You are on page 1of 23

Termodinamika

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sebuah sistem termodinamika


Termodinamika

Mesin panas klasik Carnot

Cabang[tampilkan]

Hukum[tampilkan]

Sistem[tampilkan]

Properti sistem[tampilkan]

Persamaan[tampilkan]

Potensial[tampilkan]

Ilmuwan[tampilkan]

l
b
s

Termodinamika (bahasa Yunani: thermos = 'panas' and dynamic = 'perubahan') adalah fisika
energi , panas, kerja, entropi dan kespontanan proses. Termodinamika berhubungan dekat
dengan mekanika statistik di mana hubungan termodinamika berasal.

Pada sistem di mana terjadi proses perubahan wujud atau pertukaran energi, termodinamika
klasik tidak berhubungan dengan kinetika reaksi (kecepatan suatu proses reaksi berlangsung).
Karena alasan ini, penggunaan istilah "termodinamika" biasanya merujuk pada
termodinamika setimbang. Dengan hubungan ini, konsep utama dalam termodinamika adalah
proses kuasistatik, yang diidealkan, proses "super pelan". Proses termodinamika bergantung-
waktu dipelajari dalam termodinamika tak-setimbang.

Karena termodinamika tidak berhubungan dengan konsep waktu, telah diusulkan bahwa
termodinamika setimbang seharusnya dinamakan termostatik.

Hukum termodinamika kebenarannya sangat umum, dan hukum-hukum ini tidak bergantung
kepada rincian dari interaksi atau sistem yang diteliti. Ini berarti mereka dapat diterapkan ke
sistem di mana seseorang tidak tahu apa pun kecual perimbangan transfer energi dan wujud
di antara mereka dan lingkungan. Contohnya termasuk perkiraan Einstein tentang emisi
spontan dalam abad ke-20 dan riset sekarang ini tentang termodinamika benda hitam.

Menurut Arief MS Termodinamika adalah suatu konsep mekanika perpindahan Energi.


Seperti panas, di mana konsep perpindahan panas adalah panas secara spontan akan
berpindah dari temperatur tinggi ke temperatur rendah. Pada termodinamika inilah konsep
mekanika itu akan di bahas.

Daftar isi
1 Konsep dasar dalam termodinamika
2 Sistem termodinamika
3 Keadaan termodinamika
4 Hukum-hukum Dasar Termodinamika
5 Lihat pula
6 Bacaan lebih lanjut

Konsep dasar dalam termodinamika


Pengabstrakkan dasar atas termodinamika adalah pembagian dunia menjadi sistem dibatasi
oleh kenyataan atau ideal dari batasan. Sistem yang tidak termasuk dalam pertimbangan
digolongkan sebagai lingkungan. Dan pembagian sistem menjadi subsistem masih mungkin
terjadi, atau membentuk beberapa sistem menjadi sistem yang lebih besar. Biasanya sistem
dapat diberikan keadaan yang dirinci dengan jelas yang dapat diuraikan menjadi beberapa
parameter. Dari prinsip-prinsip dasar termodinamika secara umum bisa diturunkan hubungan
antara kuantitas misalnya, koefisien ekspansi, kompresibilitas, panas jenis, transformasi
panas dan koefisien elektrik, terutama sifat-sifat yang dipengaruhi temperatur. [1]
Sistem termodinamika
Sistem termodinamika adalah bagian dari jagat raya yang diperhitungkan. Sebuah batasan
yang nyata atau imajinasi memisahkan sistem dengan jagat raya, yang disebut lingkungan.
Klasifikasi sistem termodinamika berdasarkan pada sifat batas sistem-lingkungan dan
perpindahan materi, kalor dan entropi antara sistem dan lingkungan.

Ada tiga jenis sistem berdasarkan jenis pertukaran yang terjadi antara sistem dan lingkungan:

sistem terisolasi: tak terjadi pertukaran panas, benda atau kerja dengan lingkungan.
Contoh dari sistem terisolasi adalah wadah terisolasi, seperti tabung gas terisolasi.
sistem tertutup: terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) tetapi tidak terjadi
pertukaran benda dengan lingkungan. Rumah hijau adalah contoh dari sistem tertutup
di mana terjadi pertukaran panas tetapi tidak terjadi pertukaran kerja dengan
lingkungan. Apakah suatu sistem terjadi pertukaran panas, kerja atau keduanya
biasanya dipertimbangkanh sebagai sifat pembatasnya:
o pembatas adiabatik: tidak memperbolehkan pertukaran panas.
o pembatas rigid: tidak memperbolehkan pertukaran kerja.
sistem terbuka: terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) dan benda dengan
lingkungannya. Sebuah pembatas memperbolehkan pertukaran benda disebut
permeabel. Samudra merupakan contoh dari sistem terbuka.

Dalam kenyataan, sebuah sistem tidak dapat terisolasi sepenuhnya dari lingkungan, karena
pasti ada terjadi sedikit pencampuran, meskipun hanya penerimaan sedikit penarikan
gravitasi. Dalam analisis sistem terisolasi, energi yang masuk ke sistem sama dengan energi
yang keluar dari sistem.

Keadaan termodinamika
Ketika sistem dalam keadaan seimbang dalam kondisi yang ditentukan, ini disebut dalam
keadaan pasti (atau keadaan sistem).

Untuk keadaan termodinamika tertentu, banyak sifat dari sistem dispesifikasikan. Properti
yang tidak tergantung dengan jalur di mana sistem itu membentuk keadaan tersebut, disebut
fungsi keadaan dari sistem. Bagian selanjutnya dalam seksi ini hanya mempertimbangkan
properti, yang merupakan fungsi keadaan.

Jumlah properti minimal yang harus dispesifikasikan untuk menjelaskan keadaan dari sistem
tertentu ditentukan oleh Hukum fase Gibbs. Biasanya seseorang berhadapan dengan properti
sistem yang lebih besar, dari jumlah minimal tersebut.

Pengembangan hubungan antara properti dari keadaan yang berlainan dimungkinkan.


Persamaan keadaan adalah contoh dari hubungan tersebut.

Hukum-hukum Dasar Termodinamika


Terdapat empat Hukum Dasar yang berlaku di dalam sistem termodinamika, yaitu:
Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika

Hukum awal menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang dengan sistem
ketiga, maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya. Hukum ini
dimasukkan setelah hukum pertama.

Hukum Pertama Termodinamika

Hukum yang sama juga terkait dengan kasus kekekalan energi. Hukum ini
menyatakan perubahan energi dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama
dengan total dari jumlah energi kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang
dilakukan terhadap sistem. Hukum ini dapat diuraikan menjadi beberapa proses, yaitu
proses dengan Isokhorik, Isotermik, Isobarik, dan juga adiabatik.

Hukum kedua Termodinamika

Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Tidak ada bunyi untuk hukum
kedua termodinamika yang ada hanyalah pernyataan kenyataan eksperimental yang
dikeluarkan oleh kelvin-plank dan clausius. Pernyataan clausius: tidak mungkin suatu
sistem apapun bekerja sedemikian rupa sehingga hasil satu-satunya adalah
perpindahan energi sebagai panas dari sistem dengan temperatur tertentu ke sistem
dengan temperatur yang lebih tinggi. Pernyataan kelvin-planck: tidak mungkin suatu
sistem beroperasi dalam siklus termodinamika dan memberikan sejumlah netto kerja
kesekeliling sambil menerima energi panas dari satu reservoir termal.(sumber
Fundamentals of engineering thermodynamics (Moran J., Shapiro N.M. - 6th ed. -
2007 - Wiley) Bab5). "total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi
cenderung untuk meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai
maksimumnya hal ini disebut dengan prinsip kenaikan entropi" merupakan korolari
dari kedua pernyataan diatas (analisis Hukum kedua termodinamika untuk proses
dengan menggunakan sifat entropi)(sumber Fundamentals of engineering
thermodynamics (Moran J., Shapiro N.M. - 6th ed. - 2007 - Wiley) Bab6).

Hukum ketiga Termodinamika

Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini
menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua
proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini
juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur
nol absolut bernilai nol.

Termokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang perubahan kalor atau energi
yang menyertai suatu reaksi kimia, baik yang diserap maupun yang dilepaskan. Hukum
kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Energi
hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Energi juga dapat mengalami
perpindahan dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya. Sistem merupakan segala hal yang
diteliti perubahan energinya. Sementara itu, lingkungan merupakan segala sesuatu di luar
sistem. Contoh sistem dan lingkungan dapat diamati pada air teh panas dalam gelas. Air teh
panas merupakan sistem, sementara gelas sebagai wadahnya termasuk lingkungan.
Interaksi antara sistem dan lingkungan dapat berupa pertukaran energi atau materi.
Pertukaran energi ini dapat berupa kalor atau bentuk energi lain. Adanya pertukaran energi
tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan jumlah energi yang terkandung dalam sistem.
Berdasarkan interaksinya dengan lingkungan, sistem digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu
sistem terbuka, sistem tertutup, dan sistem terisolasi atau tersekat.

1. Sistem Terbuka

Sistem terbuka memungkinkan terjadinya pertukaran kalor dan materi antara sistem dan
lingkungan. Contoh sistem terbuka adalah reaksi pemanasan kalium karbonat dalam gelas
beker.

2. Sistem Tertutup

Sistem tertutup adalah suatu sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran kalor antara
sistem dan lingkungannya, tetapi tidak terjadi pertukaran materi. Contoh sistem tertutup
adalah reaksi antara batu kapur dengan air dalam erlenmeyer yang ditutup.

3. Sistem Terisolasi atau Tersekat

Pada sistem terisolasi, tidak mungkin terjadi pertukaran kalor dan materi antara sistem
dengan lingkungan. Contoh sistem terisolasi adalah air dalam termos.

Entalpi adalah keseluruhan energi dalam bentuk kalor yang terdapat dalam suatu sistem.
Entalpi dalam sistem bersifattetap selama tidak terjadi pertukaran energi antara sistem dengan
lingkungan. Entalpi dinyatakan dengan huruf H dengan satuan joule (J). Besarnya entalpi
tidak dapat ditentukan, yang dapat ditentukan adalah perubahannya, dinyatakan dengan H.

Perubahan entalpi (H) yaitu perubahan kalor yang terjadi pada suatu reaksi kimia. Besarnya
perubahan entalpi diperoleh dari selisih antara entalpi produk dengan entalpi reaktan.

Jenis Reaksi Termokimia


Berdasarkan pertukaran kalor antara sistem dengan lingkungan, reaksi termokimia dibedakan
menjadi
dua yaitu reaksi eksoterm dan reaksi endoterm.

a. Reaksi Eksoterm

Dalam reaksi eksoterm entalpi zat yang bereaksi lebih besar daripada entalpi hasil reaksi.
Oleh karena itu, terjadi perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan. Dalam hal ini dapat
diartikan bahwa kalor dilepaskan ke lingkungan. Aliran kalor tersebut digambarkan seperti
gambardisamping.
Contoh reaksi eksoterm sebagai berikut.

1. Fermentasi glukosa: C6H12O6(s) > 2C2H5OH() + 2CO2(g)Pada reaksi ini sistem


mengalami kenaikan suhu sistem.
2. Reaksi logam Na dengan air:2Na(s) + 2H2O() -> 2NaOH(aq) + H2(g)Reaksi ini
disertai ledakan dan kenaikan suhu sistem.

Reaksi eksoterm mengalami penurunan energi kimia sistem sehingga entalpi sistem
berkurang. Oleh sebab itu H reaksi eksoterm bertanda negatif (-).

b. Reaksi Endoterm

Dalam reaksi endoterm entalpi zat yang bereaksi lebih kecil daripada Kaior
entalpi zat hasil reaksi. Oleh karena itu, terjadi perpindahan kaior dari lingkungan ke sistem.
Aliran kaior tersebut digambarkan seperti gambar di samping.
Contoh reaksi endoterm adalah pelarutan urea dalam air dengan reaksi:
CO(NH2)2(S) + H2O() -> CO(NH2)2(aq) + H20 () . Setelah urea larut suhu sistem
mengalami penurunan.

Dalam reaksi endoterm kalor diserap oleh sistem sehingga energi kimia sistem meningkat dan
entalpi sistem juga bertambah. Oleh karena itu, H reaksi endoterm bertanda positif (+).

Perubahan Entalpi pada Reaksi Termokimia


Persamaan termokimia merupakan persamaan reaksi yang dilengkapi dengan perubahan
entalpi (H). Selain itu, dalam persamaan termokimia juga mencantumkan jumlah mol zat
yang dinyatakan dengan koefisien reaksi dan fase zat yang terlibat dalam reaksi, dengan
satuan kilojoule (kJ). Sementara itu, satuan perubahan entalpi dalam molar yaitu kJ/mol atau
kJ mol-1.

a. Reaksi Endoterm

Pada reaksi endoterm, entalpi produk lebih besar daripada entalpi reaktan sehingga entalpi
sistem pada reaksi endoterm bertambah.
Oleh karena itu, H > 0.

b. Reaksi Eksoterm
Pada reaksi eksoterm, entalpi produk lebih kecil daripada entalpi reaktan sehingga entalpi
sistem pada reaksi eksoterm berkurang. Oleh karena itu, H < 0.

Penulisan dan interpretasi persamaan termokimia diatur dalam pedoman berikut.

1. Koefisien stoikiometri menunjukkan jumlah mol suatu materi.


2. Jika letak reaktan dan produk pada persamaan dibalik, tanda H-nya berubah menjadi
kebalikannya.
Contoh:
Proses pembekuan air menjadi es membebaskan kalor sebesar 6,01 kj.
H2O() -> H2O(s) H = -6,01 kj/mol
Dengan demikian, untuk reaksi pelelehan es menjadi air memerlukan kalor sebesar
6,01 kj.
H2O(s) -> H20() H = +6,01 kj/mol
3. Jika koefisien persamaan digandakan, nilai*AH juga digandakan sesuai dengan
perubahan faktor koefisien persamaan.
Contoh:
Jika koefisien persamaan pelelehan es digandakan dua kalinya, perubahan entalpinya
juga dikalikan dua. Persamaan reaksi termokimianya menjadi:
2H2O(s) -> 2H20() H = +6,01 kj/mol
4. Wujud zat yang terlibat dalam reaksi harus ditulis dalam kurung dan italic untuk
membantu menentukan perubahan entalpinya. Zat padat dinyatakan dengan (s),
larutan dinyatakan dengan (aq), zat cair dinyatakan dengan (), dan zat gas dinyatakan
dengan (g).

Demikian penjelasan yang bisa kami sampaikan tentang Termokimia Pengertian, Reaksi
Termokimia dan Perubahan Entalpi. Semoga postingan ini bermanfaat bagi pembaca dan
bisa dijadikan sumber literatur untuk mengerjakan tugas. Sampai jumpa pada postingan
selanjutnya.

Bagaimanakah Bentuk Proses Reversibel dan Ireversibel?


Proses reversibel adalah proses termodinamik yang dapat berlanggsung secara bolak-
balik. Sebuah sistem yang mengalami idealisasi proses reversibel selalu mendekati keadaan
kesetimbangan termodinamika antara sistem itu sendiri dan lingkungannya. Proses reversibel
merupakan proses seperti-kesetimbangan (quasi equilibrium process). Proses yang dapat
dibalik arahnya dinamakan proses reversibel.
Proses reversibel adalah murni dan bersifat hipotesis. Berbagai proses yang
diidealisasikan sebagai proses reversibel adalah :
Tidak ada gesekan internal atau mekanis
Perbedaan suhu dan tekanan antara zat kerja dan lingkungan harus infinitesimal
Pemampatan atau pemuaian yang terbatas
Aliran arus listrik melalui tahan adalah nol
Reaksi kimia yang terbatas
Magnetisasi, polarisasi
Pencampuran dua sampel zat yang sama pada keadaan yang sama
Proses termodinamik yang berlanggsung secara alami seluruhnya disebut proses
ireversibel (irreversibel process). Proses tersebut berlangsung secara spontan pada satu
arah tetapi tidak pada arah sebaliknya. Proses yang tidak dapat dibalik arahnya
dinamakan proses irreversibel. Contohnya kalor berpindah dari benda yang bersuhu

tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Kesetimbangan


termodinamik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Termodinamika

Mesin panas klasik Carnot

Cabang[tampilkan]

Hukum[tampilkan]

Sistem[tampilkan]

Properti sistem[tampilkan]

Persamaan[tampilkan]

Potensial[tampilkan]

Ilmuwan[tampilkan]

l
b
s

Dalam termodinamika, suatu sistem termodinamik disebut berada dalam kesetimbangan


termodinamik bila sistem tersebut berada dalam keadaan setimbang mekanis, setimbang
termal dan setimbang secara kimia. Dalam kesetimbangan termodinamik, tidak ada
kecenderungan untuk terjadi perubahan keadaan, baik untuk sistem maupun untuk
lingkungannya.[1]

Kesetimbangan mekanis terjadi apabila tidak ada gaya yang takberimbang di bagian dalam
sistem, dan juga antara sistem dan lingkungannya. Dalam kesetimbangan termal, semua
bagian sistem bertemperatur sama, dan sistem juga memiliki suhu yang sama dengan
lingkungannya.

Dalam kesetimbangan kimia, suatu sistem tidak mengalami perubahan spontan dalam
struktur internalnya, seperti reaksi kimia. Sistem dalam kesetimbangan kimia juga tidak
mengalami perpindahan materi dari satu bagian sistem ke bagian sistem lainnya, seperti
difusi atau pelarutan.

Bila ketiga syarat kesetimbangan tersebut tidak dipenuhi, maka sistem termodinamik disebut
berada dalam keadaan tidak setimbang.

Daftar isi
1 Gambaran
o 1.1 Keadaan Kesetimbangan
2 Kesetimbangan Lokal dan Global
3 Jenis-jenis kesetimbangan
o 3.1 Kesetimbangan termal
o 3.2 Kesetimbangan Kuasistatik
4 Referensi Umum
5 Catatan Kaki
6 Pranala luar

Gambaran
Termodinamika klasik meliputi keadaan kesetimbangan dinamis. Keadaan lokal dari suatu
sistem pada kesetimbangan termodinamika ditentukan oleh nilai dari parameter intensifnya,
seperti tekanan dan suhu. Untuk lebih spesifik, kesetimbangan termodinamika
dikarakteristikkan oleh potensial termodinamika minimum, seperti energi bebas Helmhlotz,
yaitu sistem pada suhu dan volume sama:

A = U - TS;

atau energi bebas Gibbs, yaitu sistem dengan tekanan dan suhu tetap:

G = H - TS.

di mana T = suhu, S = entropi, U = energi dalam dan H= entalpi. Energi bebas Helmholtz
sering dinotasikan dengan simbol F, tetapi penggunaan A dipilih oleh IUPAC [2]. Proses
yang mengatur suatu kesetimbangan termodinamika disebut termalisasi. Suatu contoh adalah
suatu sistem dengan partikel yang berinteraksi tidak terganggu oleh pengaruh luar. Dengan
interaksi, mereka akan menggabungkan energi/momentum di antara mereka dan mencapai
suatu keadaan di mana statistik umum tidak berubah terhadap waktu.
Keadaan Kesetimbangan

Dengan melihat bentuk turunan dari potensial termodinamika, hubungan berikut dapat
diturunkan:

Untuk sistem terisolasi sempurna, S = 0 pada kesetimbangan.


Untuk sistem dengan suhu dan volume tetap, A = o pada kesetimbangan.
sistem dengan suhu dan tekanan tetap, G = 0 pada kesetimbangan.

Jenis lain dari kesetimbangan yang dicapai adalah sebagai berikut:

Dua sistem dalam kesetimbangan termal saat suhu sama.


Dua sistem dalam kesetimbangan mekanik saat tekanan mereka sama.
Dua sistem dalam kesetimbangan difusi saat potensial kimia mereka sama.

Semua pengaruh seimbang.

Kesetimbangan Lokal dan Global


Adalah penting untuk membedakan antara kesetimbangan termodinamika global dan lokal.
Dalam termodinamika, perubahan dengan sistem dan antara sistem dan luar dikontrol oleh
parameter intensif. Sebagai contoh, suhu mengontrol perubahan panas. Kesetimbangan
Termodinamika global berarti bahwa parameter intensif itu homogen dalam sistem
keseluruhan, sedangkan kesetimbangan termodinamika lokal berarti parameter intensif
bervariasi dalam ruang dan waktu, tetapi variasi itu dengan pelan untuk setiap titik, yang
dapat mengasumsikan kesetimbangan dalam kesetimbangan termodinamika dalam
lingkungan titik tersebut.

Jika gambaran sistem dengan variasi dalam parameter intensif begitu luas, banyak asumsi
sebelumnya yang mana definisi parameter intensif ini akan rusak, dan sistem tidak pernah
akan berada dalam kesetimbangan global maupun lokal. Contohnya, suatu jumlah tabrakan
yang pasti untk suatu partikel untuk setimbang pada lingkungannya. Jika jarak rata-rata
partikel yang telah bergerak selama tabrakan menghilang dari lingkungan yang setimbang,
dia tidak pernah akan setimbang dan tidak ada kesetimbangan termodinamika lokal. Secara
definisi, suhu adalah perbandingan rata-rata energi dalam dari suatu lingkungan yang
setimbang. Karena tidak ada lingkungan yang setimbang, konsep suhu salah, dan suhu
menjadi tak terdefinisi.

Adalah penting untuk diingat bahwa kesetimbangan lokal hanya dapat diaplikasi pada suatu
subset pasti dari partikel-partikel dalam sistem. Contohnya, Kesetimbangan Termodinamika
Lokal biasanya hanya diaplkasikan pada partikel besar. Dalam gas yang memancar, foton-
foton yang sedang dipancarkan dan diserap oleh gas tidak perlu berada dalam kesetimbangan
termodinamika dengan masing-masing atau dengan partikel-partikel besar dari gas agar
kesetimbangan termodinamika lokal ada. Pada kasus yang sama, tidak perlu diperhatikan
elektron bebas yang ada dalam kesetimbangan dengan atom-atom dan molekul yang lebih
banyak agar kesetimbangan termodinamika lokal ada.

Sebagai contoh, kesetimbangan termodinamika akan selalu ada dalam suatu gelas yang beridi
air yang mengandung es balok yang melebur. Suhu di dalam gelas dapat didefinisikan pada
suatu titik, tetapi dia lebih dingin dekat es balok daripada jauh darinya. Jika energi molekul
ditempatkan dekat suatu titik yang diberi diobservasi, mereka akan didistribusikan menurut
distribusi Maxwell-Boltzmann untuk suhu tertentu. Jika energi-energi molekul didetempatkan
ekat titik yang lain diamati, mereka akan didistribusikan menutur distribusi Maxwell-
Boltzman untuk temperatur lainnya.

Kesetimbangan termidinamika lokal tidak mempertimbangkan stasioner lokal dan global.


Dengan kata lain, masing-masing lokalitas kecil tidak membutuhkan suhu yang tetap. Tetapi,
dia memerlukan masing-masing perubahan lokalitas kecil secara perlahan untuk menopang
dengan praktis distribusi Maxwell-Boltzman lokal kecepatan molekul. Suatu keadaan
ketidaksetimbangan dapat menjadi stasioner stabil jika dipertahankan oleh perubahan di
anatara sistem dan linkungan. Contohnya, statisoner yang stabil secara global dapat
dipertahankan di bagaian dalam gelas yg berisi air dengan penambahan bubuk halus ke
dalamnya agar mengimbangi titik leburnya, dan secara tetap pengeringan lelehan air.
Fenomena transport adalah proses yang mengatur bentuk sistem kesetimbangan
termodinamika lokal ke global. Kembali lagi pada contoh, difusi panas akan mengatur gelas
terhadap kesetimbangan termodinamika, suatu keadaan dengan suhu gelas homogen
sempurna.[2]

Jenis-jenis kesetimbangan
Kesetimbangan termal

Kesetimbangan termal dicapai ketika dua sistem dalam termal kontak dengan masing-masing
berhenti untuk memperoleh net perubahan energi. Ini berarti bahwa jika dua sistem dalam
kesetimbangan termal, suhu mereka sama.[3] Kesetimbangan termal terjadi ketika suatu
sistem termal mokroskopik yang teramati telah berhenti untuk perubahan waktu. Contohnya,
suatu gas ideal dengan fungsi distribusi telah stabil pada suatu distribusi Maxwell-Boltzmann
dalam kesetimbangan termal. Kesetimbangan termal dari suatu sistem tidak berarti mutlak
tidak seragam dengan sistem; contohnya, sebuah sistem sungai dapat berada dalam
kesetimbangan termal saat distribusi suhu makroskopik stabil dan tidak berubah terhadap
waktu, mesekipun distribusi temperatur spasial merefleksikan masukan polusi termal.

Kesetimbangan Kuasistatik

Kesetimbangan kuasistatik adalah keadaan kuasi-setimbang dari suatu sistem termodinamika


mendekati kesetimbangan termodinamika, dalam beberapa arti. Dalam proses kuasistatik atau
kesetimbangan, transisi perlahan yang memadai dari sistem termodinamika dari keadaan
kesetimbangan ke keadaan lain yang terjadi seperti pada setiap keadaan sistem yang
mendekati keadaan kesetimbangan. Selama proses kuastatic, sistem mencapai kesetimbangan
lebih cepat, hampir seketika, dari parameter fisik yang bervariasi.

Ketidaksetimbangan

Termodinamika ketidaksetimbangan adalah cabang termoinamika yang meliputi sistem yang


tidak berada dalam kesetimbangan termodinamika. Kebanyakan sistem yang ditemukan di
alam tidak dalam kesetimbangan termodinamika karena mereka berubah atau dipicu untuk
berubah terhadap waktu, dan secara tetap dan tidak tetap subjek untuk fluks materi dan energi
dan dari sistem lainnya. Studi termodinamika sistem tidak-setimbang memenuhi banyak
konsep umum daripda termodinamika kesetimbangan. Banyak sistem alam sampai sekarang
tetap berada di luar cakupan metode termodinamika makroskopik sekarang ini.

Referensi Umum
Cesare Barbieri (2007) Fundamentals of Astronomy. First Edition (QB43.3.B37 2006)
CRC Press ISBN 0-7503-0886-9, 9780750308861
Hans R. Griem (2005) Principles of Plasma Spectroscopy (Cambridge Monographs
on Plasma Physics), Cambridge University Press, New York ISBN 0-521-61941-6
C. Michael Hogan, Leda C. Patmore and Harry Seidman (1973) Statistical Prediction
of Dynamic Thermal Equilibrium Temperatures using Standard Meteorological Data
Bases, Second Edition (EPA-660/2-73-003 2006) United States Environmental
Protection Agency Office of Research and Development, Washington DC [1]
F. Mandl (1988) Statistical Physics, Second Edition, John Wiley & Sons

Catatan Kaki
1. ^ Zemansky, Mark W; Dittman, Richard H (1986). Kalor dan Termodinamika (6 ed.).
Bandung: Penerbit ITB.
2. ^ H.R. Griem, 2005
3. ^ R. K. Pathria, 1996

2. Pengertian Kesetimbangan Termodinamika

3. Mesin panas klasik Carnot


4. Dalam termodinamika, suatu sistem termodinamik disebut berada dalam
kesetimbangan termodinamik bila sistem tersebut berada dalam keadaan setimbang
mekanis, setimbang termal dan setimbang secara kimia. Dalam kesetimbangan
termodinamik, tidak ada kecenderungan untuk terjadi perubahan keadaan, baik untuk
sistem maupun untuk lingkungannya.
5. Kesetimbangan mekanis terjadi apabila tidak ada gaya yang takberimbang di bagian
dalam sistem, dan juga antara sistem dan lingkungannya. Dalam kesetimbangan
termal, semua bagian sistem bertemperatur sama, dan sistem juga memiliki suhu yang
sama dengan lingkungannya.
6. Dalam kesetimbangan kimia, suatu sistem tidak mengalami perubahan spontan dalam
struktur internalnya, seperti reaksi kimia. Sistem dalam kesetimbangan kimia juga
tidak mengalami perpindahan materi dari satu bagian sistem ke bagian sistem lainnya,
seperti difusi atau pelarutan.
7. Advertisement

8. Bila ketiga syarat kesetimbangan tersebut tidak dipenuhi, maka sistem termodinamik
disebut berada dalam keadaan tidak setimbang.
9. Termodinamika klasik meliputi keadaan kesetimbangan dinamis. Keadaan lokal dari
suatu sistem pada kesetimbangan termodinamika ditentukan oleh nilai dari parameter
intensifnya, seperti tekanan dan suhu. Untuk lebih spesifik, kesetimbangan
termodinamika dikarakteristikkan oleh potensial termodinamika minimum, seperti
energi bebas Helmhlotz, yaitu sistem pada suhu dan volume sama:
10. A = U TS;
11. atau energi bebas Gibbs, yaitu sistem dengan tekanan dan suhu tetap:
12. G = H TS.
8.13. di mana T = suhu, S = entropi, U = energi dalam dan H= entalpi. Energi bebas
Helmholtz sering dinotasikan dengan simbol F, tetapi penggunaan A dipilih oleh
IUPAC. Proses yang mengatur suatu kesetimbangan termodinamika disebut
termalisasi. Suatu contoh adalah suatu sistem dengan partikel yang berinteraksi tidak
terganggu oleh pengaruh luar. Dengan interaksi, mereka akan menggabungkan
energi/momentum di antara mereka dan mencapai suatu keadaan di mana statistik
umum tidak berubah terhadap waktu.

9.14. Makalah Kimia Tentang Kekuatan Asam dan Basa


10.15. Asam kuat apabila dilarutkan dalam air akan terionisai sempurna ( a =1). Sebagai
contoh asam kuat antara lain :
11.16. HCl --> H + + Cl -
12.17. HNO 3 --> H + + NO 3 -
13.18. Begitu juga yang terjadi pada larutan basa kuat. Basa kuat jika dilarutkan dalam air
akan mengalami ionisasi sempurna. Sebagai contoh basa kuat antara lain:
14.19. KOH --> K + + OH -
15.20. Ba(OH) 2 --> Ba 2+ + 2OH -
16.21. Tetapan ionisasi asam kuat dan basa kuat dalam air sama dengan 1 .
17.22. Asam lemah yaitu senyawa asam yang jika dilarutkan dalam air akan terionisassi
sebagian (0< a <1).
18.23. Sebagai contoh asam lemah antara lain :

19.24. CH 3 COOH H + + CH 3 COO -


20.25. H 2 CO 3 2H + + CO 3 2-
21.26. Begitu juga yang terjadi pada larutan basa lemah. Basa lemah hanya terionisasi
sebagian jika dilarutkan dalam air.
22.27. Sebagai contoh basa lemah antara lain:

NH 4 OH NH 4 + + OH -

Al(OH) 3 Al 3+ + 3OH -
23.28. Asam lemah HA dalam air akan terionisasi sebagian sebagai berikut:

24.29. HA H + + A -
25.30. Menurut hukum kesetimbangan

26.31.
27.32. Jika [ H + ] = [ A - ] dan [ HA ] dianggap tetap karena HA yang terionisasi kecil, maka:

28.33.
29.34. atau

30.35.
31.36. Sehingga
32.37.
33.38.

34.39. Contoh soal:


35.40. Berapa konsentrasi ion H + padas suhu 20 0 C yang mengandung 0,1 M asam sianida
(HCN) jika Ka = 4,9 x 10 -10 ?
36.41. Jawab:
37.42. Diketahui Ca = [HCN] = 0,1 M dan Ka = 4,9 x 10 -10
38.43. Dari rumus
39.44. , maka:

40.45. , sehingga

41.46.
42.47.
43.48. Basa lemah LOH dalam air akan terionisasi sebagian sebagai berikut:
44.49. LOH L+ + OH-
45.50. Menurut hukum kesetimbangan

46.51.
47.52.
+ -
48.53. jika [ L ] = [ OH ] dan [ LOH ] dianggap tetap karena LOH yang terionisasi kecil,
maka:

49.54. atau

50.55.
51.56. sehingga
52.57.

53.58.
54.59. Contoh Soal:
55.60. Hitunglah harga konsentrasi ion OH - yang terdapat dalam larutan 0,01 M (CH 3 ) 2

NH jika harga Kb = 5,1 x 10 -4 !


56.61. Jawab:
57.62. Diketahui Cb = [(CH 3 ) 2 NH] = 0,01 M dan Kb = 5,1 x 10 -4
58.63. Dari rumus

maka dapat dihitung sebagai berikut:

59.64.
60.65.

Asam + Basa Garam + Air

61.66. Pada reaksi asam dan basa kosentrasi asam dan basa dapat ditentukan dengan suatu
metode kuantitatif dengan cara titrasi, yaitu cara analisis tentang pengukuran jumlah larutan
yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan tepat dengan zat yang terdapat dalam larutan asam
atau basa dengan ditandai adanya perubahan warna. Pada saat perubahan warna, titrasi
dihentikan dan kadar asam basa dapat ditentukan dengan perhitungan stoikiometri.
62.67. a. Penetralan asam kuat oleh basa kuat

63.68.
64.69. Mula-mula pH larutan naik sedikit demi sedikit, kemudian terjadi perubahan yang
cukup drastis pada sekitar titik ekivalen. Titik ekivalen terjadi pada saat pH larutan 7, dimana
asam dan basa tepat habis bereaksi. Untuk menunjukkan titik ekivalen dapat digunakan
indikator mrtil merah, bromtimol biru atau fenolftalein. Indikator-indikator tersebut
menunjukkan perubahan warna pada sekitar titik ekivalen. Fenolftalein lebih sering
digunakan karena memberikan perubahan warna yang lebih tajam disekitar titik ekivalen.
65.70. b. Penetralan asam lemah oleh basa kuat

66.71.
67.72. Titik ekivalen berada diatas 7, yaitu antara 8 dan 9. Lonjakan perubahan pH pada
sekitar titik ekivalen lebih sempit, hanya sekitar 3 satuan, yaitu antara pH 7 sampai pH
10. Sebagai indikator digunakan fenolftalein, karena jika menggunakan metil merah akan
terjadi perubahan warna sebelum tercapai titik ekivalen.
68.73. c. Penetralan basa lemah oleh asam kuat.

69.74.
70.75. Titik ekivalen berada dibawah 7, lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen
lebih sempit, hanya sekitar 3 satuan, yaitu antara pH 7 sampai pH 4. Sebagai indikator
digunakan metil merah (trayek ; 4,2 - 6,3)
71.76.
72.77. a. Kertas lakmus Kertas lakmus adalah kertas yang diberi suatu senyawa kimia
sehingga akan menunjukkan warna yang berbeda setelah dimasukkan pada larutan asam
maupun basa. Warna kertas lakmus akan berubah sesuai dengan larutannya seperti tertera
dalam tabel 1.
73.78. Tabel 1. Warna kertas lakmus jika dikenai larutan asam basa
74.79.

Dalam larutan bersifat

Jenis kertas lakmus Asam Basa Netral

Merah Merah Biru Merah

Biru Merah Biru Biru

75.80. Dibawah ini diberikan beberapa pengujian dengan menggunakan kertas lakmus.
76.81. Tabel 2. Warna kertas lakmus bila ditetesi larutan sampel.
77.82.

Zat Lakmus merah Lakmus biru

Air Tetap merah Tetap biru

HCl 0,1 M Tetap merah Merah


NaOH 0,1 M
Biru Tetap biru

78.83. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa:


79.84. 1) Air bersifat netral karena tidak memberi perubahan warna pada kertas lakmus.
80.85. 2) Larutan HCl bersifat asam karena dapat memerahkan lakmus biru.
81.86. 3) Larutan NaOH bersifat basa karena dapat membirukan lakmus merah.
+
82.87. Penyebab sifat asam menurut Arrhenius adalah karena adanya ion H jika zat
tersebut dilarutkan dalam air, begitu juga sifat basa ditimbulkan karena adanya ion OH - yang
terjadi oleh pelarutan zat dalam air.
+
83.88. Menurut teori Arrhenius, zat yang dalam air menghasilkan ion H disebut asam
danbasa adalah zat yang dalam air terionisasi menghasilkan ion OH - .
84.89. HCl --> H + + Cl -
85.90. NaOH --> Na + + OH -
86.91. Meskipun teori Arrhenius benar, pengajuan desertasinya mengalami hambatan
berat karena profesornya tidak tertarik padanya. Desertasinya dimulai tahun 1880, diajukan
pada 1883, meskipun diluluskan teorinya tidak benar. Setelah mendapat bantuan dari Van
Hoff dan Ostwald pada tahun 1887 diterbitkan karangannya mengenai asam basa. Akhirnya
dunia mengakui teori Arrhenius pada tahun 1903 dengan hadiah nobel untuk ilmu
pengetahuan.
87.92. Sampai sekarang teori Arrhenius masih tetap berguna meskipun hal tersebut
merupakan model paling sederhana. Asam dikatakan kuat atau lemah berdasarkan daya
hantar listrik molar. Larutan dapat menghantarkan arus listrik kalau mengandung ion, jadi
semakin banyak asam yang terionisasi berarti makin kuat asamnya. Asam kuat berupa
elektrolit kuat dan asam lemah merupakan elektrolit lemah. Teori Arrhenius memang perlu
perbaikan sebab dalam lenyataan pada zaman modern diperlukan penjelasanyang lebih bisa
diterima secara logik dan berlaku secara umum. Sifat larutan amoniak diterangkan oleh teori
Arrhenius sebagai berikut:
88.93. NH 4 OH --> NH 4 + + OH -
89.94. Jadi menurut Svante August Arrhenius (1884) asam adalah spesi yang mengandung
+
H dan basa adalah spesi yang mengandung OH -, dengan asumsi bahwa pelarut tidak
berpengaruh terhadap sifat asam dan basa.
90.95.
91.96. b. Menggunakan Indikator
92.97. Untuk pengetesan senyawa bersifat asam atau basa dapat dilakukan dengan
menggunakan indikator. Indikator adalah suatu zat, yang warnanya berbeda-beda sesuai
dengan konsentrasi ion-Hidrogen. Indikator umumnya merupakan suatu asamatau basa
organik lemah, yang dipakai dalam larutan yang sangat encer. Asam atau basa indikator yang
tidak terdisosiasi mempunyai warna yang berbeda dengan hasil disosiasinya, sehingga
memudahkan praktikan dalam menentukan apakah larutan tersebut bersifat asam atau
bersifat basa.
93.98. Tabel 3. Indikator yang ada di dalam Laboratorium
94.99.

Indikator Nama Kimia Dalam asam Dalam basa Jangka pH

(Asam) biru kresilbrilian Amino-dietilamino-metil difenazonium Jingga-merah Biru 0,0-1,0


klorida

Pentametil p -rosanilia hidroklorida

(Asam) a -naftol benzein O-kresolsulfon-ftalein Tak berwarna Kuning 0,0-0,8

Ungu metil Timol-sulfon-ftalein Kuning Hijau-biru 0,0-1,8

m-kresolsulfon-ftalein

Tetrabromofenol-sulfon ftalein
(Asam) merah kresol Dimetilamino-azo- benzena-natrium Merah Kuning 1,2-2,8
sulfonat
(Asam) biru timol Merah Kuning 1,2-2,8
Asam difenil-bis-azo a -naftilamina-4-
sulfonat
Ungu meta kresol Merah Kuning 1,2-2,8
Tetrabromo-m-kresol sulfon ftalein
Ungu bromo fenol Kuning Biru 2,8-4,6
O-Karboksibenzena-azo dimetilanilina

Diklorofenol-sulfon ftalein

Jingga metil Merah Kuning 3,1-4,4

Dibromo-timol-sulfon ftalein
O-Hidroksi-difenil sulfon ftalein

O-Kresol-sulfon ftalein
Merah Kongo Lembayung Merah 3,0-50

a - Naftol-ftalein

Timol-sulfon ftalein
Hijau bromo kresol Kuning Biru 3,8-5,4

Merah metil Amino-dietilamino-metil difenazonium Merah Kuning 4,2-6,3


klorida

Merah klorofenol Kuning Merah 4,8-6,4

(Litmus) azolitmin Merah Biru 5,0-8,0

Biru bromotimol Kuning Biru 6,0-7,6

Ungu difenol Kuning Lembayung 7,0-8,6

(Basa) merah kresol Kuning Merah 7,2-8,8

a -Naftol-ftalein Kuning Biru 7,3-8,7

Kuning Biru 8,0-9,6


(Basa) biru timol

Kuning Hijau-biru 8,2-10,0


(Basa) a -Naftol-benzein
Tak berwarna Merah 8,3-10,0
Fenolftalein

Tak berwarna Biru 9,3-10,5


Timolftalein
Biru Kuning 10,8-12,0
(Basa) biru kresilbrilian

95.100. Sumber : G.Svehla. 1990: 57-58


96.101. Selain indikator diatas larutan asam dan basa dapat ditentukan dengan
menggunakan bahan-bahan alami yang berwarna seperti dari kunyit, bunga sepatu merah,
kulit manggis dan lain-lain. Untuk membuat warna ungu akan terbentuk pada suasana
netral, larutan asam akan memberikan larutan berwarna ungu ke warna merah kecoklatan
dan dalam larutan basa akan memberkan warna ungu ke biru kehitaman.

Indikator, Jenis-Jenis dan Pengertian Asam Basa


Advertisement

Indikator, Jenis-Jenis dan Pengertian Asam Basa Pada pertemuan sebelumnya, kita
telah mempelajari tentang teori asam dan basa. Mari kita ingat kembali topik pengertian asam
dan basa sebelum masuk ke topik indikator asam basa.

Pengertian Asam Basa

Pengertian asam dan basa berdasarkan konsep:


a. Arrhenius
Asam adalah senyawa yang melepaskan ion H+ ketika dilarutkan dalam air, sedangkan basa
adalah adalah senyawa yang melepaskan ion OH- ketika dilarutkan dalam air.
b. Bronsted Lowry
Asam adalah spesi/senyawa yang melepaskan/donor proton kepada senyawa lain, sedangkan
basa adalah spesi/senyawa yang menerima/akseptor proton dari senyawa lain.
c. Lewis
Asam adalah spesi/senyawa yang menerima / akseptor pasangan elektron dari senyawa lain,
sedangkan basa adalah spesi/senyawa yang memberikan / donor pasangan elektron kepada
senyawa lain.

Tabel Beberapa Contoh Senyawa Asam dan Basa


Jenis asam dan basa dalam kehidupan sehari-hari sangatlah beragam, oleh sebab itu
bagaimana cara kita untuk mengetahui sifat asam atau basa suatu zat?
Dalam topik ini kalian akan mempelajari tentang indikator asam dan basa.

1. Pengertian Indikator

Sifat asam dan basa ditentukan oleh nilai suatu bilangan yang disebut dengan pH (pangkat
Hidrogen). Garis/rentang pH asam dan basa digambarkan sebagai berikut.

Untuk mengetahui suatu larutan bersifat asam atau basa, kita memerlukan suatu zat/bahan
yang disebut indikator. Suatu indikator akan mengalami perubahan warna saat bereaksi
dengan asam maupun basa.

2. Jenis-Jenis Indikator

Secara umum indikator dapat dibagi menjadi dua, yaitu:


a. Indikator buatan, yaitu indikator yang dibuat oleh manusia. Indikator buatan ini biasanya
dibuat dalam laboratorium yang berupa campuran zat-zat kimia. Indikator buatan ini
memiliki fungsi secara kualitatif dan kuantitatif. Adapun fungsi kualitatifnya dapat
menentukan sifat asam dan basa suatu zat, sedangkan fungsi kuantitatifnya dapat digunakan
untuk mengukur pH zat tersebut yang dinyatakan dalam bentuk angka. Beberapa macam
indikator buatan akan ditunjukkan sebagai berikut.

Disamping bahan-bahan di atas, terdapat pula suatu indikator buatan yang sering digunakan
yaitu indikator kertas lakmus. Indikator kertas lakmus ini hanya berfungsi secara kualitatif,
yaitu hanya mendeteksi sifat asam atau basa suatu zat melalui perubahan warnanya.
Perubahan warna kertas lakmus, diberikan dalam tabel berikut.

b. Indikator alami, yaitu indikator yang tersedia secara langsung dari alam. Indikator alami
biasanya berupa bahan-bahan yang berwarna, baik berupa buah/umbi maupun bunga.
Indikator alami dapat memberikan warna yang berbeda jika ditambahkan suatu asam, begitu
pula sebaliknya, warna akan berbeda pula jika ditambahi suatu basa. Indikator alami
berfungsi secara kualitatif yaitu hanya mendeteksi sifat asam atau basa suatu zat tanpa
disertai ukuran pH zat tersebut.
Beberapa bahan alam yang dapat digunakan sebagai indikator antara lain:
Bunga kembang sepatu;
bunga bougenvil;
kulit manggis;
daun kubis ungu ;
kunyit; dan
bunga Pacar air.

3. Pembuatan Indikator Alam

Untuk membuat indikator alami sebagai bahan pengujian asam dan basa, secara umum dapat
dilakukan dengan cara berikut:
a. menumbuk bahan indikator sampai halus dan tambahi sedikit air;
b. memeras bahan tersebut dengan menggunakan kain kasa; dan
c. hasil perasan tersebut merupakan indikator yang bisa dipakai untuk menguji sifat asam atau
basa suatu zat.

4. Cara pengujian asam basa dengan Indikator alami

Sebelum digunakan sebagai indikator, kita memerlukan warna standar sebagai bahan
perbandingan warna. Penentuan warna standar dapat dilakukan sebagai berikut:

4.1 Pembuatan Warna Standar


a. Mengambil indikator alami misalnya air bunga kembang sepatu, kemudian teteskan pada 3
pin di plat tetes sebanyak 2 tetes
b. Menambahkan 2 tetes air jeruk pada pin 1. Amati perubahan warnanya. Warna ini menjadi
warna standar larutan yang bersifat Asam
c. Pada pin 2, ditambahkan 2 tetes air sabun, amati perubahan warnanya. Warna ini menjadi
warna standar larutan yang bersifat basa
d. Pada pin 3, ditambahkan 2 tetes air, amati perubahan warnanya. Warna ini menjadi warna
standar larutan yang bersifat netral.

4.2 Pengujian sifat asam basa dengan indikator alam


Cara pengujian sifat asam atau basa suatu zat dengan menggunakan indikator alami dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Meneteskan indikator alami (misalnya kembang sepatu) pada 3 pin plat tetes
b. Menambahkan masing-masing 2 tetes zat yang diuji pada pin 1, pin 2 dan pin 3.
c. Mengamati perubahan warna yang terjadi. Bandingkan dengan warna standar.
d. Bila warna yang terbentuk sama dengan warna standar zat asam, maka zat tersebut bersifat
asam, begitu pula jika warnanya sama dengan warna standar basa, maka zat tersebut bersifat
basa.

Itulah artikel Indikator, Jenis-Jenis dan Pengertian Asam Basa. Semoga bisa bermanfaat bagi
Anda. baca juga artikel terkait lainnya.

102.

You might also like