Professional Documents
Culture Documents
Skenario 1 ANEMIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Pengertian Berbagai istilah sehubungan dengan anemia dan KEK (kekurangan
energi kronis)
Anemia gizi : adalah kekurangan hemoglobin (dalam darah) yang disebabkan karena
kekurangan zat gizi yang di perlukan untuk di pembentukan Hb tersebut. di indonesia
sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut
anemia kekurangan zat besi atau Anemia gizi besi .
Remaja putri : adalah nama peralihan dari anak menjadi dewasa di tandai dengan
perubahan fisik dan mental. Perubahan fisik ditandai dengan berfungsinya alat reproduksi
seperti menstruasi (umur 10 - 19 tahun).
Wanita usia subur (WUS) : adalah wanita pada masa atau periode dimana dapat
mengalami proses reproduksi. Ditandai masih mengalami menstruasi (umur 15-45 tahun).
komunikasi , informasi edukasi (KIE) : adalah berbagai kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan , sikap dan perilaku yang dalam hal ini berkaitan dengan
anemia gizi dan suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) .
Risiko kekurangan energi kronis ( KEK) : adalah keadaan dimana remaja putri/wanita
mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK
bilamana LILA <23,5 Cm.
KEK : adalah keadaan dimana remaja putri / wanita mengalami kekurangan gizi ( kalori
dan protein) yang berlangsung lama atau menahun .
(sumber : http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/pnacp844.pdf ,
http://www.kalbemed.com/Portals/6/KOMELIB/GENITO-URINARY
%20SYSTEM/Obsgyn/Ferofort/pedoman%20anemia%20gizi.pdf)
2. Sasaran
a. Langsung : Remaja Putri dan Wanita Usia Subur
b. Tidak Langsung :
1. Remaja Putra
2. Guru/pendidik
3. Pemuka agama
4. Ketua Organisasi Kepemudaan
5. Ketua Organisasi dan LSM
6. Ketua federasi pekerja sektor non formal
7. Petugas kesehatan (puskesmas)
8. Tempat kerja
9. Distributor
10. Masyarakat umum
C. Kegiatan operasional penanggulangan anemia gizi untuk remaja putri dan wanita
usia subur
Kegiatan penanggulangan anemia gizi untuk remaja putri dan wanita usia subur adalah
melakukan promosi atau kampanye tentang anemia kepada masyarakat luas, ditunjang
dengan kegiatan penyuluhan kelompok serta konseling yang ditujukan secara langsung
pada remaja putri dan wanita usia subur melalui wadah yang sudah ada di masyarakat
seperti sekolah, pesantren, tempat kerja (formal atau informal), organisasi dan LSM
bidang kepemudaan, kesehatan, keagamaan dan wanita. Untuk alternatif penyelesaian
masalahnya dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
PABRIK
DISTRIBUSI/
Pedagang Besar
Farmasi
APOTIK/TOKO OBAT
REMAJA PUTRI
4. Suplementasi Zat Besi
Pemberian suplemen zat besi menguntungkan karena dapat memperbaiki status
hemoglobin dalam waktu yang relatif singkat. Di Indonesia pil besi yang umum
digunakan dalam suplementasi zat besi adalah frrous sulfat.
5. Meningkatkan Konsumsi Pangan Mengandung Zat Besi
Faktor utama yang menyebabkan terjadinya anemia besi adalah kurangnya
konsumsi zat besi yang berasal dari makanan, atau rendahya absorbsi zat besi
yang ada dalam makanan. Ketersediaan zat besi dari makanan yang tidak
mencukupi kebutuhan tubuh akan mengakibatkan tubuh mengalami anemia besi.
Konsumsi makanan yang cukup jumlahnya dan macamnya akan menjamin
kesehatan. Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan
yang berasal dari hewani.
6. Mengatur Pola Makan
Dengan memperhatikan pola makan, diharapkan kebutuhan zat besi pada masing-
masing individu dapat terpenuhi sebagaimana yang dibutuhkan, dengan cara
menerapkan pola makan yang baik dan bergizi seimbang.
7. Deteksi dini Kurang Energi Kronis (KEK) :
a. Dilakukan setiap tahun dengan mengukur Lingkar Lengan Kiri Atas
(LILA) dengan memakai pita LILA
b. Pada Remaja Putri/ Wanita yang LILA-nya <23,5 cm berarti menderita
Resiko Kurang Energi Kronis (KEK), yang harus dirujuk ke Puskesmas/
sarana pelayanan kesehatan lain, untuk mendapatkan konseling dan
pengobatan.
c. Pengukuran LILA dapat dilakukan oleh remaja putri atau wanita itu
sendiri, kader atau pendidik. Selanjutnya konseling dapat dilakukan oleh
petugas gizi di Puskesmas (Pojok Gizi), sarana kesehatan lain atau petugas
kesehatan/gizi yang dating ke sekolah, pesantren dan tempat kerja.
2.. Daerah Tingkat II :Kantor Depdikbud, Kandepkes, Dinkes, dan Kantor Depag
Kabupaten/ Kotamadya :
3. Daerah Tingkat I :
a. Merencanakan kebutuhan paket penyuluhan/kurikulum kesehatan dan
gizi,pengadaan dan distribusi untuk tiap kabupaten/kotamadya.
E. Evaluasi program
Untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan program Penanggulangan Anemia
Gizi untuk Remaja Putri/WUS, perlu dilakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan. Kegiatan
evaluasi meliputi :
A.Kelancaran logistik dan dana.
B.Pelaksanaan kegiatan penyuluhan, pembinaan deteksi dini dan konseling.
C.Survei Cepat Kelainan Gizi.
D.Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT).
E.Penelitian atau studi.
Indikator keberhasilan antara lain :
A.Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (PSP) Remaja Putri/Wanita
tentanganemia gizi.
B. Cakupan distribusi dan konsumsi Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri/Wanita.
C. Kepatuhan minum Tablet Tambah Darah.
D. Menurunnya prevalensi anemia pada Wanita Usia Subur khususnya Remaja Putri.
Hasil evaluasi sangat bermanfaat sebagai bahan perencanaan lebih lanjut.
(sumber : http://docplayer.info/160293-Pedoman-penanggulangan-anemia-gizi-untuk-
remaja-putri-dan-wanita-usia-subur.html (diakses: rabu,09 Maret 2016 pukul 20:52))