You are on page 1of 30

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala anugerahnya,

sehingga penulisan referat dengan judul psikoterapi Fokus Pada Psikoterapi Suportif dan

Terapi Aktivitas Kelompok dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.

Tujuan dari penulisan karya tulis referat ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas

kepaniteraan ilmu kesehatan jiwa agar dapat menerima kelulusan pada bidang kepaniteraan

yang bersangkutan.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian pembuatan referat ini. Terutama pembimbing referat yang

bersangkutan di bidang kesehatan jiwa Dr. Esther Sinsuw , Sp.KJ, yang telah membantu dalam

penulisan referat ini.

Penulisan referat ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan dan

kritik yang berguna. Semoga untuk selanjutnya tulisan dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 26 Juli 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN . 3

I.1. Latar Belakang 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .. 5

2.1. Definisi .. 5

2.2. Tujuan Psikoterapi ................. 6

2.3. Tahap-tahap psikoterapi ................... 6

2.4. Golongan psikoterapi ..... 7

2.5. Jenis psikoterapi......................................................................................11

2.5 Efektivitas psikoterapi.. 27

2.6 Hasil terapeutik.. 28

BAB III PENUTUP ........ 29

3.1. Kesimpulan ........................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 30

2
BAB I
PENDAHULUAN

Seiring meningkatnya problematika kehidupan, saat ini semakin banyak orang


memiliki masalah atau gangguan tidak hanya pada fisik namun juga pada mental. Kini
tuntutan jaman yang semakin tinggi baik dari pendidikan, gaya hidup, lingkungan
membuat orang lebih mudah terserang stress yang dapat berdampak pada hubungan
intrapersonal maupun interpersonal dengan orang-orang disekitarnya. Data dari WHO,
di tahun 2010 terjadi hampir 150 kematian setiap harinya di Indonesia akibat bunuh diri
yang disebabkan masalah kejiwaan. Masalah kejiwaan yang sering kali terjadi yaitu
gangguan depresi, gangguan cemas, serangan panik dan trauma di masa lalu. Keluhan
yang seringkali muncul dapat diakibatkan adanya gangguan fisik, tapi dapat juga
berkaitan langsung dengan problem emosional ataupun keduanya dalam waktu
bersamaan. Sekitar 25-30% pasien datang berobat ke dokter umum dengan problem
emosional. Di samping itu, faktor emosional merupakan faktor penting yang
mempengaruhi kondisi penyakit terutama apabila pasien memiliki semangat dan
pengharapan yang tinggi maka proses penyembuhan dapat berlangsung lebih cepat,
namun bila pasien merasa sedih, tidak didukung oleh keluarga dan putus asa, proses
penyembuhan dapat berjalan lambat.
Hal-hal tersebut mempengaruhi mekanisme daya tahan mental yang dapat
menyebabkan terjadinya neurosis, yaitu suatu gangguan jiwa yang secara struktural
tanpa kerusakan organik dan dapat mempengaruhi kepribadian pasien. Adanya konflik
sering bermanifestasi dalam bentuk fenomena tertentu. Semua gangguan mekanisme
daya tahan mental bersifat selalu melawan atau menentang usaha-usaha terapeutik yang
bertujuan untuk mengubah atau meniadakan gangguan tersebut. Hal ini memunculkan
peranan dari terapi alternatif salah satunya adalah psikoterapi.
Banyak orang yang mencari psikoterapi dengan berbagai alasan, tetapi
kebanyakan dari mereka mencari psikoterapi karena mereka membutuhkan bantuan
untuk masalah masalah yang sangat berat. Kebanyakan orang membicarakan
masalahnya kepada teman dan keluarga, tetapi itu tidak mampu memperbaiki keadaan
dirinya. Psikoterapi merupakan salah satu cara yang tepat untuk membicarakan masalah
dan mendapatkan pemecahannya. Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi
yang terandalkan dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi

3
fisik. Dalam psikoterapi difokuskan pada proses-proses yang tidak sadar dalam diri
pasien dan pengubahan struktur pribadi pasien. Oleh karena itu psikoterapi sangatlah
dibutuhkan dalam penyembuhan pada orang-orang yang memiliki masalah terutama
masalah kesehatan jiwa. Dalam psikoterapi, keberhasilan sangat ditentukan oleh kerja
sama yang baik antara pasien dan terapis, karena peran terapis sangat penting dalam
membantu, mengarahkan dan membimbing pasien serta menganalisa masalah dan
merencanakan terapi-terapi yang akan diberikan. Dengan hubungan yang dilandasi
kepercayaan maka terapi akan berlangsung dengan efektif.

1.2 TUJUAN PENULISAN


1. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang definisi, tujuan, klasifikasi
serta penggunaan berbagai jenis psikoterapi.

2. Untuk memenuhi tugas referat di bagian kepaniteraan Ilmu Jiwa RS. Polri Sukanto.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Psikoterapi adalah cara pengobatan dengan ilmu kedokteran terhadap gangguan


mental emosional dengan mengubah pola pikiran, perasaan, dan perilaku agar terjadi
keseimbangan dalam diri individu tersebut.
Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam
tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik. Terapi ini
menggunakan metode dan teknik psikologik dan memanfaatkan pengaruh psikologik
untuk mencapai hasil terapeutik. Psikoterapi sering disalahartikan sebagai konseling,
padahal keduanya merupakan jenis intervensi yang berbeda, karena konseling
merupakan proses dimana pasien dapat mengeksplorasi diri yang berfokus pada
masalah yang dimiliki pasien yaitu dengan peningkatan kesadaran dapat memilih dan
menyingkirkan hal-hal yang bersifat negative. Konseling berjangka waktu singkat serta
hanya berfokus mengatasi krisis yang dihadapi oleh pasien. Sedangkan psikoterapi
memusatkan pada proses-proses dalam diri pasien yang terjadi di dalam alam bawah
sadar yang dapat mengubah struktur kepribadian pasien. Psikoterapi lebih berusaha
untuk meraih pemahaman diri yang intensif tentang dinamika-dinamika yang
bertanggung jawab atas terjadinya krisis kehidupan klien.
Psikoterapi merupakan suatu seni, dan terapis yang baik dapat membuat
perbedaan yang bermakna. Secara umum, dalam mencari terapi yang cocok untuk
setiap pasien (yaitu, pasien akan merasa nyaman dengan suatu jenis terapi tertentu dan
juga terapisnya). Pasien-pasien menolak untuk diberi psikoterapi kecuali mereka
merasa mendapat keuntungan dan dapat melakukan toleransi terhadap hal-hal yang
dilakukan; angka gugur (drop out) dapat cukup tinggi. Tetapi individual merupakan
yang paling banyak digunakan dan jenisnya sangat bervariasi; terapi kelompok,
keluarga dan perkawinan penggunaannya juga cukup luas.

5
2.2 TUJUAN PSIKOTERAPI

1. Menguatkan daya tahan mental yang telah dimiliki atau membuat seseorang merasa
bahagia dan sejahtera.
2. Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan lebih baik untuk
mempertahankan fungsi pengontrolan diri, ataupun membuat seseorang lebih
mengenal dan mengerti tentang dirinya sendiri.
3. Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungannya.

2.3 TAHAP-TAHAP PSIKOTERAPI

1. Wawancara awal
a. Kemukakan apa yang akan terjadi selama terapi berlangsung, aturan-aturan
yang akan dilakukan terapi & diharapkan dari pasien, kontrak terapeutik
(tujuan, harapan, kapan, dimana, lama, keterbatasan, dll)
b. Hal apa yang menjadi masalah pasien, pasien menceritakan masalah (ada
komitmen untuk mengkomunikasikan), terapis & pasien bekerjasama.
2. Proses terapi
a. Mengkaji pengalaman pasien, hubungan terapis & pasien, pengenalan
penjelasan pengertian perasaan & pengalaman pasien.
b. Pengertian ke tindakan
c. Terapis bersama pasien mengkaji & mendiskusikan apa yang telah dipelajari
pasien selama terapi berlangsung, pengetahuan pasien akan aplikasinya nanti
di perilaku & kehidupan sehari-hari.
3. Mengakhiri terapi
a. Terapi dapat berakhir jika tujuan telah tercapai, pasien tidak melanjutkan lagi,
atau terapis tidak dapat lagi menolong pasiennya (merujuk ke ahli lain)
b. Beberapa pertemuan sebelum terapi berakhir pasien diberitahu untuk menjadi
lebih mandiri menghadapi lingkungannya nanti. Sehingga pasien dibantu agar
merasa dirinya diterima, aman, dilindungi, diperhatikan, dibesarkan hatinya
dan dikurangi kecemasannya.

Seperti telah disebutkan, psikoterapi dilakukan dengan cara percakapan atau


wawancara (interview). Dalam suatu wawancara, tidak dapat dipisahkan antara
sifat terapeutik dan penegakan diagnosis. Biasanya, pertanyaan-pertanyaan yang

6
diajukan mengandung kedua aspek tersebut, yaitu untuk mengoptimalkan
hubungan interpersonal dengan pasien (sifat terapeutik), dan untuk melengkapi
data dalam usaha menegakkan diagnosis. Dalam melakukan psikoterapi,
wawancara harus lebih mengutamakan aspek terapeutiknya; data yang diperlukan
akan berangsur terkumpul dengan kian membaiknya hubungan interpersonal yang
terjalin antara dokter dengan pasiennya, sehingga berartinya suatu wawancara
tergantung dari sifat hubungan terapis dengan pasiennya tersebut.

Dalam melakukan wawancara, hendaknya kita juga melakukan observasi secara


menyeluruh dengan teliti. Sambil mengajukan pertanyaan, kita juga mengamati
dan turut serta (sebagai participant observer) dalam proses yang sedang
berlangsung pada saat dan situasi tersebut (the here and now). Yang kita amati
yaitu :

(1) Apa yang terjadi pada pasien,


(2) Apa yang terjadi pada pewawancara atau terapis sendiri, serta
(3) Apa yang terjadi di antara terapis dan pasiennya.

Dalam berhadapan dengan pasien, dokter atau terapis mempengaruhi pasien


dengan sikap dan perkataannya, dari menit ke menit, saat ke saat. Dalam hal ini,
yang perlu diperhatikan sebetulnya bukan hanya apa yang kita bicarakan, tetapi
juga bagaimana cara kita melakukannya, kapan (saat atau waktu yang tepat) kita
mengungkapkan hal tertentu yang ingin kita sampaikan, serta bagaimana hubungan
antara si penolong (dokter atau terapis) dan yang ditolong (pasien) tersebut. Hal-
hal tersebut dapat membuat pasien menjadi lebih tenang atau sebaliknya menjadi
tegang, lebih terbuka atau tertutup, lebih percaya atau pun curiga, sehingga dapat
disimpulkan bahwa selalu ada pengaruh terapeutik maupun kontraterapeutik, dan
tidak pernah netral sama sekali, karena setiap orang mempunyai latar belakang
kepribadian dan pengalaman hidup yang berbeda-beda, yang mempengaruhi cara
pandang, cara berpikir dan menghayati segala sesuatu.

Hal yang sebaliknya juga perlu diingat, bahwa wawancara bukan hanya
menghasilkan pengaruh dokter atau terapis atas pasien, namun juga pengaruh
pasien terhadap dokternya. Sang dokter, sadar atau tidak, akan terpengaruh oleh
sikap dan perkataan pasien, yang akan tercermin dalam sikap, perasaan dan
perilakunya sendiri. Dipacu oleh sikap dan perilaku pasien terhadapnya (ditambah

7
lagi dengan kehidupan fantasinya sendiri), dokter atau terapis dapat menjadi
tenang, tegang, santai, kuatir, terbuka, tertutup, bosan, sedih, kesal, malu,
terangsang, dll.; perasaan-perasaan tersebut turut menentukan apa yang
dikatakannya kepada pasien (atau tidak dikatakannya) dan bagaimana ia
mengatakannya. Untuk dapat mengatasi hal ini seorang dokter atau terapis perlu
belajar untuk memantau perasaan-perasaan reaktifnya tersebut, agar ucapan-
ucapan dan sikapnya terhadap pasien sedapat-dapatnya beralasan profesional dan
sedikit mungkin tercampur dengan unsur-unsur yang berasal dari respons
emosional subyektifnya sendiri.

Agar tujuan terapeutik tercapai, hendaknya senantiasa diusahakan agar dokter


dapat menciptakan dan memelihara hubungan yang optimal antara dokter dan
pasien. Dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pasien, senantiasa
harus dipertimbangkan bilamana dan bagaimana kita akan menanyakan hal
tersebut. Bila konteksnya kurang tepat, misalnya, pasien justru dapat merasa
tersinggung atau dipermalukan oleh pertanyaan kita (nyata atau tidak nyata), pasien
mungkin akan menolak atau menyangkal, atau akan membuat-buat jawabannya.

Pasien dibantu agar merasa dirinya diterima, aman dilindungi, diperhatikan,


dibesarkan hatinya dan dikurangi kecemasannya.

2.4 GOLONGAN PSIKOTERAPI


A. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, psikoterapi dibedakan atas tiga
tingkatan yaitu:
1. Tingkat Support (Memulihkan Keseimbangan Pasien)

Pada terapi suportif, psikoterapi bertujuan untuk memulihkan


keseimbangan pasien secara cepat dan menghilangkan masalah-masalah neurotik
yang ada. Terapi supportif dilakukan pada pasien yang sebenarnya memiliki
penyesuaian diri yang baik, namun memiliki masalah akibat tekanan lingkungan
yang terlalu berlebihan. Terapi supportif juga ditunjukkan pada pasien yang
memiliki mekanisme koping yang terbatas, tidak mampu mengatasi kecemasan, dan
yang kurang memiliki motivasi atau intelegensinya. Cara atau pendekatan:
bimbingan, reassurance, katarsis emosional, hipnosis, desensitisasi, eksternalisasi
minat, manipulasi lingkungan, terapi kelompok.

8
2. Tingkat Insight (Tujuan Reedukatif)

Terapi tingkatan insight dengan tujuan reedukatif untuk membantu pasien


mencapai insight. Menurut Gelso dkk (dalam Kivlighan dkk, 2000). Istilah insight,
menunjukkan derajat pemahaman pasien mengenai hal-hal yang digali selama
proses terapi, yang bisa berupa pemahaman mengenai hubungan di dalam proses
konseling, keberfungsian individu diluar konseling, atau aspek-aspek dinamika dan
perilaku pasien. Secara teoritis, insight dialami pasien diduga akan meningkat
selama proses psikoterapi dan gejala-gejala akan berkurang seiring dengan
peningkatan tersebut. Individu yang mencapai insight selama proses terapi
menunjukkan penurunan keluhan yang berkaitan dengan tekanan yang dirasakan.
Cara atau pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga,
psikodrama, dll.

3. Tingkat Insight Therapy (Tujuan Rekonstruktif)

Level ini bertujuan sebagai rekonstruktif. Level ini mengupayakan


tercapainya kesadaran atas konflik-konflik yang tidak disadari dan dengannya
dengan mekanisme pertahanan tertentu. Tujuan utamanya adalah merasakan
emosional yang berawal dari pemahaman total melalui rekonstruksi kepribadian.
Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung,
Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi berorientasi psikoanalitik
atau dinamik.

B. Menurut dalamnya, psikoterapi terdiri atas :

1. Superfisial, yaitu yang menyentuh hanya kondisi atau proses pada


permukaan, tidak menyentuh hal-hal yang nirsadar atau materi yang direpresi.

2. Mendalam (deep), yaitu yang menangani hal atau proses yang


tersimpan dalam alam nirsadar atau materi yang direpresi.

C. Menurut teknik yang terutama digunakan, psikoterapi dibagi menurut


teknik perubahan yang digunakan, antara lain psikoterapi ventilatif,
sugestif, katarsis, ekspresif, operant conditioning, modelling, asosiasi bebas,
interpretatif, dll.

9
D. Menurut konsep teoritis tentang motivasi dan perilaku, psikoterapi
dibedakan menjadi :
1. Psikoterapi perilaku atau behavioral ( kelainan mental-emosional
dianggap teratasi bila deviasi perilaku telah dikoreksi.
2. Psikoterapi kognitif (problem diatasi dengan mengkoreksi sambungan
kognitif automatis yang keliru; dan
3. Psikoterapi evokatif, analitik, dinamik ( membawa ingatan, keinginan,
dorongan, ketakutan, dll yang nirsadar ke dalam kesadaran).
E. Menurut setting-nya, psikoterapi terdiri atas psikoterapi individual dan
kelompok (terdiri atas terapi marital atau pasangan, terapi keluarga, terapi
kelompok)
F. Menurut nama pembuat teori atau perintis metode psikoterapeutiknya,
psikoterapi dibagi menjadi psikoanalisis Freudian, analisis Jungian, analisis
transaksional Eric Berne, terapi rasional-emotif Albert Ellis, konseling non-
direktif Rogers, terapi Gestalt dari Fritz Perls, logoterapi Victor Frankl, dll.
G. Menurut teknik tambahan khusus yang digabung dengan psikoterapi,
misalnya narkoterapi, hypnoterapi, terapi musik, psikodrama, terapi
permainan dan peragaan (play therapy), psikoterapi religius, dan latihan
meditasi.
H. Yang belum disebutkan dalam pembagian di atas akhir-akhir ini banyak
dipakai antara lain : konseling, terapi interpersonal, intervensi krisis.

Konseling :

Menurut para ahli sebetulnya tidak termasuk psikoterapi.

o Tidak memenuhi kriteria dan batasannya, antara lain teknik, tujuan dan orang
melakukannya, walaupun hubungan yang terjadi di dalamnya juga merupakan the
helping relationship.
o Konseling bukan hanya hubungan profesional antara dokter-pasien, tetapi dapat
dilakukan dalam berbagai bidang profesi, misalnya guru, pengacara, penasehat
keuangan, dsb.

10
Konseling:

Merupakan proses membantu seseorang untuk belajar menyelesaikan masalah


interpersonal, emosional dan memutuskan hal tertentu.

Tujuan :

- Membantu kemampuan klien atau pasien untuk mengambil keputusan yang bijaksana
dan realistik.

- Menuntun perilaku klien atau pasien agar mampu mengemban konsekuensinya.

- Memberikan informasi dan edukasi.

Tipe Konseling :

- Pengarahan untuk mengatasi kesulitan pengambilan keputusan

- Konseling untuk membantu seseorang dalam suatu pilihan yang vital

Terapi Interpersonal :

Dilakukan terhadap pasien yang mengalami konflik saat ini dengan pihak-pihak lain

yang bermakna.

Pasien mengalami kesulitan dalam beradaptasi terhadap perubahan-perubahan dalam

karier atau peran sosial atau perubahan hidup lainnya.

Banyak dilakukan terhadap depresi sedang dan berat.

2.5 JENIS PSIKOTERAPI

1. PSIKOANALISIS
Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat
tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis, psikoanalisis
adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Psikoanalisis dimulai
dengan pengobatan pasien dengan hipnosis. Di tahun 1881 Anna O, seorang
wanita muda neurotik yang menderita gangguan visual dan motorik yang

11
multipel dan perubahan kesadaran, diobati oleh dokter ahli penyakit daiam dari
Vienne, Josef Breuer. Ia mengamati bahwa gejala pasien menghilang jika ia
mengekspresikannya secara verbal saat dihipnosis. Sigmeun Freud dan Breuer
menggunakan tehknik secara bersama, mereka mendorong pasiennya untuk
berkonsentrasi dengan mata tertutup pada ingatan masa lalu yang berhubungan
dengan gejala mereka. Metoda konsentrasi tersebut akhirnya menjadi teknik
asosiasi bebas. Freud menginstruksikan pasiennya untuk mengatakan apa saja
yang datang ke dalam pikirannya, tanpa menyensor pikiran mereka. Metoda ini
masih sering digunakan sekarang dan merupakan salah satu ciri psikoanalisis,
melalui mana pikiran dan perasaan yang berada dalam alam bawah sadar dibawa
ke dalam alam sadar.
Dalam The Interpretation of Drewns Freud menjelaskan model
topografik dan pikiran yang terdiri dari alam sadar (conscious), alam prasadar
(preconscious), dan alam bawah dasar (unconscious). Pikiran sadar dianggap
sebagai kesiagaan. Prasadar, di mana pikiran dan perasaan mudah masuk ke
kesadaran, dan bawah sadar, di mana pikiran dan perasaan tidak dapat disadari
tanpa melewati tahanan yang kuat. Bawah sadar mengandung bentuk fungsi
pikiran nonverbal dan membangkitkan mimpi, parapraksis (lidah terpeleset),
dan gejala psikologis. Psikoanalisis menekankan konflik antara dorongan
bawah sadar dan pertimbangan moral yang dimiliki pasien terhadap impuls
mereka. Konflik tersebut menyebabkan fenomena represi, yang dianggap
sebagai patologis. Asosiasi bebas memungkinkan ingatan yang terepresi
diungkapkan kembali dan dengan demikian berperan dalam penyembuhan.

SADAR SADAR
SUPEREGO
EGO

Id

BAWAH SADAR BAWAH SADAR

2. PSIKOTERAPI PSIKOANALITIK
Psikoterapi psikoasialitik adalah terapi yang didasarkan pada rumusan
psikoanalitik yang telah dimodifikasi secara konseptual dan teknik. Tidak seperti
psikoanalisis, yang sebagian permasalahan akhirnya mengungkapkan dan bekerja
selanjutnya melalui konflik infantil saat timbul dalam neurosis transferensi,

12
psikoterapi psikonalitik memusatkan perhatian pada konflik pasien sekarang dan
pola dinamika sekarang yaitu, analisis masalah pasien dengan orang lain dan
dengan dirinya sendiri. Juga tidak seperti psikoanalisis, yang sebagai tekniknya
menggunakan asosiasi bebas dan analisis neurosis transferensi, psikoterapi
psikoanalitik ditandai dengan teknik wawancara dan diskusi yang jarang
menggunakan asosiasi bebas, Dan sekali lagi tidak seperti psikoanalisis, psikoterapi
psikoanalitik biasanya membatasi kerjanya pada transferensi dengan suatu diskusi
reaksi pasien terhadap dokter pskiatrik dan orang lain.

a. Teknik Terapi
Pada psikoterapi psikoanalitik pasien dan ahli terapi biasanya saling
bertatap-tatapan satu sama lainnya, yang membuat ahli terapi terlihat nyata dan
bukan merupakan kumpulan khayaian yang diproyeksikan. Tipe terapi ini jauh
lebih fleksibel dibandingkan. psikoanalisis, dan dapat lebih sering digunakan
bersarna-sama dengan medikasi psikotropik dibandingkan psikoanalisis.
Psikoterapi psikoanalitik dapat terentang dari wawancara suportif
tunggal, memusatkan pada masalah yang sekarang dan menekan, sampai terapi
selama bertahun-tahun, dengan satu sampai tiga wawancara dalam seminggu
dengan lama yang bervariasi. Berbeda dengan psikoanalisis, psikoterapi
psikoanalitik mengobati sebagian besar gangguan yang dalam bidang
psikopatologi.
b. Tipe
1. Psikoterapi berorientasi tilikan
Tilikan adalah pengertian pasien tentang fungsi psikologisnya
dan kepribadiannya. Untuk mencapai tilikan, klinisi harus menyebutkan
bidang atau tingkat pengertian atau pengalaman di mana pasien berada,
Penekanan dokter psikiatrik pada terapi berorientasi tilikan (juga disebut
terapi ekspresif dan psikoterapi psikoanalitik intensif) adalah pada nilai
di mana pasien menggali sejumlah tilikan baru ke dalam dinamika
perasaan, respon, perilaku sekarang dan khususnya, hubungan mereka
sekarang dengan orang lain. Dalam lingkup yang lebih sempit
penekanan adalah pada nilai untuk mengembangkan tilikan ke dalam
respon pasien terhadap ahli terapi dan respon pada masa anak anak.
Terapi berorientasi tilikan adalah terapi yang terpilih untuk seorang

13
pasien yang meniiliki kekuatan ego yang adekuat tetapi, karena satu dan
lain alasan, tidak dapat atau tidak boleh menjalani psikoanalisis.
Efektivitas terapi tidak tergantung semata-mata pada tilikan
yang dikembangkan atau digunakan. Respon terapi pasien juga
didasarkan pada faktor faktor tertentu seperti pengungkapan perasaaan
dalam suasana yang tidak menghakimi tetapi memiliki batas-batas,
identifikasi dengan ahli terapi, dan faktor hubungan lainnya. Hubungan
terapetik tidak memerlukan suatu penerimaan tanpa pilih pilih sama
sekali terhadap apa yang dikatakan dan dilakukan pasien. Kadang
kadang ahli terapi harus mengintervensi sisi ego yang relatif lemah
dengan memberikan bukti-bukti yang tidak dapat disanggah sehingga
pasien dapat mencoba untuk mencapai penyesuaian yang lebik baik atau
dengan menentukan batas yang realistik untuk perilaku maladaptif
pasien.

2. Psikoterapi suportif
Psikoterapi suportif (juga disebut psikoterapi berorientasi hubungan) ini
memiliki tujuan untuk memulihkan dan memperkuat pertahanan pasien dan
mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu. Cara ini memberikan suatu
periode penerimaan dan ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan
bantuan untuk menghadapi rasa bersalah, malu dan kecemasan dan dalam
menghadapi frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk
dihadapi.
Terapi suportif menggunakan sejumlah metoda, baik sendiri-sendiri atau
konbinasi, termasuk :

Kepemimpinan yang kuat, hangat, dan ramah


Pemuasan kebutuhan tergantungan
Mendukung perkembangan kemandirian yang sah pada akhirnya
Membantu mengembangkan sublimasi yang menyenangkan (sebagai
contohnya, hobi)
Istirahat dan penghiburan yang adekuat
Menghilangkan ketegangan eksternal yang berlebihan.jika mungkin
Perawatan di rumah sakit jika diindikasikan

14
Medikasi untuk menghilangkan gejala
Bimbingan dan nasehat dalam menghadapi masalah sekarang. Cara ini
rnenggunakan teknik yang membantu pasien merasa aman, diterima,
terlindungi, terdorong dan tidak merasa cemas.

Psikoterapi suportif cocok untuk berbagai penyakit psikogenik. Terapi ini dapat
dipilih jika penilaian diagnostic menyatakan bahwa proses kematangan yang bertahap
didasarkan pada perluasan sasaran baru untuk identifikasi, adalah jalan yang paling
menjanjikan untuk perbaikan.
Semua dokter kiranya harus dapat melakukan psikoterapi suportif jenis :
katarsis, persusi, sugesti, penjaminan kembali, bimbingan dan penyuluhan (konseling).
Oleh karena itu, hal ini akan dibicarakan secara singkat di bawah ini.
1. Ventilasi atau katarsis ialah membiarkan pasien mengeluarkan isi hati sesukanya.
Sesudahnya biasanya ia merasa lega dan kecemasannya (tentang penyakitnya)
berkurang, karena ia lalu dapat melihat masalahnya dalam proporsi yang
sebenarnya. Hal ini dibantu oleh dokter dengan sikap yang penuh pengertian
(empati) dan dengan anjuran. Jangan terlalu banyak memotong bicaranya
(menginterupsi). Yang dibicarakan ialah kekhawatiran, impuls-impuls, kecemasan,
masalah keluarga, perasaan salah atau berdosa.
2. Persuasi ialah menerangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala penyakitnya
yang timbul akibat cara berpikir, perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang
dihadapinya. Kritik diri sendiri oleh pasien penting untuk dilakukan. Dengan
demikian maka impuls-impuls yang tertentu dibangkitkan, diubah atau diperkuat
dan impuls-impuls yang lain dihilangkan atau dikurangi, serta pasien dibebaskan
dari impuls-impuls yang sangat menganggu. Pasien pelan-pelan menjadi yakin
bahwa gejala-gejalanya akan hilang. Hal ini dibantu dokter dengan sikap
membangun, mengubah dan menguatkan impuls tertentu serta membebaskan dari
impuls yang menggangu secara masuk akal dan sesuai hati nurani. Berusaha
meyakinkan pasien dengan alasan yang masuk akal bahwa gejalanya akan hilang.
3. Sugesti ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran pada pasien atau
membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejala-gejala akan hilang. Dokter
sendiri harus mempunyai sikap yang meyakinkan dan otoritas profesional serta
menunjukkan empati. Pasien percaya pada dokter sehingga kritiknya berkurang dan
emosinya terpengaruh serta perhatiannya menjadi sempit. Ia mengharap-harapkan

15
sesuatu dan ia mulai percaya. Bila tidak terdapat gangguan kepribadian yang
mendalam, maka sugesti akan efektif, umpamanya pada reaksi konversi yang baru
dan dengan konflik yang dangkal atau pada neurosa cemas sesudah kecelakaan.
Sugesti dengan aliran listrik (faradisasi) atau dengan masasi kadang-kadang
juga menolong, tetapi perbaikan itu cenderung untuk tidak menjadi tetap, karena
pasien menganggap pengobatan itu datang dari luar dirinya. Jadi sugesti harus
diikuti dengan reeduksi. Anak-anak dan orang dengan inteligensi yang sedikit
kurang serta pasien yang berkepribadian tak matang atau histerik lebih mudah
disugesti. Jangan memaksa-maksa pasien dan jangan memberikan kesan bahwa
dokter menganggap ia membesar-besarkan gejalanya. Jangan menganggu rasa
harga diri pasien. Pasien harus percaya bahwa gejala-gejalanya akan hilang dan
bahwa tidak terdapat kerusakan organik sebagai penyebab gejala-gejala itu. Ia harus
diyakinkan bahwa bila gejala-gejala itu hilang, hal itu terjadi karena ia sendiri
mengenal maksud gejala-gejala itu dan bahwa timbulnya gejala itu tidak logis.
4. Penjaminan kembali atau reassurance dilakukan melalui komentar yang halus atau
sambil lalu dan pertanyaan yang hati-hati, bahwa pasien mampu berfungsi secara
adekuat (cukup, memadai). Dapat juga diberi secara tegas berdasarkan kenyataan
atau dengan menekankan pada apa yang telah dicapai oleh pasien.
5. Bimbingan ialah memberi nasehat-nasehat yang praktis dan khusus (spesifik) yang
berhubungan dengan masalah kesehatan (jiwa) pasien agar ia lebih sanggup
mengatasinya, umpamanya tentang cara mengadakan hubungan antar manusia, cara
berkomunikasi, bekerja dan belajar, dan sebagainya.
6. Penyuluhan atau konseling (counseling) ialah suatu bentuk wawancara untuk
membantu pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar ia dapat mengatasi suatu
masalah lingkungan atau dapat menyesuaikan diri. Konseling biasanya dilakukan
sekitar masalah pendidikan, pekerjaan, pernikahan dan pribadi.
7. Kerja kasus sosial (social casework) secara tradisional didefinisikan sebagai suatu
proses bantuan oleh seorang yang terlatih (pekerja sosial atau social worker) kepada
seorang pasien yang memerlukan satu atau lebih pelayanan sosial khusus. Fokusnya
ialah pada masalah luar atau keadaan sosial dan tidak (seperti pada psikoterapi)
pada gangguan dalam individu itu sendiri. Tidak diadakan usaha untuk mengubah
pola dasar kepribadian, tujuannya ialah hanya hendak menangani masalah situasi
pada tingkat realistik (nyata).

16
8. Terapi kerja dapat berupa sekedar memberi kesibukan kepada pasien, ataupun
berupa latihan kerja tertentu agar ia terapil dalam hal itu dan berguna baginya untuk
mencari nafkah kelak.
c. Beberapa contoh penerapan
- Gangguan psikotik
Sikap terapis : berusaha menjadi orang yang dapat dipercaya pasien, misalnya
dengan bicara penuh keakraban, ingat akan hari ulang tahunnya, makanan
kesukaannya dan kesenangannya yang lain, serta penuh pengertian lainnya.
Pelaksanaan terapi :
o Terapi ventilasi bila pasien mengalami banyak keluhan yang realistic, seperti
makanan yang tidak enak, tidak diberi uang jajan, dilarang keluar rumah dan
tidak boleh sering mandi.
o Memberikan terapi reassurance bila pasien meragukan masa depannya setelah
sembuh nanti
o Memberikan bimbingan dan penyuluhan sehingga pasien lebih dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan setelah sembuh nanti
- Gangguan somatisasi
Sikap terapis : dapat menerima keluhan fisik pasien dan tidak langsung
menentangnya, tetapi terapis tidak melakukan eksplorasi keluhan fisik terlalu jauh.
Pelaksanaan terapi :
o Memberikan bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejala-gejalanya.
o Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua perasaannya yang
menjadi latar belakang gejala fisik tersebut.
o Terapi penyuluhan agar pasien dapat menemukan strategi alternative dalam
mengekspresikan perasaannya.
- Gangguan penyesuaian
Sikap terapis : terapis memberikan perhatian, empati, dan memahami pasien secara
berhati-hati agar tidak timbul keuntungan sekunder dalam proses psikoterapi tersebut.
Pelaksanaan terapi :
o Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua keluhan cemas dan
depresinya.
o Bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejalanya.
o Memberikan penyuluhan agar pasien dapat mengatasi permasalahan yang
mungin akan dihadapinya lagi.

17
3. PSIKOTERAPI KELOMPOK
Psikoterapi kelompok adalah terapi di mana orang yang memiliki penyakit
emosional yang telah dipilih secara cermat ditempatkan ke dalam kelompok yang
dibimbing oleh ahli terapi yang terlatih untuk membantu satu sama lainnya dalarn
menjalani perubahan kepribadian. Dengan menggunakan berbagai manuver teknik
dan gagasan teoritis, pembimbing menggunakan interaksi anggota kelompok untuk
membuat perubahan tersebut.
Psikoterapi kelompok meliputi spektruin terapi teoritik dalam psikiatri
suportif, terstruktur, terbatas waktu (sebagai contohnya, kelornpok dengan orang
psikotik yang kronis), kognitif perilaku, interpersonal, keluarga, dan kelompok
berorientasi analitik. Dua kekuatan utama terapi kelompok, jika dibandingkan
dengan terapi individual, adalah (1) kesempatan untuk mendapatkan umpan balik
segera dan teman sebaya pasien dan (2) kesempatan bagi pasien dan ahli terapi
untuk mengobservasi respon psikologis, emosional, dan perilaku pasien terhadap
berbagai orang, mendapatkan berbagai transferensi.
a. Berbagai bentuk terapi kelompok
1. Gaya Kepemimpinan
Pemimpin berperan sebagai konsultan yang diangkat oleh anggota
kelompok, dimana pemimpinnya sangat aktif, mengarahkan dan terlibat
pada sebagian besar interaksi dalam kelompok. Pemimpin dapat mengurus
anggota yang berbeda dan berinteraksi dengan mereka sebagaimana ia
melakukan terapi perorangan. Pemimpin juga dapat berperan sebagai
konsultan yang di angkat oleh anggota kelompok dimana sebagian interaksi
dan inisiatif terletak pada anggota kelompok.

Fokus dan sasaran


Kelompok dapat berbeda dalam focus dan sasarannya, sesuai dari
tujuan masing -masing, contoh dalam pendidikan, ketrampilan tertentu

Keanggotaan kelompok
Kelompok dapat berbeda dalam berat dan sifatnya penyakit
psikologik anggota. Dapat diciptakan kelompok yang homogen dalam
masalahnya dan gejala utama dari anggotanya. Kelompok dapat juga
heterogen dalam masalah dn sifat demografiknya.

18
Struktur Kelompok
Kelompok dapat berbeda dalam parameter organisasinya, dari mulai
frekuensi pertemuan, pembahasan masalah, keanggotaan kelompok yang
terbuka atau tertutup dan ukuran atau jumlah anggota kelompok.

Orientasi Teoritis
Kelompok dapat bervariasi dari segi orientasi teoritis. Terdapat teori
orientasi eksistensial dari terapi gestal, penekanan interaksi antar pribadi,
orientasi psikoanalitik dari kelompok yang dijalankan melalui psikoanalisis,
dan lain lain.

b. Klasifikasi
Banyak klinisi bekerja di dalam kerangka referensi psikoanalitik,
Teknik terapi lain adalah terapi kelompok transaksional, terapi kelompok
perilaku, terapi kelompok Gestalt yang diciptakan dan teori Frederic Pens dan
memungkinkan pasien untuk mengabreaksikan dan mengekspresikan dirinya
sendiri secara penuh, psikoterapi kelompok berpusat klien (client-centered
group psychotherapy), yang dikernbangkan oleh Carl Roger dan didasarkan
pada ekspresi perasaan yang tidak mengadili dari anggota kelompok.
c. Pemilihan Pasien
Untuk menentukan kecocokan pasien untuk psikoterapi kelompok, ahli
terapi memerlukan sejumlah besar informasi, yang digali dan wawancara
skrining. Dokter psikiatrik harus menggali riwayat psikiatrik dan melakukkan
pemeriksaan.
Pasien dengan kecemasan kekuasaan mungkin dapat bekerja atau tidak
dalam terapi kelompok. Tetapi mereka seringkali mereka menjadi baik di dalam
lingkungan kelompok di banding lingkungan individu. Pasien dengan cemas
kekuasaan yang cukup besar mungkin terhambat, cemas, menentang, dan tidak
mau mengatakan pikiran dan perasaannya di dalam lingkungan individual,
biasanya karena meraa takut akan kecaman atau penolakan dan ahli terapi.
Pasien dengan kecemasan teman sebaya dengan gangguan kepribadian
ambang dan skizoid, yang memiliki hubungan destruktif dengan teman

19
sebayanya atau yang terisolasi secara ekstrim dan kontak teman sebaya biasanya
beraksi secara negatif atau cemas jika ditempatkan di lain lingkungan
kelompok. Tetapi, jika pasien tersebut dapat menghilangkan kecemasannya,
terapi kelompok dapat membantu.
Diagnosis gangguan pasien juga sangat penting dalam menentukan
pendekatan terapi yang terbaik dan dalam menilai motivasi pasien untuk terapi,
kapasitas untuk berubah, dan kekuatan dan kelemahan struktur kepnibadian.
Terdapat beberapa kontraindikasi untuk terapi kelompok. Pasien
antisosial biasanya tidak bekerja di dalam lingkungan kelompok heterogen
karena mereka tidak dapat mengikuti standar kelompok. Tetapi, jika kelompok
terdiri dari pasien antisosial lainnya mereka dapat berespon dengan lebih baik
kepada teman sebayanya dibandingkan kepada tokoh yang dirasakan berkuasa.
Pasien terdepresi menjadi baik setelah mereka mempercayai ahli terapinya.
Pasien yang secara aktif mencoba bunuh diri atau pasien depresi tidak boleh
diobati hanya dalam lingkungan kelompok. Pasien manik adalah kacau, tetapi,
jika telah di bawah kendali psikofarmakologi, mereka bekerja baik di dalam
lingkungan kelompok. Pasien yang delusional dan yang mungkin memasukkan
sistem wahamnya ke dalam kelompok harus dikeluarkan, demikian juga pasien
yang memiliki ancaman fisik kepada anggota kelompok lain karena ledakan
agresif yang tidak dapat dikendalikan.
Ukuran Terapi kelompok telah berhasil dengan anggota sedikitnya 3 orang dan
sebanyaknya 15 orang, tetapi sehagian besar ahli terapi merasa bahwa 8 sampai
10 anggota adalah ukuran yang optimal. Pada anggota yang lebih sedikit
mungkin tidak cukup interaksi kecuali anggota-anggotanya adalah cukup
verbal. Tetapi pada lebih dan 10 anggota interaksi mungkin terlalu besar untuk
diikutii oleh anggota atau ahli terapi.
Frekuensi sesion. Sebagian besar ahli psikoterapi kelompok melakukan sesion
kelompok sekali seminggu. Mempertahankan kontinuitas dalam sesion adalah
penting. Jika digunakan sesion berselang kelompok bertemu dua kali seminggu,
sekali dengan ahli terapi, sekali tanpa ahli terapi. Panjang sesion. Pada
umumnya, sesion kelompok berlangsung kapan saja dan satu sampai dua jam,
tetapi pembatasan waktu harus tetap.
Peranan Ahli Terapi, Walaupun terjadi perbedaan pendapat tentang seberapa
aktifnya atau pasifnya ahli terapi sehanisnya, konsensusnya adalah bahwa

20
peranan ahli terapi terutama adalah sebaga fasilitator. ldealnya, anggota
kelompok sendiri adalah sumber primer penyembuhan dan perubahan. Iklim
yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan yang kuat.
Ahli terapi lebih dan sekedar ahli yang menerapkan teknik; ahli terapi
memberikan pengaruh pribadi yang menarik vaniabel tertentu seperti empati,
kehangatan, dan rasa hormat.

2. Psikoterapi Kelompok Rawat


Terapi kelompok adalah bagian penting dari pengalaman terapetik pasien yang
dirawat di rumah sakit. Kelompok dapat disusun di bangsal dengan berbagai cara:
dalam pertemuan komunitas, seluruh unit pasien rawat inap bertemu dengan semua
anggota staf (sebagai contohnya, dokter psikiatrilc, ahli psikologi, dan perawat); dalam
pertemuan tim, 15 sampai 20 pasien dan anggota staf bertemu; dan suatu kelompok
regular atau kecil yang terdiri dan 8 sampai 10 pasien yang bertemu dengan satu atau
dua ahli terapi, sebagai terapi kelompok yang tradisional. Walaupun tujuan dan
masing-masing tipe kelompok adalah berbeda beda, mereka memiliki tujuan umum:

Meningkatkan kesadaran pasien terhadap dirinya sendiri melalui interaksi mereka


dengan anggota kelompok lain, yang memberikan umpan balik tentang perilaku
mereka
Memberikan pasien dengan keterampilan interpersonal dan sosial yang lebih baik
Membantu anggota beradaptasi dengan lingkungan rawat inap
Meningkatkan komunikasi antara pasien dan staf. Di samping itu, satu tipe
pertemuan kelompok terdiri hanya staf rumah sakit rawat inap, ini digunakan untuk
meningkatkan komunikasi antara anggota staf dan untuk memberikan dukungan
dan dorongan yang saling menguntungkan dalam pekerjaan mereka sehari-hari
dengan pasien. Pertemuan komunitas dan pertemuan tim, adalah lebih membantu
dalam menghadapi masalah terapi pasien dibandingkan yang diberikan oleh terapi
berorientasi tilikan, yang memiliki bidangnya dalam pertemuan terapi kelompok
kecil.

Komposisi kelompok. Dua kunci utama dari kelompok rawat inap, yang umum untuk
semua terapi jangka pendek, adalah heterogenitas anggotanya dan cepatnya pertukaran
pasien. Di luar rumah sakit, ahli terapi merniliki banyak pilihan darimana pasien dipilih

21
untuk terapi kelompok. Di bangsal, ahli terapi memiliki jumlah pasien yang terbatas
darimana pasien dipilih dan lebih dibatasi lagi oleh pasien yang mau berperan serta dan
layak untuk pengalaman kelompok kecil. Dalam situasi tertentu, peran serta kelompok
mungkin diharuskan (sebagai contohnya, dalam penyalahgunaan alkohol dan unit
ketergantungan zat). Tetapi hal tersebut tidak selalu berlaku untuk unit psikiatri
umum.Pada kenyataannya, sebagian besar kelompok merasakan lebih baik jika pasien
sendiri yang memilih untuk memasuki terapi kelompok.

3. Kelompok rawat Jalan lawan rawat inap. Walaupun faktor terapetik yang berperan
untuk perubahan pada kelompok kecil rawat inap adalah serupa dengan yang berperan
dalam lingkungan rawat jalan, terdapat perbedaan kualitatif. Sebagai contohnya,
relatif tingginya pertukaran pasien di dalam kelempok rawat inap mempersulit proses
perpaduan. Tetapi kenyataan bahwa semua anggota kelompok bersama-sama di dalam
rumah sakit membantu perpaduan, seperti juga usaha ahli terapi untuk mempercepat
proses, menekankan kemiripan lain. Berbagi informasi, universalisasi, dan katarsis
adaiah faktor terapetik utama dalam bekerja pada kelompok rawat inap. Walaupun
tilikan lebih mungkin terjadi pada kelompok rawat jalan karena sifat mereka yang
jangka panjang, dalam keterbatasan sesion kelompok tunggal, beberapa pasien dapat
memperoleh pengertian baru tentang susunan psikologis mereka. Kualitas unik dari
kelompok rawat inap adalah kontak pasien di luar kelompok, yang luas, saat mereka
tinggal bersama di bangsal yang sama.

4. Kelompok Menolong Diri Sendiri. Kelompok menolong diri sendiri (self-help group)
adalah orang yang ingin mengatasi masalah atau krisis kehidupan tertentu. Biasanya
disusun dengan tugas tertentu, kelompok tersebut tidak berusaha untuk menggali
psikodinamika individual secara sangat mendalam atau untuk mengubah fungsi
kepribadian secara bermakna. Tetapi kelompok menolong diri sendiri telah
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan emosional banyak orang.
Suatu karakteristik yang membedakan kelompok menolong diri sendiri adalah
homogenitasnya. Anggota ,staf menderita gangguan yang sama, dan mereka berbagi
pengalaman mereka baik dan buruk, berhasil dan tidak berhasil satu sama lainnya.
Dengan melakukan hal tersebut, mereka saling mendidik satu sama lainnya,
memberikan dukungan yang saling menguntungkan, dan menghilangkan perasaan
terasing yang biasanya dirasakan oleh orang yang ditarik ke tipe kelompok tersebut.

22
Kelompok menolong diri sendiri dan kelompok terapi telah mulai untuk bergabung.
Kelompok menolong diri sendiri telah memungkinkan anggotanya menghentikan pola
perilaku yang tidak diinginkan kelompok terapi membantu anggotanya mengerti
mengapa dan bagaimana mereka seharusnya.

4. TERAPI JENIS INDIVIDUAL


Psikoterapi wawasan (atau genetik dinamik) (insight psychotherapy) dibagi
menjadi psikoterapi reedukatif dan psiktoerapi rekonstruktif.
a. Psikoterapi reedukatif :
Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya lebih
banyak di alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri
kembali, memodifikasikan tujuan dan membangkitkan serta mempergunakan
potensi kreatif yang ada.
Cara-cara psikoterapi reedukatif antara lain ialah sebagai berikut:

1. Terapi hubungan antar manusia (relationship therapy)


2. Terapi sikap (attitude therapy)
3. Terapi wawancara (interview therapy)
4. Analisa dan sinthesa yang distributif (terapi psikobiologik Adolf Meyer)
5. Konseling terapetik
6. Terapi case work
7. Reconditioning
8. Terapi kelompok yang reedukatif
9. Terapi somatik

b. Psikoterapi rekonstruktif
Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya di
alam tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luas daripada
struktur kepribadian dan perluasan daripada pertumbuhan kepribadian dengan
pengembangan potensi penyesuaian diri yang baru.
Cara-cara psikoterapi rekonstruktif antara lain ialah sebagai berikut :

1. Psikoanalisa Freud
2. Psikoanalisa non Freudian
3. Psikoterapi yang berorientasi kepada psikoanalysa.
23
Cara : Asosiasi bebas, analisa mimpi, hipnoanalisa/sintesa, narkoterapi, terapi
main, terapi seni, terapi kelompok analitik.

5. PSIKOTERAPI KOMBINASI INDIVIDUAL DAN KELOMPOK


Dalam psikoterapi kombinasi individual dan kelompok, pasien ditemui
secara individual oleh ahli terapi dan juga memiliki bagian dalam sesion kelompok.
Ahli terapi untuk kelompok dan untuk sesion individual biasanya adalah orang yang
sama.
Terapi kombinasi adalah suatu modalitas terapi yang khusus. Ini bukan
suatu sistem di mana pasien individual dibekali oleh sesion kelompok yang kadang-
kadang, dan juga tidak berarti partisipan terapi kelompk bertemu sendiri dengan
ahli terapi dari waktu ke waktu. Malahan. ini adalah rencana yang berkelanjutan di
mana kelompok mngalami interaksi yang penuh arti dengan sesion individual dan
di mana umpan balik timbai balik membantu membentuk pengalaman terapetik
yang terintegrasi.

Hasil
Sebagian besar peneliti percaya bahwa terapi kombinasi memiliki
keuntungan dari lingkungan individu dan lingkungan kelompok, tanpa
mengorbankan kualitas masing masing. Pada banyak kasus, terapi kombinasi
tampaknya membawa masalah ke permukaan dan menghilangkannya lebih cepat
dibandingkan yang dimungkinkan oleh metoda tersebut masing-masing.

6. PSIKODRAMA
Psikodrama adalah metoda psikoterapi kelompok yang diciptakan oleh
dokter psikiatrik kelahiran Vienna, Jacob Moreno dimana susunan kepribadian,
hubungan interpersonal, konflik, dan masalah emosional digali dengan
menggunakan metoda dramatik spesifik. Dramatisasi terapetik masalah emosional
adalah termasuk

1. Pelaku utama atau pasien, orang yang memerankan masalah dengan bantuan
2. Peran pembantu (auxiliary egos), orang yang memerankan berbagai aspek
pasien

24
3. Sutradara, psikodramatis, atau ahli terapi, orang yang membimbing drama
tersebut dalam mencapai tilikan.

7. TERAPI KELUARGA
Terapi keluarga adalah cukup terkenal sehingga keluarga dengan banyak
konflik mungkin memintanya secara khusus. Tetapi, jika keluhan awal adalah
tentang anggota keluarga individual, pemeriksaan praterapi mungkin diperlukan.
Diperlukan penilaian kelurga awal dan evaluasi keluarga yang menyeluruh. Terapis
harus mendapatkan informasi dasar mengenai struktur keluarga dan sifat dari
masalah yang di hadapi. Terapis harus memperkenalkan diri, menyambut dan
mengenal anggota keluarga. Terapis harus meningkatkan kontak dengan setiap
anggota keluarga, menyadari alam perasaan anggota keluarga dan bagaimana
nggota keluarga berhubungan dengan terapis serta mengamati hubungan verbal dan
nonverbal antar anggota keluarga dan subkelompok keluarga.
Terapis harus mengeksplorasi setiap pandangan anggota keluarga terhadap
masalah, penyelesaian apa yang telah di coba dan hasil apa yang diharapkan dari
usaha terakhir untuk perubahan.
Nilai perfungsian mutakhir keluarga

1. Amati interaksi di antara anggota keluarga


2. Tanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan antar anggota
keluarga dan teliti respon lisan dan non lisan anggota keluarga.
3. Mengembangkan beberapa hipotesis mengenai sistem keluarga
4. Cari adanya segitiga yaitu, dua orang dalam konflik cenderung untuk
melibatkan orang ketiga dalam konflik.
5. Pertahankan posisi empatik dan netral
6. Kenali kekuatan dalam anggota keluarga dan perseorangan
7. Fokuskan pada pola hubungan dan cara berinteraksi habitual.

8. PSIKOTERAPI JENIS PRILAKU


Terapi ini mempunyai landasan utama pada teori belajar/learning theory. Perilaku
yang aneh pada seseorang sebenarnya merupakan akibat yang tidak dikehendaki oleh

25
seorang tersebut tetapi merupakan hasil dari cara belajar menghadapi situasi tertentu yang
cenderung keliru. Tingkat keberhasilan cukup tinggi dengan menggunakan terapi ini.
Terapi perilaku (behavior therapy) berusaha menghilangkan masalah perilaku
khusus secepat-cepatnya dengan mengawasi perilaku belajar si pasien. Burus F. Skinner
merupakan seorang yang terkenal dalam bidang ini.
Ada tiga cara utama untuk mengawasi atau mengubah perilaku manusia, yaitu:
1. Perilaku dapat diubah dengan mengubah peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya,
yang membangkitkan bentuk perilaku khusus itu. Umpamanya seorang anak yang tidak
berprestasi di sekolah dan nakal di kelas hanya dengan seorang guru tertentu dapat
menjadi efektif dan rajin bila ia dipindahkan ke kelas lain diajar oleh seorang guru yang
lain.
2. Suatu jenis perilaku yang timbul dalam suatu keadaan tertentu dapat diubah atau
dimodifikasi. Umpamanya seorang anak dapat diajar ntuk melihat dirinya sendiri dalam
suatu kegiatan kompromi yang konstruktif dan tidak menunjukkan ledakan amarah bila
ia menghadapi frustasi.
3. Akibatnya suatu perilaku tertentu dapat diubah dan dengan demikian perilaku itu dapat
dimodifikasi. Umpamnya ia dihukum bila ia menganggu orang lain, degnan demikian
rasa bermusuhan mungkin dapat diganti dengan sikap yang lebih kooperatif.
Terapi perilaku dapat dilakukan secara individual ataupun secara berkelompok.
Indikasi utama ialah gangguan fobik dan perilaku kompulsif, disfungsi sexual
(umpamanya impotensi dan frigiditas) dan deviasi sexual (umpamanya
exhibisionisme). Dapat dicoba pada pikiran-pikiran obsesif, gangguan kebiasaan atau
pengawasan impuls (umpamanya gagap, enuresis dan berjudi secara kompulsif),
gangguan nafsu makan (obesitas dan anorexia) dan reaksi konversi. Terapi perilaku
tidak berguna pada skizofrenia akut, depresi yang hebat dan hipomania.

9. TERAPI KOGNITIF
Terapi kognitif adalah terapi terstruktur jangka pendek yang menggunakan
kerja sama aktif antara pasien dan ahli terapi untuk mencapai tujuan terapetik. Terapi
ini berorientasi terhadap rnasalah sekarang dan pemecahannya. Terapi biasanya
dilakukan atas dasar individual, walaupun metoda kelompok juga digunakan. Terapi
juga dapat digunakan bersama-sama dengan obat.
Terapi kognitif telah diterapkan terutama untuk gangguan depresif (dengan atau
tanpa gagasan bunuh din) tetapi, terapi ini juga telah digunakan pada kondisi lain,

26
seperti gangguai panik, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan kepribadian
paranoid, dan gangguan somatoform. Terapi depresi dapat berperan sebagai paradigma
pendekatan kognitif.

10. HIPNOTERAPI
Pasien yang dalam trance hipnotik dapat mengingat ingatan yang tidak ada dalam
kesadaran dalam keadaan nonhipnotik. Ingatan tersebut dapat digunakan dalam terapi
untuk memperkuat hipotesis psikoanalitik terlepas dan dinamika pasien atau
memungkinkan pasien menggunakan menggunakan ingatan tersebut sebagai katalis untuk
asosiasi baru.

11. NARKOTERAPI
Secara intravena disuntikkan suatu hipnotikum dengan efek yang pendek
(umpamanya penthothal atau amital natrium). Dalam keadaan setengah tidur pasien
diwawancara, konflik dianalisa, lalu disintesa. Bahan yang timbul sewaktu narkoterapi
dapat juga dipakai dalam sintesa sesudah pasien sadar kembali.
Narkoterapi dengan narkoanalisa dan narkosintesa itu membantu psikoterapi.
Pemakaian narkoanalisa di luar bidang pengobatan (umpamanya untuk pengusutan
perkara bagi penelitian) tidak dapat dibenarkan, baik atas dasar etik dan moral, maupun
teknis-medis (apa yang dikatakan oleh individu dalam keadaan itu tidak selalu benar, tetapi
mungkin karena sugesti pemeriksa; jadi obat yang dipakai untuk narkoanalisa bukan
merupakan serum kebenaran yang sungguh-sungguh, seperti apa yang pernah
dihebohkan oleh surat kabar dan oleh majalah).

2.5 EFEKTIVITAS PSIKOTERAPI

Dari berbagai penelitian statistik yang telah dilakukan, ternyata di antara sekian
banyak bentuk dan jenis psikoterapi yang ada, tidak satu pun terbukti lebih unggul
daripada yang lain. Walaupun ada banyak jenis psikoterapi yang dapat diberikan untuk
berbagai problem pasien. Dengan pengecualian yang memungkinkan untuk sejumlah
kecil metoda perilaku dan kognitif perilaku tertentu, yang diterapkan untuk beberapa
problem khas tertentu pula, bukti akurat mengenai efektivitas psikoterapi belum
ditemukan. Meskipun demikian, terdapat banyak pengalaman yang sangat menarik
perhatian, tetapi tidak akurat menyatakan bahwa banyak jenis psikoterapi dapat

27
membantu pasien; hampir semua terapis melakukan edukasi, mengajak pasien-pasien
untuk menyatakan hal yang menjadi perhatian mereka, mendorong mereka untuk
mencoba perilaku yang baru, dsb. sayangnya, indikasi spesifik untuk psikoterapi
spesifik umumnya tidak tersedia. Beberapa ahli membantah bahwa banyak metode
psikoterapi dalam praktik sebetulnya sama. Para ahli lain mengemukakan bahwa terapi
yang terlatih untuk menggunakan teknik tertentu mungkin kurang penting untuk
perbaikan kondisi pasien dibandingkan dengan sifat-sifat pribadi terapis yang memiiki
empati yang akurat, kehangatan yang tidak posesif serta tulus.
Perbaikan terapeutik yang dicapai, ditentukan oleh faktor-faktor:

- Tujuan yang ingin dicapai


- Motivasi pasien
- Kepribadian dan ketrampilan terapis
- Teknik yang digunakan

2.6 HASIL TERAPEUTIK

Hasil utama dan terakhir dari suatu teknik pertolongan, berupa :

- Bebas penyakit : Penyakit sakit Bebas penyakit


- Sejahtera bahagia : Penderitaan Menderita Sejahtera Bahagia

28
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Melalui uraian diatas dapat disimpulkan bahwa psikoterapi adalah suatu cara
pengobatan terhadap emosional seorang pasien atau pendekatan yang menggunakan teknik
psikologik untuk menghadapi ketidakserasian atau gangguan mental. Gejala gejala yang
tampak secara klinis pada pasien, menggambarkan perilakunya menghadapi problematika
hidup. Apabila ingin menyembuhkan jiwa atau mencari jalan untuk kesembuhan jiwa, kita
harus memahami apa saja hal-hal yang mempengaruhinya.
Seharusnya kita lebih mengoptimalkan fungsi mendengar dengan seksama
(theraupeutic or empathic listening) dan mengoptimalkan hubungan terapeutik (theraupetic
alliance). Jangan berpreokupasi pada tujuan yang ingin dicapai, misanya harus memberikan
saran apa bagi pasien. Semakin kita mendengar, makin jelas apa yang harus kita lakukan.
Dalam melakukan wawancara dalam praktek sehari-hari dengan pasien, beberapa hal yang
perlu diingat antara lain bahwa wawancara mengandung makna terapeutik selain untuk
pengambilan data dalam upaya penegakan diagnosis. Komunikasi antara dokter-pasien
sangatlah penting. Ketika berhadapan dengan pasien, kita harus senantiasa membina hubungan
interpersonal dengan optimal, mengerti dan sadar apa yang kita bicarakan, bagaimana cara
penyampaiannya, bilamana, serta dalam konteks apa kita menyampaikan pernyataan atau
pertanyaan-pertanyaan kita yang tentunya harus bersifat profesional dan tidak terkait dari
respon emosional yang subyektif. Di sini hubungan perasaan dokter - pasien bersifat empati
(simpati netral), tanpa perasaan sentimental atau simpati berlebihan. Maka penting seorang
dokter memiliki kemampuan dalam memberikan empati, yaitu dengan merasakan dengan
penuh pengertian emosi dan pengertian perilaku orang lain. Hal ini harus terlihat dari segala
gerak gerak, ucapan ucapan dan ajuk (mimik) dari seorang dokter.
Ketrampilan yang perlu dilatih terus-menerus ialah dalam mendengarkan dengan
cermat (empathic listening), disertai observasi yang cermat, serta didasari oleh pengetahuan
yang memadai tentang psikologi, psikopatologi dan proses-proses kejiwaan, kita akan
mendapat gambaran yang tepat dan menyeluruh tentang pasien.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Bachtiar, Didi. Tatalaksana Psikoterapi Untuk Pasien Mental. Grafika Utama Sakti.
1977.
2. Corey Gerald; Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Refika Aditama.2009
3. Hukom.A.J,dr. Hypnotherapy. Yayasan Dharma Graha, 1979 :hal: 9-14
4. Kaplan, Sadocks ; Psikoterapi, Sinopsis Psikiatri, Edisi Ketujuh, Jilid 2, hal 383 442.
5. Maramis WF; Psikoterapi, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa ed. 7, Airlangga University,
1998 : hal : 483-497.
6. Tomb, David A: Buku Saku Psikiatri, ed-6, EGC, 2004

30

You might also like