi

high uterine tone - Intervensi berhubungan dengan


dan promoteperfusi plasenta amniotomy dan augmentasi oksitosin.
-Mendorong perubahan posisi.

Nursing Care -Ambulasi jika tidak kontraindikasi

- Promote aliran darah uterus


dan bisa diterima oleh ibu
-Promote istirahat, kenyamanan,
-Dukungan emosional: jelaskan

dan relaksasi tindakan yang diambil untuk


-Menghilangkan nyeri
meningkatkan ketidakefektifan
-Dukungan emosional: terima
kontraksi. Libatkan anggota keluarga
kenyataan tentang nyeri dan dalam mendukung emosi ibu untuk
frustasi. Jelaskan alasan tindakan mengurangi kecemasan
untuk menyelesaikan persalinan
abnormal, tujuan dan akibat yang
dipresiksi.

2. Distosia karena Kelainan jalan lahir


Karena struktur pelvis.
Jenis-jenis panggul:
a) Panggul Ginekoid
Pintu atas panggul bundar dengan diameter transversa yang lebih panjang sedikit
daripada diameter anteroposterior dan dengan panggul tengah dan pintu bawah
panggul yang cukup luas.
b) Panggul Antropoid
Diameter anteroposterior yang lebih panjang dari diameter transversa dengan
arkus pubis menyempit sedikit
c) Panggul Android
Pintu atas panggul yang berbentuk sebagai segitiga berhubungan dengan
penyempitan kedepan, dengan spina iskiadika menonjol kedalam dan arkus pubis
menyempit.
d) Panggul Platypelloid
Diameter anteroposterior yang jelas lebih pendek daripada diameter transversa
pada pintu atas panggul dengan arkus pubis yang luas.
Distosia pelvis dapat terjadi bila ada kontraktur diameter pelvis yang mengurangi
kapasitas tulang panggul, termasuk pelvis inlet (pintu atas panggul), pelvis bagian
tengah,pelvis outlet (pintu bawah panggul), atau kombinasi dari ketiganya.
Disproporsi pelvis merupakan penyebab umum dari distosia.Kontraktur pelvis
mungkin disebabkan oleh ketidak normalan kongenital, malnutrisi maternal,
neoplasma atau kelainan tulang belakang. Ketidakmatangan ukuran pembentukan
pelvis pada beberapa ibu muda dapat menyebabkan distosia pelvis.
Kesempitan pada pintu atas panggul
Kontraktur pintu atas panggul terdiagnosis jika diagonal konjugata kurang dari
11,5 cm. Insiden pada bentuk wajah dan bahu meningkat. Karena bentuk interfere
dengan engagement dan bayi turun, sehingga beresiko terhadap prolaps tali pusat.
Kesempitan panggul tengah
Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis
posterior persisten atau posisi kepala dalam posisi lintang tetap.
Kesempitan pintu bawah panggul
Agar kepala janin dapat lahir, diperlukan ruangan yang lebih besar pada bagian
belakang pintu bawah panggul. Dengan distansi tuberum bersama dengan
diameter sagittalis posterior kurang dari 15 cm, timbul kemacetan pada kelahiran
janin ukuran normal.
Kelainan traktus ginetalis
a) Vulva
Kelainan pada vulva yang menyebabkan distosia adalah edema, stenosis, dan
. Edema biasanya timbul sebagai gejala preeklampsia dan terkadang karena
gangguan gizi. Pada persalinan jika ibu dibiarkan mengejan terus jika
dibiarkan dapat juga mengakibatkan edema. Stenosis pada vulva terjadi akibat
perlukaan dan peradangan yang menyebabkan ulkus dan sembuh dengan
parut-parut yang menimbulkan kesulitan. Tumor dalam neoplasma jarang
ditemukan. Yang sering ditemukan kondilomata akuminata, kista, atau abses
glandula bartholin.
b) Vagina
Yang sering ditemukan pada vagina adalah septum vagina, dimana septum ini
memisahkan vagina secara lengkap atau tidak lengkap dalam bagian kanan
dan bagian kiri. Septum lengkap biasanya tidak menimbulkan distosia karena
bagian vagina yang satu umumnya cukup lebar, baik untuk koitus maupun
untuk lahirnya janin. Septum tidak lengkap kadang-kadang menahan turunnya
kepala janin pada persalinan dan harus dipotong terlebih dahulu. Stenosis
vagina yang tetap kaku dalam kehamilan merupakan halangan untuk lahirnya
bayi, perlu dipertimbangkan seksio sesaria. Tumor vagina dapat menjadi
rintangan pada lahirnya janin per vaginam
c) Servik uteri
Konglutinasio orivisii externi merupakan keadaan dimana pada kala I servik
uteri menipis akan tetapi pembukaan tidak terjadi, sehingga merupakan
lembaran kertas dibawah kepala janin. Karsinoma servisis uteri, merupakan
keadaan yang menyebabkan distosia.
d) Uterus
Mioma uteri merupakan tumor pada uteri yang dapat menyebabkan distosia
apabila mioma uteri menghalangi lahirnya janin pervaginam, adanya kelainan
letak janin yang berhubungan dengan mioma uteri, dan inersia uteri yang
berhubungan dengan mioma uteri.
e) Ovarium
Distosia karena tumor ovarium terjadi apabila menghalangi lahirnya janin
pervaginam. Dimana tumor ini terletak pada cavum douglas. Membiarkan
persalinan berlangsung lama mengandung bahaya pecahnya tumor atau
ruptura uteri atau infeksi intrapartum.

3. Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin


a) Kelainan letak, presentasi atau posisi
Posisi oksipitalis posterior persisten
Pada persalinan persentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui pintu
atas panggul dengan sutura sagittalis melintang atau miring sehingga ubun-
ubun kecil dapat berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan
depan, kiri belakang atau kanan belakang. Namun keadaan ini pada umumnya
tidak akan terjadi kesulitan perputarannya kedepan, yaitu bila keadaan kepala
janin dalam keadaan fleksi dan panggul mempunyai bentuk serta ukuran
normal. Penyebab terjadinya posisi oksipitalis posterior persisten ialah usaha
penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul.
Presentasi puncak kepala
Kondisi ini kepala dalam keaadaan defleksi. Berdasarkan derajat defleksinya
maka dapat terjadi presentasi puncak kepala, presentasi dahi atau
presentasimuka. Presentasi puncak kepala (presentasi sinsiput) terjadi apabila
derajat defleksinya ringan sehingga ubun-ubun besar berada dibawah.
Keadaan ini merupakan kedudukan sementara yang kemudian berubah
menjadi presentasi belakang kepala.
Presentasi muka
Persentasi muka terjadi bila derajat defleksi kepala maksimal sehingga muka
bagian terendah. Kondisi ini dapat terjadi pada panggul sempit atau janin
besar. Multiparitas dan perut gantung juga merupakan faktor yang
menyebabkan persentasi muka.
Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah bila derajat defleksi kepalanya lebih berat, sehingga
dahi merupakan bagian yang paling rendah. Kondisi ini merupakan kedudukan
yang bersifat sementara yang kemudian berubah menjadi presentasi muka atau
presentasi belakang kepala. Penyebab terjadinya kondisi ini sama dengan
presentasi muka.
Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada dibawah cavum uteri. Beberapa jenis
letak sungsang yakni :
- Presentasi bokong
Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki
terangkat keatas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala
janin. Sehingga pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
- Presentasi bokong kaki sempurna
Disamping bokong dapat diraba kedua kaki.
- Presentasi bokong kaki tidak sempurna
Hanya terdapat satu kaki disamping bokong sedangkan kaki yang lain
terangkat keatas.
- Presentasi kaki
Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
Letak lintang
Letak lintang ialah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang
lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin,
sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin berada di
depa, di belakang, di atas, atau di bawah.
Presentasi ganda
Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga panggul dijumpai
tangan, lengan/kaki, atau keadaan dimana disamping bokong janin dijumpai
tangan.
b) Kelainan bentuk janin
Pertumbuhan janin yang berlebihan
Yang dinamakan bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari 4000 gram.
Kepala dan bahu tidak mampu menyesuaikannya ke pelvis, selain itu distensi
uterus oleh janin yang besar mengurangi kekuatan kontraksi selama persalinan
dan kelahirannya. Pada panggul normal, janin dengan berat badan 4000-5000
gram pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam melahirkannya.
Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinal
dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar sehingga terjadi
pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Hidrosefalus akan menyebabkan
disproporsi sefalopelvic
Kelainan bentuk janin yang lain
- Janin kembar melekat(double master)
Torakopagus(pelekatan pada dada) merupakan janin kembar melekat yang
paling sering menimbulkan kesukaran persalinan.
- Janin dengan perut besar
Pembesaran perut yang menyebabkan distocia, akibat dari asites atau
tumor hati, limpa, ginjal dan ovarium jarang sekali dijumpai.
Prolaksus funikuli
Keadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah
janin didalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada presentasi kepala,
prolaksus funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap saat tali pusat
dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dengan akibat
gangguan oksigenasi. Prolaksus funikuli dan turunnya tali pusat disebabkan
oleh gangguan adaptasi bagian bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu
atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin.
4. Distosia karena respon psikologis
Stress yang diakibatkan oleh hormon dan neurotransmitter (seperti
catecholamines) dapat menyebabkan distosia. Sumber stress pada setiap wanita
bervariasi, tetapi nyeri dan tidak adanya dukungan dari seseorang merupakan faktor
penyebab stress.
Cemas yang berlebihan dapat menghambat dilatasi servik secara normal,
persalinan berlangsung lama, dan nyeri meningkat. Cemas juga menyebabkan
peningkatan level strees yang berkaitan dengan hormon (seperti: endorphin,
adrenokortikotropik, kortisol, dan epinephrine). Hormon ini dapat menyebabkan
distosia karena penurunan kontraksi uterus.

5. MANIFESTASI KLINIK
a. Ibu :
Gelisah
Letih
Suhu tubuh meningkat
Nadi dan pernafasan cepat
Edem pada vulva dan servik
Bisa jadi ketuban berbau
b. Janin
DJJ cepat dan tidak teratur
Distress janin
Keracunan mekonium.

6. PATOFISIOLOGI
Terlampir

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- MRI
Menggunakan kekuatan magnet dan gelombang radio. Signal dari medan
magnet memantulkan gambaran tubuh dan mengirimkannya ke computer, dimana
yang kemudian akan ditampilkan dalam bentuk gambar. Tidak seperti X-ray dan CT-
scan yang menggunakan radiasi. Namun penggunaan MRI masih terbatas dikarenakan
biaya mahal, waktu pemeriksaan yang sulit dan lama, serta ketersediaan alat.
Kegunaannya :
pelvimetri yang akurat
gambaran fetal yang lebih baik
gambaran jaringan lunak di panggul yang dapat menyebabkan distosia

- USG
Menggunakan gelombang suara yang dipantulkan untuk membentuk
gambaran bayi di layar komputer yang aman untuk bayi dan ibu.

Kegunaan :
Menilai pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan.
Masalah dengan plasenta. USG dapat menilai kondisi plaasenta dan menilai adanya
masalah2 seperti plasenta previa dsb.
Kehamilan ganda/ kembar. USG dapat memastikan apakah ada 1 / lebih fetus di
rahim.
Kelainan letak janin. Bukan saja kelainan letak janin dalam rahim tapi juga banyak
kelainan janin yang dapat di ketahui dengan USG, seperti: hidrosefalus, anesefali,
sumbing, kelainan jantung, kelainan kromoson (syndrome down), dll.
Dapat juga untuk menilai jenis kelamin bayi jika anda ingin mengetahuinya.

8. PENATALAKSANAAN DISTOSIA PERSALINAN


Penanganan Umum
- Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
- Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ
- Kolaborasi dalam pemberian :
o Infus RL dan larutan NaCL isotanik (IV)
o Berikan analgesia berupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau morvin 10 mg
(IM)
- Perbaiki keadaan umum
Dukungan emosional dan perubahan posisi
Berikan cairan

Penanganan Khusus
1. Kelainan His
TD diukur tiap 4 jam
DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II
Pemeriksaan dalam : VT
Infus RL 5% dan larutan NaCL isotonic (IV)
Berikan analgetik seperti petidin, morfin
Pemberian oksitosin untuk memperbaiki his
2. Kelainan letak dan bentuk janin
- Pemeriksaan dalam
- Pemeriksaan luar
- MRI
- Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan seksio sesaria baik
primer pada awal persalinan maupun sekunder pada akhir persalinan
3. Kelainan jalan lahir
- Persalinan percobaan
Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada
hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul dalam
semua bidang dan hubungan antara kepala janin dan panggul, dan setelah dicapai
kesimpulan bahwa ada harapan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginam
dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan
percobaan. Dengan demikian persalinan ini merupakan suatu test terhadap
kekuatan his dan daya akomodasi, termasuk moulage kepala janin; kedua fakto
ini tidak dapat diketahui sebelum persalinan berlangsung selama beberapa waktu.
Pemilihan kasus-kasus untuk persalinan percobaan harus dilakukan
dengan cermat. Di atas sudah dibahas indikasi-indikasi untuk seksio sesarea
elektif; keadaan-keadaan ini dengan sendirinya merupakan kontra indikasi untuk
persalinan percobaan. Selain itu, janin harus berada dalam presentasi kepala dan
tuanya kehamilan tidak lebih dari 42 minggu. Karena kepala janin bertambah
besar serta lebih sukar mengadakan moulage, dan berhubung dengan
kemungkinan adanya disfungsi plasenta, janin mungkin kurang mampu
mengatasi kesukaran yang dapat timbul pada persalina percobaan. Perlu disadari
pula bahwa kesempitan panggul dalam satu bidang, seperti pada panggul picak,
lebih menguntungkan daripada kesempitan dalam beberapa bidang. Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
Pengawasan terhadap keadaan ibu dan janin. Pada persalina yang agak lama
perlu dijaga agar tidak terjadi dehidrasi dan asidosis.
Pengawasan terhadap turunnya kepala janin dalam rongga panggul. Karena
kesempitan pada panggul tidak jarang dapat menyebabkan gangguan pada
pembukaan serviks.
Menentukan berapa lama partus percobaan dapat berlangsung.

- Simfisiotomi
Simfisotomi ialah tindakan untuk memisahkan tulang panggul kiri dari tulang
panggul kanan pada simfisis agar rongga panggul menjadi lebih luas. Tindakan ini
tidak banyak lagi dilakukan karena terdesak oleh seksio sesarea. Satu-satunya
indikasi ialah apabila pada panggul sempit dengan janin masih hidup terdapat
infeksi intrapartum berat, sehingga seksio sesarea dianggap terlalu berbahaya.

- Kraniotomi
Pada persalinan yang dibiarkan berlarut-berlarut dan dengan janin sudah
meninggal, sebaiknya persalina diselesaikan dengan kraniotomi dan kranioklasi.
Hanya jika panggul demikian sempitnya sehingga janin tidak dapat dilahirkan
dengan kraniotomi, terpaksa dilakukan seksio sesarea.

- Seksio sesarea
Seksio sesarea dapat dilakukan secar elektif atau primer, yakni sebelum
persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder, yakni sesudah
persalinan berlangsung selama beberapa waktu.
Seksio sesarea elektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada
kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat, atau karena
terdpat disproporsi sefalopelvik yang nyata. Selain itu seksio tersebut
diselenggarakan pada kesempitan ringan apabila ada factor-faktor lain yang
merupakan komplikasi, seperti primigrvida tua, kelainan letak janin yang tidak
dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami masa infertilitas yang
lama, penyakit jantung dan lain-lain.
Seksio sesarea sekundar dilakukan karena persalinan percobaan dianggap
gagal, atau karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas
mungkin, sedang syarat-syarat untuk persalinan per vaginam tidak atau belum
dipenuhi.

9. KOMPLIKASI DISTOSIA
Komplikasi Maternal
Perdarahan pasca persalinan
Robekan perineum derajat III atau IV
Rupture Uteri
Komplikasi Fetal
Fraktura Clavicle
Kematian janin
Hipoksia janin , dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen
Fraktura humerus
KERANGKA KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DISTOSIA

1. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku/bangsa.
2. Keluhan utama : proses persalinan yang lama menyebabkan adanya keluhan nyeri dan
cemas.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien pernah mengalami distosia sebelumnya,
biasanya ada penyulit persalinan sebelumnya seperti hipertensi, anemia, panggul
sempit, biasanya ada riwayat DM, biasanya ada riwayat kembar dll.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti : Kelainan letak janin (lintang,
sunsang dll) apa yang menjadi presentasi dll.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalamkeluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah, DM, eklamsi dan
pre eklamsi
4. Pengkajian pola fungsional
Aktifitas/istirahat
Melaporkan keletihan,kurang energi,letargi,penurunan penampilan
Sirkulasi
Tekanan darah dapat meningkat,mungkin menerima magnesium sulfat untu hipertensi
karena kehamilan
Eliminasi
Distensi usus atau kandng kemih yang mungkin menyertai
Integritas ego
Mungkin sangat cemas dan ketakutan
Nyeri atau ketidaknyamanan
Mungkin menerima narkotika atau anastesi pada awal proses kehamilan,kontraksi
jarang,dengan intensitas ingan sampa sedang,dapat terjadi sebelum awitan persalinan atau
sesudah persalinan terjadi,fase laten dapat memanjang,
Keamanan
Serviks mungkin kaku atau tidak siap,pemerisaan vagina dapat menunjukkan janin dalam
malposisi,penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam pada nulipara atau kurang dari
2 cm/jam pada mutipara bahkan tidak ada kemajuan.,dapat mengalami versi eksternal
setelah getasi 34 minggu dalam upaya untuk mengubah presentasi bokong menjadi
presentasi kepala.
Seksualitas
Dapat primigravida atau grand multipara,uterus mungkin distensi berlebihan karena
hidramnion,gestasi multipel.janin besar atau grand multiparis.
5. Pemeriksaan Fisik
Kepala
rambut tidak rontok, kulit kepala bersihtidak ada ketombe
Mata
Biasanya konjungtiva anemis
Thorak
Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan, biasanya ada bagian paru yang
tertinggal saat pernafasan
Abdomen
Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak awal persalinan atau
menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi dan sikap anak normal atau
tidak, raba fundus keras atau lembek, biasanya anak kembar/ tidak, lakukan perabaab
pada simpisis biasanya blas penuh/ tidak untuk mengetahui adanya distensi usus dan
kandung kemih.
Vulva dan Vagina
Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem pada vulva/ servik,
biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya kemajuan persalinan, biasanya teraba
jaringan plasenta untuk mengidentifikasi adanya plasenta previa
Panggul
Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentukpanggul dan kelainan
tulang belakang

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d tekanan kepala pada servik, partus lama, kontraksi tidak efektif
2. Resiko tinggi cedera terhadap maternal(ibu) b/d penurunan tonus otot/poa kontraksi
otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.
3. Resiko tinggi kekurangan cairan b/d hipermetabolisme, muntah, pembatasan masukan
cairan
4. Resiko tinggi infeksi b/d rupture membrane, tindakan invasive
5. Cemas b/d persalinan lama

3. INTERVENSI
1. Nyeri akut b/d tekanan kepala pada servik, partus lama, kontraksi tidak efektif
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi/ nyeri berkurang
Kriteria :
- Klien tidak merasakan nyeri lagi
- Klien tampak rilek
- Kontraksi uterus efektif
- Kemajuan persalinan baik
Intervensi :
1. Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri, kaji kontraksi uterus, hemiragic dan nyeri
tekan abdomen
R/ Membantu dalam mendiagnosa dan memilih tindakan, penekanan kepala pada
servik yang berlangsung lama akan menyebabkan nyeri
2. Kaji intensitas nyeri klien dengan skala nyeri
R/ Setiap individu mempunyai tingkat ambang nyeri yang berbeda, denga skala
dapat diketahui intensitas nyeri klien
3. Kaji stress psikologis/ pasangan dan respon emosional terhadap kejadian
R/ Ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat derajat
ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan takut nyeri
4. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang dan aktivitas untuk mengalihkan nyeri,
Bantu klien dalam menggunakan metode relaksasi dan jelaskan prosedur
R/ Teknik relaksasi dapat mengalihkan perhatian dan mengurangi rasa nyeri
5. Kuatkan dukungan social/ dukungan keluarga
R/ Dengan kehadiran keluarga akan membuat klien nyaman, dan dapat
mengurangi tingkat kecemasan dalam melewati persalinan, klien merasa
diperhatikan dan perhatian terhadap nyeri akan terhindari
6. Kolaborasi :
- Berikan narkotik atau sedative sesuai instruksi dokter
R/ Pemberian narkotik atau sedative dapat mengurangi nyeri hebat
- Siapkan untuk prosedur bedah bila diindikasikan
2. Resiko tinggi cedera terhadap maternal(ibu) b/d penurunan tonus otot/poa kontraksi
otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.
Tujuan : setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam tidak terjadi cedera
pada ibu
Criteria hasil :
- Tidak ada laserasi derajat 3 atau 4.
- Tidak ada ruptur
Intervensi :
1. Tinjau ulang riwayat persalinan,awitan dan durasi
R/ Membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab,
kebutuhan pemeriksaan diagnostik dan intervensi yang tepat
2. Catat waktu/jenis obat.hindari pemberian narkotik dan anastesi blok epidural
sampai serviks dilatasi 4 cm.
R/ Sedatif yang diberikan terlalu dini dapat menghambat atau menghentikan
persalinan.
3. Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai,serta aktifitas dan istirahat,sebelum
awitan persalinan
R/ Kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan disfungsi sekunder, atau
mungkin akibat dari persalinan lama
4. Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik
R/ Disfungsi kontraksi dapat memperlama persalinan,meningkakan resiko
komplikasi maternal/janin
5. Catat kondisi serviks.pantau tanda amnionitis.catat peningkatan suhu atau jumlah
sel darah putih;catat bau dan rabas vagina
R/ Serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi, menghambat penurunan
janin/kemajuan persalinan. terjadi amniositis secara langsung dihubungkan
dengan lamanya persalinan sehingga melahirkan harus terjadi dalam 24 jam
setelah pecah ketuban
6. Catat penonjolan,posisi janin dan presentase janin
R/ Digunakan sebagai indikator dalam mengidentifikasi persalinan yang lama
7. Anjurkan klien berkemih setiap1-2 jam.kaji terhadap penuhan kandung kemih
diatas simfisis pubis
R/ Kandung kemih dapat menghambat aktifitas uterus dan mempengaruhi
penurunan janin
8. Tempatkan klien pada posisi rekumben lateral dan anjurkan tirah baring atau
ambulasi sesuai toleransi
R/ Ambulasi dapat membantu kekuatan gravitasi dalam merangsang pola
persalinan normal dan dilatasi serviks
9. Bantu dengan persiapan seksio sesaria sesuai indikasi untuk malposisi, CPD atau
cincin bandl
R/ Melahirkan seksio sesari segera diindifikasikan untuk cincin bandl untuk
distres janin karena CPD
3. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d status hipermetabolik, muntah,
diaforesis hebat, diuresis ringan berhubungan dengan pemberian oksitosin.
Tujuan : setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam tidak terjadi defisit
cairan tubuh
Kriteria hasil : - TTV di batas normal
- Kulit elastis
- CRT < 2 detik
- Mukosa lembab
- DJJ 160- 180 x/menit
Intervensi :
1. Pantau masukan dan keluaran cairan
R/ Membandingkan apakah pemasukan dan pengeluaran seimbang sehingga tidak
terjadi dehidrasi
2. Pantau tanda vital. Catat laporan pusing pada perubahan posisi
R/ Peningkatan frekuensi nadi dan suhu ,dan perubahan tekanan darah ortostatik
dapat menandakan penurunan volume sirkulasi
3. Kaji elastisitas kulit
R/ Kulit yang tidak elastis menandakan terjadi dehidrasi
4. Kaji bibir dan membran mukosa oral dan derajat saliva
R/ Membran mukosa atau bibir yang kering dan penurunan saliva adalah
indikator lanjut dari dehidrasi
5. Perhatikan respon denyut jantung janin yang abnormal
R/ Indikasi menunjukkan efek dehidrasi maternal dan penurunan perfusi
6. Berikan masukan cairan adekuat melalui pemberian minuman > 2500 liter
R/ Pemenuhan cairan pada mengurangi dehidrasi
7. Berikan cairan secara intravena
R/ Larutan parenteral mengandung elektrolit dan glukosa dapat memperbaiki atau
mencegah ketidakseimbangan maternal dan janin serta apat menurunkan
keletihan maternal
DAFTAR PUSTAKA

Mochlar, Rustam. 1990. Synopsis Obstetric. Jakarta : EGC

FKUI Universitas Padjajaran. 1983. Uji Diri Obstetric dan ginekologi.


Bandung : Eleman

Wiknojosastro, Hanifa. 1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawihardjo

Chandranita, ida ayu, dkk. 2009. Buku ajar patologi obstetric untuk mahasiswa
kebidanan. Jakarta:EGC

Farrer, Helen. 2001. Perawatan meternitas edisi II. Jakarta: EGC


PATOFISIOLOGI

Kelainan tenaga Kelainan bentuk dan letak Kelainan jalan lahir


janin (janin besar,letsu )
Kurang pengetahuan ttg PAP sempit
cara mengejan dg benar

Kontraksi tdk
sinkron dg tenaga Janin kesulitan
melewati PAP
Tenaga cepat habis

Kesulitan persalinan/ macet


DISTOSIA

Tonus otot Partus lama

Obstruksi mekanis Penekanan pd jalan Penekanan kepala Energy ibu J


pd penurunan janin lahir janin pd panggul terp
hipermetabolisme lama
Menekan saraf
Resiko cedera Resiko cedera
maternal Path
Respon hipotalamus janin Resiko
kekurangan vol.
Pengeluaran mediator nyeri cairan dan
elektrolit Re
Respon nyeri

Nyeri akut

You might also like