You are on page 1of 8

ANGKA KUMAN UDARA DAN LANTAI RUANG RAWAT

INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH


YOGYAKARTA
1 2 3
Windi Wulandari, Adi Heru Sutomo, dan Susi Iravati

Mahasiswa di Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada

Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada

Dosen di Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada

Abstract

One of the objectives of health development is a healthy environment including hospital


environment. The quality of hospital environment becomes one of that needs to be considered,
because of there are some ways of transmission of germ that causing infection could occured through
droplet, airborne or direct contact. The spreading of nosocomial infections in hospitals may occur at
existing facilities in hospital such as theatre or surgery room, emergency room, outpatient installation,
and patient room. To determine the factors those are related to the number of bacteria in the air and
floor of inpatient room of PKU Muhammadiyah Hospital Yogyakarta. The study was an observational
analytic cross-sectional study design. The populations in this study were all of inpatient rooms at PKU
Muhammadiyah Hospital of Yogyakarta. The samples of the observation were all five wards. Data
were collected using a check list, measuring temperature, humidity, lighting, number of bacteria in air
and floor. Data were analyzed using Pearson correlation test to examine the relationship between
variables and using Anova to see the differences. The results showed a significant relationship exists
between the number of patients with air bacteria rate (p = 0.037, r = 0.900), there is no correlation
between the number of waiters and the number of air bacteria amount (p = 0.505, r = 0.400), there is
correlation between the number of visitors and the number of air bacteria (p = 0.037, r = 0.900), there
is no correlation between the number of air bacteria of sanitary room (p = 1.000, r = 0.000), there is no
correlation betwen the number of patients with floor bacteria rate (p = 0.283, r = -0.602), there is no
correlation between the number of waiters with the number of floor bacteria rate (p = 0.420, r = -
0.474), there is correlation between the number of visitors to the number of floor bacteria (p = 0.032, r
= -0.910), there is no correlation between sanitation floor space with a number of bacteria (p = 0.991, r
= -0.007), there is no difference between the number of bacteria by the day (p = 0.82, F = 2.121),
there is no difference in the number of floor bacteria by day (p = 0.226). There is a significant
correlation between the number of patients and the number of visitors to the average air bacteria rate
per week in patient room. The number of patients and the number of visitors are the most powerful
variable correlation contributed to the number of bacteria in the air in patient room PKU
Muhammadiyah hospital Yogyakarta.

Keywords: rate of air bacteria, floor bacteria numbers, inpatient wards, sanitation, hospitals

Abstrak

Salah satu sasaran pembangunan kesehatan adalah lingkungan sehat termasuk lingkungan
rumah sakit. Kualitas lingkungan di rumah sakit menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan,
karena beberapa cara transmisi kuman penyebab infeksi dapat terjadi melalui droplet, airborne
maupun kontak langsung. Penyebaran infeksi nosokomial di rumah sakit dapat terjadi pada fasilitas
yang ada di rumah sakit seperti pada ruang pembedahan atau operasi, ruang gawat darurat, instalasi
rawat jalan, dan ruang rawat inap. Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan angka kuman
udara dan lantai pada ruang rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah. Jenis penelitian ini adalah
observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini
adalah ruangan rawat inap yang ada di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Sampel
penelitian ini adalah total semua ruangan bangsal berjumlah 5 ruangan. Data dikumpulkan dengan
menggunakan check list, pengukuran suhu, kelembaban, pencahayaan, angka kuman udara dan
angka kuman lantai. Analisis data menggunakan korelasi pearson untuk melihat hubungan antar
variabel dan ANOVA untuk melihat perbedaan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan
yang bermakna antara jumlah pasien dengan angka kuman udara (p = 0,037, r = 0,900), tidak
terdapat hubungan jumlah penunggu dengan angka kuman udara (p = 0,505, r = 0,400), terdapat

13
Windi Wulandari, dkk., Angka Kuman Udara dan 14

hubungan antara jumlah pengunjung dengan angka kuman udara (p = 0,037, r = 0,900), tidak terdapat
hubungan antara sanitasi ruang dengan angka kuman udara (p = 1,000, r = 0,000), tidak terdapat
hubungan jumlah pasien dengan angka kuman lantai (p = 0,283, r = -0,602), tidak terdapat hubungan
antara jumlah penunggu dengan angka kuman lantai (p = 0,420, r = -0,474), terdapat hubungan
antara jumlah pengunjung dengan angka kuman lantai (p = 0,032, r = -0,910), tidak terdapat
hubungan antara sanitasi ruang dengan angka kuman lantai (p = 0,991, r = -0,007), tidak ada
perbedaan angka kuman udara berdasarkan hari (p = 0,82, F = 2,121), tidak ada perbedaan angka
kuman lantai berdasarkan hari (p = 0,226). Terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah pasien
dan jumlah pengunjung dengan angka kuman udara rata-rata per minggu di ruang rawat inap. Jumlah
pasien dan jumlah pengunjung merupakan variabel yang paling kuat korelasinya memberikan
kontribusinya terhadap angka kuman udara di ruang rawat inap rumah sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.

Kata Kunci: angka kuman udara, angka kuman lantai, ruang rawat inap, sanitasi, rumah sakit

1. PENDAHULUAN kuman penyebab infeksi dapat terjadi melalui


Perwujudan kualitas lingkungan yang droplet, airborne maupun kontak langsung.
sehat merupakan bagian pokok di bidang Dengan demikian penyebab penyakit dapat
kesehatan. Udara sebagai komponen berada di udara, lantai, dinding maupun
lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu peralatan medis (6).
dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya Ruang rawat inap memberikan peluang
sehingga memberikan daya dukung bagi besar bagi pengunjung, pekerja medis, pekerja
makhluk hidup untuk hidup secara optimal (1). non medis, serta pasien pada jam-jam tertentu
Pencemaran udara dewasa ini semakin untuk berinteraksi di dalamnya. Melihat faktor
menampakkan kondisi yang memprihatinkan. pemeliharaan ruangan di rumah sakit seperti
Dampak yang ditimbulkan dari pencemaran kebersihan pada ruang rawat inap berbeda
tersebut menyebabkan penurunan kualitas dengan ruang operasi dan isolasi yang
udara, yang berdampak negatif terhadap menggunakan sterilisasi yang ketat, akses
kesehatan manusia. Kesehatan manusia untuk masuk ke ruang rawat inap lebih mudah
sangat dipengaruhi oleh kualitas udara dalam mengingat kepentingan berkunjung ke ruang
ruangan, di daerah perkotaan 80% dari rawat inap lebih tinggi dibandingkan dengan
kegiatan individu atau manusia berada dalam ruang cuci atau dapur. Lantai ruang perawatan
ruangan (2). Penelitian yang dilakukan The di rumah sakit merupakan salah satu media
National Institute of Occupational Safety and selain udara yang menjadi tempat untuk
Health (NIOSH) terhadap 446 bangunan dan bertebarnya berbagai jenis mikroorganisme (6).
gedung di Amerika, menemukan bahwa Data mengenai kejadian, angka
terdapat 5 sumber pencemar udara dalam kesakitan dan angka kematian infeksi
ruangan yaitu pencemaran dari alat-alat dalam nosokomial di Indonesia masih langka, tetapi
gedung (17%), pencemaran di luar gedung diperkirakan cukup tinggi mengingat keadaan
(11%), pencemaran akibat bahan bangunan rumah sakit dan kesehatan umum relatif belum
(3%), pencemaran akibat mikroba (5%), begitu baik.Survei sederhana yang telah
gangguan ventilasi udara (52%), dan sumber dilakukan oleh Subdit Surveilans Direktorat
yang belum diketahui (25%) (3). Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan
Salah satu sasaran pembangunan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Ditjen
kesehatan adalah lingkungan sehat termasuk PPM&PLP) di 10 rumah sakit umum tahun
lingkungan rumah sakit. Rumah sakit menjadi 1987, menunjukkan angka infeksi nosokomial
salah satu tempat terjadinya pencemaran cukup tinggi yaitu 6% hingga 16% dengan
lingkungan, gangguan kesehatan dan atau rerata 9,8%. Menurut Hasyim (2005) di Jakarta
dapat menjadi tempat penularan penyakit (4). prevalensi infeksi nosokomial sebesar 41,1%,
Pemerintah Indonesia telah mengatur di Surabaya 73,3% dan Yogyakarta 5,9%.
persyaratan kualitas udara di rumah sakit Jumlah pasien, pengunjung dan
dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI penunggu merupakan sekelompok orang yang
No.1204/MENKES/SK/X/2004. Sebagai suatu menjadi sumber bakteri dalam ruang
institusi, rumah sakit memberikan pelayanan perawatan. Bakteri pada orang dapat
kesehatan dalam rangka mengobati dan ditemukan pada kulit, hidung dan mulut (7).
menyembuhkan penderita, sehingga Jumlah pasien, penunggu dan pengunjung dari
didapatkan kondisi yang sehat dan terbebas hari pertama dengan hari berikutnya akan
dari penyakit (5). Kualitas lingkungan di rumah berbeda-beda. Pada hari-hari tertentu seperti
sakit menjadi salah satu hal yang perlu akhir pekan atau hari libur jumlah pengunjung
diperhatikan, karena beberapa cara transmisi bisa melebihi dari hari biasanya. Sejumlah
15 Jurnal Berkala Kesehatan, Vol. 1, No. 1, November 2015 : 13-20

mikroorganisme pada udara dan lantai ruang 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


perawatan dipengaruhi oleh faktor pembawa
yang ikut berperan terhadap penyebaran Tabel 1. Uji Normalitas Data
Variabel p Distribusi
mikroorganisme tersebut. Kuman udara 0,04 Tidak Normal
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Kuman lantai 0,800 Normal
Yogyakarta merupakan rumah sakit swasta Jumlah pasien 0,229 Normal
yang terletak di Kota Yogyakarta. Rumah Sakit Jumlah penunggu 0,567 Normal
Jumlah pengunjung 0,552 Normal
PKU Muhammadiyah memiliki ruang rawat inap
jenis kelas utama (VIP) dan kelas bangsal. Sanitasi ruang 0,481 Normal
Jumlah pasien dan pengunjung setiap hari
cukup padat. Ruang rawat inap kelas bangsal Tabel 1 menunjukkan bahwa, distribusi
terdapat lebih dari 3 tempat tidur untuk pasien data dari variabel angka kuman udara adalah
dan rentan untuk terjadinya penularan penyakit tidak terdistribusi normal (p < 0,05), sedangkan
melalui udara. distribusi data dari variabel angka kuman lantai,
jumlah pasien, jumlah penunggu, jumlah
2. METODE pengunjung dan sanitasi ruang adalah
Jenis penelitian ini adalah observasional terdistribusi normal (p > 0,05).
analitik dengan disain penelitian cross
sectional. Populasi penelitian ini adalah ruang Tabel 2. Karakteristik Subjek Untuk Variabel Numerik
bangsal yang ada di Rumah Sakit PKU Standar
Variabel Mean Min Maks
deviasi
Muhammadiyah Yogyakarta. Objek dalam
penelitian ini adalah udara dan lantai bangsal Kuman 108,83 20,37 96,1. 145
udara CFU/
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta m3
yang berjumlah 5 ruangan. Pemilihan objek Kuman 3,803 0,43 3,1 4,3
penelitian adalah secara purposive sampling. lantai CFU/c
Pemilihan sampel ini berdasarkan jumlah m2
Jumlah 9 3,42 5 12
ruangan yang jumlah tempat tidurnya diisi pasien
pasien paling banyak.
Jumlah 10 3,66 6 14
Instrumen yang digunakan dalam penunggu
penelitian ini adalah thermometer untuk
Jumlah 22 13,21 6 42
mengukur suhu dalam ruangan, hygrometer pengunjung
untuk mengukur kelembaban dalam ruangan,
Sanitasi ruang 6,74 1,01 5.3 8,1
lux meter untuk mengukur pencahayaan, check
Suhu 32,09 0,43 31,6 32,6
list untuk observasi, MAS (microbial air 0
C
sampler) untuk mengambil sampel angka Kelembaban 64,86 2,55 62,4 68,3
kuman udara, dan swab lantai untuk mengambil %
sampel angka kuman lantai. Pencahayaan 42,23 37,39 12,7 83,2
lux
Analisis data dalam penelitian ini terdiri
atas analisis univariabel dan bivariabel. Analisis
Tabel 2 menunjukkan bahwa, rata-rata
univaribel digunakan untuk melihat distribusi
kuman udara dalam ruangan adalah 108,83
dari tiap variabel yang meliputi: jumlah pasien, 3
CFU/m , dengan jumlah kuman udara terendah
jumlah penunggu, jumlah pengunjung, sanitasi 3
96,1 CFU/m dan jumlah kuman udara tertinggi
ruangan, dan angka kuman. Analisis bivariabel 3
145 CFU/m . Angka kuman udara dalam
digunakan untuk mengidentifikasi ada tidaknya
penelitian ini sesuai dengan Kepmenkes
korelasi antar 2 variabel, yaitu variabel bebas
Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004, yaitu untuk
dan variabel terikat. Uji statistik yang digunakan 3 (5)
ruang perawatan antara 200-500 CFU/m .
untuk melihat hubungan kedua variabel
Rata-rata kuman lantai dalam ruangan adalah
menggunakan korelasi pearson dan uji statistik 2
3,803 CFU/cm , dengan jumlah kuman lantai
yang digunakan untuk melihat perbedaan 2
terendah 3,1 CFU/cm dan jumlah kuman lantai
angka kuman udara dan lantai berdasarkan 2
tertinggi 4,3 CFU/cm . Angka kuman lantai
perbedaan hari menggunakan uji Anova.
dalam ruangan sudah sesuai dengan
Analisis multivariabel dilakukan untuk
Kepmenkes Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004
mengetahui variabel independen yang
untuk ruang perawatan yaitu antara 5-10
mempunyai pengaruh paling besar terhadap 2
CFU/cm . Hasil uji ini menunjukkan bahwa
variabel dependen. Uji statistik yang digunakan
angka kuman udara dan lantai dalam ruangan
adalah Regresi Linier dengan tingkat
masih sesuai dengan standar yang ditetapkan
kemaknaan sebesar p<0,05 dengan
oleh Kepmenkes . Angka kuman udara dan
confidence interval (CI) 95%.
lantai dalam ruangan yang masih sesuai
standar tersebut dapat dipengaruhi oleh
Windi Wulandari, dkk., Angka Kuman Udara dan 16

baiknya sanitasi ruangan yang dilakukan oleh pengunjung (7). Pasien di dalam ruang rawat
pihak rumah sakit. inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, tidak
Jumlah pasien rata-rata dalam satu dipisahkan antara pasien yang mempunyai
minggu 9 orang, dengan nilai minimum 5 orang penyakit menular dan tidak menular. Kamar 4
dan nilai maksimum 12 orang. Jumlah terdapat pasien yang mempunyai penyakit TBC
penunggu rata-rata dalam satu minggu adalah (Tuberculosis), aktivitas pasien TBC seperti
10 orang dengan nilai minimum 6 dan nilai batuk, bersin, dan berbicara dapat
maksimum 14. Jumlah pengunjung rata-rata menyebarkan bakteri pathogen ke udara.
dalam 1 minggu adalah 22, orang dengan nilai Aktifitas tersebut bisa memungkinkan terjadinya
minimum 6 orang dan nilai maksimum 42 penularan penyakit dalam ruang rawat inap.
orang. Sanitasi ruang rata-rata dalam 1 minggu Padatnya jumlah pasien di kamar 4 juga bisa
adalah 6,74 dengan nilai minimum 5,3 dan nilai menjadi faktor bertambahnya angka kuman
maksimum 8,1. Suhu rata-rata dalam 1 minggu udara di ruang rawat inap. Pada saat
0 0
adalah 32,09 C dengan nilai minimum 31,6 C pengambilan sampel dilakukan, kamar 4
0
dan nilai maksimum 32,6 C. Kelembaban rata- terdapat pasien yang memiliki penyakit TBC
rata dalam 1 minggu adalah 64,86%, dengan dan ada aktivitas batuk-batuk pada saat
nilai minimum 62,4% dan nilai maksimum pengambilan sampel udara. Angka kuman
68,3%. Untuk pencahayaan rata-rata dalam 1 udara di ruang rawat inap Rumah Sakit PKU
minggu adalah 42,23 lux, dengan nilai minimum Muhammadiyah sudah memenuhi standar,
12,7 lux dan nilai maksimum 83,2 lux. meskipun sudah memenuhi standar dari
Kepmenkes akan tetapi masih perlu
Tabel 3. Uji Bivariabel Angka Kuman Udara Di Ruang diperhatikan karena penularan penyakit tetap
Rawat Inap
bisa terjadi melalui udara dan pasien di kamar 4
Angka kuman udara
Variabel P berisiko tertular penyakit yang terjadi melalui
Koefisien korelasi (r)
udara.
Jumlah pasien 0,900 0,037
Jumlah penunggu 0,400 0,505 3.2. Hubungan antara Jumlah Penunggu
Jumlah pengunjung 0,900 0,037 dengan Angka Kuman Udara
Sanitasi ruangan 0,667 0,219 Hasil uji bivariabel menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan bermakna antara
3.1. Hubungan Jumlah Pasien dengan jumlah penunggu dengan angka kuman udara
Angka Kuman Udara rata-rata per minggu, karena diperoleh nilai p =
Hasil uji menunjukkan bahwa terdapat 0,505 (p>0,05). Nilai koofisien korelasi (r)
hubungan bermakna antara jumlah pasien sebesar 0,400. Nilai koofisien korelasi
dengan angka kuman udara rata-rata per menunjukan korelasi yang lemah, korelasi ini
minggu, nilai p = 0,037 (p < 0,05). Nilai menggambarkan bahwa bukan hanya jumlah
koefisien korelasi menunjukkan nilai korelasi penunggu yang mempengaruhi angka kuman
positif dengan kekuatan yang sangat kuat udara di dalam ruangan, tetapi juga tingkat
antara jumlah pasien dengan angka kuman aktivitas di dalam ruangan dan tingkat
udara (r = 0,900). Hasil uji korelasi bertanda kebersihan ruangan. Hasil ini sesuai dengan
positif, berarti bahwa semakin banyak jumlah penelitian yang menunjukkan hubungan jumlah
pasien yang ada dalam ruang rawat inap orang dalam ruangan dengan kosentrasi jamur
semakin tinggi pula rata-rata angka kuman di udara (11). Tidak adanya hubungan antara
udara per minggu di ruang rawat inap Rumah jumlah penunggu dengan angka kuman udara,
Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil dimungkinkan karena keberadaan
ini sesuai dengan hasil penelitian yang mikroorganisme pada udara ruang perawatan
menunjukkan, jumlah pasien di bangsal rumah dapat berasal dari lingkungan di luar ruang
sakit mempengaruhi kosentrasi bakteri di udara perawatan, seperti dari tanah yang terbawa
(8). Hasil penelitian lain yang mendukung oleh hembusan angin berupa partikel debu,
penelitian ini menyatakan bahwa percikan air atau dari aktivitas manusia yang
mikroorganisme udara di sebuah gedung tertiup angina (12) . Banyaknya jumlah
singapura dikaitkan dengan jumlah penghuni penunggu di ruang rawat inap Rumah Sakit
yang ada di dalamnya (9). Droplet yang PKU Muhammadiyah Yogyakarta tidak
terbentuk selama aktifitas manusia di ruang menggambarkan tingginya aktivitas manusia di
rawat inap akan masuk dan berdistribusi dalamnya. Aktivitas yang dilakukan di dalam
melalui aliran udara, yang menyebabkan ruangan seperti aktivitas makan, berjalan dan
terjadinya risiko penularan infeksi yang berbicara membuat aktivitas di dalam ruangan
berbahaya (10). Mikroorganisme udara yang cukup tinggi ditambah dengan jumlah orang
ditemukan di rumah sakit, pada umumnya lebih banyak lagi. Akan tetapi, dengan jumlah
bersumber dari staf rumah sakit, pasien dan orang yang banyak dimungkinkan orang tidak
17 Jurnal Berkala Kesehatan, Vol. 1, No. 1, November 2015 : 13-20

melakukan kegiatan pada ruangan tersebut, kondisi sanitasi ruang rawat inap yang cukup
sehingga angka kuman udara bisa bervariasi. baik, seperti sanitasi langit-langit dinding dan
lantai beberapa ruang rawat inap terlihat bersih.
3.3. Hubungan antara Jumlah Pengunjung Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
dengan Angka Kuman Udara penelitian mengenai angka kuman udara di
Hubungan antara jumlah pengunjung ruang persalinan, penelitian tersebut
dengan angka kuman udara rata-rata per menjelaskan bahwa sebagian besar ruang
minggu menunjukkan hubungan yang persalinan dengan kondisi sanitasi yang tidak
bermakna, karena diperoleh nilai p = 0,037 baik menunjukkan kualitas angka kuman udara
(p<0,05). Nilai koefisien korelasi menunjukkan yang tidak memenuhi syarat (89,5%),
nilai korelasi positif dengan kekuatan yang sedangkan ruangan dengan kondisi sanitasi
sangat kuat antara jumlah pengunjung dengan yang baik terdapat 53,5% ruangan dengan
angka kuman udara (r = 0,900). Hasil uji kondisi kualitas angka kuman udara memenuhi
bertanda positif, berarti semakin banyak syarat dan 46,7% tidak memenuhi syarat
.
pengunjung yang datang maka semakin kualitas angka kuman udara (17) Faktor yang
meningkat pula rata-rata angka kuman udara dapat mempengaruhi rendahnya angka kuman
per minggu di ruang rawat inap. Pengunjung udara di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
merupakan salah satu sumber pencemaran di Yogyakarta antara lain sanitasi rumah sakit
dalam ruang perawatan, misalnya dari saluran yang sudah baik dan waktu pengambilan
pernapasan manusia yang disemprotkan sampel. Sanitasi ruang rawat inap di Rumah
melalui batuk dan bersin, dan partikel-partikel Sakit PKU Muhammadiyah sudah baik, jendela
debu yang terkandung dalam tetes-tetes cairan pada masing-masing kamar selalu terbuka
berukuran besar dan tersuspensikan, dan sehingga sirkulasi udara dapat terjadi dengan
dalam inti tetesan yang terbentuk bila titik-titik baik. Pengambilan sampel di kamar 1 letak alat
cairan berukuran kecil menguap(13,14). Hasil MAS pada saat alat bekerja berada di depan
ini sesuai dengan penelitian yang menunjukkan kipas angin, pada waktu alat bekerja kipas
bahwa jumlah pengunjung berpengaruh angin dalam ruangan menyala. Seharusnya
terhadap perubahan jumlah angka kuman di pada saat pengambilan sampel kipas angin
ruang rawat inap ber-AC (15). Namun pada posisi tidak menyala, karena
perbedaannya, dalam penelitian tersebut memungkinkan kuman di udara maupun debu
kekuatan korelasi lemah, Perbedaan ini dapat yang membawa kuman terhisap atau
terjadi karena penelitian dilakukan di ruang menempel pada kipas, sehingga kuman udara
rawat inap ber AC dan AC dapat mengontrol tidak dapat tertangkap oleh alat MAS. Sanitasi
suhu dan kelembaban dalam ruangan sehingga ruangan juga berkaitan dengan kontruksi
kuman udara dapat terkendali. Jumlah bakteri bangunan, ruang rawat inap mempunyai
dan spora di gedung dengan AC kemungkinan ventilasi yang sudah memenuhi syarat yaitu
akan lebih sedikit daripada gedung tanpa AC 15% dari luas ruangan, jendela dan pintu pada
(2). penggunaan AC (air conditioner) dapat siang hari selalu terbuka sehingga ada
mengurangi kosentrasi aspergilli di lingkungan pertukaran udara dan pencahayaan yang baik.
(16). Hasil observasi pada saat penelitian ini
menunjukkan, hari sabtu dan minggu jumlah Tabel 4. Uji Bivariabel Angka Kuman Lantai Di Ruang
Rawat Inap
pengunjung mengalami peningkatan.
Angka kuman lantai
Pengunjung masuk ke dalam ruang rawat inap Variabel P
secara bersama-sama, hal ini yang Koefisien korelasi (r)
Jumlah pasien -0,602 0,283
memungkinkan banyaknya angka kuman udara
Jumlah penunggu -0,474 0,420
di ruang rawat inap. Pengunjung yang masuk
bersama-sama dapat meninggalkan kuman Jumlah -0,910 0,032
pengunjung
yang dibawa dari luar, dengan aktivitas Sanitasi ruangan -0,426 0,474
pengunjung yang sangat banyak seperti
berbicara dan berjalan dapat mengakibatkan
debu yang membawa kuman berterbangan di 3.5. Hubungan antara Jumlah Pasien
ruangan. dengan Angka Kuman Lantai
Hasil uji menunjukkan bahwa tidak
3.4. Hubungan antara Sanitasi Ruang terdapat hubungan yang bermakna antara
dengan Angka Kuman Udara jumlah pasien dengan angka kuman lantai rata-
Hasil uji bivariabel pada tabel 3 rata per minggu, karena diperoleh nilai p
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan (0,283). Koefisien korelasi (r) sebesar -0,602
yang bermakna antara sanitasi ruangan dengan menunjukkan korelasi negatif yang artinya
angka kuman udara rata-rata per minggu, semakin banyak jumlah pasien maka akan
karena diperoleh nilai p (0,219). Hal ini karena menurunkan angka kuman lantai. Hal ini berarti
bahwa korelasi antara jumlah pasien dengan
Windi Wulandari, dkk., Angka Kuman Udara dan 18

angka kuman lantai tidak nyata. Hasil penelitian 3.7. Hubungan antara Jumlah Pengunjung
ini sesuai dengan penelitian yang menunjukkan dengan Angka Kuman Lantai
bahwa jumlah pasien tidak berhubungan Hubungan antara jumlah pengunjung
(18)
dengan angka kuman lantai. Hasil observasi dengan angka kuman lantai rata-rata per
terhadap jumlah pasien pada waktu penelitian, minggu di ruang rawat inap, menunjukkan
setiap kamar yang diobservasi selalu terdapat bahwa ada hubungan yang signifikan
pasien. Faktor yang mempengaruhi jumlah ditunjukkan dengan nilai p (0,032). Nilai
angka kuman lantai tersebut karena frekuensi koefisien korelasi (r) = -0,910 menunjukkan
pengepelan dan pembersihan lantai yang korelasi negatif dengan kekuatan yang sangat
dilakukan pihak Rumah Sakit PKU kuat antara jumlah pengunjung dengan angka
Muhammadiyah Yogyakarta sebanyak 4 kali kuman lantai. Korelasi negatif menunjukkan
dalam 1 hari. Pengepelan dan pembersihan bahwa semakin banyak jumlah pengunjung
lantai dilakukan pada pagi hari, siang hari semakin kecil angka kuman lantai. Jumlah
setelah jam berkunjung, sore hari dan malam pengunjung bukan menjadi faktor yang paling
hari. Penggunaan desinfektan untuk berperan dalam mempengaruhi angka kuman
pengepelan juga dapat mempengaruhi jumlah lantai. Adanya hubungan antara jumlah
angka kuman lantai di ruang rawat inap Rumah pengunjung dengan angka kuman lantai
Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. setiap dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan oleh
kali melakukan pengepelan lantai pengunjung di dalam ruangan seperti berjalan
menggunakan desinfektan. dapat meninggalkan mikroorganisme di lantai.
Pengunjung yang datang berpotensi membawa
3.6. Hubungan antara Jumlah Penunggu mikroorganisme dari luar yang dibawa melalui
dengan Angka Kuman Lantai alas kaki dari aktivitas berjalan. Lingkungan di
Hasil uji hubungan antara jumlah luar rumah sakit merupakan sumber
penunggu dengan angka kuman lantai pencemaran karena sanitasinya kurang terjaga,
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan sehingga memungkinkan banyak
yang bermakna, karena diperoleh nilai p mikroorganisme yang hidup, kemudian dibawa
(0,420). Koefisien korelasi sebesar -0,474 masuk ke rumah sakit melalui perantara
menunjukkan korelasi negatif yang artinya pengunjung.
semakin banyak jumlah penunggu maka akan
menurunkan angka kuman lantai. Hal ini berarti 3.8. Hubungan antara Sanitasi Ruang
bahwa korelasi antara jumlah penunggu dengan Angka Kuman Lantai
dengan angka kuman lantai tidak nyata. Hasil Hubungan antara sanitasi ruang dengan
penelitian yang menunjukkan tidak adanya angka kuman lantai rata-rata per minggu di
hubungan antara jumlah penunggu dengan ruang rawat inap, menunjukkan bahwa tidak
angka kuman lantai, kemungkinan disebabkan ada hubungan yang signifikan antara sanitasi
pada waktu observasi penunggu pasien tidak ruang dengan angka kuman lantai ditunjukkan
banyak yang berlalu lalang. Beberapa dengan nilai p (0,474). Nilai koefisien korelasi
penunggu yang berlalu lalang ada yang tidak (r) = -0,426 menunjukkan korelasi negatif
menggunakan alas kaki, penunggu hanya dengan kekuatan yang sangat lemah antara
berjalan ke depan ruang rawat inap dan kamar sanitasi ruang dengan angka kuman lantai.
mandi sehingga aktivitas yang dilakukan tidak Korelasi negatif menunjukkan bahwa semakin
banyak membawa mikroorganisme yang baik sanitasi ruangan maka semakin kecil
menempel di lantai. Waktu pengambilan angka kuman lantai. Berdasarkan hasil
sampel juga mempengaruhi tidak adanya penelitian yang telah dilakukan, sanitasi ruang
hubungan antara jumlah penunggu dengan tidak mempengaruhi angka kuman lantai di
angka kuman lantai, karena pada hari selasa ruang rawat inap. Hal ini karena sanitasi ruang
dan rabu pengambilan sampel kuman lantai yang dilakukan pihak Rumah Sakit PKU
dilakukan setelah pengepelan dan pembersihan Muhammadiyah Yogyakarta sudah baik,
lantai. Sehingga pada saat pengambilan sehingga angka kuman lantai dapat ditekan
sampel lantai sudah bersih, kuman lantai pertumbuhannya. Sanitasi ruang tidak
dimungkinkan sudah banyak yang mati karena mempengaruhi angka kuman lantai rata-rata
pengepelan dilakukan dengan menggunakan per minggu di ruang rawat inap. Sanitasi ruang
desinfektan. Setelah jam berkunjung, aktivitas rumah sakit merupakan salah satu faktor
yang dilakukan oleh pasien maupun penunggu pengendalian yang perlu diperhatikan dalam
juga tidak banyak. Penunggu biasanya pada menurunkan angka infeksi nosokomial,
jam setelah berkunjung mereka hanya di dalam terutama kebersihan ruang perawatan.
ruangan atau menunggu di luar ruangan, Kebersihan lantai ruangan perlu dijaga dengan
sehingga tidak banyak lalu lalang di dalam baik melalui kegiatan pembersihan dengan
ruangan. menggunakan zat desinfektan. Tidak adanya
19 Jurnal Berkala Kesehatan, Vol. 1, No. 1, November 2015 : 13-20

3
hubungan antara sanitasi ruang dengan angka perawatan 200 500 CFU/m . Berdasarkan
kuman lantai, karena pengambilan sampel hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
masing-masing ruangan hanya satu titik diperoleh hasil angka kuman udara sebesar 45
3
sehingga hasil kurang menggambarkan 160 CFU/m . Meskipun indeks angka kuman
keadaan yang sesungguhnya. masih memenuhi persyaratan kesehatan
lingkungan rumah sakit, tidak menutup
Tabel 5. Analisis Multivariabel Angka Kuman kemungkinan untuk terjadinya infeksi
Model 1 Model 2 Model 3 nosokomial mengingat kondisi pasien yang
Variabel p p p dirawat di ruangan tersebut rentan terjadinya
(koefisien (koefisien (koefisien
regresi) regresi) regresi) infeksi karena sistem imun masih lemah.
Jumlah 0,240 0.173
pasien (-4,435) (-3,913) 3.10. Perbedaan angka kuman lantai
Jumlah 0,124 0,46 0,024 berdasarkan perbedaan hari
pengunjung (2,150) (2,108) (1,229)
Sanitasi ruang 0,441 Tabel 7. Angka Kuman Lantai Di Ruang Rawat
(-20,619) Inap
R2 (%) 0,982 0,977 0,927 Per Hari Rerata (CFU/cm2) p
Hari 1 3
Hari 2 5
Setelah dilakukan uji menggunakan
Hari 3 3,6
regresi linier dengan melalui 3 model pengujian, Hari 4 3,4 0,226
diperoleh bahwa faktor yang paling dominan Hari 5 5
mempengaruhi angka kuman adalah jumlah Hari 6 3
pengunjung. Jumlah pengunjung memberikan Hari 7 3,8
kontribusi positif terhadap angka kuman udara
di ruang rawat inap Rumah Sakit PKU Hasil pengujian yang menunjukkan
Muhammadiyah Yogyakarta. Kontribusi positif tidak adanya perbedaan antara angka kuman
diketahui dari koefisien yang positif yaitu 1,229. lantai berdasarkan hari dimungkinkan karena
2
Nilai R sebesar 0,927 yang berarti bahwa frekuensi pembersihan lantai yang dilakukan di
92,7% angka kuman udara di ruang rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah dilakukan
dipengaruhi oleh jumlah pengunjung. secara rutin, sehari empat kali pembersihan
atau pengepelan lantai. Pengepelan dilakukan
3.9. Perbedaan Angka Kuman Udara dengan menggunakan desinfektan jenis lisol
Berdasarkan Perbedaan Hari dan kreolin sehingga hal tersebut yang mungkin
menjadi faktor sedikitnya jumlah angka kuman
Tabel 6. Angka Kuman Udara Di Ruang Rawat Inap lantai di ruang rawat inap Rumah Sakit PKU
Per hari Rerata (CFU/m3) F p Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil penelitian
Hari 1 90 lain menunjukkan efektivitas penggunaan
Hari 2 80,60
Hari 3 131,20
desinfektan dalam menurunkan angka kuman
Hari 4 132,8 2,121 0,82 lantai ruang rawat inap, efektivitas paling tinggi
Hari 5 107,40 dari beberapa jenis desinfektan adalah
Hari 6 106,20 desinfektan merek lisol (19).
Hari 7 113,60

4. PENUTUP
Hasil pengujian yang menunjukkan tidak Berdasarkan hasil penelitian dapat
adanya perbedaan antara angka kuman udara disimpulkan terdapat hubungan antara jumlah
dengan berdasarkan hari dimungkinkan karena pasien dan jumlah pengunjung dengan angka
aktivitas orang yang ada dalam ruang rawat kuman udara rata-rata per minggu, ada
inap setiap hari sama tingginya. Berdasarkan hubungan antara jumlah pengunjung dengan
hasil pengamatan aktivitas yang dilakukan di angka kuman lantai rata-rata per minggu. Tidak
dalam ruang rawat inap seperti makan, terdapat hubungan antara jumlah penunggu
berbicara, dan berlalulalang masing-masing dan sanitasi ruangan dengan angka kuman
ruangan sama. Hari ketiga dan ke empat udara rata-rata per minggu, tidak ada hubungan
semua ruangan mengalami peningkatan jumlah antara jumlah pasien, jumlah penunggu,
pengunjung. Kemungkinan kuman udara sanitasi ruangan dengan angka kuman lantai
terbawa dan menempel pada pengunjung rata-rata per minggu. Tidak terdapat perbedaan
menjadi lebih besar dan kuman terlepas ke angka kuman udara berdasarkan hari, tidak
udara ketika melakukan aktivitas. Hasil terdapat perbedaan angka kuman lantai
pemeriksaan angka kuman udara di Rumah berdasarkan hari.
Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta sudah Berdasarkan kesimpulan tersebut
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh disarankan kepada rumah sakit, tetap menjaga
Kepmenkes tahun 2004 yaitu untuk ruang sanitasi ruang seperti kebersihan dinding,
Windi Wulandari, dkk., Angka Kuman Udara dan 20

langit-langit, kipas angin, ruang rawat inap Singapore. Water, Air, and Soil Pollution.
mendapatkan pencahayaan yang baik dan selalu 2003;144(1-4):333-41.
menjaga sirkulasi udara di ruang rawat inap agar 9. Goh I, Obbard J, Viswanathan S, Huang Y.
angka kuman udara tidak meningkat dan masih Airborne bacteria and fungal spores in the
memenuhi syarat dari Kepmenkes indoor environment. A case study in
no.1204/MENKES/SK/X/2004. Membatasi jumlah Singapore. Acta Biotechnologica.
pengunjung yang masuk ke ruang rawat inap 2000;20(1):67-73.
dalam waktu yang bersamaan, banyaknya 10. Suripatty N, Mintu T. Kajian Kualitas Udara
pengunjung yang ada dalam 1 ruangan dapat beberapa Rumah Sakit di Provinsi Maluku.
meningkatkan angka kuman udara. 2008;2(3).
11. Merlin. Studi Kualitas Udara Mikrobiologis
DAFTAR PUSTAKA dengan Parameter Jamur pada Ruangan
1. Depkes RI. Parameter Pencemar Udara dan Pasien Rumah Sakit (Studi Kasus: Ruang
Dampaknya Terhadap Kesehatan. Jakarta: Rawat Inap Gedung A Rumah Sakit Umum
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; Pusat Nasional DR Ciptomangunkusumo).
2004. Jakarta: Universitas Indonesia; 2012.
2. Prasasti CI, Mukono J, Sudarmaji. Pengaruh 12. Volk W, Wheeler MF. Mikrobiologi Dasar.
Kualitas Udara Dalam Ruangan Ber-AC Jakarta: Erlangga; 1990.
Terhadap Gangguan Kesehatan. Jurnal 13. Irianto K. Mikrobiologi. Bandung: Yrama
Kesehatan Lingkungan. 2005;1(2). Widya; 2007.
3. Aditama TY, Hastuti T. Kesehatan dan 14. Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA.
keselamatan kerja. Jakarta: Universitas Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan.
Indonesia; 2002. Jakarta: EGC; 1991.
4. Haryono. Infeksi Nosokomial Rumah Sakit. 15. Sinaga IR. Hubungan Antara Jumlah
Jakarta: Renika; 2010. Pengunjung Dengan Perubahan Jumlah
5. Kepmenkes RI. Keputusan Menteri Angka Kuman Udara Sebelum Dan Sesudah
Kesehatan Republik Indonesia Nomor Jam Berkunjung Di Ruang Rawat Inap Ber-
1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang AC RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2011:
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Universitas Negeri Semarang; 2012.
Sakit. Direktorat Jenderal Pemberantasan 16. Perdelli F, Sartini M, Spagnolo AM, Dallera M,
Penyakit Menular dan Penyehatan Lombardi R, Cristina ML. A problem of
Lingkungan.2004. hospital hygiene: the presence of aspergilli in
6. Suwarni A, Sutomo AH. Studi Diskriptif Pola hospital wards with different air-conditioning
Upaya Penyehatan Lingkungan features. American journal of infection control.
Hubungannya dengan Rerata Lama Hari 2006;34(5):264-8.
Perawatan dan Kejadian Infeksi Nosokomial 17. Raharja M, Sutomo AH. Angka Kuman Udara
Studi Kasus: Penderita Pasca Bedah Rawat pada Ruang Persalinan Praktik Bidan Swasta
Inap di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta di Kota Banjarbaru. Yogyakarta: Universitas
Provinsi DIY Tahun 1999. Badan Litbang Gadjah Mada; 2012.
Kesehatan Departemen Kesehatan dan 18. Triyantoro B, Sarto, Suwarni A. Faktor
Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta;2001. Penentu Angka Kuman Lantai Ruang
7. Beggs C, Kerr K, Donnelly J, Sleigh P, Mara Perawatan Dahlia RSU Banyumas. Sains
D, Cairns G. An Engineering Approach to The Kesehatan. 2003;16(3).
Control of Mycobacterium Tuberculosis and 19. Palupi R. Efektivitas Beberapa Merek
Other Airborne Pathogens: a UK Hospital Desinfektan Dalam Menurunkan Jumlah
Based Pilot Study. Transactions of the Royal Angka Kuman Pada Lantai Ruang Rawat
Society of Tropical Medicine and Hygiene. Inap Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi
2000;94(2):141-6. Medan Tahun 2005. 2012.
8. Obbard JP, Fang LS. Airborne concentrations
of bacteria in a hospital environment in

You might also like