You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah
suatu kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan
yang terkadang dialami individu. Kebutuhan terbebas dari rasa nyeri itu
merupakan salah satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan diberikannya
asuhan keperawatan pada seorang pasien dirumah sakit (Prasetyo, 2010).
Nyeri mengganggu hubungan dan kemampuan individu untuk
mempertahankan perawatan dirinya. Dengan menyadari prasangka atau
kesalahpahaman, maka perawat akan dapat menangani masalah klien dengan lebih
profesional. Perawat, yang berperan sebagai seorang pengamat yang aktif dan
memiliki pengetahuan tentang klien yang mengalami nyeri, akan menganalisa
lebih objektif tentang pengalaman nyeri. Klien membuat diagnosis bahwa ia
mengalami nyeri dan perawat bekerja untuk menerapkan teknik-teknik dan
keterampilan yang pada akhirnya akan menghilangkan nyeri (Potter & Perry,
2006).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP) dalam Hamidah
(2010), nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan.Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan
reseptor dan adanya rangsangan. Seseorang dapat menoleransi, menahan nyeri
atau dapat mengenali jumlah stimulasi nyeri, diantaranya luka setelah
dilakukannya sectio caesaria. WHO (World Health Organization) menganjurkan
operasi sesar hanya sekitar 10-15 % dari jumlah total kelahiran. Anjuran WHO
tersebut tentunya didasarkan pada analisis resiko-resiko yang muncul akibat sesar.
Baik resiko bagi ibu maupun bayi.Angka kejadian operasi sc di Indonesia menurut
data survey nasional tahun 2010 adalah 734.000 dari 3.832.000 persalinan atau
sekitar 19,15%. Sedangkan di Jawa Tengah kejadian operasi sesar mencapai 32,2
%. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa angka tersebut sudah melebihi batas
yang ditetapkan oleh WHO (Hamidah, 2010).

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk memberikan Asuhan
Keperawatan dengan Gangguan Aman Nyaman: Nyeri pada post operasi sectio
caesaria di Tulip lt V RSUD Dr. Pirngadi Medan.

B. Tujuan
Untuk melakukan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi serta evaluasi dengan gangguan rasa nyaman:
nyeri pada pasien post sc di RSUD dr. Pirngadi Medan.

C. Manfaat
a. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar dan tolok ukur
kemampuan mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan dengan prioritas
masalah nyeri post sectio caesaria yang dapat digunakan sebagai acuan bagi
praktik keperawatan guna meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa
khususnya mahasiswa DIII keperawatan.
b. Bagi Praktik Keperawatan
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan masukan
bagi praktisi keperawatan guna meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan
pada pasien dengan prioritas masalah nyeri.
c. Bagi Kebutuhan Klien
Memberikan informasi kepada klien mengenai kasus nyeri pada post
sectio caesaria.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Rasa Nyaman:
Nyeri
Kolcaba dalam Potter & Perry (2005), mendefinisikan kenyamanan sebagai
suatu keadaan telah terpenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan tersebut
meliputi kebutuhan akan ketentraman, kelegaan, dan transenden (keadaan tentang
sesuatu yang melebihi masalah atau nyeri). Nyeri dapat mengganggu hubungan
personal dan mempengaruhi makna kehidupan.
Rasa nyeri muncul akibat respon psikis dan refleks fisik. Kualitas nyeri fisik
dinyatakan sebagai nyeri tusukan, nyeri tersayat, nyeri terbakar, rasa sakit,
denyutan, sensasi tajam, rasa mual, dan kram. Rasa nyeri pada persalinan
menimbulkan gejala yang dapat dikenali. Peningkatan aktivitas sistem saraf
simpatik timbul sebagai respon terhadap nyeri dan dapat mengakibatkan
perubahan tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, dan warna kulit.
Berdasarkan klasifikasinya secara umum, menurut (Mubarak & Chayatin,
2008) nyeri terbagi atas nyeri akut dan nyeri kronis.
a) Nyeri Akut
Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan. Awitan gejalanya
mendadak, dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui. Nyeri
akut ditandai dengan peningkatan tegangan otot dan kecemasan yang
keduanya meningkatkan persepsi nyeri (Mubarak & Chayatin, 2008).
Menurut Prasetyo, Nyeri akut berdurasi singkat (kurang dari 6 bulan),
memiliki onset yang tiba-tiba, dan terlokalisir. Nyeri ini biasanya diakibatkan
oleh trauma, bedah, atau inflamasi. Hampir setiap individu pernah merasakan
nyeri ini, seperti saat sakit kepala, sakit gigi, tertusuk jarum, terbakar, nyeri
otot, nyeri saat melahirkan dan nyeri sesudah tindakan pembedahan.
b) Nyeri Kronis
Nyeri ini berlangsung lebih dari enam bulan. Sumber nyeri bisa diketahui
atau tidak. Nyeri cenderung hilang timbul dan biasanya tidak dapat
disembuhkan. Selain itu penginderaan nyeri menjadi lebih dalam sehingga
penderita menjadi mudah tersinggung dan sering mengalami insomnia.

Universitas Sumatera Utara


Akibatnya, mereka menjadi kurang perhatian, sering merasa putus asa, dan
terisolir dari kerabat dan keluarga. Nyeri kronis biasanya hilang timbul dalam
periode waktu tertentu (Mubarak & Chayatin, 2008).
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nyeri menurut (Potter &
Perry, 2006) sebagai berikut:
a) Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya
pada anak-anak dan lansia. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan di
antara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan
lansia bereaksi terhadap nyeri.
b) Jenis Kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
beresspon terhadap nyeri. Akan tetapi, toleransi terhadap nyeri
dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik
pada setiap individu.
c) Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri. Individu mempelajari apa apa yang diharapkan dan apa yang
diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi
terhadap nyeri.
d) Makna Nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman
nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan
secara dekat dengan latar belakang budaya individu tersebut.
e) Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan
dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan dihubungkan
dengan respon nyeri yang menurun. Konsep ini merupakan salah satu
konsep yang perawat terapkan diberbagai terapi untuk menghilangkan
nyeri, seperti relaksasi, teknik imajinasi, dan masase.

Universitas Sumatera Utara


f) Ansietas
Hubungan antar nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali
meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu
perasaan ansietas.
g) Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan
sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Hal
ini dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang menderita
penyakit dalam jangka lama.
h) Pengalaman Sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri
sebelumnnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima
nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila seorang
klien tidak pernah merasakan nyeri, maka persepsi pertama dapat
mengganggu koping terhadap nyeri.
i) Mekanisme Koping
Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat
seseorang merasakan kesepian.Hal yang sering terjadi adalah klien yang
merasa kehilangan kontrol terhadap lingkungan atau kehilangan kontrol
terhadap hasil akhir dari peristiwa yang terjadi.
j) Dukungan Keluarga dan Sosial
Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri ialah kehadiran
orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien.

Universitas Sumatera Utara


1. Pengkajian
Prasetyo (2010) mengatakan tindakan perawat yang perlu dilakukan oleh
perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien nyeri akut adalah:
a. Mengkaji perasaan klien (respon psikologi yang muncul).
b. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.
c. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.
Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien
dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya perawat
berusaha untuk mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba
mengkaji kuantitas persepsi klien terhadap nyeri.
Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat di
dalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien.Girton (1984)
dalam prasetyo, mengidentifikasi komponen-komponen tersebut, diantaranya:
1. Penentuan ada tidaknya nyeri:
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai
ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak
menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh klien
adalah nyata. Sebaliknya, ada beberapa pasien yang terkadang justru
menyembunyikan rasa nyerinya untuk menghindari pengobatan.
2. Karakteristik nyeri (Metode P, Q, R, S, T)
a) Faktor pencetus (P: Provocate)
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulas-stimulus nyeri pada
klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-
bagian tubuh yang mengalami cedera. Apabila perawat mencurigai adanya
nyeri psikogenik maka perawat harus dapat mengeksplore perasaan klien
dan menanyakan perasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri.
b) Kualitas (Q: Quality)
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan
oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat:
tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih,
tertusuk dan lain-lain, dimana tiap-tiap klien mungkin berbeda-beda dalam
melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.s

Universitas Sumatera Utara


c) Lokasi (R: Region)
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk
menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh
klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat
meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri,
kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus
(menyebar).
d) Keparahan (S: Severe)
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang
paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan
nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau berat.

Gambar 1. Skala Intensitas Nyeri (0-10)

Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS), digunakan sebagai pengganti


alat pendeskripsikan kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan skala 0
sampai 10. Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10
mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan klien. Skala ini efektif
digunakan untuk mengkaji intensitas terapeutik.

e) Durasi (T: Time)

Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan durasi, dan


rangkaian nyeri.

Universitas Sumatera Utara


3. Respon fisiologis
Tabel 1. Respon fisiologis yang timbul akibat nyeri antara lain:
Respon fisiologis terhadap nyeri
Peningkatan frekuensi pernapasan
Dilatasi saluran bronkiolus
Peningkatan frekuensi denyut jantung
Vasokontriksi perifer (pucat, peningkatan tekanan
darah)
Respon simpatik
Peningkatan kadar glukosa darah
Diaforesis
Peningkatan tegangan otot
Dilatasi pupil
Penurunan motilitas saluran cerna
Pucat
Ketegangan otot
Respon Penurunan denyut jantung atau tekanan darah
parismpatik Pernafasan cepat dan tidak teratur
Mual dan muntah
Kelemahan atau kelelahan
4. Respon perilaku
Respon perilaku terhadap nyeri yang biasa ditunjukkan oleh pasien antara
lain: merubah posisi tubuh, mengusap bagian yang sakit, menopang bagian nyeri
yang sakit, menggeretakkan gigi, menunjukkan ekspresi wajah meringis,
mengerutkan alis, ekspresi verbal menangis, mengerang, mengaduh, menjerit,
meraung.
5. Respon afektif
Respon afektif juga perlu diperhatikan oleh seorang perawat di dalam
melakukan pengkajian terhadap pasien dengan gangguan rasa nyeri.
6. Pengaruh nyeri terhadap kehidupan klien
Klien yang merasakan nyeri setiap hari akan mengalami gangguan dalam
kegiatan sehari-hari.
7. Persepsi klien tentang nyeri
Dalam hal ini, bagaimana klien menghubungkan antara nyeri yang ia alami
dengan proses penyakit atau hal lain dalam diri atau lingkungan disekitarnya.
8. Mekanisme adaptasi klien terhadap nyeri
Perawat dalam hal ini perlu mengkaji cara-cara apa saja yang biasa klien
gunakan saat klien menjalani perawatan di rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


2. Analisa Data
Analisis data mencakup mengenali pola atau kecenderungan,
membandingkan pola ini dengan kesehatan yang normal, dan menarik konklusi
tentang respon klien. Perawat memperhatikan pola kecendrungan sambil
memeriksa kelompok data. Kelompok data terdiri atas batas karakteristik (Potter
& Perry, 2005). Batas karekteristik adalah kriteria klinis yang mendukung adanya
kategori diagnostik. Kriteria klinis adalah tanda dan gejala objektif dan subjektif
atau faktor risiko (Capernito, 1995). Batas karakteristik multiple yang dihasilkan
dari data pengkajian mendukung diagnosa keperawatan (Capernito, 1995).
3. Rumusan Masalah
Perumusan masalah keperawatan didasarkan pada identifikasi kebutuhan
klien. Bila data pengkajian mulai menunjukkan masalah, perawat diarahkan pada
pemilihan diagnosa yang sesuai. Diagnosa keperawatan berfokus pada
mendefinisikan kebutuhan dasar keperawatan dari klien (Gordon, 1994). Untuk
mengidentifikasi kebutuhan klien, perawat harus lebih dulu menentukan apa
masalah kesehatan klien dan apakah masalah tersebut potensial atau aktual (Potter
& Perry, 2005). Diagnosa keperawatan NANDA mungkin muncul pada klien dengan
masalah nyeri adalah (Potter & Perry, 2006).
1. Nyeri yang berhubungan dengan
a. Cedera fisik atau trauma.
b. Penurunan suplai darah ke jaringan.
c. Proses melahirkan normal.
2. Nyeri kronik yang berhubungan dengan
a. Jaringan parut.
b. Kontrol nyeri yang tidak adekuat.
3. Ketidakberdayaan yang berhubungan dengan
a. Nyeri kronik
4. Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan
a. Nyeri muskuloskeletal
b. Nyeri insisi
5. Resiko cedera yang berhubungan dengan
a. Penurunan resepsi nyeri

Universitas Sumatera Utara


6. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan
a. Nyeri muskuloskeletal
7. Disfungsi seksual yang berhubungan dengan
a. Nyeri artritis panggul
8. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan
a. Nyeri punggung bagian bawah.
4. Perencanaan
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang
berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry, 2005).
Berikut contoh perencanaan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah nyeri
berdasarkan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC dengan diagnosa keperawatan
kelebihan volume cairan.
No. Perencaan Keperawatan
Dx
1. Tujuan dan Kriteria hasil
1. Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan nyeri klien berkurang/terkontrol dengan baik.
2. Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol.
3. Wajah tidak tampak meringis.
4. Klien tampak rileks, dapat beristirahat, dan beraktivitas sesuai
kemampuan.
5. Klien menggunakan tindakkan mengurangi nyeri dengan non
analgesik secara cepat.
6. Tanda-tanda vital normal.
Rencana Tindakan Rasional

Lakukan pengkajian tentang nyeri yang Mengetahui derajat/skala


meliputi lokasi, karakteristik, intensitas nyeri yang sedang pasien.
atau keparahan nyeri.

Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam) Memberikan ketenangan


dan pengalihan dengan menonton tv kepada pasien dan
untuk menurunkan nyeri dan mengurangi derajat nyeri.
memperluas fokus.

Kaji tanda-tanda vital Nyeri yang berkelanjutan


akan meningkatkan tanda-
tanda vital

Universitas Sumatera Utara


Lakukan teknik relaksasi tarik nafas Merilekskan tubuh dan
dalam. mengurangi nyeri yang
dialami.

Berikan posisi yang nyaman supine. Mengurangi ketegangan


pada otot-otot

Kendalikan faktor lingkungan yang Menurunkan reaksi


dapat mempengaruhi respon pasien terhadap stimulasi dari luar
terhadap ketidaknyamanan (Misalnya, dan meningkatkan istirahat
suhu ruangan, cahaya dan kegaduhan) .

Kolaborasi pemberian analgetik. Terapi farmakologi dapat


meredakan nyeri.

Universitas Sumatera Utara


B. Asuhan Keperawatan Kasus
1. Pengkajian

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I. BIODATA
Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 26 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jalan Karya ujung Medan
Tanggal Masuk RS : 01 juni 2014
No. Register :00. 92.76.26
Ruangan/Kamar : Tulip I Lt V
Golongan Darah :O
Tanggal Pengkajian : 2 Juni 2014
Diagnosa Medis : Post Sectio Caesaria
II. KELUHAN UTAMA
Pasien merasakan nyeri berhubungan dengan insisi post sc.
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Provocation/Palliative
a. Apa Penyebabnya
Karena luka jahitan post sc.
b. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Pasien mengatakan dengan tarik nafas nyeri berkurang

Universitas Sumatera Utara


2. Quantity/quality
a. Bagaimana dirasakan
Pasien mengatakan nyeri skala 6 diukur dengan menggunakan skala 1-10.
b. Bagaiman dilihat
Pasien tampak meringis.
3. Region
a. Dimana lokasinya
Lokasi penyakit pasien berada di suprapubik
b. Apakah menyebar
Pasien mengatakan tidak menyebar.
4. Severety
Pasien mengatakan aktivitasnya terganggu
5. Time
Pasien mengatakan nyeri sewaktu melakukan pergerakan.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit terdahulu
2. Pengobatan atau tindakan yang dilakukan
Tidak ada pengobatan yang dilakukan
3. Pernah dirawat atau pernah dioperasi
Pasien mengatakan pernah dirawat di RS. Sinar Husni Medan disebabkan
Operasi Sectio Caesaria anak kedua.
4. Lama dirawat
Pasien mengatakan dirawat selama 5 hari.
5. Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi
6. Imunisasi
Pasien mendapatkan imunisasi lengkap

Universitas Sumatera Utara


V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
1. Orang tua
Pasien mengatakan orang tua klien memiliki penyakit Diabetes Melitus
2. Saudara kandung
Pasien mengatakan saudara kandung pasien tidak pernah mengalami penyakit
yang serius.
3. Penyakit keturanan
Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan dalam keluarga
4. Anggota keluarga yang menggalami gangguan jiwa
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa.
5. Anggota keluarga yang meninggal
Pasien mengatakan ibu kandung sudah meninggal di sebabkan penyakit
Diabetes Melitus.
6. Penyebab meninggal
Pasien mengatakan ibunya meninggal dikarenakan sakit DM.
VI. RIWAYAT OBSTETRIK
G: 3 P: 2 A:0 HPHT: 26-08-13 TTP: 03-05-14
Komplikasi/Masalah Kondisi Anak Penolong
No Umur
Kehamilan Persalinan Nifas
1 5 thn - Normal - Baik Bidan
2 3 thn Panggul Sectio - Baik Dokter
sempit caesaria
3 1 hari Panggul Sectio - Baik Dokter
sempit caesaria

VII. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL


1. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Pasien ingin cepat kembali ke rumah.
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri: pasien menerima kondisinya saat ini walaupun klien
melahirkan dengan sectio caesaria.

Universitas Sumatera Utara


b. Ideal diri : pasien berharap dirinya menjadi seoarang ibu yang bisa
mengasuh anaknya dengan baik.
c. Harga diri : Pasien mengatakan ia menerima keadaannya sekarang.
d. Peran diri : pasien beperan sebagai istri sekaligus ibu bagi anaknya
yang baru saja lahir meskipun peran ibu belum dijalani secara maksimal.
e. Identitas : Pasien mengatakan ia seorang istri dan ibu dari kedua
orang anaknya
3. Keadaan Emosi
Pasien masih mampu mengendalikan emosinya dengan baik
4. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang berarti dan berpegaruh dalam hidupnya
adalah suami dan anaknya karena mereka selalu setia menemani, merawat
dan menjaganya.
b. Hubungan dengan keluarga
Pasien mengatakan ia memiliki hubungan yang baik dengan semua
keluarga
c. Hubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan ia memiliki hubungan baik dengan orang lain
d. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan ia tidak mempunyai hambatan dalam berhubungan
dan berinteraksi dengan orang lain
5. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien beragama islam, dalam kehidupan sehari-hari pasien mengikuti
nilai dan keyakinan yang sesuai dengan agama
b. Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan selama sakit pasien jarang beribadah (sholat) dan ia
selalu berdoa untuk kesembuhannya
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Pasien tampak lemas dan malas bergerak.

Universitas Sumatera Utara


2. Tanda-tanda vital
a. Suhu tubuh : 37,0 0C
b. Tekanan darah : 130/80 mmHg
c. Nadi : 80 x/menit
d. Pernafasan : 20 x/menit
e. Skala nyeri : 6 dengan menggunakan numeric rating scale
f. TB : 155 cm
g. BB : 60 kg
3. Pemeriksaan head to toe
a. Kepala dan rambut
1) Bentuk : Bulat dan simetris.
2) Kulit kepala : Kulit kepala pasien bersih.
4. Rambut
1) Penyebaran dan keadaan rambut : Penyebaran rambut merata di
kepala, rambut lurus
2) Bau : Rambut pasien tidak berbau.
3) Warna rambut : Warna kulit klien berwarna putih.
5. Wajah
a) Warna kulit : Warna kulit pasien normal.
b) Struktur wajah : Struktur wajah simetris.
6. Mata
1) Kelengkapan dan kesimetrisan: Struktur mata pasien lengkap dan simetris
antara mata kanan dan mata kiri.
2) Palpebra : Tidak ada edema pada palpebra.
3) Konjungtiva dan sclera : Konjungtiva pasien tidak anemis dan sklera
klien berwarna putih.
4) Pupil : Pupil pasien isikor kanan dan kiri.
5) Cornea dan iris : Tidak terjadi pengapuran katarak pada
mata klien dan tidak ada peradangan pada mata pasien.
6) Visus : Visus klien bernilai 6/6.
7) Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan.

Universitas Sumatera Utara


7. Hidung
1) Tulang hidung dan posisi septum nasi: Tulang hidung simetris dan posisi
septum, nasi ditengah.
2) Lubang hidung :Lubang hidung bersih dan simetris.
3) Cuping hidung : Tidak ada pergerakan cuping
hidung pada
pasien.
8. Telinga
a. Bentuk telinga : Bentuk telinga pasien normal.
b. Ukuran telinga : Ukuran telinga pasien simetris kiri dan kanan.
c. Lubang telinga : Lubang telinga pasien tidak ada kelainan.
d. Ketajaman pendengaran : Pasien memiliki ketajaman pendengaran yang
baik
9. Mulut dan faring
a. Keadaan bibir : Mukosa bibir lembab.
b. Keadaan gusi dan gigi : Tidak ada pendarahan pada gusi dan gigi pasien.
c. Keadaan lidah : Tidak ada kelainan pada lidah pasien.
d. Orofaring : Tidak ada kelainan orofaring pada pasien.
10. Leher
a. Posisi trakea : Posisi trakea pasien normal.
b. Thyroid : Tidak ada pembesaran thyroid.
c. Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
d. Vena jugularis : Tidak ada distensi vena jugularis.
e. Denyut nadi karotis : Denyut nadi karotis pasien teraba.
11. Pemeriksaan integumen
a. Kebersihan : Kebersihan kulit pasien terjaga.
b. Kehangatan : Ekstremitas pasien teraba hangat.
c. Warna : Warna kulit pasien pucat.
d. Turgor : Turgo kulit kembali < 2 detik.
e. Kelembaban : Kelembaban kulit pasien teraba hangat.
f. Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan pada kulit pasien
12. Pemeriksaan payudara dan ketiak

Universitas Sumatera Utara


a. Ukuran dan bentuk : Ukuran normal dan simetris.
b. Warna payudara dan areola : Warna payudara sesuai warna kulit dan
areola menghitam.
c. Kondisi payudara dan puting : Kondisi payudara pasien normal dan puting
menonjol keluar.
d. Produksi ASI : Produksi ASI banyak dan lancar keluarnya.
e. Aksila dan clavicula : Tidak ada benjolan pada aksila dan
clavicula.
13. Pemeriksaan thoraks/dada
a. Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, funnel chest, pigeon chest, flail
chest, kifos koliasis) : Normal
b. Pernafasan (frekuensi, irama) : 20 x/ menit, cepat
c. Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada kesulitan bernafas
14. Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi (bentuk,benjolan) : Terdapat luka jahitan post sc 10 cm.
b. Auskultasi : Pada saat di auskultasi peristaltic pasien
10x/menit dan tidak ada suara tambahan.
c. Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada daerah bawah
pusat.
d. Perkusi : Tidak dilakukan tindakan.
15. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
a. Genitalia (rambut pubis, lubang uretra)
1. Rambut pubis : ada
2. Lubang uretra : ada
b. Anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum)
1. Lubang anus : ada
2. Kelainan pada anus : tidak ada
3. Perineum : normal

Universitas Sumatera Utara


16. Pemeriksaan neurologi
1. Nervus Olfaktorius (N I)
Pasien dapat membedakan bau
2. Nervus Optikus (N II)
Pasien dapat melihat ke segala arah.
3. Nervus Okulomotorius (N III), Nervus Trochlearis (N IV), Nervus Abdusen
(N VI)
Pasien dapat menggerekkan bola mata
4. Nervus Trigeminus (N V)
Pasien dapat merasakan sentuhan di pipi, dagu, dan dahi
5. Nervus Fasialis (N VII)
Pasien dapat menggembungkan kedua pipi
6. Nervus Vestibulocochlearis (N VII)
Pasien tidak dapat berdiri tegak
7. Nervus Glossopharingeus (N IX), Nervus Vagus ( N X)
Pasien dapat menelan dan ada reflek gag.
8. Nervus Asesorius (N XI)
Pasien dapat menggangkat kedua bahu bersamaan dan tetapi tidak dapat
menehan tekanan yang diberikan kepada klien, klien dapat menoleh
kekanan dan kekiri dan dapat menahan tekanan yang diberikan kepada
klien.
9. Nervus Hipoglossus ( N XII)
Pasien dapat menjulurkan lidah dan dapat mengerakkan lidah kesegala arah.
17. Fungsi motorik
Tidak dilakukan pemeriksaan karena pasien lemas
18. Fungsi sensorik
a. Tes tajam-tumpul : Pasien dapat membedakan benda tajam dan benda
tumpul.
b. Tes panas dingin : Pasien dapat membedakan rasa panas dan rasa
dingin.

Universitas Sumatera Utara


19. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
a. Waktu tidur : Malam pukul 21.00 WIB, Siang tidur tidak
nyenyak
b. Waktu bangun : Pagi pukul 05.00 WIB
c. Masalah tidur : Pasien mengatakan gelisah saat malam
hari.
d. Hal-hal yang mempermudah tidur: Pasien meminum air hangat.
IX. Pola kebiasaan Sehari-hari
1. Pola makanan dan minuman
a. Frekuensi makanan/hari : 3 kali sehari.
b. Nafsu/selera makan : Pasien mengatakan tidak selera
untuk makan.
c. Nyeri ulu hati : Pasien mengatakan nyeri diulu hati.
d. Alergi : Pasien mengatakan tidak ada alergi
Makanan
e. Mual dan muntah : Pasien mengatakan ada mual
f. Waktu pemberian makan : Waktu pemberikan makan pasien
pagi pukul 7.00 WIB, siang pukul
12.00 WIB , dan malam 18.00 WIB
g. Jumlah dan jenis makan : Jumlah makanan 5-6 sendok makan
jenis makanan nasi bubur
h. Waktu dan pemberian cairan/minum : Pasien mengatakan minum ketika
pasien haus dan pasien terpasang
infus RL 20 tts/ menit
i. Masalah makan dan minum : Pasien mual dan ingin muntah
ketika makan.
2. Perawatan diri/personal hygiene
a. Kebersihan tubuh : Klien terlihat bersih.
b. Kebersihan gigi dan mulut : Gigi pasien ada yang berlubang
c. Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku kaki dan tangan terlihat
pendek dan bersih

Universitas Sumatera Utara


3. Pola kegiatan/aktivitas
a. Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian
dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total.
Pasien mandi dengan bantuan total dari perawat dan keluarga. Pada saat
makan pasien butuh bantuan keluarga yaitu disuapi oleh suaminya. Pada
saat eliminasi urine pasien menggunakan pampers. Pada saat eliminasi
feses pasien dibantu total dari perawat dan keluarga. Pada saat ganti
pakaian pasien membutuhkan bantuan total dari perawat dan keluarga.
b. Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit
Pasien jarang menunaikan ibadah sholat sebagaimana diwajibkan dalam
agama islam tetapi pasien selalu berdoa untuk kesembuhannya
4. Pola eliminasi
a. BAB
1) Pola BAB : Belum BAB
2) Karakter feses :-
3) Riwayat perdarahan :-
4) BAB terakhir : 1 Juni 2014
5) Diare : Tidak diare
6) Pengguanaan laksatif : Tidak ada penggunaan laksanatif
a. BAK
1) Pola BAK : Terpasang kateter 1500cc/12 jam
2) Karakter Urine : kekuningan
3) Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK: Tidak ada

Universitas Sumatera Utara


X. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
A. Diagnosa Medis: Post operasi sectio caesaria
B. Pemeriksaan diagnostik/penunjang medis.
1. Laboratorium (darah lengkap)
Pre operasi sectio caesaria
Hematologi Rujukan Nilai normal
Hemoglobin (HGB) 10,3 12 - 16 gr %
Eritrosit (RBC) 3,68 4,0 5,4 106/mm3
Leukosit (WBC) 7900 4,0 11,0 103/mm3
Trombosit (PLT) 237000 150 - 400 103/mm3

Post operasi sectio caesaria


Hematologi Rujukan Nilai normal
Hemoglobin (HGB) 12,3 12 - 16 gr %
Eritrosit (RBC) 4,23 4,0 5,4 106/mm3
Leukosit (WBC) 13,53 4,0 11,0 103/mm3
Hematokrit 35,6 36,0 48,0 %
Trombosit (PLT) 239 150 - 400 103/mm3
Neutrofil 82,3 50 - 70 %
Limfosit 12 20,0 40,0 %
Monosit 4,7 2,0 - 8 %
Eosinofil 0,9 0,0 5,0 %
Basofil 0,1 0-1%

2. Terapi Obat-obatan
No Nama Obat Dosis Fungsi Efek Samping
1. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam Sebagai Antibiotik Reaksi local
untuk mencegah dan hematologi,
mengobati infeksi hypersensitivitas,
yang disebabkan oleh gangguan saluaran
bakteri pada saluran cerna, anafilaksis
nafas, sepsi, THT,
intra abdomen
2. Keterolac 30 mg/ 8 jam Sebagai pereda nyeri Ulkus, perdarahan
yang hebat jangka saluran cerna, dan

Universitas Sumatera Utara


pendek. perforasi,
hemoragis pasca
bedah, gagal
ginjal akut, reaksi
anafilaktoid, dan
gagal hati.
3. Ranitidin 50 mg/ 12 jam Mengurangi gejala Sakit kepala,
refluks esofagitis, malaise, pusing,
tukak lambung. mengantuk,
insomnia, vertigo
depresi.
4. Transamin 500 mg/ 8 jam Perdarahan yang Gangguan saluran
abnormal, perdarahan pencernaan.
ginjal, perdarahan
alat kelamin,
perdarahan pada
prostamegali.

Universitas Sumatera Utara


2. Analisa Data
ANALISA DATA
Masalah
No. Data Penyebab Keperawatan

Ds : Kehamilan 40 minggu
- P: Karena insisi
abdomen. (pinggul sempit)
- Q: Pasien mengatakan
nyeri luka operasi
seperti disayat.
- R: Pasien mengatakan
nyeri dirasakan di
abdomen kuadran Sectio caesarea
kanan dan kiri bawah
regio suprapubik.
- S: Pasien menyatakan
Insisi abdomen
Intensites sedang skala
nyeri 6 diukur dengan
numerik ratting scale
(0-10). Nyeri Nyeri
1. - T: Pasien mengatakan
nyeri timbul ketika
bergerak.
Do :
1. Intensitas nyeri
sedang 6 diukur
dengan menggunakan
numerik ratting scale
(0-10)
2. Wajah pasien tampak
meringis dan
memegangi area yang
sakit.
3. TD: 130/90 mmHg
4. Respirasi: 20x/menit
5. Nadi: 80x/menit
6. Suhu: 37,0 C

Universitas Sumatera Utara


3. Rumusan Masalah
7. Masalah Keperawatan
a. Nyeri
8. Diagnosa Keperawatan (Prioritas)
1. Nyeri berhubungan dengan insisi abdomen ditandai dengan pasien tampak
meringis, pasien mengatakan nyeri di abdomen kuadran kanan dan kiri
bawah regio suprapubik intensitas nyeri sedang skala 6 diukur dengan
menggunakan numerik rating scale (0-10), nyeri timbul ketika bergerak.

Universitas Sumatera Utara


4. Perencanaan

PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

No. Perencaan Keperawatan


Dx
1. Tujuan dan Kriteria hasil
1. Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan nyeri klien berkurang/terkontrol dengan
2. Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol.
3. Wajah tidak tampak meringis.
4. Klien tampak rileks, dapat beristirahat, dan beraktivitas sesuai
kemampuan.
5. Klien menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan non
analgesik secara tepat.
6. Tanda-tanda vital normal.
Rencana Tindakan Rasional

Lakukan pengkajian tentang nyeri yang Mengetahui dearajat skala


meliputi lokasi, karakteristik, intensitas nyeri pasien.
nyeri.

Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam) Memberikan ketenangan


pengalihan dengan menonton tv untuk kepada pasien dan
menurunkan nyeri dan memperluas mengurangi derajat nyeri.
fokus

Berikan posisi yang nyaman supine Mengurangi ketegangan


pada otot-otot.

Kaji tanda-tanda vital. Nyeri yang berkelanjutan


akan meningkatkan tanda-
tanda vital.

Kolaborasi untuk penggunaan kontrol Analgetik dapat


analgetik. mengurangi nyeri.

Universitas Sumatera Utara


5. Implementasi dan Evaluasi
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Hari/ No. Implementasi
Evaluasi Keperawatan
Tanggal Dx Keperawatan
Senin, 1. Mengkaji karakteristik S:
2 Juni nyeri dengan skala klien mengatakan nyeri
2014 Numeric rating scale yang dirasakan, seperti
meliputi lokasi, ditusuk-tusuk, diseluruh
karakteristik dan bagian abdomen intensitas
intensitas. nyeri sedang skala 6 diukur
dengan menggunakan
Memberikan posisi yang numeric rating scale (0-10)
nyaman Supine. O:
2. Skala nyeri 6, wajah
Mengajarkan teknik tampak meringis dan
relaksasi (tarik nafas memegang area
dalam) dan pengalihan abdomen.
dengan menonton tv untuk 3. TD: 130/80 mmHg
menurunkan nyeri dan Pernafasan: 24x/i
memperluas fokus. Nadi: 80x/i
Suhu tubuh:
Mengendalikan faktor 4. Pasien merasa nyaman
lingkungan yang dapat dalam posisi supine.
mempengaruhi respon 5. Pasien mampu
pasien terhadap melakukan teknik
ketidaknyamanan relaksasi tarik nafas
(misalnya, suhu ruangan, dalam.
cahaya dan kegaduhan) A: Masalah gangguan rasa
nyaman: nyeri belum
teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan

Universitas Sumatera Utara


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengkajian yang telah dilakukan terhadap Ny. S pada tanggal 2 Juni 2014
dengan diagnosa utama Nyeri berhubungan dengan nyeri insisi abdomen
kuadran kanan dan kiri bawah regio suprapubik, dirasakan seperti disayat-
sayat, intensitas sedang skala nyeri 6 diukur dengan numerik rating scale (0-
10), nyeri timbul ketika bergerak, dan wajah tampak meringis. Kemudian
dilakukan implementasi berdasarkan intervensi yang direncanakan selama
tiga hari dan hasil evaluasi hari pertama masalah belum teratasi, hari kedua
masalah teratasi sebagian dan hari ketiga masalah teratasi sebagian.
B. Saran
1. Bagi instansi pendidikan
Bagi institusi pendidikan agar lebih banyak menyediakan buku yang
berhubungan dengan pemenuhan gangguan rasa nyaman: nyeri sebagai
bahan bacaan bagi mahasiswa guna meningkatkan kualitas pendidikan
bagi mahasiswa khususnya mahasiswa DIII keperawatan.
2. Bagi praktik keperawatan.
Para praktisi keperawatan dapat meningkatkan pelayanan asuhan
keperawatan dengan gangguan rasa nyaman: nyeri
3. Bagi mahasiswa.
Agar menggali lebih dalam lagi ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan gangguan rasa nyaman: nyeri.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA
Hamidah, 2010. Penyembuhan Pasien Pasca Sectio Caesaria di RSUD Dr.
Pirngadi Medan. Repository.usu.ac.id/bitsreaam/123456789/1921815/
Chapter%201.pdf.diaskes tanggal 8 juni 2014 jam 18.10 WIB
Hidayat, Aziz Alimul, 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi
Konsep Keperawatan Buku 1. Jakarta: Salemba Medika
Mubarak, Iqbal Wahit, dan Nurul Cahyatin. 2008 Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia Teori & Aplikasi dalam Pratik. Jakarta: EGC
Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1921815/chapter%201.pdf.diakses
tanggal 8 juni 2014 jam 18.10 WIB.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik Vol.1,
terjemahan Devi Yulianti & Monica Ester. E/4. Jakarta: EGC
.2006. Buku Ajar Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik Vol.2,
Monica Ester, Devi Yulianti, & Intan Parulian. E/4. Jakarta: EGC
Prasetyo, Sigit N.2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Edisi 1.Cetakan
1. Yogyakarta: Graha Ilmu
Wilkinson, Judith. M & Nancy R. Ahern. 2011. Diagnosis NANDA, Intervensi
NIC, Kriteria hasil NOC. Edisi 9. Cetakan 2012. Terjemahan Ns, Esty
Wahyuningsih, S.kep. Jakarta: EGC

Universitas Sumatera Utara

You might also like