Professional Documents
Culture Documents
MORBILI
Oleh:
Preseptor:
dr. Zubaidah
dr. Lindawati
1.1. Definisi
Morbili adalah infeksi virus akut yang menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu
stadium kataral (prodormal), erupsi dan konvalensi.
1.2. Epidemiologi
Kira-kira 30 juta kasus campak dilaporkan setiap tahunnya. Insiden terbanyak terjadi
di Afrika. Biasanya penyakit campak ini terjadi pada masa anak dan kemudian menyebabkan
kekebalan seumur hidup. Berdasarkan penelitian di Amerika, lebih dari 50% kasus campak
terjadi pada usia 5-9 tahun. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita campak akan
mendapat kekebalan secara pasif melalui plasenta sampai umur 4-6 bulan, dan setelah itu
kekebalan menurun sehingga bayi dapat menderita campak. Bila si ibu belum pernah
menderita campak, maka bayi yang dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan sehingga
dapat menderita campak begitu dilahirkan. Bila seorang wanita menderita campak ketika dia
hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus. Bila menderita
campak pada usia kehamilan trimester pertama, kedua atau ketiga maka mungkin dapat
melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan, atau seorang anak dengan berat badan
lahir rendah atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.
1.3. Etiologi
Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili, famili
paramyxoviridae yang merupakan virus RNA. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena
panas, sinar, pH asam, ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam di udara
terbuka. Virus campak ditularkan lewat droplet, menempel dan berbiak pada epitel
nasofaring. Pada masa prodormal virus dapat ditemukan pada nasofaring, darah dan urin.
Virus ini masuk melalui saluran pernafasan terutama bagian atas, juga kemungkinan melalui
kelenjar air mata. Dua sampai tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada
kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem
retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya
giant cells dan proses keradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial
paru. Juga terdapat edema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi
dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza,
cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk,
pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita
kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan. Virus
dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis.
Setelah masa konvelesen menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi
desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat
perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit
a. Inkubasi
b. Prodromal (Kataral)
Biasanya berlangsung 2-5 hari. Gejala yang utama muncul adalah demam, yang terus
meningkat hingga mencapai puncaknya suhu 39,40 40,60C pada hari ke- 4 atau 5, yaitu
pada saat ruam muncul. Gejala lain yang juga bisa muncul batuk, koriza, faring
hiperemis, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis. Menjelang akhir fase stadium
prodormal dan 24 jam sebelum timbulnya enatema, timbul bercak koplik yang
patognomonis untuk morbili. Bercak koplik ini berwarna putih kelabu, sebesar ujung
jarum dikelilingi eritema yang terdapat pada mukosa bukalis yang berhadapan dengan
dengan molar. Jarang ditemukan pada bibir bawah. Bercak Koplik ini menghilang setelah
1-2 hari munculnya rash.
Kadang-kadang, fase prodormal dapat menjadi lebih berat, ditandai oleh adanya
demam tinggi mendadak, kadang-kadang dengan kejang, dan bahkan pneumonia.
Biasanya koriza, batuk dan demam semakin bertambah berat sampai pada waktu ruam
telah merata diseluruh tubuh.
c. Erupsi (Rash)
d. Konvalensi
1.5. Diagnosis
Diagnosis dari morbili dibuat berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis yang khas.
Selain itu diperlukan juga pemeriksaan laboratorium untuk memastikan diagnosis dari
morbili. Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau meningkat apabila
ada komplikasi infeksi bakteri. Pemeriksaan antibodi IgM merupakan cara tercepat untuk
memastikan adanya infeksi campak akut. Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2
hari pertama munculnya rash, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan
pada hari ketiga untuk menghindari adanya false negative. Titer IgM mulai sulit diukur pada
4 minggu setelah muncul rash. Sedangkan IgG antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash
muncul, terbanyak IgG dapat dideteksi 1 minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah
onset. IgG masih dapat ditemukan sampai beberapa tahun kemudian. Virus measles dapat
diisolasi dari urine, nasofaringeal aspirat, darah yang diberi heparin, dan swab tenggorok
selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif
selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar. Pungsi lumbal pada orang ensefalitis
karena morbili menunjukkan kenaikan protein serta sedikit kenaikan limfosit. Glukosa dalam
batas normal.
a. Eksentema Subitum : pada penyakit ini, ruam baru muncul setelah demam menghilang.
b. Rubella : pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar di
daerah suboksipital, servikal bagian posterior, dan belakang telinga.
1.7. Komplikasi
Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi
anergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini
mempermudah terjadinya komplikasi sekunder. Campak menjadi berat pada pasien dengan
gizi buruk dan anak yang lebih kecil. Komplikasi yang mungkin muncul, antara lain
gangguan respirasi (bronkopneumoni, otitis media, pneumoni, laringotrakeobronkitis),
komplikasi neurologis (seperti hemiplegi, paraplegi, afasia, gangguan mental, neuritis optika
dan ensefalitis), juga diare, miokarditis, trombositopeni, malnutrisi pasca serangan campak,
keratitis, hemorragic measles (morbili yang parah dengan perdarahan multiorgan, demam,
dan gejala cerebral) serta kebutaan.
a. Terapi suportif diberikan dengan menjaga cairan tubuh dan mengganti cairan yang
hilang dari diare dan emesis.
b. Obat diberikan untuk gejala simptomatis, demam dengan antipiretik. Jika terjadi
infeksi bakteri sekunder, diberikan antibiotik.
1.8. Prognosis
Prognosis morbili ini baik apabila anak memiliki keadaan imun yang baik, tetapi
prognosis buruk bila keadaan umum buruk atau anak sedang menderita penyakit kronis atau
bila ada komplikasi.
1.9. Pencegahan
a. Imunisasi Aktif
Indikasi :
- Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien campak mempunyai
resiko yang tinggi untuk berkembangnya komplikasi penyakit ini, maka harus diberikan
imunoglobulin sesegera mungkin dalam waktu 7 hari paparan. Setelah itu vaksin MMR
diberikan sesegera mungkin sampai usia 12 bulan, dengan interval 3 bulan setelah
pemberian imunoglobulin.
maksimal 15 ml/dose IM
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : An.S/ Perempuan / 9 th
b. Pekerjaan/pendidikan : Siswa
c. Alamat : Raden Saleh
7. Riwayat Kehamilan/kelahiran/imunisasi:
Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, ibu tidak pernah
mengkonsumsi obat-obatan, tidak pernah mendapat penyinaran selama hamil, tidak
ada kebiasaan merokok dan minum alkohol, kontrol ke Puskesmas tidak teratur.
Suntikan imunisasi TT 2X, hamil cukup bulan.
Riwayat Kelahiran:
Lahir spontan ditolong oleh bidan, cukup bulan, saat lahir langsung menangis kuat,
berat badan lahir 3900 gram, panjang badan 49 cm, langsung menangis.
Riwayat Imunisasi:
BCG : 1x, usia 2 bulan, scar ada
DPT : 3x, usia 2,3,4 bulan
Polio : 3x, usia 2,3,4 bulan
Hepatitis B : 3x, usia 1,2,6 bulan
Campak : 9 bulan
Kesan : imunisasi dasar lengkap menurut umur di posyandu.
7. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Frekuensi nadi : 90 x/mnt
Frekuensi nafas : 22x / menit
Suhu : 37,9 C
Berat badan : 28 kg
Tinggi badan : 120 cm
Kulit : Tampak lesi makula dan papula eritema dimulai pada kepala pada
daerah perbatasan dahi rambut, di belakang telinga, muka, badan,
ekstremitas. Teraba hangat, turgor baik
Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter
pupil 2 mm, refleks cahaya +/+
Hidung : Nafas cuping hidung (-)
Tonsil : T1 T1, tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Dada : Paru I : normochest, simetris kiri kanan, retraksi dinding dada
tidak ada
Pa : fremitus kiri=kanan
Pe : sonor
A : napas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Jantung I : Iktus tidak terlihat
Pa : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Pe : batas jantung dalam batas normal
A : Bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada
Abdomen I : tidak membuncit
Pa : supel, hepar dan lien tidak teraba.
Pe: timpani
A: Bising Usus (+) normal
Anus : eritema anatum (-)
Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-
11. Manajemen
a. Preventif :
Istirahat yang cukup minimal 8 jam sehari.
Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
Dinas Kesehatan Kodya Padang
Puskesmas Alai
b. Promotif :
Dokter : Fitri Zahara
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa morbili adalah penyakit anak
Tanggal
yang menular sehingga pasien harus diisolasi minimal : 275 Mei
hingga hari 2015
setelah gejala
kulit muncul untuk mencegah penularan infeksi kepada orang lain.
R/ Paracetamol tab 500 mg No. V
S3 dd: tab 1/2
c. Kuratif
- Paracetamol 500 mg 3x tab
R/ Vitamin A 200.000
- Vitamin IU IU 1x1 tab
A 200.000 No.untuk
II hari I dan hari II
- S1CTM
dd tab 1 3 x tab
4 mg
- Vitamin C 3x1 tab
R/d.CTM 4 mg 3 x : tab
Rehabilitatif No. V
- Segera bawa anak ke puskesmas apabila gejala bertambah parah yaitu kejang,
S3 dd tab
sesak nafas, dan telinga berair.
R/ Vitamin C No X
S3 dd tab 1
Pro : An. S
Umur : 9 tahun
Alamat : Raden Saleh