Professional Documents
Culture Documents
I. TUJUAN
(AKU GAK TAU TUJUANNYA APA, SOALNYA WKTU INI AKU
NGAWAG BUATNYA DIJURNAL, MINTA TOLONG ISIIN YA)
II. DASAR TEORI
2.1 Asam Askorbat ( Vitamin C )
Asam askorbat atau vitamin C mengandung tidak kurang dari 90,0% dan
tidak lebih dari 100,5% C6H8O6. Asam askorbat berupa hablur atau serbuk putih
atau agak kekuningan. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi berwarna
gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara, dalam larutan cepat teroksidasi.
Melebur pada suhu kurang dari 190o. Asam askorbat mudah larut dalam air, agak
sukar larut dalam etanol. Tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam
benzene (Depkes, RI. 1995).
Vitamin C merupakan senyawa yang mempunyai sifat pereduksi kuat dan
dalam larutan, vitamin C mudah rusak akibat oksidasi oksigen dari udara. Asam
askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat dengan adanya
enzim asam askorbat oksidase, akan tetapi akan bersifat stabil jika dalam bentuk
kristal (murni). Secara kimia, asam ini juga sangat labil dan dapat mengalami
perubahan lebih lanjut menjadi asam diketogulonat yang tidak memiliki
kemampuan sebagai vitamin C aktif. Suasana basa akan menyebabkan asam
diketogulonat teroksidasi menjadi asam oksalat dan asam treonat (Safaryani dkk.,
2007).
Vitamin merupakan senyawa yang mempunyai sifat pereduksi kuat dan
dalam larutan, Vitamin C mudah rusak akibat oksidasi oksigen dari udara
(Winarno, 1991). Pengukuran kadar vitamin C dengan titrasi redoks yaitu
menggunakan larutan iodin (I2) sebagai titran dan larutan kanji sebagai indikator.
Pada proses titrasi setelah semua vitamin C bereaksi dengan iodin, maka
kelebihan iodin akan terdeteksi dengan kanji yang menjadikan larutan berwarna
biru gelap (Gandjar dan Rohman, 2007).
Gambar 1. Struktur Asam Askorbat (Depkes RI, 1995).
2.2 Natrium Tiosulfat
Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) berupa hablur besar, tidak berwarna, atau
serbuk hablur kasar. Mengkilap dalam udara lembab dan mekar dalam udara
kering pada suhu lebih dari 33C. Larutannya netral atau basa lemah terhadap
lakmus. Sangat mudah larut dalam air dan tidak larut dalam etanol (Harjadi,
1993).
Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) termasuk dalam larutan baku
sekunder. Hal ini disebabkan kestabilan larutan ini mudah dipengaruhi oleh pH
rendah (<5), sinar matahari, dan adanya daya bakteri yang memanfaatkan sulfur
(S). Pada pH yang rendah (<5), kestabilan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3)
akan terganggu sebab S2O32- akan mengalami penguraian (Harjadi, 1993).
aj
4.2.2. Pembuatan Larutan Standar Na2S2O3 0,1 M
aj
4.2.4. Standarisasi Na2S2O3
Day, R.A dan Underwood, A.L. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi keempat.
Penerjemah : Soendoro, R. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Depastemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Depastemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Dorland, N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Gandjar, I. G. dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Patnaik, P. 2003 . Handbook of Inorganic Chemicals. New York: McGraw- Hill
Book Company
Roth, J.H., and Blaschke, G. 1998. Analisis Farmasi. Penerjemah: Kisman, dkk.
Cetakan Ketiga. Yogyakarta: Penerbit UGM Press.
Safaryani, Nurhayati, dkk. 2007. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan
terhadap Penurunan Kadar Vitamin C Brokoli (Brassica oleracea L).
Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol. XV.No. 2. Semarang.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.