Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM TEKNIK INDUSTRI 1
MODUL 5
PERANCANGAN SISTEM PRODUKSI PERAKITAN
KELOMPOK 5 :
1. M. Faiz El Aisy (150421100054)
2. Atik Mardiana (150421100076)
3. Bariqi Nashih Ulwan (150421100092)
4. Abdur Rahman (150421100100)
Tanggal :
Sabarudin Akhmad,S.T.,M.T
NIP. 197108172006041001
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan karunia dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan resmi
praktikum Perancangan Sistem Teknik Industri 1 modul 5 perancangan sistem
produksi perakitan dengan baik dan lancar. Penulisan laporan ini dilakukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Perancangan Sistem Teknik Industri 1 jurusan
Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo Madura.
Kami menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak sangat sulit bagi kami untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu,
kami menyampaikan ucapan terimakasih, khususnya kepada :
1. Bpk. Sabarudin Akhmad, ST., M.T., selaku Kepala Laboratorium Ergonomi
dan Perancangan Sistem Kerja dan dosen pengampu mata kuliah Perancangan
Sistem Teknik Industri 1.
2. Seluruh Asisten praktikum Perancangan Sistem Teknik Industri Jurusan
Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo Madura.
3. Teman-teman Teknik Industri angkatan 2015 yang telah mendukung dan
membantu dan menyelesaikan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini kami menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu kritik serta saran dari semua pihak
sangat kami harapkan untuk perbaikan laporan kedepannya. Semoga dengan
adanya laporan resmi praktikum Perancangan Sistem Teknik Industri 1 modul 5
perancangan sistem produksi perakitan ini dapat memberi manfaat bagi semua
pihak dan khususnya kami selaku penyusun.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
iii
4.2.1 Precedence Diagram ........................................................................................ 13
4.2.2 Matrik Pendahulu ............................................................................................. 14
4.2.3 Perhitungan Bobot Posisi untuk Tiap Operasi ................................................. 14
4.3 Metode Pembebanan Berurut .................................................................................. 17
4.3.1 Precedence Diagram ........................................................................................ 17
4.3.2 Matrik Pendahulu ............................................................................................. 18
4.3.3 Perhitungan Pembebanan Berurut untuk Tiap Operasi .................................... 18
4.4 Metode Pendekatan Wilayah .................................................................................. 21
4.4.1 Precedence Diagram ........................................................................................ 21
4.4.2 Matrik Pendahulu ............................................................................................. 22
4.4.3 Perhitungan Pendekatan Wilayah untuk Tiap Operasi ..................................... 22
4.5 Perbandingan Metode ............................................................................................. 23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................ 24
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 24
5.2 Saran ....................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 26
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.2.1 Precedence diagram..................................................................................... 8
Gambar 5.3.2 Flowchart pelaksanaan praktikum ............................................................. 10
Gambar 5.3.3 Flowchart pengolahan dataBAB IV ........................................................... 11
Gambar 5.4.4 Awal stasiun kerja perakitan sandal SISCO ............................................... 12
Gambar 5.4.5 Precedence diagram awal metode bobot posisi ......................................... 13
Gambar 5.4.6 Pembagian stasiun kerja metode bobot posisi iterasi 1 .............................. 16
Gambar 5.4.7 Pembagian stasiun kerja metode bobot posisi iterasi 2 .............................. 17
Gambar 5.4.8 Precedence diagram awal metode pembebanan berurut............................ 17
Gambar 5.4.9 Pembagian stasiun kerja metode pembebanan urutan iterasi 1 .................. 20
Gambar 5.4.10 Pembagian stasiun kerja metode pembebanan urutan iterasi 2 ................ 21
Gambar 5.4.11 Precedence diagram awal metode pemdekatan wilayah ......................... 21
Gambar 5.4.12 Pembagian stasiun kerja metode pendekatan wilayah ............................. 23
vi
ABSTRACT
vii
ABSTRAK
Kata kunci : lini perakitan, line balancing, metode bobot posisi, metode
pembebanan berurut, metode pendekatan wilayah.
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum modul perancangan sistem produksi perakitan adalah
sebagai berikut:
1. Dapat memahami konsep keseimbangan lintasan (line of balancing) dan
pentingnya untuk perancangan sistem produksi perakitan.
2. Mengetahui cara menghitung dan mengidentifikasi line balancing yang
optimal dari operasi kerja.
3. Mampu menerapkan dan mengevaluasi metode line balancing.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Persyaratan yang harus diperhatikan untuk menunjang kelangsungan lintasan
produksi adalah sebagai berikut:
1. Keseimbangan penyebaran kerja dikaukan secara merata pada setiap stasiun
kerja yang berada pada lintasan produksi fabrikasi maupun lintasan perakitan.
2. Aliran benda kerja (material) bergerak secara kontinu dengan kecepatan
pergerakan yang seragam.
3. Arah aliran benda kerja (material) tetap sehingga memperkecil daerah
penyebaran dan mengurangi waktu menunggu.
4. Produksi yang kontinu agar tidak terjadi penumpukan benda kerja disalah
satu stasiun kerja.
4
Efisiensi lintasan dirumuskan sebagai berikut:
Line efficiency = (1)
Keterangan :
= waktu stasiun kerja ke i
K = jumlah stasiun kerja
CT = waktu siklus
Smoothing index menunjukkan kelancaran relative dari penyeimbang lini
perakitan tertentu dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan :
STi = Smoothing Index
CT max = waktu siklus maksimal
= waktu stasiun kerja ke i
5
5. Melakukan pembebanan operasi pada stasiun kerja mulai dari operasi
dengan bobot posisi terbesar sampai terkecil, dengan kriteria total waktu
operasi lebih kecil dan waktu siklus.
6. Menggunakan prosedur trial and error untuk mencari pembebanan yang
akan mengahasilkan efisiensi rata-rata lebih besar dari efisiensi rata-rata
pada langkah 6 diatas.
7. Mengulangi langkah 6 dan 7 sampai titik ditentukan lagi stasiun kerja yang
memiliki stasiun kerja yang memiliki efisiensi rata-rata yang lebih tinggi.
2.3.2 Metode Pembebanan Berurut
Langkah langkah penyelesaian dengan menggunakan metode pembebanan
berurut (Tjan, 2014) adalah sebagai berikut:
1. Menghitung waktu siklus yang diinginkan. Waktu siklus aktual adalah
waktu siklus yang diinginkan atau waktu operasi terbesar jika waktu operasi
terbesar itu lebih besar dari waktu siklus yang diinginkan.
2. Membuat matrik operasi pendahulu (P) dan operasi pengikut (F) untuk
setiap operasi berdasarkan jaringan kerja perakitan.
3. Memperhatikan baris di matrik kegiatan pendahulu P yang semuanya terdiri
dari angka 0, dan beban elemen pekerjaan terbesar yang mungkin terjadi,
jika ada lebih dari 1 baris yang memiliki seluruh elemen sama dengan nol.
4. Memperhatikan nomor elemen dibaris matriks kegiatan pengikut F yang
bersesuaian dengan elemen yang telah ditugaskan. Setelah itu kembali
perhatikan baris pada matriks P yang ditunjukan, ganti nomor identifikasi
elemen yang telah dibebankan ke stasiun kerja dengan nol.
5. Dilanjutkan dengan penugasan elemen-elemen pekerjaan itu pada tiap
stasiun kerja dengan ketentuan bahwa waktu total operasi tidak melebihi
waktu siklus. Proses ini dikerjakan hingga semua baris tidak melebihi waktu
siklus.
6. Menghitung efisiensi rata-rata stasiun kerja yang terbentuk.
7. Menggunakan prosedur trial and error untuk mencari pembenanan yang
akan mengahasilkan efisiensi rata-rata lebih besar dari efisiensi rata-rata
pada langkah 6 diatas.
6
8. Mengulangi langkah 6 dan 7 sampai titik ditentukan lagi stasiun kerja yang
memiliki stasiun kerja yang memiliki efisiensi rata-rata yang lebih tinggi.
2.3.3 Metode Pendekatan Wilayah
Metode ini dikembangkan oleh Bedworth untuk mengatasi kekurangan
metode bobot posisi, namun tetap tidak akan menghasilkan solusi optimal, tetapi
solusi yang dihasilkannya sudah cukup baik dan mendekati optimal. Langkah-
langkah penyelesaianya dengan menggunakan metode pendekatan wilayah
adalah sebagai berikut (Nasution, 1999) :
1. Menghitung waktu siklus yang diinginkan. Waktu siklus aktual adalah
waktu siklus yang diinginkan atau waktu operasi terbesar jika waktu operasi
terbesar itu lebih dari waktu siklus yang diinginkan.
2. Membagi jaringan kerja kedalam wilayah-wilayah dari kiri ke kanan.
Gambar ulang jaringan kerja, tempatkan seluruh pekerjaan di daerah paling
ujung sedapat-dapatnya.
3. Dalam tiap wilayah, urutan pekerjaan mulai dari waktu operasi terbesar
sampai operasi terkecil.
4. Bebankan pekerjaan dengan urutan sebagai berikut (Perhatikan pula untuk
menyesuaikan dari terhadap batas wilayah).
5. Pada akhir tiap pembebanan stasiun kerja, tentukan apakah utilisasi waktu
tersebut telah dapat diterima. Jika tidak periksa seluruh pekerjaan yang
memenuhi hubungan keterkaitan dengan operasi yang telah dibebankan.
Putuskan apakah pertukaran-pertukaran pekerjaan tersebut akan
meningkatkan utilisasi waktu stasiun kerja. Jika ya, lakukan perubahan
tersebut. Penugasan pekerjaan selanjutnya menjadi lebih tetap.
7
2.5 Stasiun Kerja
Menurut Komarudin (2014), stasiun kerja merupakan tempat dimana proses
operasi dilakukan. Stasiun kerja ini dibagi menjadi departemen untuk
mengelompokkan tempat operasi kerja. Jumlah stasiun kerja yang akan dibentuk
dapat diperkirakan dengan cara membagi jumlah total dari waktu pekerjaan setiap
elemen dengan waktu siklusnya, seperti rumus berikut:
8
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian berisi tentang alat dan bahan, prosedur praktikum dan
flowchart praktikum pada modul tentang perumusan kebutuhan konsumen.
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum modul 5 adalah sebagai
berikut:
1. Data precedence diagram modul 3.
2. PC/Laptop.
3. Ms. Word.
4. Ms. Excel.
9
3.3 Flowchart Pelaksanaan Praktikum
Flowchart dari pengumpulan dan pengolahan data praktikum, yaitu sebagai
berikut:
3.3.1 Flowchart Praktikum
Flowchart dari pelaksanaan praktikum modul tentang perancangan sistem
produksi perakitan yaitu sebagai berikut:
Mulai
Pre-Test
Tidak
Remidi Lulus Pre-Test
Ya
Ya
Mengambil data
Lulus remidi precedence diagram
modul 3
Tahap
Pengolahan Data
Tidak
Brifing pengolahan data
Pengolahan data
Asistensi 1 dan 2
Tahap
Laporan resmi
Kesimpulan
Selesai
10
3.3.2 Flowchart Pengolahan Data
Flowchart dari pengolahan data praktikum modul tentang perancangan
sistem produksi perakitan yaitu sebagai berikut:
Mulai
Pengolahan data:
1. Rancangan awal departemen
2. Rekapan data waktu aktual
3. precedence diagram
4. Penentuan cycle time
5. Line balancing metode bobot posisi
Tahap
6. Line balancing metode pembebanan berurut
Pengolahan Data
7. Line balancing metode pendekatan wilayah
8. Memilih dan analisa metode terbaik
9. Redesign skema departemen baru
berdasakan hasil line balancing
Selesai
11
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
Departemen 3
Departemen 1 Departemen 6
Departemen 2 Departemen 4 Departemen 7
Merekatkan alas dengan
Merekatkan spon eva atas Memasukkan Sandal
Memasang sandat bawah spon eva atas dan spon eva Memasang sandat atas Memasang tali
dengan spon eva tengah Kedalam Plastik
tengah
12
tengah membutuhkan waktu 30 detik. Operasi kedua memasang sandat bawah
membutuhkan waktu sebesar 99 detik dan total waktu operasi sebesar 196 detik.
4.1.3 Penentuan Stasiun Kerja Minimum
Perhitungan matematis perkiraan jumlah stasiun pada pembuatan sandal
SISCO adalah sebagai berikut:
= 1,98 2
Berdasarkan perhitungan jumlah stasiun minimal yang harus dibuat pada
lini peraktikan sandal adalah sebanyak 2 stasiun.
O-5
O-6 O-7
13
4.2.2 Matrik Pendahulu
Matrik pendahulu berdasarkan precedence diagram metode bobot posisi
adalah sebagai berikut:
Tabel 5.4.2 Matrik pendahulu metode bobot posisi
Operasi Pengikut
Operasi
1 2 3 4 5 6 7
1 - 1 1 1 0 1 1
2 0 - 1 1 0 1 1
3 0 0 - 1 0 1 1
4 0 0 0 - 0 1 1
5 0 0 0 0 - 1 1
6 0 0 0 0 0 - 1
7 0 0 0 0 0 0 -
Berdasarkan precedence diagram gambar 5.4.4 bisa dibuat matrik
pendahulu seperti pada tabel 5.4.2. Sel yang memiliki angka 1 menandakan
bahwa operasi pada kolom mengikuti atau terjadi setelah operasi pada baris
sedangkan angka 0 menandakan bahwa kedua operasi tidak memiliki hubungan.
Misalnya pada operasi 1 diikuti oleh operasi 2, 3, 4, 6 dan 7.
4.2.3 Perhitungan Bobot Posisi untuk Tiap Operasi
Perhitungan untuk menentukan operasi-operasi mana saja yang akan
dijadikan satu stasiun kerja berdasarkan metode bobot posisi adalah sebagai
berikut:
Tabel 5.4.3 Hasil perhitungan bobot posisi tiap operasi
No Operasi Operasi Pendahulu Bobot Posisi
1 Merekatkan spon eva atas dengan tengah (Sub asembly 1) - 175
2 Memasang sub assembly 1 dengan sandat bawah (sub assembly 2) 1 145
3 Merekatkan sub assembly 2 dengan alas (sub assembly 3) 1.2 46
4 Memasang sandat atas dengan sub assembly 3 1,2,3 34
5 Memasukkan label kedalam plastik - 47
6 Memasukkan sandal ke dalam plastik 1,2,3,4,5 26
7 Memasang tali 1,2,3,4,5,6 17
14
Tabel 5.4.4 Hasil pengurutan operasi pada metode bobot posisi
No Operasi Operasi Pendahulu Bobot Posisi
1 Merekatkan spon eva atas dengan tengah (Sub asembly 1) - 175
2 Memasang sub assembly 1 dengan sandat bawah (sub assembly 2) 1 145
5 Memasukkan label kedalam plastik - 47
3 Merekatkan sub assembly 2 dengan alas (sub assembly 3) 1.2 46
4 Memasang sandat atas dengan sub assembly 3 1,2,3 34
6 Memasukkan sandal ke dalam plastik 1,2,3,4,5 26
7 Memasang tali 1,2,3,4,5,6 17
= 65,99%
Smoothing index =
=
= 76.06
Berdasarkan tabel 5.4.5 departemen 2 memiliki waktu operasi terbesar
sehingga memiliki nilai efisiensi 100%. Operasi operasi lain bisa digabungkan
menjadi beberapa stasiun kerja dengan syarat waktu operasi total tidak lebih
besar dari 99. Terdapat tiga stasiun kerja dimana efisiensi terbesar ada ada
15
stasiun 2 sebesar 100% dan efisiensi teredah pada stasiun 1 sebesar 30.3%
dengan nilai rata-rata efiensi sebesar 65.99%
O-5
O-6 O-7
= 49,49%
Smoothing index =
=
= 117.07
Berdasarkan tabel diatas terdapat empat stasiun kerja alternatif yang bisa
dibuat dimana efisiensi terbesar ada ada stasiun 2 sebesar 100% dan efisiensi
teredah pada stasiun 3 sebesar 20.2% dan nilai rata-rata efiensi sebesar 49.49%.
16
Rata-rata pada iterasi kedua ini lebih kecil daripada iterasi pertama sehingga
iterasi pertama lebih disarankan.
O-5
O-6 O-7
O-5
O-6 O-7
17
4.3.2 Matrik Pendahulu
Matrik pendahulu berdasarkan precedence diagram metode pembebaban
berurut adalah sebagai berikut:
Tabel 5.4.7 Matrik pendahulu metode pembebanan berurut
Waktu Matrik Operasi Matrik Operasi
Operasi
Operasi Pendahulu Pengikut
1 30 0 0 2
2 99 1 0 3
3 12 2 0 4
4 8 3 0 6
5 21 0 0 6
6 9 4 5 7
7 17 6 0 0
Berdasarkan tabel 5.4.7 diketahui waktu operasi, operasi pendahulu dan
operasi pengikut dari sebuah operasi. Misalnya operasi 6 dengan lama waktu 9
detik, didahului operasi 4 dan 5 serta diikuti operasi 9.
4.3.3 Perhitungan Pembebanan Berurut untuk Tiap Operasi
Perhitungan untuk menentukan operasi-operasi mana saja yang akan
dijadikan satu stasiun kerja berdasarkan metode pembebanan berurut adalah
sebagai berikut:
Tabel 5.4.8 Prosedur metode pembebanan berurut
Waktu Matrik Operasi Matrik Operasi
Operasi
Operasi Pendahulu Pengikut
1 30 0 0 2
2 99 1 0(1) 0 3
3 12 2 0(2) 0 4
4 8 3 0(3) 0 6
5 21 0 0 6
6 9 4 0(4) 5 0(5) 7
7 17 6 0(6) 0 0
Berdasarkan tabel 5.4.8 diketahui waktu operasi, operasi pendahulu,
operasi pengikut dari sebuah operasi serta urutan dari operasi operasi
tersebut. Cara menentukan urutan operasiberdasarkan metode ini adalah
dengan melihat operasi yang tidak punya matrik pendahulu dan waktu
operasinya terbesar. Kemudian lihat operasi pengikut dari operasi tersebut,
tuliskan urutan mulai dari 1 dan seterusnya disamping kolom matrik operasi
18
pendahulu. Setelah selesai kemudian operasi operasi tersebut diurutkan
sebagai berikut:
Tabel 5.4.9 Urutan operasi metode pembebanan berurut
Waktu
Operasi
Operasi
1 30
2 99
3 12
4 8
5 21
6 9
7 17
Waktu Efisiensi
Stasiun Kerja Operasi
Operasi Stasiun Kerja
Stasiun Kerja 1 Operasi 1 30 30.3%
Stasiun Kerja 2 Operasi 2 99 100%
Operasi 3 12
Stasiun Kerja 3 Operasi 4 8 41.41%
Operasi 5 21
Operasi 6 9
Stasiun Kerja 4 26.26%
Operasi 7 17
Rata-rata Efisiensi Lintas Keseluruhan 49.49%
Line efficiency =
= 49,49%
Smoothing index =
=
= 115,99
Berdasarkan tabel 5.4.10 lintas perakitan dibagi kedalam empat stasiun
kerja dengan nilai efisiensi terendah pada stasiun kerja 4 yang terdiri dari
19
operasi 6 dan 7 dengan total waktu 26 detik memiliki nilai sebesar 26.26% dan
rata-rata efisiensi keseluruhan sebesar 49.49%.
O-5
O-6 O-7
= 65,99%
Smoothing index =
= 76.06
Berdasarkan tabel 5.4.11 lintasan perakitan dibagi kedalam tiga stasiun
kerja dengan nilai efisiensi terendah pada stasiun kerja 1 yang terdiri dari operasi
20
1 dengan total waktu 30 detik memiliki nilai sebesar 30.3% dan rata-rata
efisiensi keseluruhan sebesar 65.15%. Dibandingkan dengan iterasi pertama,
iterasi kedua memiliki nilai efisiensi yang lebih besar sehingga lebih disarankan
untuk memilih iterasi kedua.
O-5
O-6 O-7
O-5
O-6 O-7
21
4.4.2 Matrik Pendahulu
Matrik pendahulu berdasarkan precedence diagram metode pendekatan
wilayah adalah sebagai berikut:
Tabel 5.4.12 Matrik pendahulu metode pedekatan wilayah
Wilayah Prioritas Operasi
I 1
II 2
III 3
IV 4,5
V 6
VI 7
Berdasarkan tabel diatas diketahui lintasan perakitan terbagi kedalam
enam wilayah dengan operasi operasi mana saja yang temasik pada wilayah
tersebut. Misalnya pada wilayah IV terdiri dari operasi 4 dan operasi 5.
4.4.3 Perhitungan Pendekatan Wilayah untuk Tiap Operasi
Perhitungan untuk menentukan operasi-operasi mana saja yang akan
dijadikan satu stasiun kerja berdasarkan metode pendekatan wilayah adalah
sebagai berikut:
Tabel 5.4.13 Hasil pembagian stasiun kerja metode pendekatan wilayah
Pembebanan Waktu Kerja Efisiensi
Stasiun Kerja
Operasional Operasi Stasiun Kerja
Stasiun Kerja 1 1 30 30.30%
Stasiun Kerja 2 2 99 100%
Stasiun Kerja 3 3,4,5,6,7 67 67.68%
Rata-rata Efisiensi Lintas Keseluruhan 65.99%
Line efficiency =
= 65,99%
Smoothing index =
=
= 76.06
Berdasarkan tabel diatas dengan menggunakan metode pendekatan wilayah,
operasi-operasi pada lintasan perakitan bisa dibagi kedalam tida stasiun kerja.
Stasiun kerja 1 terdiri dari operasi 1 dengan total waktu 30 detik memiliki nilai
efisiensi 30.30%, stasiun kerja 2 terdiri dari operasi 2 dengan total waktu 99
22
detik dan efisisensi 100%. Serta stasiun kerja 3 terdiri dari operasi 3, 4, 5, 6, dan
7 dengan total waktu 67 detik dan efisisensi sebesar 67.68% dan rata-rata
efisisensi keseluruhan sebesar 65.99%.
O-5
O-6 O-7
23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
24
sebesar 76,06. Ketiga metode menghasilkan nilai efisiensi yang sama
dikarenakan operasi-operasi pada lintasan perakitan dibagi kedalam stasiun-
stasiun yang sama yaitu stasiun 1 terdiri dari operasi 1, stasiun 2 terdiri dari
operasi 2, dan stasiun 3 terdiri dari operasi 3, 4, 5, 6 dan 7.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum modul lima perancangan sistem produksi perakitan
adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan perhitungan line balancing didapat nilai efisiensi yang sama
untuk setiap metode yaitu 65.99% serta nilai smoothing index yang sama
besar yaitu 70,06. Sehingga disarankan PT TI PRUTTT untuk membagi
operasi perakitan sandal kedalam tiga stasiun kerja yaitu stasiun 1 terdiri dari
operasi 1, stasiun 2 terdiri dari operasi 2, dan stasiun 3 terdiri dari operasi 3,
4, 5, 6 dan 7.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Lampiran
27
28
29
30