Professional Documents
Culture Documents
Aku akan mengecewakan Emak, Abah, terutama Kang Win. (3)Ibunya memeluk Myrna.
Jangan mengaku apa yang tidak patut kamu katakan. Kira-kira Emak mulai memahami. (4)Aku
cuma berani bilang: aku batu karang yang rapuh. (5)Gelombang pasang dengan gampang
menerpa dan menyapu aku ke tepian. (6)Boleh jadi sebentar lagi aku malah akan tertepikan dan
lenyap dalam sejarahku. (7)Tidak Myrna, kata ibunya dengan lembut.Kalau gambaran yang
kamu sebutkan itu memang betul, mungkin saja Emak kecewa. (8)Tapi Emak tahu, kamu
memang bukan batu karang. (9)Kenapa harus menyamakan diri dengan batu karang? (10)Batu
karang tidak bernyawa, tidak berjiwa, tidak ber-roh.(11) Kamu manusia dengan tubuh, roh, dan
jiwa. (12)Kalau tubuhnya bersalah, jangan kamu tambah dengan merusak jjiwamu. (13)Berdiri
menyongsong masa depan. Masalahmu yang sebenarnya bukan kemarin. (14)Maksudku,
bagaimana caranya aku mengatakan kepada Kang Win? Aku tidak mau kalau sampai dia
mengatakan aku menipunya. (Kerudung Merah Kirmizi, Remy Sylado)
Dengan suaminya yang ramah, hampir setiap sore, ada saja yang kami percakapkan. Banyak hal
yang tampaknya ingin ia ketahui tentang saya. Tapi saya lebih suka, entah kenapa, menanyakan
banyak hal tentang Mak Suma. Jadi ia hidup sendiri. Telah berapa lama? Sejak suaminya
meninggal, Guru. Delapan tahun yang lalu. Tidak adakah seseorang di desa ini yang cukup
dekat dengannya? Semua orang ingin dekat. Ia saja yang rupanya mau jauh. Mau jauh?
Kembali saya ingat soal itu : daya tolak. Bibirnya yang melengkung. Alisnya yang terangkat tapi
dahinya tidak berlipat. Matanya. Matanya. Ada apakah dengan matanya? Kenapa saya tak suka.
Sungguh tolol. Perempuan itu telah menyita perhatian saya, padahal saya tak menginginkannya.
Demikian menyitanya sampai-sampai terbawa dalam surat saya ke Mira, pacar saya. Tulis saya
pada salah satu alinea : Namanya Mak Suma, Mira. Saya tak suka ia tapi pikiran saya selalu
tertuju kepadanya. Ia punya daya tolah tapi tidakkah itu pula daya tariknya? Cara pengarang
menggambarkan watak Mak Suma adalah ....
3. (1)Tapi Kijang kita kan ada di garasi dia, kenapa tidak pakai mobil kita saja? (2) Itu Kijang
tua, Mas. Kalau dilihat dengan kacamata prestise, tentu saja Kijang tua kalah kelas dari Avansa yang
berusia muda. Itu katamu sebelum kita memutuskan memakai mobil Kristina, kan? (3) Tapi waktu itu
... (4) Kali ini Widhi tak bisa menyembunyikan kekalutannya. (5) Butiran keringat dingin memenuhi
dahinya. (6) Memang, sudah dua kali mudik lebaran Kristina mengizinkan kami meminjam Avanzanya.
Sungguh tak disangka kali ini dia memintanya kembali sebelum batas waktu yang disepakati. (7)
Baiklah, kita pulang besok pagi, Widhi bangkit.Suruh anak-anak berkemas, Lis. (8) Tapi besok
masih lebaran, Mas. Apa nanti kata orang tuamu? (9) Aku akan cari alasan yang tepat. Berilah
pengertian pada Ares dan Iva. Aku yakin mereka anak-anak yang baik, yang selalu siap memahami
kondisi orang tuanya. (10) Mudah-mudahan begitu, batinku tak yakin. (11) Secawan kebahagiaan yang
tengah direguk dengan nikmat oleh anak-anakku, akan kurebut dengan paksa dan mendadak. (12)
Benarkah mereka siap memahaminya, ikhlas melepasnya? Amanat dalam kutipan tersebut adalah ....
E. Sebaiknya kita tahu diri jika meminjam barang milik orang lain
4. Raden, ampunilah junjungan kami supaya dapat pulih kembali seperti sedia kala. Okh Raden, hanya
padukalah satu-satunya harapan dan junjungan kami, Raden! Tetap molek dan indah sekali, gumam
Raden Bandungbandawasa setelah memandangi arca Rara Jonggrang. Lebih molek dan jelita jika hidup
kembali, Raden. Oleh karena itu ampunilah dia, bujuk emban tua. Barangkali kalian dapat
menghidupkan kembali dengan membakar jerami kering dan menabuh lesung semalam suntuk, jawab
Raden Bandungbandawasa seraya melangkah pergi, pulang ke Pengging dengan hati yang riang dan
ringan karena kesadaran bahwa kecantikan yang berlumur pengkhianatan tak perlu didambakan. Pesan
moral yang dapat dipetik dari penggalan cerita di atas adalah ....
E. Berterus terang dan berkata jujur akan lebih baik dibandingkan penipuan
9. Tuti dan Maria dua kakak beradik. Keduanya putri R. Wiraatmojo, mantan wedana di daerah banten.
Meskipun Tuti dan Maria bersaudara, sifat mereka sangat berbeda. Tuti seorang pendiam. Ia selalu
berhati-hati dalam bertindak. Ia lebih banyak menggunakan akal dan pikiran daripada perasaan.
Sebaliknya, Maria gadis yang lincah dan periang mudah tertawa tapi juga mudah murung. Gadis itu lebih
banyak menurutkan perasaannya. Sifat kedua kakak beradik yang berlainan menyebabkan keduanya
sering tidak sependapat.(Layar Terkembang, STA)
Unsur intrinsik yang paling dominan pada penggalan novel di atas adalah . . .
A. alur
B. .setting
C. gaya bercerita
D. penokohan
E. sudut pandang
10. Dan semenjak itu Badri tinggal di rumah mertuanya, seperti juga suami-suami yang lain di
Minangkabau. Pola hidup yang matrilineal yang tidak disukai Badri ketika masa remajanya ternyata
demikian indah dalam kenyataan setelah ia menikahi Lena. Kalkulasi biaya hidup yang mencemaskan
dulu ternyata pula tidak diributkannya. Malah ketika anaknya lahir, Lena dianjurkannya sendiri untuk
menjadi guru. Karena seni hidup bukanlah sesuatu yang eksak, melainkan penyesuanian diri pada iklim
yang membentuk masyarakat. Dan idealisme masa jejakanya ternyata pula hanya utopi semata. Idealisme
yang membius pada orang-orang yang tidak mempunyai beban hidup keberatan. Sedangkan idealisme
seorang laki-laki yang menjadi suami dan menjadi seorang ayah ialah idealisme yang abadi, yakni
bagaimana membahagiakana istri dan anak-anaknya. (Jodoh, AA Navis).
Kutipan cerpen di atas mengandung amanat
A. pola hidup matrilineal menyenangkan
B. kalkulasi biaya hidup janganlah terlalu dicemaskan
C. idealisme seorang laki-laki yaitu menjadi suami yang membahagiakan istrinya
D. seorang ayah yang ideal bagi anaknya
E. sebagai seorang suami hendaknya bertanggung jawab
II.
Maka kata Bayan, Sekali peristiwa adalah seorang raja di Benua Tabaristan namanya.
Maka raja itu senantiasa ia berjamu segala hulubalangnya. Maka ada seorang hulu balang datang dengan
anak istrinya daripada sebuah negeri kepada raja itu. Maka titah raja Tabaristan, Dari manaengkau datang
dan siapa namamu dan apa kehendakmu datang kepada aku ini?Maka sembah Taifah, Yang diperhamba ini datang dari
negeri Irak dan nama hamba Taifah. Bahwa adapun hamba datang ini minta diperhamba di bawah duli syah
alam. Adapun yangdiperhamba ini beberapa sudah membuat khidmat kepada raja di Benua Irak, tiada
juga kelihatankepadanya. Setelah yang diperhamba mendengar duli syah alam sangat mengasihani
segalahulubalang, itulah sebabnya hendak perhambakan diri ke bawah duli syah alam.Sebermula, akan
adat Raja Tabaristan itu, tiga hari sekali ia berjamu segala hulubalangnyamakan minum bersuka-sukaan.
Maka pada suatu ketika, Raja Tabaristan berjamu segalahulubalangnya tatkala itu Taifah pun ada hadir
menghadap. Setelah beberapa cawan seseorang minum itu, maka Taifah pun bercakaplah, katanya, Hai Raja yang
maha mulia lagi besar! Tiada siapa yang terlebih kasih akan duli syah alam, lebih daripada patik dan tiada siapa
yang akan melawan seteru syah alam, melainkan yang diperhamba yang melawan dia. Dan lagi
berbagai-bagai pulacakapnya di hadapan raja Tabaristan itu. Maka raja pun murkalah akan Taifah itu,
tiadalah bergunalagi kepadanya.
Dipetik dari Hikayat Bayan Budiman