You are on page 1of 5

I.

PEMBAHASAN
Pada jurnal ini dilakukan pembandingan terhadap hasil penetapan kadar
vitamin C mangga dodol dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis
dan Iodometri. Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik analisis
spektroskopi yang memakai sumber radiasi eleltromagnetik ultraviolet dekat (190-
380) dan sinar tampak (380-780) dengan memakai instrument spektrofotometer.
Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada
molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai
untuk analisis kuantitatif ketimbang kualitatif (Gandjar dan Rohman, 2007).
Prinsip kerja dari spekrofotometri UV berdasarkan penyerapan cahaya atau energi
radiasi oleh suatu larutan. Jumlah cahaya atau energy radiasi yang diserap
memungkinkan pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara kuantitatif.
Penelitian dimulai dengan membuat deret larutan standar untuk menentukan
kurva kalibrasi larutan standar vitamin C. Dari deret larutan standar tersebut,
kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum yang
didapat. Panjang gelombang optimum dengan menggunakan spektrofotometri
UV-Vis dilakukan terhadap larutan standar vitamin C pada rentang 200-400 nm.
Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang maksimum disebabkan karena
pada panjang gelombang maksimum dengan absorbansi maksimum, maka
kepekaannya juga maksimum sebab perubahan absorbansi setiap satuan
konsentrasinya adalah yang paling besar di sekitar panjang gelombang
maksimum. Selain itu, digunakan panjang gelombang maksimum adalah agar
mendapatkan bentuk kurva absorbansi datar, dan pada kondisi tersebut hukum
Lambert-Beer akan terpenuhi. Disamping itu, jika dilakukan pengukuran ulang
maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang
akan kecil, ketika digunakan panjang gelombang maksimal (Gandjar dan Rohman,
2007).
Dari hasil yang diperoleh, panjang gelombang maksimum larutan standar
vitamin C yaitu 267 nm. Dari hasil perhitungan persamaan regresi kurva diperoleh
persamaan garis y = 0.215x + 0.015 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,999.

1
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara
kadar dan serapan. Artinya, dengan meningkatnya konsentrasi, maka absorbansi
juga akan meningkat. Hal ini berarti bahwa terdapat 99,9% data yang memiliki
hubungan linier. Setelah dibaca dengan menggunakan alat spektrofotometri UV-
Vis maka mangga dodol memiliki absorbansi sebesar 0,1857 nm dan kandungan
vitamin C yang terkandung dalam mangga dodol yaitu 15,88 g/100g.
Iodometri merupakan metode titrasi reduksi dan oksidasi (redoks) dengan
titrasi tidak langsung (iodometri) yang melibatkan perpindahan elektron antara
titran dan analit (Gandjar dan Rohman, 2007). Metode tidak langsung yang
melibatkan iodium, digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang
mempunyai potensial oksidasi lebih besar daripada sistem iodium-iodida atau
senyawa-senyawa yang bersifat oksidator (Gandjar dan Rohman, 2007). Metode
titrasi tidak langsung (iodometri) digunakan dalam penentuan kadar vitamin C
karena sifat dari vitamin C yang tidak stabil dan mudah rusak akibat oksidasi
oksigen dari udara (Winarno, 1991). Sehingga kurang baik apabila digunakan
titrasi langsung dengan standar iodide dalam penetapan kadarnya. Selain itu
apabila penetapan kadar vitamin C dilakukan dengan titrasi langsung maka larutan
iodida yang dibutuhkan harus dalam jumlah dan konsentrasi yang tinggi untuk
menghasilkan kompleks I3-, maka dari itu penetapan kadar vitamin C dilakukan
titrasi iodometri (Cairns, 2004).
Prosedur kerja dari iodometri yaitu pembuatan larutan standar primer KIO3
0,1 N, pembuatan larutan standar Iodium 0,1 N, pembuatan larutan Na2S2O3 0,1N,
pembuatan larutan amilum 1%, pembuatan KI 10% dan pembuatan larutan H2SO4
10%. Larutan KIO3 digunakan saat standarisasi titran (Na2S2O3) serta saat
penetapan kadar vitamin C. KIO3 mampu mengoksidasi iodida menjadi iod secara
kuantitatif dalam larutan asam. Oleh karena itu digunakan sebagai larutan standar
dalam proses titrasi iodometri ini. Selain itu juga karena sifat Iod itu sendiri yang
mudah teroksidasi oleh oksigen dalam lingkungan sehingga iodida mudah
terlepas.
Larutan Na2S2O3 dalam penetapkan kadar vitamin C berperan sebagai
titran. Natrium tiosulfat dapat dengan mudah diperoleh dalam keadaan kemurnian

2
yang tinggi, namun selalu ada saja sedikit ketidakpastian dari kandungan air yang
tepat, karena sifat flouresensi, mudah terurai bila bereaksi dengan CO2 disertai
dengan pembentukan belerang (Basset, 1994). Karena itu, zat ini tidak memenuhi
syarat untuk dijadikan sebagai larutan baku standar primer. Karena hal tersebut
Na2S2O3 harus distandarisasi terlebih dahulu, Na2S2O3 disatandarisasi dengan
KIO3. Reaksi penguraian yang terjadi adalah sebagai berikut :
Na2S2O3 + CO2 + H2O NaHCO3 + NaHSO3 + S(s)
Kemudian dilakukan standarisasi Na2S2O3 setelah semua larutan yang
diperlukan untuk melakukan serangkaian proses telah selesai dikerjakan.
Standarisasi Na2S2O3 dilakukan dengan larutan KIO3, penambahan KI serta
H2SO4. Penambahan KI bertujuan untuk menciptakan iodida berlebih. Hal
tersebut berfungsi karena KIO3 dapat kehilangan iod akibat sifatnya yang mudah
menguap dan akan menyebabkan kesalahan dalam titrasi. Sehingga dengan
adanya iodida berlebih yang diciptakan oleh KI akan menyebabkan sifat mudah
menguap dari KIO3 berkurang dengan pembentukan (I3-) ion triiodida (Basset,
1994). Penambahan H2SO4 berperan dalam menciptakan suasana asam karena
pada suasana asam oksidasi ion iodida berlangsung lebih cepat (Underwood,
1998). Dimana pada suasana asam, potensial reduksi iodat menjadi meningkat
dengan pesat akibat naiknya konsentrasi H+ dalam larutan sehingga iodat ini
direduksi secara lengkap oleh iodida. Iodida yang asam dapat menyebabkan
iodida dioksidasi oleh oksigen diudara sehingga larutan yang mengandung iodida
berlebih dan asam tidak boleh didiamkan terlalu lama sebelum mentitrasi iod
tersebut (Basset, 1994).
Standarisasi dilakukan dengan mentitrasi larutan KIO3, KI serta H2SO4
dengan larutan larutan Na2S2O3 hingga terjadi perubahan warna dari kuning muda.
Setelah terbentuk warna kuning muda kemudian ditambahkan dengan beberapa
tetes larutan amilum 1% sehingga membentuk warna biru kemudian titrasi
kembali dengan Na2S2O3 hingga diperoleh larutan bening tepat setelah warna biru
hilang (Basset, 1994). Larutan amilum 1% ditambahkan saat mendekati titik akhir
titrasi dimaksudkan agar larutan amilum tidak membungkus iod karena akan
menyebabkan hanya sedikit kanji yang bereaksi dengan natrium tiosulfat. Proses

3
titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan sifat I2 yang mudah
menuap. Pada titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang bereaksi dengan titran
sehingga warna biru mendadak hilang dan perubahannya sangat jelas. Penggunaan
larutan amilum ini untuk memperjelas perubahan warna larutan yang terjadi pada
saat titik akhir titrasi. Selain itu pemilihan larutan amilum juga disebabkan karena
keunggulannya yang utama adalah bahwa harganya murah. Sedangkan
kelemahannya adalah bersifat tidak dapat larut dalam air dingin, ketidakstabilan
suspensinya dalam air, dengan iod memberi suatu kompleks yang tidak dapat larut
dalam air (Basset, 1994).
Reaksi yang terjadi pada proses standarisasi adalah :
3IO3- + 24I- + 18H+ 9I3- + 9H2O
16S2O32- + 8I3- 8S4O62- + 24I-
3IO3- + 16S2O32- + 18H+ 8S4O62- + I3- + 9H2O
Proses selanjutnya adalah penetapan kadar vitamin C. Diambil 50 g
disesuaikan dengan penimbangan pada metode spektrofotometri UV-Vis dan
diencerkan dengan aquabides sampai tanda batas. Setelah sampel ditimbang dan
diencerkan, kemudian ditambahkan larutan H2SO4 10% dan ditambahkan
beberapa tetes larutan amilum 1% sebagai indikator. Setelah itu dititrasi dengan
larutan iodium sampai larutan sampel berwarna biru. Sampai titik akhir titrasi,
mangga dodol membutuhkan volume sebanyak 22,3 mL sehingga larutan berubah
menjadi warna biru. Setelah dihitung, kadar vitamin C yang terdapat dalam
larutan sampel mangga dodol yaitu 3,5 g/100g.
Pada titrasi penetapan kadar vitamin C ini terjadi beberapa reaksi sebagai
berikut:
Reaksi pembentukan I3- oleh KI dan KIO3
Reduksi : IO3- I3-
Oksidasi : I- I3-
Reduksi : 3IO3- + 18H++ 16e- I3-+ 9H2O [x1]
Oksidasi : 3I- I3-+ 2e- [x8]
Reduksi : 3IO3- + 18H++ 16e- I3-+ 9H2O
Oksidasi : 24I- 8I3-+ 16e-

4
3IO3- + 24I- +18H+ 9I3- + 9H2O
IO3- + 8I- +6H+ 3I3- + 3H2O
Reaksi C6H8O6 dengan I3-
IO3- + 8I- + 6H+ 3I3- + 3H2O |3|
C6H8O6 + I3- C6H6O6 + 3I- + 2H+ |8|
_____________________________________________
8C6H8O6 + 3IO3-+2H+ 8C6H6O6 + I3- + 9H2O
Reaksi Na2S2O3 dengan I3-
2S2O32- + I3- S4O62- + 3I-
Maka, persamaan reaksi penetapan kadar vitamin C adalah :
2S2O32- + I3- S4O62- + 3I-
3IO3- + 8C6H8O6+ 2H+ 8C6H6O6 + I3- +9H2O
8C6H8O6 + 2S2O32- + 3IO3- + 2H+ 8C6H6O6 + S4O62-+3I- + 9H2O

(kenapa aku Cuma jelasin sepintas dri sppektro dan gak jelasin step by step (buat
larutan dll) dri spektro karena untuk membahas sedikit ttg sektro aja biar lebih
focus ke iodo)

NGGHY BUATIN DAFPUS YG AKU MERAHIN YA SOALNYA DI DATA2


SMSTR 4 DA DEH DAFPUSNYA

You might also like