You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Jazirah arab yang meliputi Arab saudi, Kuwait, Bahrain, Oman, Yaman, Qatar, Uni
Emirat Arab telah ditaklukan oleh umat terbaik, umat Islam pada tahun 9 H saat Nabi SAW
masih hidup dan menjadi kepala negara. Setelah itu, misi penaklukan berlanjut keluar jazirah
Arab.

Wilayah Persia, yang meliputi Irak dan Iran, takluk di zaman Khalifah Abu Bakar.
Setelah itu, Mesir dan Syam pun takluk kepada khilafah Islam di zaman Khalifah Umar bin
al-Khattab ra. Diikuti wilayah afrika dan timur jauh, seperti cina dan india di zaman Khalifah
Utsman bin Affan.

Di wilayah-wilayah yang baru ditaklukkan, umat Islam berinteraksi dengan berbagai


pemikiran penduduk setempat. Penduduk Persia, Irakdan Iran dengan filsafat Persia-nya dan
penduduk Mesir dan Syam, yang note bene menganut Kristen, dengan filsafat Yunani-nya
dan penduduk India dengan filsafat Hindu-nya. Karena dakwah Islam adalah dakwah
intelektual yang mengedepankan pemikiran, maka interaksi pemikiran yang berbeda itupun
tak terelakkan.

Karena itu, umat Islam pun mulai mengenal berbagai pemikiran yang beragam. Mulai
dari filsafat persia, filsafat yunani yang ada di kalangan penduduk India. Meski kemudian
penduduk di wilayah-wilayah tersebut memeluk Islan, tetapi agama lama masih ada, dan
penganutnya pun masih diberi kebebasan memeluk agamanya sebagai Ahli Dzimmah.

Ketika metode Kalam berkembang di tengah umat Islam, dampaknya terasa dalam
pembahasan akidah Islam. Baik Imam Al-Haramain al Juwayni, al-Ghazali maupun ar-Razi
semuanya akhirnya sepakat, bahwa metode kalam ini harus mereka tinggalkan. Orang yang
mendalami ilmu kalam, diibaratkan oleh al-Ghazali seperti orang yang berenang mengarungi
lautan tak bertepi, bisa tenggelam atau selamat. Sedangkan ar-Razi mengatakan bahwa
selama mendalami kalam tak ada yang ditemukan kecuali katanya dan katanya.

Masalah yang muncul sekarang, justru karena pemikiran ideologis tersebut dipisahkan
dari umat. Pemikiran tersebut masih ada, tetapi tidak disatukan dalam tubuh umat,
sebagaimana darah dan daging dalam tubuh mereka. Akibatnya, keadaan mereka menjadi
lemah dan mundur.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Hukum Islam

1. Filsafat

Menurut bahasa : filsafat berasal dari kata Philia yang berarti cinta dan Sophia
yang berarti kebijaksanaan sehingga menjadi Philosophia yang berarti : Cinta
Kebijaksanaan.

Kalam dalam bahasa arab berasal dari ilm al-kalam. Ilm (pengetahuan) dan al-
kalam (perdebatan).

Secara terminologis : Al-Iji (756 H/1364 M) mendefinisikan ilmu kalam sebagai


ilmu yang mampu menguatkan teologi keagamaan dengan menyatukan berbagai
argumentasi dan menolak keraguan.

2. Hukum Islam

Syariah : hukum dan atau aturan Alloh yang disyariatkannya bagi hamba-Nya
untuk dipedomi

Fiqh : Ilmu tentang seperangkat hukum Syara yang bersifat furuiyah yang dapat
melalui penalaran dan istidlal.

B. Obyek Studi Hukum Islam

Ilmu islam sebagai suatu bangunan keilmuan sudah pasti memiliki obyek
kajian, metodologi, pendekatan dan kerangka teori. Seperti halnya ilmu-ilmu yang
lain, ilmu Islam (Islamic studies) mestinya juga memiliki kajian filosofis terhadap
bangunan keilmuan Islam tersebut.

M. Amin Abdullah mempunyai pandangan yakni, semua ilmu yang disusun,


dikonsepso, ditulis secara sistimatis, kemudian dikomunikasikan, diajarkan, dan
disebarluaskan baik lewat lisan maupun tulisantidak mungkin lepas dari paradigm
kefilsafatan. Ilmu Islam adalah bangunan keilmuan biasa, karena ia disusun dan
dirumuskan oleh ilmuan agama, ulama, fuqaha, mutakallim, mutasawwirin,
mufassirin, muhaddisin, dan cerdik pandai pada era yang lalu untuk menjawab
tantangan kemanusiaan dan keagamaan saat itu. Oleh karena itu tidak ada alasan
untuk menghindarkan dari pertemuan, perbincangan dan pergumulan dengan telaah
filsafat ilmu.

Obyek filsafat ilmu setidaknya ada dua yang subtantif dan dua yang
instrumentatif. Dua yang subtantif adalah kenyataan dan kebenaran, sedangkan dua
yang instrumentatif adalah konfirmasi dan logika inferensi.
Objek Filsafat Islam ialah objek kajian filsafat pada umumnya yaitu realitas,
baik yang material maupun yang ghaib. Perbedaannya terletak pada subjek yang
mempunyai komitmen Quranik.

Para ahli FHI dan ahli Ushul membagi kepada : Falsafah Tasyri dan Falsafah
Syariah.

Falsafah Tasyri = Daaim al-ahkam, Mabadi al-ahkam, Usul al-ahkam,


Maqasid al-ahkam dan Qawaid al-ahkam.

Falsafah Syariah = Asrar al-ahkam, Khasais al-ahkam, Mahasin al-ahkam


dan Tawabi al-ahkam.

C. Urgensi Filsafat Hukum Islam

Kehidupan manusia tidak lepas dari kewajiban dan hak, namun jika hal ini
berbenturan tentu kewajiban yang harus didahulukan di mana kontein dari kewajiban
itu berbagai aturan baik yang bersifat vertical maupun horizontal. Aliran teologis
berpendapat bahwa hukum merupakan hasil pemikiran manusia dan amat
berhubungan dengan konsep tertinggi, dan kebanyakan filusuf menganggap keadilan
sebagai tujuan tertinggi. Namun meskipun demikian, tidak semua hukum akan
membawa manusia pada tujuan tertinggi. Dari itu, Islam datang dengan membawa
seperangkat sistem hukum yang dikenal dengan shariah.

Secara sederhana mempelajari filsafat hukum Islam akan memperoleh tiga


dimensi keuntungan, yaitu:

1) Memberi landasan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanaan hukum


yang berdasarkan ajaran Islam.

2) Melakukan kritik dan koreksi terhadap metode dan proses pelaksanaan hukum
Islam.

3) Melakukan evaluasi terhadap metode dan proses pelaksanaan hukum Islam.

Di samping itu Roscoe Pound sebagaiman dikutip oleh Muchlis


mengekplorasi bahwa diantara fungsi filsafat hukum Islam adalah, untuk mengukur
apakah kaidah-kaidah, doktrin-doktrin, dan lembaga dapat bermanfaat bagi
masyarakat, selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat digunakan sebagai alat untuk
memahami persoalan secara filosofis dan berdaya upaya untuk dapat memberikan
gambaran yang lengkap mengenai peta kesusilaan hukum dan politik sepanjang masa.

Kehadiran filsafat hukum Islam juga sebagai upaya para mujtahid untuk
menempatkan hukum Islam pada skala kognitif dan sekala evaluative, walaupun pada
saat tertentu uapaya itu masih mendapatkan kendala-kendala, karena berbenturan
dengan hukum adat, hukum suatu negara, hukum alam, dan berbagai hukum-hukum
yang lain.

Dalam hubungan ini objek kajian Filsafat Islam dalam tema besar adalah
Tuhan, alam, manusia dan kebudayaan. Tema besar itu hendaknya dapat dijabarkan
lebih spesifik sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga dapat ditarik benang
merah dari perkembangan sejarah pemikiran kefilsafatan yang hingga sekarang.
Setiap zaman mempunyai semangatnya sendiri-sendiri.

Dalam mempelajari filsafat Islam ada tujuan dan manfaat tersendiri bagi yang
mempelajarinya. Tujuan mempelajari filsafat Islam secara umum ialah agar mencintai
kebenaran dan kebijaksanaan. Tujuan mempelajari filsafat antara lain sebagai berikut :

pengkajian filsafat dapat membawa kepada perubahan keyakinan dan nilai-nilai dasar
seseorang, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi arah kehidupan yang lebih baik.

pengkajian filsafat dapat membuahkan kebebasan dari dogmatisme, toleransi terhadap


pandangan-pandangan orang yang berbeda, serta kemandirian intelektual.

kebebasan intektual dan sikap-sikap lainnya yang berkaitan, akan kita peroleh dengan
mengkaji persoalan-persoalan filsafat secara mendalam.

adalah penilaian kritis. Tujuan berfilsafat bukan sekedar meninjau berbagai macam
teori, tetapi juga menilainya secara kritis. Sehingga, sikap kritis akan senantiasa kita
peroleh.

D. Analisis

Pemikiran kalam yang merupakan hukum yang dihasilkan oleh Mutakallimin adalah
pemikiran Islam. Karena pemikiran kalam dibangun berdasarkan akidah Islam dan
masih menjadikan wahyu sebagai sumbernya.

Sebaliknya, pemikiran filsafat Muslim yang merupakan hukum yang dihasilkan oleh
filsuf Muslim adalah pemikiran non Islam. Alasannya, karena pemikiran filsafat ini
tidak dibangun berdasarkan akidah islam serta tidak menjadikan wahyu sebagai
sumbernya. Adapun penggunaan akal dan logika-logika yang sama sama digunakan
baik oleh Mutakallimin maupun fisuf muslim tidak akan mengubah status islam dan
tidaknya pemikiran tersebut.

Daftar Pustaka
- Abdurrahman Hafidz, M.A. (2016). Pengaruh filsafat dan Ilmu kalam terhadap
kemunduran dunia Islam. Cet I.Indonesia : Al-Azhar Press

- http://makalahqw.blogspot.co.id/2014/05/filsafat-islam-definisi-obyek-kajian
( diakses pada tanggal 12 Juni 2017 )

- https://sophiascientia.wordpress.com/2010/02/14/definisi-obyek-studi-filsafat-
ilmu-fungsi-dan-peranan-filsafat-ilmu. ( diakses pada tanggal 12 Juni 2017 )

- Modul Mata Kuliah Filsafat Hukum Islam FIAI UII.

You might also like