Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Sakit perut pada bayi dan anak, baik akut maupun kronik, sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari yang bervariasi dari yang paling ringan sampai yang paling berat.
Lokasi sakit perut dapat terlokalisir di suatu tempat, tetapi dapat pula diseluruh perut,
bahkan dapat menjalar ke tempat lain. Rasa sakit dapat pula hanya berupa nyeri tumpul
(dull pain), bagaikan ditusuk-tusuk atau disayat-sayat, dapat pula seperti dililit (kolik),
yang tidak jarang menyebabkan penderita sampai berguling-guling. Penyebabnya dapat
bermacam-macam, mulai yang berasal dari dalam perut sendiri atau di luar perut, bahkan
ada pula yang di luar tubuh.1
Secara individual setiap anak memiliki toleransi yang berbeda terhadap nyeri
intra abdominal, karena itu nyeri abdomen harus ditanggapi walaupun penyebab yang
pasti sulit diketahui. Sifat dan tempat lesi yang menimbulkan nyeri biasanya dapat
ditentukan dari deskripsi klinis rasa nyeri didalam perut.2
Bayi dan anak-anak sampai umur 2 tahun, belum dapat mengutarakan nyeri yang
dialaminya, sehingga menimbulkan persoalan mengenai tanda-tanda yang dapat dianggap
sebagai manifestasi nyeri pada bayi dan anak tersebut. Para ahli berpendapat bahwa
menangis secara mendadak atau menjerit yang disertai muntah dapat dianggap
manifestasi sakit perut pada bayi dan anak.2
Sebagian kasus yang disebabkan oleh gangguan organ datang dalam keadaan akut
dan memerlukan pembedahan. Oleh karena itu tindakan pertama dalam menangani sakit
perut ialah menentukan apakah penyakit tersebut membutuhkan tindakan bedah segera
atau tidak.2 Sebagian besar sakit perut tidak memerlukan tindakan bedah, cukup dengan
pengobatan medikamentosa.1
1
Sakit perut berulang merupakan gejala yang paling sering dialami oleh anak-anak
diseluruh dunia dan menyebabkan tingginya tingkat absensi anak di sekolah serta
penggunaan sumber daya kesehatan. Kondisi yang tidak kunjung membaik dan
mengganggu menimbulkan ketidakpastian diagnosis, kronisitas dan tingginya kecemasan
orangtua. Hal inilah yang menyebabkan manajemen oleh dokter umum maupun spesialis
anak menjadi sangat sulit, menghabiskan banyak waktu dan mahal.3 Di indonesia data
pasti mengenai kejadian sakit perut berulang pada anak masih belum ada sedangkan di
Inggris kejadian pada anak sekolah 10-15% dan Amerika utara sebesar 20%.4
Referat ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk
dari berbagai literatur.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan regio inguinalis. Nyeri
perut bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala dari suatu penyakit. Sakit perut
berulang didefinisikan sebagai serangan sakit perut yang berlangsung minimal 3 kali
selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan mengganggu
aktivitas sehari-hari.1,4,5
2.2 Epidemiologi
Sakit perut biasanya terjadi pada anak usia 5 hingga 14 tahun, sementara
frekuensi tertinggi pada usia 5-10 tahun. Apley menemukan bahwa nyeri perut terjadi
pada 10-12% anak laki-laki usia 5-10 tahun dan menurun setelah usia itu. Anak
perempuan cenderung lebih sering menderita sakit ini dibandingkan anak laki-laki
(Perempuan : Laki-laki = 5:3). Sakit perut ini jarang terjadi pada anak di bawah usia 5
tahun dan di atas 15 tahun. Kelainan organik sebagai penyebab sakit perut berulang
terdapat pada 5-15,6% kasus sedangkan 80% kasus disebabkan kelainan fungsional
saluran cerna. Dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan alat-alat kedokteran
terutama endoskopi dan diketahuinya penyakit gastroduodenum yang disebabkan
Helicobacter pylori , maka diperkirakan makin banyak kelainan organik yang dapat
ditemukan. Pada anak dibawah 4 tahun sebagian besar penyebabnya adalah organik,
sedangkan pada anak besar kelainan fungsional saluran cerna merupakan penyebab
terbanyak.6
2.3 Etiologi
Etiologi sakit perut akut biasanya dibagi menurut usia ataupun menurut perlunya
tindakan bedah atau tidak, ataupun menurut asalnya.
3
Pada bayi/anak di bawah usia 2 tahun, penyebab sakit perut yang memerlukan
tindakan bedah, ada yang berasal dari dalam abdomen seperti perforasi tukak lambung,
obstruksi usus karena intususepsi, volvulus dan malrotasi, ada pula yang berasal dari luar
perut seperti hernia inguinalis dengan strangulasi dan inkarserasi, apendisitis dan
enterokolitis nekrotikan.3
Sedangkan pada anak yang berusia lebih dari 2 tahun, penyebab sakit perut dari
dalam abdomen bisa karena obstruksi, peradangan, trauma dan perdarahan. Sakit perut
akibat obstruksi usus akibat perlekatan atau volvulus dan malrotasi serta terjadinya
perforasi akibat obstruksi usus. Peradangan yang dapat mengakibatkan sakit perut yaitu
apendisitis, peritonitis primer, peritonitis akibat perforasi divertikulum meckeli, perforasi
ulkus duodeni atau perforasi akibat demam tifoid, divertikulosis meckeli, kolesistitis
dengan/ tanpa batu empedu dan megakolon toksik dengan perforasi. Trauma seperti
ruptura limpa, buli-buli atau organ visera yang lain dan hematoma subserosa serta
pendarahan ke dalam kista ovarium, merupakan penyakit-penyakit dari dalam abdomen
yang menimbulkan sakit perut. Penyebab lain yang juga bisa mengakibatkan sakit perut
yaitu pada daerah tropis ditemukan perforasi yang berhubungan dengan askariasis,
strongiloidiasis, perforasi abses amuba. Torsio testis dan hernia inguinalis dengan
strangulasi dan inkarserasi menjadi penyebab sakit perut yang berasal dari luar abdomen.3
Penyebab non-bedah sakit perut akut pada bayi/anak di bawah usia 2 tahun yang
berasal dari dalam abdomen yaitu infeksi intestinal yang disebabkan Salmonella,
Shigella, Campylobacter, dll. Sedangkan penyebab dari luar abdomen adalah pneumonia
dan infeksi traktus urinarius. 3
Pada anak di atas usia 2 tahun penyebab sakit perut yang tidak memerlukan
tindakan bedah juga ada yang berasal dari abdomen dan luar abdomen. Penyebab dari
intestinal, biasanya karena infeksi yang disebabkan oleh salmonella, shigella dan yersinia
enterocolitica, keracunan makanan karena toksin Staphylococcus, penyakit crohn, kolitis
ulseratif, kolitis amuba, purpura henoch-schonlein, obstipasi, sickle cell anemia, adenitis
mesentrika, dan ileus mekonium. Penyebab yang berasal dari hati dan percabangan bilier
yaitu Hepatitis A dan B, mononukleosis infeksiosa dan kolelitiasis. Sakit perut karena
penyakit dari pankreas seperti pankreatitis akut karena infeksi, trauma, akibat lesi bilier
4
dan idiopatik. Sedangkan penyebab sakit perut dari renal adalah infeksi traktus urinarius,
batu dan nefritis. Penyebab karena metabolik seperti porfiria, hiperlipidemia, ketoasidosis
diabetik, familial mediterranean fever. Dan penyebab karena masalah ginekologis adalah
salpingitis.3
Sementara itu penyebab sakit perut pada anak usia diatas 2 tahun ini yang berasal
dari luar abdomen adalah pneumonia, limfadenitis inguinalis, osteomielitis (vertebrae,
pelvis), hematoma otot abdomen, herpes zoster dan kompresi saraf spinal.3
Pada sakit perut berulang, beberapa ahli mencoba untuk mengelompokkan sakit
perut berulang pada beberapa golongan. Konsep pertama yaitu konsep klasik yang
membagi sakit perut berulang kedalam dua golongan, yaitu organik dan psikogenik
(fungsional dan psikosomatik). Pada anak dibawah umur 2 tahun, gejalanya sering
dikaitkan dengan penyebab organik. Namun pada anak yang lebih besar, hanya 10 %
kasus yang disebabkan oleh penyebab organik.3
Konsep kedua diajukan oleh Barr, yaitu membagi menjadi tiga kelompok, yaitu
organik, disfungsional dan psikogenik. Nyeri organik disebabkan oleh suatu penyakit.
Nyeri disfungsional disebabkan oleh berbagai variasi normal dan dibagi ke dalam dua
kategori, yaitu sindrom nyeri spesifik (mekanisme penyebab nyeri diketahui) dan
sindrom nyeri non spesifik (mekanisme penyebab nyeri tidak jelas dan tidak diketahui).
Nyeri psikogenik disebabkan oleh tekanan emosional atau psikososial tanpa adanya
kelainan organik.3
Konsep ketiga diajukan oleh Levine dan Rappaport, yang menekankan adanya
penyebab multifaktorial. Sakit perut berulang merupakan resultan dari empat faktor yaitu
(1) predisposisi somatik, disfungsi atau penyakit, (2) kebiasaan dan cara hidup, (3) watak
dan pola respon dan (4) Lingkungan dan peristiwa pencetus. Faktor-faktor tersebut
berperan meningkatkan atau meredakan rasa sakit.3
Helicobacter pylori adalah bakteri yang dapat berkoloni pada saluran cerna
manusia dan merupakan salah satu penyebab ulkus duodenum dan gaster, atau salah satu
5
faktor penyebab keganasan lambung. Infeksi didapatkan secara per oral dan sebagian
besar ditularkan antar anggota keluarga pada saat masa anak-anak. Prevalensi
Helicobacter pylori pada anak berkisar antar 30-80% dan di negara maju diperkirakan
sebesar 10%. Kuman ini ditemukan hampir di seluruh dunia. Prevalensi infeksi
bervariasi menurut umur, latar belakang, etnik dan status sosioekonomi. Pada negara
berkembang 70-90% populasi pada gasternya terdapat kuman ini, dan sebagian besar
mendapatkan infeksinya saat usia kurang dari 10 tahun.2,7 Infeksi Helicobacter pylori
dilaporkan dalam beberapa studi memiliki peranan dalam terjadinya sakit perut berulang.
Dalam penelitian yang dilakukan Iqbal a.memon dkk didapatkan bahwa 31% penderita
mempunyai nilai serologis terhadap kuman ini positif.8
2.3.1.1 Patogenesis
Mukosa gaster sebenarnya sangat terlindungi dari infeksi bakteri. Tetapi kuman
Helicobacter pylori sangat pandai melakukan adaptasi terhadap hal ini, dengan caranya
yang unik, yaitu dapat masuk ke dalam lapisan mukus, kemudian melakukan
perlengketan dengan sel epitel, evasi respon imun, dan akhirnya terjadi kolonisasi dan
transmisi persisten.9
Setelah masuk gaster, bakteri ini harus melawan aktivitas asam untuk masuk ke
lapisan mukus. Faktor-faktor virulen yang memungkinkan organisme beradaptasi dengan
lingkungan lambung adalah produksi amonia yang diperantarai urease untuk
menetralisasi pH asam, morfologi spiral dan flagella yang memungkinkannya menembus
lapisan mukosa protektif dan menahan peristaltik, dan adhesin yang memungkinkan
organisme melekat pada epitel gastrik. Faktor virulen lain adalah produksi sitotoksin dan
mediator radang.7,9
Manifestasi klinis infeksi H.pylori pada anak sebagian besar asimptomatis atau
memperlihatkan gejala saluran cerna yang tidak spesifik. Manifestasi utama infeksi
Helicobacter pylori yang bergejala adalah gastritis, ulkus peptikum dan kemungkinan
keganasan karsinoma lambung. Keluhan lain yang sering disampaikan oleh anak adalah
6
nyeri di daerah epigastrium, terbangun pada malam hari, dan sering muntah. Sakit perut
berulang pada anak dianalogikan dengan dispepsia non-ulkus pada orang dewasa.
Gastritis sering memperlihatkan keluhan sakit perut berulang pada anak. Oleh karena itu,
sakit perut berulang pada anak oleh beberapa peneliti dianggap sebagai gejala klinis yang
berhubungan dengan infeksi H.pylori. 30% anak dengan sakit perut berulang ditemukan
bakteri H.pylori dalam antrumnya, sedangkan hanya 10% anak yang ditemukan bakteri
H.pylori didalam korpusnya.7
2.3.1.3 Diagnosis
Uji C-urea nafas didasarkan pada kenyataan bahwa kuman Helicobacter pylori
memproduksi urease yang memecah urea menjadi amonia dan CO2. Uji C-urea napas
merupakan ui diagnostik yang reliabel dan merupakan pilihan pertama dan dapat
7
digunakan sebagai evaluasi terapi. Kedua cara ini mempunyai nilai sensitivitas dan
spesifisitas 98-100%.7,9,10
Uji antibodi urine yang mengandung antibodi Helicobacter pylori pada anak-anak
memiliki sensitifitas 94,4% dan spesifisitas 96,9% dan keakuratan 96%, dari beberapa
studi yang mengevaluasi anak-anak dengan uji C-urea nafas dan uji ELISA positif.10
Metode invasif
Sakit perut pada anak biasanya mempunyai durasi dan intensitas yang berbeda
walaupun nyerinya biasa berlokasi di periumbilikal nyeri pada daerah yang jauh dari
umbilikus tidak menyingkirkan kemungkinan itu adalah sakit perut berulang.3 Sakit yang
dirasakan bisa terjadi siang ataupun malam dan sakit yang dirasakan sering kali
dihubungkan dengan reaksi yang berlebihan seperti tangan yang melilit perut atau bahkan
menjatuhkan diri.11
8
Pada bayi dan anak manifestasi klinik sakit perut tergantung pada umur penderita.
Pegangan yang dipakai untuk mengatakan seorang bayi atau anak sakit perut dapat dilihat
pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Manifestasi kli nis sakit perut pada anak berdsarkan umur :3
Anak dengan sakit perut akut biasanya terlihat sangat sakit, menangis, keringat
dingin, dengan posisi meringkuk atau membungkuk seperti ingin melindungi perutnya
dengan memendekkan otot rektus abdominalis. Disamping sakit perut kadang-kadang ada
pula gejala-gejala lainnya yang menyertai seperti nausea, muntah, anoreksia, diare dan
panas.3
2.5 Patofisiologi
Sakit perut akut atau berulang umumnya mempunyai 5 sumber, yaitu visera perut,
organ lain di luar perut, lesi pada medula spinalis, gangguan metabolik, dan
psikosomatik:3
Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak
bermielin yang berasal dari sistim saraf otonom pada mukosa usus. Jaras saraf ini disebut
sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa sakit lebih menyebar dan lebih lama
dari rasa sakit yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A.3
Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa, lapisan muskularis dan serosa
dari organ di abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke
ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan
9
melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju ke talamus,
kemudian ke konteks serebri.3
Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan
habat ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal,
dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dan visera abdomen atas
(lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu) mencapai medula spinalis pada
segmen thorakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah epigastrium. Impuls nyeri yang timbul
dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika
memasuki segmen Th 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter,
kandung kemih, dan traktus genitalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen Th 11
dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah supra publik dan
kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke
peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen stomatis ke radiks spinals
segmentalis.3
Penyebab metabolik seperti pada keracunan timah dan porfirin belum jelas
patofisiologi dan patogenesisnya. Patofisiologi sakit perut berulang yang fungsional
(tidak berhubungan dengan kelainan organik) masih sulit dimengerti. Diperkirakan ada
hubungan antara sakit perut berulang fungsional dengan penurunan ambang rangsang
nyeri. Berbagai faktor psikologik dan fisiologik dapat berperan sebagai mediator dari
sakit perut berulang fungsional.12
Faktor yang berperan dalam sakit perut berulang terdiri dari faktor psikologik dan
fisiologik. Faktor psikologik dapat terjadi karena stress, depresi, ikatan keluarga, operant
condition, somatisasi sedangkan faktor fisiologik yaitu adanya intoleransi, dismotilitas
usus, konstipasi, ketidakstabilan otonom.3
Juga diketahui ada hubungan yang kuat antara sakit perut berulang fungsional
dengan tipe kepribadian tertentu, yaitu sering cemas/gelisah, dan selalu ingin sempurna.
Pada anggota keluarga lainnya juga sering ditemukan kelainan psikosomatik seperti
migrain, kolon iritabel.3
10
2.6 Patogenesis3
1. Gangguan vaskuler. Emboli atau trombosis, ruptur, okulasi akibat torsi atau
penekanan. Kejadian ini misalnya, terjadi pada putaran kista ovarium dan jepitan
usus pada inavaginasi.
2. Peradangan. Peradangan organ di dalam organ peritonium menimbulkan rasa
sakit bila proses peradangan telah mengenal peritoneum parietalis.
Mekanismenya sama seperti peradangan pada umumnya yang disalurkan melalui
persyarafan somatik.
3. Gangguan pasase. Gangguan pasase atau obtruksi organ yang berbentuk
pembuluh, baik yang terdapat di dalam rongga peritoneal atau pun
retroperitoneal. Bila pasase dalam saluran-saluran tersebut terganggu akan timbul
rasa sakit akibat tekanan intra lumen yang meninggi di bagian proksimal
sumbatan. Sakit dirasakan hilang timbul atau terus menerus dengan punyak nyeri
yang hebat (kolik).
4. Penarikan, peregangan dan pembentangan peritoneum viseralis. Dalam
prakteknya, keempat mekanisme timbulnya sakit perut jarang ditemukan sendiri-
sendiri, tapi umumnya merupakan proses campuran.
Pendekatan diagnosis sakit perut pada anak masih merupakan suatu masalah
karena kriteria diagnosis yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut non
organik. Kriteria diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria
Rome III. Komite Rome III mengatakan bahwa kriteria Rome II terbatas dalam beberapa
hal, yaitu:13
11
3. Analisis faktor terhadap gejala sakit perut fungsional yang berhubungan dengan
makanan tidak di perhitungkan dalam kriteria Rome II.
Rome III
G. Functional disorders : neonates and toddlers
G1. Infant regurgitation
G2. Infant rumination syndrome
G3. Cyclic vomiting syndrome
G4. Infant colic
G5. Functional diarrhea
G6. Infant dyschezia
G7. Functional constipation
H. Functional disorders : children and adolescents
H1. Vomiting and aerophagia
H1a. Adolescent rumination syndrome
H1b. Cyclic vomiting syndrome
H1c. Aerophagia
H2. Abdominal pain-related FGIDs
H2a. Functional dyspepsia
H2b. Irritable bowel syndrome
H2c. Abdominal migraine
H2d. Chidhood functional abdominal pain
H2d1. Childhood functional abdominal pain syndrome
H3. Constipation and incontinence
H3a. Functional constipation
H3b. Non retentive fecal incontinence
12
G. Functional Disorders : Neonates and Toddlers
Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini pada anak sehat yang berumur 3 minggu-12
bulan :
Regurgitasi 2 kali atau lebih per hari selama 3 hari sampai beberapa minggu
Tidak ada retching (urutan spasmodik dengan penutupan glotis yang terjadi
bersamaan dengan kontraksi ekspiratori otot perut), hematemesis, aspirasi, apnoe,
gagal tumbuh, kesulitan makan dan menelan, atau postur tubuh yang abnormal.
15
lebih dari 4 tahun :
Buang air besar 2 kali atau kurang setiap minggu
Sekurang-kurangnya 1 kali setiap minggu mengalami inkontinensia
Riwayat menahan buang air besar yang berlebihan
Riwayat nyeri saat buang air besar dan feses yang keras
Teraba massa feses yang banyak di dalam rektum
Riwayat feses dalam diameter yang besar sehingga dapat menyumbat lubang
toilet.
17
Perasaan tidak nyaman di bagian perut (tidak dideskripsikan
sebagai rasa sakit) atau nyeri yang berhubungan dengan 2 atau
lebih kriteria berikut :
o Nyeri berkurang dengan defekasi
o Onset berhubungan dengan perubahan frekuensi buang air
besar
o Onset berhubungan dengan perubahan bentuk dari feses
Tidak ada bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis,
kelainan metabolik, atau neoplasma.
H2c. Abdominal migraine
Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini yang dialami sebelumnya 2 kali
atau lebih selama 12 bulan :
Harus memenuhi 2 atau lebih dari kriteria berikut pada anak minimal umur 4
tahun yang tidak memenuhi kriteria yang cukup untuk IBS, dialami minimal 1
kali seminggu selama setidaknya 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan :
19
Mengalami setidaknya 1 kali inkontinensia feses per minggu
Riwayat nyeri saat buang air besar atau feses yang keras
Defekasi di tempat yang tidak sesuai dengan konteks sosial minimal 1 kali
sebulan
Pemastian seorang anak menderita sakit perut fungsional tidak boleh hanya
berdasarkan ditemukannya gangguan emosi pada anak tersebut. Oleh karena itu
anamnesis yang teliti dan pemeriksaan fisis yang lengkap merupakan hal terpenting
dalam melakukan evaluasi anak dengan sakit perut.
Adanya suatu kelainan organik perlu dipikirkan bila pada anamnesis dan
pemeriksaan fisis ditemukan beberapa hal (alarm symptoms) seperti yang tertulis di
bawah ini :12
Harus diingat dalam membuat diagnosis pada anak dengan sakit perut akut,
anamnesis dan pemeriksaan fisik memegang peranan penting, sedangkan pemeriksaan
laboratorium dan penunjang hanya membantu.3
- Pemeriksaan laboratorium rutin darah lengkap, urin lengkap dan tinja lengkap sangat
penting.
- Mengukur pH tinja dan tes reduksi dalam tinja untuk intoleransi laktosa.
- Pemeriksaan klirens urea, kreatinin, foto polos perut dan pielografi intravena penting
untuk menegakkan diagnosis infeksi traktus urinarius dan batu di dalam saluran
kemih.
- Foto polos 3 posisi sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis adanya obstruksi
dan kelainan di luar traktus digestivus.
2.9 Penatalaksanaan
Apabila seorang anak menderita sakit perut akut, maka yang penting dilakukan
adalah menentukan apakah penyakitnya memerlukan tindakan bedah atau tidak. Kalau
kita sudah dapat membuat keputusan bahwa anak itu tidak memerlukan tindakan bedah,
maka kita harus mencari penyebab sakit perut dan diberikan pengobatan sesuai
etiologinya. Terapi simptomatis perlu juga diberikan seperti istirahat serta pengawasan
cairan dan diet. Pada keadaan dimana anak sangat kesakitan dapat diberikan sedatif
ataupun analgetika.
Pada sakit ringan dan sedang, obat-obatan yang dapat diberikan seperti aspirin
(dosis 10 mg/kg/dosis), acetaminofen (10 mg/kg/dosis), codein (3 mg/kg/dosis),
Naproksen (10-18 mg/kg/hari), axycodome (0,08 mg/kg/dosis), dan tolmetin (18-50
mg/kg/hari). Sedangkan pada nyeri yang sifatnya berat, dapat diberikan Obat-obatan yang
diberikan dapat seperti morfin (0,1 - 0,2 mg/kg/dosis), metadon (0,1 - 0,2 mg/kg/dosis),
meperidin (0,75 2 mg/kg/dosis) dan hidromorfin (0,015 0,3 mg/kg/dosis) 2.
22
sore). Pada keadaan irritable bowel syndrome yang paling penting adalah memberikan
penjelasan serta mengantisipasi pencetus psikososial yang mungkin dapat sebagai
pencetus timbulnya keluhan serta meningkatkan diet tinggi serat. Pada umumnya dengan
metode ini akan memberikan hasil yangbaik dalam waktu antara 6-12 bulan. 4
Dua macam antibiotika mempunyai tujuan agar terjadi efek sinergis di antara
antibiotika yakni agar efek intraluminal bekerja baik, shingga antibiotika lainnya dapat
bekerja secara sistemik. Penggunaan PPI mempunyai manfaat untuk menurunkan
keasaman lambung agar antibiotika dapat bekerja lebih optimal.4
Anak yang menderita infeksi Helicobacter pylori disertai ulkus diberikan terapi PPI
ditambah dua jenis antibiotik selama 14 hari.
23
Tabel 2.2. Terapi eradikasi Helicobacter pylori pada anak-anak9
Antibiotik tambahan :
Amoxicilin 50 mg/kg/hari,sampai 1 gr perhari
Tetrasiklin 15 mg/kg/hari sampai 500 mg 2xsehari
Clarithromycin 15 mg/kg/hari max 500 mg 2x sehari
5
Ranitidine bismuth citrate 1 tablet 4 x sehari
Chlarithromycin 15 mg/kg/hari max 500 mg 2x sehari
metronidazole 20 mg /kg, 2x sehari sampai 500 mg 2x sehari
24
Tabel 2.3. Terapi infeksi Helicobacter pylori pada anak-anak9
25
Terapi pilihan untuk sakit perut berulang pada anak :5
1. Intervensi diet
Tidak ada kaitan antara sakit perut berulang pada anak dengan intoleransi
laktosa, sehingga diet bebas laktosa sepertinya tidak berpengaruh apa-apa
terhadap sakit perut berulang.
c. Alergi makanan
d. Probiotik
2. Farmakoterapi
a. H2 blockers
b. Agen serotonergik
c. Antidepressan trisiklik
26
ini bukan pilihan terapi utama pada anak-anak dengan sakit perut
berulang.
3. Pendekatan psikologis
b. Hipnoterapi usus
4. Terapi pelengkap
b. Jahe
Digunakan pada pasien dengan keluhan utama muntah,dispepsia atau
diare. Jahe mempunyai aksi prokinetik yang memungkinkan terjadinya
spasmolitik dari antagonis kalsium.
c. Akupuntur
d. Terapi pijat
Diasumsikan bahwa pijatan dapat mengurangi eksitasi serat visera aferen
dan kemungkinan berpengaruh pada proses dan persepsi nyeri di otak.
Selain itu, piatan dapat meningkatkan tonus vagal dan motilitas lambung.
27
Gambar 2.1 Algoritma diagnosis sakit perut mendadak pada anak 1.
SAKIT PERUT
MENDADAK
1. Anamnesis
Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan fisik -Darah lengkap
-Urin lengkap
3. Derajat
-Tinja lengkap
Penyakit
6. Foto abdomen 3
posisi , konsul bedah
Observasi 1-2 amilase -test faal hati
hari -USG
-pneumonia -apendisitis
Respon baik Respon jelek -Batu ginjal -invaginasi
-radang usus -volvulus
-osteomielitis -laserasi
-esofagitis endoskopi -keganasan hati/limpa
-ulkus peptikum -kehamilan
28 ekstra uteri
Gambar 2.2 Algoritma diagnosis sakit perut berulang pada anak 1.
SAKIT PERUT
BERULANG
A. Anamnesis
B. Pemeriksaan fisik C. Pemeriksaan laboratorium
A. Anamnesis darah lengkap
B. Pemeriksaan fisik urin lengkap
tinja lengkap
Abnormal Normal
Pankreatitis
29 Endoskopi
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Pendekatan diagnosis nyeri perut pada anak masih sulit karena kriteria diagnosis
yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut non organik. Kriteria
diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria Rome III. Sakit perut
akut atau berulang mempunyai lima sumber, yaitu organ viseral, organ di luar abdomen,
lesi pada medula spinalis, gangguan metabolik, psikosomatik. Kriteria diagnostik sakit
perut fungsional dibagi berdasarkan Rome III, yaitu: infant regurgitation, infant
rumination syndrome, cyclic vomiting syndrome, infant colic, functional diarrhea, infant
dyschezia, functional constipation, vomiting dan aerophagia, abdominal pain-related
FGID, constipation dan incontinence.Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan
laboratorium darah lengkap, urin lengkap, foto polos perut dan pielografi intravena dan
elektrolit darah, biakan tinja, pH tinja dan tes reduksi tinja (clinitest), USG abdomen, CT
Scan abdomen, EEG, dan endoskopi. Pengobatan diberikan sesuai etiologi.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Markum AH. Buku ajar ilmu kesehatan anak. Vol 1. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 1999. p. 493-6
2. Wiryati AAM, Aryasa IKN, Suraatmaja S. Sakit perut akut pada anak. In:
Suraatmaja S, editor. Kapita selekta gastroenterologi. Jakarta: CV Sagung Seto;
2007. p. 189-203.
3. Boediarso A. Sakit perut pada anak. In: Jufri M, editor. Buku ajar gastroenterologi
hepatologi. 1st ed. Jakarta: IDAI; 2010. p. 149-65.
7. Atkins JT, Cleary TG. Helicobacter. In: Bishop, Warren P, editors. Essential of
pediatric. 5th ed. Piladelphia: Elsevier Saunders; 2006. p. 988-89.
8. Memon IA, LAL MN, Murtaza G, Jamal A, Bhatti RN, Tariq S. Reccurent
abdominal pain in children. Pak J Med Sci. 2009;25:26-30.
9. Walters D, Jones NL. Helicobacter pylori in childhood. In: Wyllie R, Hyams JS,
editors. Pediatric gastrointestinal & liver disease. 3rd ed. United States America:
Saunders Elsevier; 2006. p. 409-27.
10. Gold BD. Helicobacter pylori infection. In: Bell LM, editor. Pediatric
gastroenterology. United States of America: Mosby Elevier; 2008. p. 98-109.
11. William HJ, Levin MJ, Sondheimer JM, Deterding RR. Current diagnosis &
treatment pediatrics. New York: The Mc Grow Hill Companies; 2009. p. 599-600.
12. Mahajan LA, Kaplan B. Chronic abdominal pain of childhood and adolescence.
In: Wyllie R, Hyams JS, editors. Pediatric gastrointestinal & liver disease. 3rd ed.
United States America: Saunders Elsevier; 2006. p. 111-23.
31
13. Kari KF, Anderson J, Puzanovova M, Walker LS. Rome II versus Rome III
classification of functional gastrointestinal disorder in pediatric cronic abdominal
pain. JPGN. 2008;47:299-302.
14. Hymann PE, Milla PJ, Benninga MA, Davidson GP, Fleisher DF, Taminiau J.
Childhood functional gastrointestinal disorders: Neonate/Toddler.
Gastroenterology. 2006;130:1519-26.
15. Rosquin A, Larenzo CD, Forbes D, Guiraldes E, Hyams JS, Staiaro A, et al.
Childhood functional gastrointestinal disorders: Child/Adolescent.
Gastroenterology. 2006;130:1527-37.
32