You are on page 1of 19

BAB I energi alternative, salah satunya adalah gas

PENDAHULUAN mentana batubara (coalbedmethane).

1.1 Latar Belakang Masalah Gas mentana batubara merupakan gas

Peningkatan kebutuhan produksi energi mentana yang didapat dari ekstraksi pada

baik di Indonesia dan bahkan di dunia, lapisan batubara. Gas mentana batubara

menuntut peningkatan produksi bahan bakar merupakan salah satu dari banyak sumber

baik dari sumber daya terbarukan (renewable daya nonkonvesional (unconventional

resources) maupun sumber daya tak resource). Sumber daya nonkonvensional

terbarukan (non-renewable resources). adalah sumber daya yang terdapat pada

Bahan bakar yang di produksi tersebut reservoir permeabilitas dan porositas yang

nantinya akan dapat digunakan untuk rendah, yang menjadikan sumber daya ini

berbagai tujuan. Dengan peralatan dan sulit untuk di peroduksi. Akibatnya,

teknologi yang sudah maju seperti saat ini, diperlukan cara tertentu yang

tidaklah sulit untuk menemukan sumber daya nonkonvensional untuk memproduksi

tersebut dan kemudian meneliti dan sumber daya ini.

mengelolahnya. Gas mentana batubara memiliki

Sumber daya tak terbarukan yang banyak cadangan yang cukup besar di dunia. Selain

di gunakan saat ini adalah hidrokarbon yang itu gas mentana memiliki sifat yang lebih

berupa minyak dan gas bumi. Namun akibat ramah lingkungan jika dibandingkan dengan

yang dilakukannya eksplorasi dan eksploitasi sumber daya konvensional seperti minyak

hidrokarbon secara terus menerus sejak dulu, dan gas bumi. Penggunaan gas mentana

maka hidrokarbon yang sebagai sumber daya batubara sendiri dapat mengurangi. Karena

tak terbarukan mengalami penurunan alasan-alasan tersebut, maka gas mentana

kuantitas cadangan, dan bukannya tidak batubara perlu dipelajari secara lebih

mungkin suatu saat nanti cadangan mendalam agar nantinya dapat digunakan

hidrokarbon habis. Maka dari itu dari itu di semaksimal mungkin .

perlukan sumber daya lain sebagai sumber

1.2 Perumusan Masalah


Penulisan karya tulis Seminar Geologi Batubara adalah bahan-bahan bekas

Tipe 1 ini membahas tentang gas mentana tumbuhan, yang terakumulasi dan membusuk

batubara, terutama gas metana batubara ditempat hidup maupun terangkat dari tempat

biogenik dan termogenik termasuk lain. Batubara adalah bahan bakar hydro-

didalamnya adalah proses pembentukannya carbon padat yang terbentuk dari tumbuhan

dan karakteristiknya. dalam lingkungan bebas oksigen dan terkena

pengaruh panas serta tekanan yang

berlangsung lama.

Batubara berasal dari tumbuh-

tumbuhan, yang terakumulasi dan membusuk

di rawa-rawa. Material-material tumbuhan ini

kemudian tertutup oleh sedimen. Akibat

terjadi timbunan oleh batuan penutup

(overburden) maka terkompresikan, terjadi

pengurangan volume dan juga kehilangan

kandungan airnya. Secara fisik proses

pembatubaraan ini mengalami pengurangan

porositas pelepasan kandungan air dan

pembentukan bahan koloid yang mengendap

pada jaringan tumbuhan yang lebih resisten

dan menjenuhkan jaringan tumbuhan tersebut

(Bouska 1981, Vide Daulay, dkk 1998).

2.2. Pembentukan Batubara

Batubara terbentuk dari sisa

BAB II tumbuhan yang telah mati dan mengalami

TINJAUAN PUSTAKA perubahan fisika dan kimia melalui suatu

2.1. Pengertian Batubara proses yang sangat komplek serta

membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan


juta tahun. Secara sederhana proses 2.2.2. Tahap Drift

pembentukan batubara terbagi atas dua tahap Sedangkan teori drift menjelaskan

yaitu tahap Insitu dan tahap Drift. bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan

batubara letaknya berbeda dengan posisi awal

2.2.1. Tahap Insitu dimana tumbuhan tersebut dulu hidup dan

Dalam teori in-situ dijelaskan bahwa berkembang. Dengan demikian materi

bahan-bahan pembentuk lapisan batubara tumbuh-tumbuhan tersebut kemudian

terbentuk di tempat yang sama dengan terbawa oleh media air menuju suatu tempat

asalnya. Dengan demikian segera setelah akumulasi yang selanjutnya tertutup oleh

tumbuhan tersebut mati belum mengalami batuan sedimen dan mengalami proses

proses transportasi dan segera tertutup coalification (pembatubaraan). Batubara

lapisan sedimen dan mengalami proses yang terbentuk dengan cara ini

coalification (pembatubaraan). Jenis penyebarannya cenderung tidak terlalu luas,

batubara yang terbentuk melalui proses ini memusat pada tempat akumulasinya, dan

penyebarannya cenderung luas dan merata, memiliki kualitas material yang kurang baik

kualitasnya lebih baik karena kadar abunya karena dalam proses transportasinya turut

relatif kecil. Di Indonesia sendiri batubara serta membawa materi-materi pengotor.

yang terbentuk melalui proses ini dapat Batubara yang terbentuk dengan cara ini

ditemukan pada pertambangan Muara Enim, dapat kita temukan pada pertambangan

Sumatera Selatan. batubara delta Mahakam purba, Kalimantan

Gambar 1. Coalification (Pembatubaraan) . Timur.

Sumber:

http://michanarchy.com/2013/10/klasifikasi-

batubara.html

2.2.3. Tahap Biokimia

Tahap ini disebut juga sebagai tahap

pembentukan gambut (peatification).

Peatification yaitu proses biokimia yang


melibatkan hidrolisis, oksidasi dan reduksi, gradient geothermal, dimana pada kedalaman

dan hasil akhir berupa gambut (peat). Faktor- yang semakin besar suhu akan semakin

faktor utama yang berpengaruh adalah pH, bertambah. Namun temperatur dapat juga

Eh, kehadiran udara dan aktivitas dipengaruhi intrusi magma, peluruhan zat

mikroorganisme (Bouska, 1981). Dalam radioaktif, maupun oksidasi bijih sulfur.

pembentukan gambut, sisa tumbuhan yang Sementara faktor tekanan pada lapisan

telah mati akan mengalami proses degradasi batubara disebabkan beban dari batuan

biokimia. Penghancuran material tumbuhan sedimen penutup yang berada diatasnya,

mula-mula terjadi oleh aktivitas bakteri aerob disamping itu juga dapat dipengaruhi oleh

seperti actinomyces dan fungi. Dengan aktivitas tektonik.

bertambahnya kedalaman dan berkurangnya

oksigen, peran bakteri aerob digantikan

bakteri anaeorob yang menguraikan material

tumbuhan seperti karbohidrat, selulosa, dan

protoplasma dalam kondisi sedikit atau tanpa 2.3 Klasifikasi Batubara

oksigen. Secara umum klasifikasi batubara

2.2.4 Tahap Biokimia dan Geokimia dibagi menjadi dua, yaitu klasifikasi batubara

berdasarkan peringkat dan klasifikasi

Tahap ini disebut juga sebagai tahap batubara terpakai.

pembatubaraan (coalification) atau tahap 1. Klasifikasi Batubara Berdasarkan

metamorfosa organik. Proses yang paling Peringkat

berperan adalah proses dinamokimia yang a. Klasifikasi secara umum

dipengaruhi oleh faktor temperatur dan (Bateman, 1960 )

tekanan yang merupakan fungsi dari volume Secara umum batubara dibedakan

sedimen penutup (overburden) dan waktu. dari yang tertinggi hingga terendah

Temperatur merupakan faktor yang menjadi anthracite, bituminous

sangat penting dalam proses pembatubaraan. coal, sub-bituminous coal, lignite

Perubahan temperatur dipengaruhi oleh dan peat.


b. Klasifikasi Menurut Kelompok Tabel 2.2. Klasifikasi Batubara menurut

Batubara ASTM (Bateman, 1960)

- Batubara tingkat tinggi, terdiri

atas meta-anthracite,

anthracite, dan semi-

anthracite.

- Batubara tingkat menengah,

terdiri atas low volatile

bituminous coal dan high


2.4. Mutu Batubara
volatile bituminous coal.
Dalam pemanfaatannya, batubara
- Batubara tingkat rendah, sub-
harus diketahui terlebih dulu kualitasnya. Hal
bituminous coal, lignite, dan
ini dimaksudkan agar spesifikasi mesin atau
peat.
peralatan yang memanfaatkan batubara

sebagai bahan bakarnya sesuai dengan mutu


2. Klasifikasi Batubara Terpakai
batubara yang akan digunakan, sehingga
Menurut ASTM (American Society
mesin mesin tersebut dapat berfungsi
for Testing Materials), klasifikasi batubara
optimal dan tahan lama. Secara umum,
yang terpakai klasifikasi ini didasarkan pada
parameter kualitas batubara yang lazim
kandungan karbon yang terikat, nilai kalor,
digunakan adalah kalori, kadar kelembaban,
serta sifat fisik batubara terhadap
kandungan zat terbang, kadar abu, kadar
agglomeration dan weathering.
karbon, kadar sulfur, ukuran, dan tingkat

ketergerusan, disamping parameter lain

seperti analisis unsur yang terdapat dalam abu

(SiO2, Al2O3, P2O5,Fe2O3, dll), analisis

komposisi sulfur (pyritic sulfur, sulfate

sulfur, organic sulfur), dan titik leleh abu

(ash fusion temperature).


Gambar 4. Pembangkit Listrik Tenaga Uap

Batubara

Mengambil contoh pembangkit (Sumber: The Coal Resource, 2004)

listrik tenaga uap batubara, pengaruh

pengaruh parameter di atas terhadap 2. Kadar Kelembaban (Moisture, satuan %)

peralatan pembangkitan listrik adalah sebagai Hasil analisis untuk kelembaban

berikut: terbagi menjadi free moisture (FM) dan

1. Kalori (Calorific Value atau CV, satuan inherent moisture (IM). Adapun jumlah

cal/gr atau kcal/kg) dari keduanya disebut dengan total

CV sangat berpengaruh terhadap moisture (TM). Kadar kelembaban

pengoperasian pulveriser/mill, pipa mempengaruhi jumlah pemakaian udara

batubara dan windbox, serta burner. primernya. Batubara berkadar kelembaban

Semakin tinggi CV maka aliran batubara tinggi akan membutuhkan udara primer

setiap jam-nya semakin rendah sehingga lebih banyak untuk mengeringkan

kecepatan coal feeder harus disesuaikan. batubara tersebut pada suhu yang

Untuk batubara dengan kadar kelembaban ditetapkan oleh output pulveriser.

dan tingkat ketergerusan yang sama, maka 3. Zat Terbang (Volatile Matter atau VM,

dengan CV yang tinggi menyebabkan satuan %)

pulveriser akan beroperasi di bawah Kandungan VM mempengaruhi

kapasitas normalnya (menurut desain), kesempurnaan pembakaran dan intensitas

atau dengan kata lain operating ratio-nya api. Penilaian tersebut didasarkan pada

menjadi lebih rendah. perbandingan antara kandungan karbon

(fixed carbon) dengan zat terbang, yang

disebut dengan rasio bahan bakar (fuel

ratio).

Fuel Ratio = Fixed Carbon / Volatile Matter

Semakin tinggi nilai fuel ratio maka

jumlah karbon di dalam batubara yang


tidak terbakar juga semakin banyak. 6. Kadar Sulfur (Sulfur content, satuan %)

Kemudian bila perbandingan tersebut Kandungan sulfur dalam batubara

nilainya lebih dari 1.2, pengapian akan terbagi dalam pyritic sulfur, sulfate sulfur,

kurang bagus sehingga mengakibatkan dan organic sulfur. Namun secara umum,

kecepatan pembakaran menurun. penilaian kandungan sulfur dalam batubara

4. Kadar Abu (Ash content, satuan %) dinyatakan dalam Total Sulfur (TS).

Kandungan abu akan terbawa Kandungan sulfur berpengaruh terhadap

bersama gas pembakaran melalui ruang tingkat korosi sisi dingin yang terjadi pada

bakar dan daerah konversi dalam bentuk elemen pemanas udara, terutama apabila

abu terbang (fly ash) yang jumlahnya suhu kerja lebih rendah dari pada titik

mencapai 80% , dan abu dasar sebanyak embun sulfur, disamping berpengaruh

20%. Semakin tinggi kadar abu, secara terhadap efektivitas penangkapan abu pada

umum akan mempengaruhi tingkat peralatan electrostatic precipitator.

pengotoran (fouling), keausan, dan korosi 7. Ukuran (Coal size)

peralatan yang dilalui. Ukuran butir batubara dibatasi pada

rentang butir halus (pulverized coal atau

5. Kadar Karbon (Fixed Carbon atau FC, dust coal) dan butir kasar (lump coal).

satuan %) Butir paling halus untuk ukuran

Nilai kadar karbon diperoleh maksimum 3mm, sedangkan butir paling

melalui pengurangan angka 100 dengan kasar sampai dengan ukuran 50mm.

jumlah kadar air (kelembaban), kadar abu, 8. Tingkat Ketergerusan (Hardgrove

dan jumlah zat terbang. Nilai ini semakin Grindability Index atau HGI)

bertambah seiring dengan tingkat Kinerja pulveriser atau mill

pembatubaraan. Kadar karbon dan jumlah dirancang pada nilai HGI tertentu. Untuk

zat terbang digunakan sebagai perhitungan HGI lebih rendah, kapasitasnya harus

untuk menilai kualitas bahan bakar, yaitu beroperasi lebih rendah dari nilai

berupa nilai fuel ratio sebagaimana standarnya pula untuk menghasilkan

dijelaskan di atas. tingkat kehalusan (fineness) yang sama.


Molekul-molekul gas mentana terserap

ke dalam matriks batubara dengan dua cara,

2.5. Gas Metana Batubara yaitu secara physical adsorbtion dan

Gas Metana batubara adalah gas metana chemisortion. Sebagian besar gas metana

(CH4) yang terbentuk secara alami pada pada batubara tersimpan dalam matriks,

lapisan batubara sebagai hasil proses kimia sebagian kecil tersimpan pada rekahan atau

dan fisika yang terjadi selama pembatubaraan terlarut dalam air pada rekahan (U.S.

(coalfication). Gas metana batubara biasanya Departement of Energy,2004).

diproduksi pada kedalaman yang dangkal

(300-1500 meter). Produksi gas metana 2.6. Genesa Gas Metana Batubara

batubara akan menghasilkan air yang banyak Gas dalam batubara merupakan gas

sebagai produksi sampingan. (Sumber : U.S. alam yang terjadi pada lapisan batubara,

Departement of Energy, 2004). berada di dalam mikropori batubara dalam

Gas metana batubara terdapat pada bentuk terkondensasi karena serapan fisika

lapisan batubara dalam tiga bentuk, yaitu dari batubara. Gas ini berbeda dengan gas

sebagai gas dalam rekahan, terlarut dalam air alam konvensional yang terjadi karena

pada rekahan, dan terserap pada matriks migrasi ke lapisan reservoir. Gas metana

batubara ( Gambar 3). batubara adalah gas metana (CH4) yang

dihasilkan dari proses alami yang terjadi

selama proses pembatubaraan. Sisa-sisa

tumbuhan yang mati akan membentuk suatu

lapisan dan terawetkan melalui proses

biokimia. Gas dalam batubara akan terbentuk

secara biogenik akibat dekomposisi oleh

Gambar 3. Gas Metana Tertahan didalam mikroorganisme lalu menghasilkan gas

batubara tekanan air. metana dan CO2. Selama proses

(Sumber : U.S. Departement of Energy, pembentukan batubara, sejumlah air

2004) dihasilkan bersama-sama dengan gas. Pada


tahap pembatubaraan yang lebih tinggi, Pembentukan gas ini harus disertai

tekanan dan temperatur juga semakin tinggi. dengan proses pengendapan yang cepat,

sehingga gas tidak keluar ke permukaan.

Pembentukan gas pada tahap akhir

diakibatkan oleh aktivitas mikroorganisme

juga, tetapi pada tahap ini lapisan batubara

telah terbentuk. Batubara umumnya juga

berperan sebagai akuifer yang dapat


Batubara yang kaya akan kandungan karbon,
menyimpan dan mengalirkan air, sehingga
akan melepaskan kandungan zat terbangnya
aktivitas mikroorganisme dalam akuifer
(volatile matter) seperti metana, CO2, dan
dapat memproduksi gas biogenik. Gas
air. Pada kondisi ini gas dalam batubara akan
biogenik dari lapisan batubara subbituminus
terbentuk secara termogenik. Ada pula gas
juga berpotensi menjadi gas metana batubara.
metana biogenik, yaitu gas metana yang
Gas biogenik tersebut terjadi oleh adanya
terbentuk akibat aktivitas mikroorganisme
reduksi bakteri dari CO2, yang menghasilkan
yang biasanya terjadi di rawa gambut. Gas
metanogen, bakteri anaerobik yang kuat.
jenis ini terbentuk pada fasa awal proses
Metanogen menggunakan H2 yang tersedia
pembatubaraan dengan temperatur rendah.
untuk mengkonversi asetat dan CO2 menjadi
Gas biogenik dapat terjadi pada dua tahap,
metana sebagai produk sampingan (by
yaitu tahap awal dan tahap akhir dari proses
product) metabolismenya. Beberapa
pembatubaraan. Pembentukan gas pada tahap
metanogen juga membuat amina, sulfida, dan
awal diakibatkan oleh aktivitas organisme
metanol untuk memproduksi metana. Aliran
pada tahap awal pembentukan batubara, dari
air yang terdapat dalam akuifer batubara
gambut, lignit, hingga subbituminus (Ro <
dapat memperbaharui aktivitas bakteri
0,5%).
sehingga gas biogenik dapat berkembang
Proses terbentuknya gas metana batubara
hingga tahap akhir. Pada saat penimbunan
(Mathew, 2007).
maksimum, temperatur maksimum pada

lapisan batubara mencapai 40-90 C. Kondisi


ini sangat ideal untuk pembentukan bakteri peringkat batubara low volatile bituminous

metana. Metana akan terbentuk setelah aliran (Ro = 1,6%).

air bawah permukaan telah berada. Apabila

air tanah turun, tekanan pada reservoir ikut 2.7. Faktor Pengontrol Potensi Gas

turun. Pada saat ini gas metana batubara Metana Batubara

bermigrasi menuju reservoir dari sumber Potensi gas metana batubara di kontrol

lapisan batubara. Perulangan kejadian ini oleh beberapa faktor yang dapat berbeda dari

merupakan regenerasi dari gas biogenik. satu cekungan ke cekungan lainnya.

Kejadian ini dipicu oleh oleh air. Hal tersebut Beberapa faktor pengontrol tersebut adalah

yang memberikan indikasi bahwa gas metana permeabilitas dan perkembangan

batubara merupakan energi yang dapat rekahan,migrasi gas pada rekahan,

diperbaharui. Jenis gas lainnya adalah gas kematangan batubara, struktur geologi,

metana termogenik yang dihasilkan pada saat tekanan hidrostatik, manajemen air produksi

terjadinya proses pembatubaraan akibat dan akumulasi gas metana batubara.

kenaikan tekanan dan temperatur. Gas ini Hampir setiap lapisan batubara

terjadi pada batubara yang mempunyai mengandung gas metana, akan tetapi agara

peringkat batubara lebih tinggi, yaitu pada dapat diproduksi secara ekonomis

subbituminus A sampai high volatile dibutuhkan rekahan yang terbuka supaya gas

bituminous ke atas (Ro > 0,6%). Proses metana dapat bermigrasi dari matriks menuju

pembatubaraan akan menghasilkan batubara sumur produksi.

yang lebih kaya akan karbon dengan Pada umumnya sumur-sumur produksi

membebaskan sejumlah zat terbang utama, gas metana batubara tidak lebih dalam dari

yaitu metana (CH4), CO2, dan air. Sumber 1500 meter, meskipun terdapat beberapa

karbon dari gas metana termogenik adalah sumur produksi yang lebih dalam dari 1500

murni dari batubara. Gas-gas tersebut meter.

terbentuk secara cepat sejak peringkat

batubara mencapai high volatile bituminous 2.8. Rekahan dan Cleats

hingga mencapai puncaknya pada saat


Batubara memiliki porositas, akan tetapi

memiliki permeabilitas matriks yang kecil.

Agar gas metana dapat mengalir dari lapisan

batubara menuju sumur produksi, lapisan

batubara harus memiliki sistem permeabilitas

sekunder seperti rekahan.

Cleats merupakan istilah yang digunakan Gambar 5. Orientasi sistem cleats pada

untuk sistem rekahan alami yang terbentuk batubara (Sumber : U.S. Departement of

pada lapisan batubara sebagai bagian dari Energy, 2004)

proses pematangan batubara. Cleat terbentuk

sebagai hasil dari proses pengurasan air pada Gas metana dapat pula bermigrasi

batubara, tekanan lokal dan regional, serta melalui rekahan yang lebih lebar yang

tekanan overburden. berhubungan dengan tektonik seperti sesar

Pada batubara terdapat dua sistem cleat dan kekar. Sesar dapat menerus beberapa

ortogonal yang berpotongan 90 terhadap meter dan berhubungan dengan pergerakan

bidang perlapisan (Gambar 5). Face cleat serta struktur geologi. Sesar dapat meningkat

merupakan sistem dominan, mempunyai sifat permeabilitas dan jalur migrasi gas di dalam

lebih kontinu dan menerus secara lateral. permukaan bumi.

Face cleat berorientasi 90 terhadap sumbu 2.9. Karakteristik Gas Metana

lipatan batubara. Butt cleat merupakan sistem Batubara Biogenik dan Termogenik

cleat sekunder, memiliki orientasi memotong Karakteristik gas metana batubara

face cleat. Butt cleat merupakan strain- dipengaruhi beberapa parameter, seperti

release fracture dan mempunyai orientasi

sejajar dengan sumbu lipatan.


lingkungan pengendapan, distribusi batubara, pelepasan gas (desorption). Oleh karena itu,

peringkat batubara, kandungan gas, dengan meningkatnya kedalaman,

permeabilitas, porositas, struktur geologi, dan kandungan gas dalam batubara akan makin

kondisi hidrogeologi. Gas metana bukan besar.

satu-satunya gas yang terdapat dalam

batubara, tetapi gas ini dapat mencapai 80-

95% dari total gas yang ada. Berbagai tipe Kelimpahan kandungan gas dalam

batubara memiliki tingkat penyerapan gas batubara juga dipengaruhi oleh komposisi

yang berbeda. maseral dalam batubara, yaitu mineral khas

Kapasitas penyerapan batubara batubara. Potensi pembentukan gas metana

meningkat seiring dengan meningkatnya secara langsung akan berkaitan dengan

peringkat batubara, mulai dari lignit hingga komposisi maseral. Maseral yang

bituminus, kemudian menurun pada batubara mengandung banyak hidrogen akan lebih

bituminus tingkat tinggi hingga antrasit. Gas banyak menghasilkan gas metana. Batubara

metana batubara terdapat dalam dua bentuk, yang kaya akan inertinit tidak akan

yaitu terserap (adsorbed) dan bebas. Gas menghasilkan metana yang banyak karena

dapat tersimpan dalam mikropori batubara inertinit relatif berpotensi kecil untuk

karena batubara mempunyai kapasitas serap menghasilkan hidrokarbon. Maseral inertinit

(adsorption). Besar kecilnya kapasitas serap dalam hampir semua batubara tidak cocok

di dalam batubara dipengaruhi oleh beberapa untuk proses hidrogenisasi karena kandungan

faktor, seperti tekanan, temperatur, hidrogen yang rendah. Namun maseral

kandungan mineral, kandungan air, peringkat liptinit akan paling banyak menghasilkan gas

batubara, dan komposisi maseral batubara. metana. Maseral liptinit cocok untuk proses

Makin besar tekanan, kapasitas hidrogenisasi karena liptinit mempunyai

serapan juga semakin besar. Sewaktu kandungan hidrogen yang paling tinggi,

mendekati batas jenuh, kecepatan serapnya disusul dengan maseral vitrinit yang terdapat

semakin berkurang. Apabila tekanan

berkurang maka hal itu akan memperbesar


dalam batubara peringkat rendah dapat dalam batubara, semakin kecil kapasitas

dengan mudah terhidrogenisasi. serap gasnya.

Komposisi kimia maseral dalam diagram Komposisi kimia dan isotop dari gas

van Krevelen (Pinetown, 2009). metana batubara menunjukan adanya

Gas metana batubara pada dasarnya aktivitas mikroba pada metana yg dihasilkan

hanya akan terikat pada fraksi organik dari batubara berperingkat rendah dan mikroba

batubara. Dalam batubara terdapat pengotor sekunder pada batubara peringkat tinggi yang

dalam berbagai bentuk yang biasanya disebut sudah terangkat. Proporsi matana biogenik

unsur mineral, atau dalam analisis kimia dan metana ternogenik juga berhubungan

dicerminkan oleh kandungan abu dan dengan kedalaman pembentukan gas

sulfurnya. Dalam hal ini unsur mineral tersebut.

Uji coba parameter geokimia termasuk

rasio metana dengan jumlah etana dan

propana (C1/ C2 + C3, yang juga disebut gas

dryness (tingkat kekeringan gas) komposisi

isotop karbon antara CO2 dan CH4 ( 13 Cco2-

ch4) menunjukan adanya perbedaan antara

gas metana batubara biogenik dan

tersebut menempati ruang yang seharusnya termogenik.

dapat dipakai untuk menempelnya gas dalam Dan perbandingan C1 / C2 + C3, ada

mikropori batubara. Makin tinggi kandungan banyak klasifikasi seperti dengan yang di

unsur mineral, semakin kecil kapasitas pakai sebagai acuan untuk menentukan asal

serapan gasnya. Pada prinsipnya kandungan mula gas metana biogenik dan termogenik,

air (moisture) dalam batubara mempunyai salah satu yang sering digunakan adalah

sifat yang sama dengan unsur mineral dalam diagram (lihat gambar 6).

kaitannya dengan kapasitas serapan gas

dalam batubara. Makin tinggi kandungan air


satunya adalah diagram yang dilihat oleh

Strapoc. Membuat diagram lewat kombinasi

dari efek kematangan suhu batubara dan

proses metanogenik pada molekul gas serta

Gambar 6. Diagram Asal Gas. komposisi isotop, serta percampuran antara

(Sumber : Benard, 2011, dalam gas metana termogenik dan biogenik (lihat

Golding,2013 ) gambar 7)

Pada (gambar 6) ditunjukin perbandingan

Diagram Bernard membandingkan rasio antara rasio C1 / C2 + C3 dengan 13 C-CH2

C1 / C2 + C3 dengan 13 C- CH4 untuk sementara pada (gambar 7) menujukan

membedakan gas metana biogenik dan perbandingan antara rasio C1 / C2 + C3 dengan

termogenik. Dapat dilihat di diagram Bernard 13 Cco2 ch4 ). Dari kedua diagram ini

bahwa metana biogenik memiliki rasio C1 / C2 terlihat dua kurva yang dihubungkan dengan

+ C3 yang lebih tinggi dibandingkan dengan garis putus-putus. Dua kurva ini menu jukan

termogenik. Seperti yang telah di jelaskan proses metanogenik, dimna kurva di sebelah

sebelumnya C1 / C2 + C3 merupakan gas kiri menunjukan proses molekul CO2.

dryness, dimana semakin tinggi nilainya, Sementara kurva disebelah kanan

maka gas semakin kering (dry gas). Dry gas menunjukan proses fermentasi asetat. Kurva

sendiri merupakan gas alam yang hampir ini berlaku untuk gas metana biogenik. Dari

seluruhnya metana, tanpa ada hidrokarbon kurva ini dapat diketahui bahwa gas yang

lain seperti etana dan metana. Oleh karena 100% biogenik memiliki rasio C1 / C2 + C3

tingginya rasio C1 / C2 + C3 yang ditunjukan yang tinggi, atau merupakan dry gas. Rasio

metana biogenik, maka gas ini termasuk dry C1 / C2 + C3 dan tingkat 13 C- CH4 serta 13

gas sementara metana termogenik termasuk Cco2-CH4 serta 13 Cco2-CH4 pada gas metana

dalam wet gas (Golding, 2013). biogenik dapat bervariasi, dengan nilai acuan

Selain diagram bernard, masih ada yang dapat dilihat pada dua kurva pada

diagram lain yang juga digunakan untuk diagram. Sementara itu, pada gas metana

menentukan asal usul gas metana. Salah termogenik, rasio C1 / C2 + C3 dan 13C-CH4
serta 13 Cco2-CH4 sangat bergantung pada 13D C- CH4 yang lebih tinggi dari pada

maturitas dari gas tersebut, yang ditunjukan fermentasi asetat (lihat gambar 8).

dengan garis putus-putus. Maturitas gas Pencampuran antara biogenik dan

termogenik ini terjatuh dengan maturitas termogenik dapat menghasilkan komposisi

pelapisan batubara yang menjadi reservoar isotop karbon intermediet dengan komposisi

(Golding, 2013). antara -50% dan 60%.

Selain rasio C1 / C2 + C3 kombinasi

komposisi isotop karbon dan hidrogen pada Gambar 7. Diagram Asal Gas

metana ( 13 C- CH4 dan 13D C-CH4 ) dan gas (Strapoc, 2011, dalam

- gas lain yang berasosiasi dapat digunakan Golding,2013 )

untuk menentukan asal mula gas, dalam hal

ini peran mikroba atau suhu yang relatif lebih

mendominasi, menunjukan metana dengan

jenis yang berbeda memiliki karateristik

isotop karbon dan hidrogen yang berbeda

pula (Schoell, 1980 dalam Golding, 2013).

Gas metana termogenik memiliki komposisi


Gambar 8. Perbandingan Komposisi
isotop karbon lebih besar dari kurang dari -

50% sedangkan gas metana biogenik

(microbal) memiliki komposisi isotop

kurang dari -50% untuk metana yang

dihasilkan dari fermentasi asetat, dan kurang

dari -60% untuk metana yang dihasilkan dari Isotop 13 C-CH4 dan 13D-CH4

proses reduksi C02. Metana yang dihasilkan (Whiticar, 1999 dalam Golding, 2013)

dari kedua proses ini memiliki komposisi

isotop karbon yang berbeda karena isotop BAB III

karbon yang dihasilkan dari reduksi CO2 MAKSUD DAN TUJUAN

memiliki 13C-CH4 yang lebih rendah dari


3.1. Maksud HASIL DAN PEMBAHASAN

Maksud dari penyusunan Seminar

Geologi Tipe 1 dengan judul Gas Metana Pada umumnya batubara memiliki

Batubara Biogenik dan kemampuan untuk menyimpan gas dalam

Termogenikadalah untuk memahami jumlah yang banyak, karena permukaannya

karakteristik kedua jenis gas metana batubara mempunyai kemampuan mengadsorpsi gas.

yaitu gas metana batubara biogenik dan gas Meskipun batubara berupa benda padat dan

metana batubara termogenik serta proses terlihat seperti batu yang keras, tapi di

pembentukan dan faktor-faktor yang dalamnya banyak sekali terdapat pori-pori

mempengaruhi pembentukannya. yang berukuran lebih kecil dari skala mikron,

sehingga batubara ibarat sebuah spon.

3.2. Tujuan Kondisi inilah yang menyebabkan

Tujuan dari penyusunan Seminar Geologi permukaan batubara menjadi sedemikian luas

Tipe 1 ini adalah diperoleh pemahaman lebih sehingga mampu menyerap gas dalam jumlah

mendalam tentang perbedaan karakteristik yang besar. Jika tekanan gas semakin tinggi,

gas metana batubara biogenik dan maka kemampuan batubara untuk

termogenik. mengadsorpsi gas juga semakin besar.

5.1. Genesa Gas Metana Batubara

BAB IV Gas metana batubara adalah gas

METODE PENELITIAN metana (CH4) yang dihasilkan dari proses

alami yang terjadi selama proses

4.1. Metode Penulisan pembatubaraan. Sisa-sisa tumbuhan yang

Metode penulisan Seminar Geologi Tipe I

disusun berdasarkan dengan studi pustaka

dan beberapa sumber yang mendukung tema

Seminar Geologi Tipe 1.

BAB V
mati akan membentuk suatu lapisan dan
terawetkan melalui proses biokimia. Adapun

proses pembentukan nya yang akan terbagi Aktivitas bakteri sangat dipengaruhi

menjadi dua, yaitu : oleh sirkulasi air. Sirkulasi air yang baik

1. Gas Metana Biogenik menyebabkan gas biogenik dapat

Selama proses perubahan material berkembang hingga tahap akhir. Selain itu,

organik menjadi batubara atau biasa dikenal proses pembentukan gas metana pada

dengan proses pembatubaraan, terbentuk batubara merupakan fungsi dari tekanan,

beberapa gas, salah satunya adalah gas temperatur dan waktu. Umumnya CBM

metana (CH4). Gas metana in terbentuk terbentuk pada kedalaman yang dangkal.

sebagai hasil dari aktivitas mikrobakteri. Temperatur ideal yang dibutuhkan untuk

Selama tahap awal dari proses pembentukan bakteri metana berkisar antara 40-90C.

batubara, biogenic methane terbentuk sebagai 2. Gas Metana Termogenik

produk sampingan dari respirasi bakteri. Ketika temperatur batubara di

Bakteri aerobik, yaitu bakteri yang bawah permukaan meningkat hingga lebih

menggunakan oksigen untuk respirasi, dari 50C karena peningkatan gradien

menggunakan oksigen bebas yang tertinggal geotermal, proses termogenik dimulai dan

di lapisan sedimen untuk metabolisme. Pada penambahan air, pembentukan

lingkungan fresh water, produksi metana karbondioksida dan nitrogen sebagai produk

dimulai segera setelah oksigen habis. dari pembatubaraan (Rightmire, 1984).

Kemudian bakteri anaerobik (bakteri yang Pembentukan karbondioksida mencapai

tidak menggunakan oksigen untuk respirasi) maksimum pada suhu sekitar 100C,

menurunkan kandungan karbondioksida dan pembentukan termogenik metana dimulai

memproduksi metana dengan respirasi pada tingkat volatil batubara yang lebih tinggi

anaerobik. Gas metana mulai terbentuk oleh dan pada suhu 120C, jumlah metana yang

proses biogenik pada suhu sekitar 50C dihasilkan melebihi jumlah karbondioksida.

(gambar 4 ). Puncak pembentukan metana terjadi pada

Gambar : Proses terbentuknya gas metana suhu 150C. Mungkin pada temperatur yang

batubara (Mathew, 2007). lebih tinggi dan kelas batubara yang lebih
baik, metana masih terbentuk tetapi dengan rekahan, migrasi gas pada rekahan,

volume yang lebih kecil (Rightmire, 1984; kematangan batubara, struktur geologi,

dalam Katz, 1987). tekanan hidrostatik, manajemen air produksi

dan akumulasi gas metana batubara.

BAB VI Gas metana biogenik dan

KESIMPULAN termogenik memiliki karakteristik yang

berbeda, beberapa parameternya adalah C1 /

Gas Metana batubara terbentuk C2 + C3 dengan 13 C- CH4 dan 13D-CH4.

karena adanya proses coalfication Gas metana biogenik memiliki

(pembatubaraan). rasio C1 / C2 + C3 tinggi, komposisi karbon

Berdasarkan terbentuknya gas (13 C- CH4) kurang dari 50% umtuk

metana batubara terbentuk karena dua proses metana yang dihasilkan dari fermentasi

yaitu biogenik dan termogenik. asetat, dan kurang dari 60% untuk metana

Gas metana yang terbentuk akibat yang dihasilkan dari proses reduksi CO2,

aktivitas mikroorganisme yang biasanya komposisi isotop hidrogen (13D-CH4)

terjadi di rawa gambut. Gas jenis ini berkisar antara 400% - 150%.

terbentuk pada fasa awal proses Gas metana termogenik memiliki

pembatubaraan dengan temperatur rendah. rasio C1 / C2 + C3 rendah, komposisi isotop

Gas metana termogenik yang karbon (13 C- CH4) lenih besar dari -50%,

dihasilkan pada saat terjadinya proses komposisi isotop hidrogen (13D-CH4) lebih

pembatubaraan akibat kenaikan tekanan dan besar dari 300%.

temperatur. Gas ini terjadi pada batubara

yang mempunyai peringkat batubara lebih DAFTAR PUSTAKA

tinggi, yaitu pada subbituminus A sampai Kelembagaan dan Kelitbangan Pusat Survei

high volatile bituminous ke atas (Ro > Geologi. 2007. Laporan Tahunan 2007.

0,6%). Bandung: Pusat Survei Geologi. Hal. 163 -

Beberapa faktor pengontrol tersebut 165.

adalah permeabilitas dan perkembangan


Moore, T.A . 2012 . Coalbed Methane : A

Review , International Journal Of Coal

Geology 101 (2012), Elsevier, p 24 40.

Sukandarrumidi, 1995, Batubara dan

Gambut, Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

http://www.infoplease.com/images/ency060f

osfue004.jpg, di akses pada tanggal 27

Sebtember 2014

http://media.unpad.ac.id/thesis/270110/2008

/140710080153_2_2883.pdf, di akses pada

tanggal 27 Sebtember 2014

http://mfakhrypriambodo.blogspot.com/men

genal-batubara-bagian-ii.html,diakses pada

tanggal 3 Oktober 2014

http://pojanwibawa.wordpress.com/2013/10/

04/tahapan -dan-proses-terjadinya-

batubara/,di akses pada tanggal 10 Oktober

2014

http://www.michanarchy.com/2013/10/klasif

ikasi-batubara.html

digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-bayuerlang-

30995-4-.

You might also like