Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
Novita Sari
Kartika Sri Wahyuni
Agustia Putri Buana
Riza Syafrida Neli
Dian Mustika Sari
Reni Andria Putri
Yuliani Sapasi Putri
CI AKADEMIK : CI LAPANGAN :
(Rika Armalini, SST) (Imelda Neli, SST)
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kematian maternal dan neonatal merupakan masalah besar khususnya dinegara yang
sedang berkembang. Sekitar 98-99% kematian maternal dan perinatal terjadi di negara
berkembang, sedangkan di negara maju hanya 1-2%. Sebenarnya sebagian besar kematian
tersebut masih dapat dicegah apabila mendapat pertolongan pertama yang adekuat (Manuaba,
2007:6).
Sri Hermiyati (2008) mengatakan terdapat 4.692 jiwa ibu melayang karena tiga kasus
(kehamilan, persalinan, dan nifas). Kematian langsung ibu hamil dan melahirkan akibat
terjadinya perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), partus lama (5%) dan abortus
(5%). Perdarahan yang banyak menyebabkan kematian ibu yang sekarang banyak ditemui adalah
abortus (Saleh, 2010).
Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita meninggal karena
bortus tiap tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia Tenggra adalah 4,2 juta pertahun termasuk
Indonesia, sedangkan frekuensi abortus spontan di Indonesia adalah 10-15% dari 6 juta
kehamilan setiap tahunnya atau 600-900 ribu, sedangkan abortus buatan sekitar 750 ribu 1,5 juta
setiap tahunnya, 2500 orang di antaranya berakhir dengan kematian (Ulfah Ansor, 2006).
Manuaba (2007), mengemukakan diperkirakan terjadi gugur kandungan secara illegal pada
kehamilan yang tidak di inginkan sebanyak 2,5-3 juta orang/tahun dengan kematian sekitar
125.000-130.000 orang/tahun di Indonesia.
Abortus dapat dialami oleh semua ibu hamil, faktor resikonya meliputi usia dan riwayat
baortus berulang (Koesno, 2008). Usia dapat mempengaruhi kejadian abortus berulang karena
pada usia kurang dari 20 tahun belum matangnya alat reproduksi untuk hamil sehingga dapat
merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin, sedangkan abortus
yang terjadi pada usia lebih dari 35 tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi,
kelainan pada kromosom dan penyakit kronis (Manuaba, 1998).
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk menulis makalah
yang berjudul Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny. E Umur 43 Tahun G1P0A0 Dengan
Abortus Imminens di RSUD Padang Panjang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. Eumur 43 tahun
G1P0A0 dengan abortus imminens
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada ibu hamil Ny. E umur 43
tahun G1P0A0 dengan abortus imminens
b. Menginterpretasikan data dengan merumuskan diagnose kebidanan, masalah, dan kebutuhan
pada ibu hamil Ny. E umur 43 tahun G1P0A0 dengan abortus imminens
c. Mengidentifikasi diagnosa potensial pada pada ibu hamil Ny. E umur 43 tahun G1P0A0 dengan
abortus imminens
d. Mengidentifikasi terhadap tindakan segera pada ibu hamil Ny. E umur 43 tahun G1P0A0 dengan
abortus imminens
e. Melakukan perencanaan asuhan menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan
yang dibuat pada ibu hamil Ny. E umur 43 tahun G1P0A0 dengan abortus imminens
f. Melakukan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. E umur 43 tahun G1P0A0 dengan
abortus imminens sesuai perencanaan secara efektif dana aman
g. Mengevaluasi asuhan yang diberikan pada ibu hamil Ny. E umur 43 tahun G1P0A0 dengan
abortus imminens
C. Manfaat
a. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dalam praktek di lahan
serta memperoleh pengalaman secara langsung dalam masalah memberikan asuhan kebidanan
pada ibu hamil dengan abortus imminens
b. Bagi Institusi
Menambah pustaka bagi kampus asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus
imminens.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Abortus Imminens
1. Pengertian Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut. Berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup
di luar kandungan
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan
(Mochtar Rustam, Sinopsis Obstetri. 1998 : 209).
Berikut ini macam macam abortus:
a. Berdasarkan kejadiannya
1) Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk
mengakhiri kehamilan tersebut (Saifuddin, 2002). Abortus spontan dibagi atas:
a) Abortus imminens
Adalah abortus yang mengancam, perdarahannya bisa berlanjut beberapa hari atau dapat
berulang (Kusmiyati, 2009). Abortus imminens adalah terjadinya perdarahan dari rahim sebelum
kehamilan mencapai usia 20 minggu, dimana janin masih berada di dalam rahim dan tanpa
disertai pembukaan dari leher rahim. Apabila janin masih hidup maka kehamilan dapat
dipertahankan, akan tetapi apabila janin mengalami kematian, maka dapat terjadi abortus
spontan. Penentuan kehidupan janin dapat dilakukan dengan pemeriksaan USG (Ultrasonografi)
untuk melihat gerakan dan denyut jantung janin. Denyut jantung janin dapat juga didengarkan
melalui alat Doppler atau Laennec apabila janin sudah mencapai usia 12 16 minggu.
Abortus imminens adalah terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi ini, kehamilan masih mungkin berlanjut
dan dipertahankan (Wiknjosastro dkk, 2002 : 147). Abortus imminens adalah abortus ini baru
mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya (FK-UNPAD, 1984 : 8)
b) Abortus insipiens
Adalah terjadinya perdarahan ringan atau sedang pada kehamilan muda dimana
hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri (Saifuddin, 2002).
c) Abortus inkomplit
Adalah abortus yang terjadi sebelum usiagestasi 10 minggu, janin danplasenta biasanya
keluar, tetapi dalam waktu yang terpisah (Cunningham, 2005).
d) Abortus komplit
Adalah terjadinya perdarahan sampai semua produk pembuahan ataujanin, selaput
ketuban dan plasenta sudah keluar (Helen Farrer, 1999).
e) Abortus habitualis
Adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih (Kusmiyati, 2009).
f) Abortus infeksio
Adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi. Adanya penyebaran kuman atau toksin
ke dalam sirkulasi dan kavum peritoneum dapat menimbulkan septicemia, sepsis atau peritonitis
(Saifuddin, 2002).
g) Abortus septic
Adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke
dalam peredaran darah atau peritoneum (Saifuddin, 2002).
h) Missed abortion
Missed abortion terjadi jika sesudah mengalami abortus imminens,perdarahan
pervaginam berhenti namun produk pembuahan meninggal dan tetap berada dalam rahim (Helen
Farrer, 1999).
2) Abortus buatan
Adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri
proses kehamilan (Kusmiyati, 2009).
b. Berdasarkan pelaksanaannya
1) Abortus medisinalis (abortus therapeutik)
Abortus yang dilakukan atas dasar indikasi vital ibu hamil, jika diteruskan kehamilannya
, akan lebih membahayakan jiwa ibu sehingga terpaksa dilakukanabortus spontan (Manuaba,
2007).
2) Abortus kriminalis
Abortus yang dilakukan pada kehamilan yang tidak diinginkan, diantaranya akibat
perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Sebagian besar dilakukan oleh tenaga yang tidak
terlatih sehingga dapat menimbulkan komplikasi (Manuaba, 2007).
2. Etiologi
Insiden, 15% sampai 25% dari kehamilan yang dikenali secara klinis, mungkin
mendekati 50% dari semua konsepsi. (Graber, 2006:368) Penyebab abortus merupakan gabungan
dari beberapa faktor. Umumnya abortus didahului oleh kematian janin.
Faktor-faktor yang yang dapat menyebabkan terjadinya abortus adalah:
a. Faktor Janin
Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan perkembangan zigot,
embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada trimester
pertama, yakni:
1) Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau kerusakan kromosom
(monosomi, trisomi atau poliploidi)
2) Embrio dengan kelainan lokal
3) Abnormalitas pembentukan plasenta (hiplopasi trofoblas) (Cunningham, 2005:952)
Produk konsepsi yang abnormal menjadi penyebab terbanyak dari abortus spontan.
Paling sedikit 10% hasil konsepsi manusia mempunyai kelainan kromosom dan sebagian besar
akan gugur. (Benson, 2008:297).
b. Faktor Maternal
1) Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi janin yang sedang
berkembang , terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua. Tidak diketauhi
penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang menjadi terinfeksi ataukah toksin yang
dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya.Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan
abortus.
2) Virus
Misalnya rubella, sitomegalo virus, virus herpes simpleks, varicella zoster, vaccinia,
campak, hepatitis, polio dan ensefalomeilitis.
3) Bakteri- misalnya Salmonella typi.
4) Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.
5) Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vaskular
6) Penyakit endrokin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi atau pada
penyakit disfungsi tiroid, defisiensi insulin.
7) Faktor Imunologis
Ketidakcocokan (Inkompatibilitas) sistem HLA (Human Leukocyte Antigen)
8) Trauma
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah trauma tersebut,
misalnya trauma akibat pembedahan:
a. Pengangkatan Ovarium yang mengandung korpus luteum gravidatum sebelum minggu ke-8
b. Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat hamil
9) Kelainan Uterus
Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks inkompeten atau
retroflexio uteri gravidi incarcerata.
10) Faktor psikosomatik pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan. (Benson, 2008:298)
c. Faktor Eksternal
1) Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada usia 9 minggu pertama dapat merusak janin dan dosis
yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
2) Obat-obatan
3) Antagonis asam folat, antikoagulan dan lain-lain. Sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan
sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah di buktikan bahwa obat tersebut tidak
membahyakan janin atau untuk pengobatan penyakit ibu yang parah.
4) Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan benzen. (Wiknjosastro,
2007:303)
d. Faktor Resiko
1) Usia
Usia dibawah 20 tahun dan di atas 43 tahun merupakan usia resiko untuk hamil dan
melahirkan (Mulyati, 2003). Menurut Manuaba (1998) kurun waktu reproduksi sehat adalah 20-
30 tahun dan keguguran dapat terjadi pada usia yang masih muda, karena pada saat remaja alat
reproduksi belum matang dan belum siap untuk hamil.
2) Paritas ibu
Semakin banyaknya jumlah kelahiran yang dialami seorang ibu semakin tinggi resikonya
untuk mengalami komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas (Mulyati, 2003). Sejalan dengan
pendapat Cuningham (2005) bahwa resiko abortus spontan semakin meningkat dengan
bertambahnya paritas.
3) Riwayat abortus sebelumnya
Setelah satu kali abortus spontan, memiliki resiko 15% untuk mengalami keguguran lagi,
sedangkan bila pernah 2 kali, resiko meningkatnya 25%. Beberapa studi meramalkan resiko
setelah 3 abortus berurutan 30-45% (Prawirohardjo, 2008).
4) Pemeriksaan antenatal
Pemeriksaan antenatal yang baik adalah minimal 1 kali pada trimester pertama, 1 kali
pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Keuntungan yang diperoleh dengan
melakukan pemeriksaan antental dengan baik adalah kelainan yang mungkin ada atau timbul
pada kehamilan tersebut cepat diketahui dan segera dapat di atasi sebelum berpengaruh tidak
baik pad kehamilan (Prawirohardjo, 2008).
5) Pendidikan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saifudin (2002) bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan makin rendah kejadian abortus. Angka kejadian tertinggi yaitu pada golongan
berpendidikan 10-12 tahun (SMA). Secara teoritis diharapkan wanita ynag berpendidikan lebih
tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya.
6) Merokok
Merokok dilaporkan menyebabkan peningkatan risiko abortus. Bagi wanita yang
merokok lebih dari 14 batang per hari, risiko tersebut sekitar dua kali lipat dibandingkan kontrol
normal (Cuningham dkk, 2005)
7) Alkohol
Abortus spontan dan anomaly janin dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi alcohol
selama 8 minggu pertama kehamilan. Angka abortus meningkat dua kali lipat pada wanita yang
minum 2 kali setiap minggu, dan tiga kali pada wanita yang mengkonsumsi alcohol (Cuningham
dkk, 2005)
3. Patofisiologis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan
sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara
dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya karena vili koriales belum menembus
desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam
hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan (Wiknjosastro,
2007:303-305). Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban
lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal
dalam cavum uteri.
Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding
cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. (Widjanarko,
2009).
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta
hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak
jelas bentuknya (blightes ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus
kompresus, maserasi atau fetus papiraseus (Wiknjosastro, 2007:303-305). Janin biasanya sudah
dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang
plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan
terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun
rasa nyeri lebih menonjol (Widjanarko, 2009).
4. Gejala Klinis
a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b. Terdapat perdarahan, disertai perut sakit.
c. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi
otot rahim.
d. Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, kanalis servikalis masih
tertutup, dapat dirasakan kontrasi otot rahim.
e. Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil USG menunjukkan:
1) Buah kehamilan masih utuh, ada tanda kehidupan janin.
2) Meragukan
3) Buah kehamilan tidak baik, janin mati. (Kusmiyati, 2009:150)
4) Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
5) pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
6) pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
b. Data laboratorium:
1) Tes urine
2) hemoglobin dan hematokrit
3) menghitung trombosit
4) kultur darah dan urine
c. Pemeriksaan ginekologi :
1) Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau
busuk dari vulva
2) Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudahtertutup, ada atau tidak
jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3) Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum
uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang,
tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
(Ratihrochmat, 2009)
6. Komplikasi
a. Perdarahan
b. Perforasi
c. Infeksi
d. Syok
1) Perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik
2) Infeksi berat atau sepsis disebut syok septic atau endoseptik
(Wiknjosastro, 2007:311-312)
7. Diagnosa
Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi melalui ostium
uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuannya
kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil
dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi
pembuahan. Hal ini disebabkan oleh penembusan vili koriales ke dalam desidua, pada saat
implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasannya sedikit, warnanya merah, dan cepat berhenti,
tidak disertai mules-mules. (Wiknjosastro, 2007:305).
8. Penanganan
a. Istirahatbaring, tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini
menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
b. Anjuran untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau melakukan hubungan
seksual.
c. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih hidup.
(Wiknjosastro dkk, 2002 : 305)
d. Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukan melalui gejala
klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik. (Saifuddin, 2007:149)
1. Manajemen kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan atau manejemen kebidanan adalah suatu metode berfikir
dan bertindak tepat secara logis tentang asuhan yang diberikan. Dalam prakteknya bidan harus
berfikir kritis, tidak pragmatis untuk menjamin keamanan dan kepuasan klien sebagai hasil
(Pusdiknakes, 2003).
Asuhan kebidanan dengan abortus iminens ini merupakan manajemen kebidanan yang
terdiri dari tujuh langkah yang dikembangkan oleh Varney dan didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
d) Personal hygiene
Menggambarkan pola hygiene pasien misalnya: berapa kali ganti pakaian dalam, mandi,
gosok gigi dalam sehari dan keramas dalam satu minggu. Pola ini perlu dikaji untuk mengetahui
apakah pasien menjaga kebersihan dirinya (Wildan dan Hidayat, 2008).
e) Pola seksual
Untuk mengetahui kapan ibu terakhir melakukan hubungan seksual dengan suami karena
prostaglandin yang terkandung dalam sperma dapat merangsang terjadinya kontraksi (Wildan
dan Hidayat, 2008).
f) Pola aktivitas
Untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu sehari-hari terlalu berat, sehingga dapat
mempengaruhi kehamilan (Wildan dan Hidayat, 2008).
g) Psikososiospiritual
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana respon, tanggapan, dukungan yang
diberikan suami dan keluarga, serta kecemasan pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah
yang terjadi dalam proses persalinan (Wildan dan Hidayat, 2008). Dalam kasus
abortus iminens pasien biasanya mengatakan takut dan cemas akan kehilangan bayinya.
Data Obyektif
1) Keadaan umum dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadi infeksi yang ditandai dengan
suhu meningkat, nadi meningkat, untuk mendukung kondisi selama hamil berjalan baik, maka
keadaan umum pasien dan tanda-tanda fisik hendaknya tidak ada masalah (Wildan dan Hidayat,
2008).
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama : Ny. E Tn. B
Umur : 43 tahun 45 Tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Suku/bangsa :Minang/Indonesia Minang/Indonesia
2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Ibu menyatakan keluarnya flek-flek dari pukul 23.00 05.00 WIB kemudian keluar darah
segar menggumpal dan merasakan mules
b. Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan ini perkawinannya yang pertama, menikah sejak umur 26 tahun, lama
pernikahan 9 tahun, status sah secara agama dan negara
c. Riwayat menstruasi
Ibu mengatakan menarche sejak umur 13 tahun, lama menstruasi 5-6 hari, siklus 28 hari
teratur, ganti pemballut 2-3x/hari, tidak ada keputihan, tidak ada nyeri saat menstruasi.
HPHT= 07-09-2014 TP=14-06-2015
d. Riwayat Obstetri
Penolong Jenis BB
No Tahun Tempat JK PB Komplikasi ket
persalinan persalinan Lahir
INI
e. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis,
penyakit menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti jantung.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan saat ini sedang tidak menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis,
penyakit menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti jantung.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan baik dari keluarga ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit
menular seperti TBC, hepatitis, penyakit menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti
jantung.
f. Pola kebutuhan sehari hari
1) Nutrisi
Makan : 3x/hari porsi satu piring
Jenis : Nasi, sayur, lauk
Keluhan : Tidak ada
Minum : 7-8 gelas/hari
Jenis : Air putih, Susu
Keluhan : Tidak ada
2) Eliminasi
BAB : 1-2x/hari, warna kuning kecoklatan,bau khas feces, konsistensi padat
Keluhan : tidak ada
BAK : 4-5x/hari
Keluhan : tidak ada
3) Aktivitas
Ibu mengatakan sebagai ibu rumah tangga aktivitas sehari harinya yaitu melakukan
pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak, mencuci, dan lain lain.
4) Istirahat
Siang : 1 jam
Malam : 6-7 jam
Keluhan : Tidak ada
5) Pola seksual
Ibu mengatakan tidak ada keluhan dalam hubungan seksual
6) Personal hygiene
Mandi : 2x/hari
Gosok gigi : 2x/hari
Keramas :3x/minggu
Ganti baju :2x/hari
Potong kuku :1x/minggu
7) Data psikososial
Ibu mengatakan ibu dan keluarga sangat senang dengan kehamilan ini Ibu mengatakan
dalam mengambil keputusan secara bermusyawarah.
Data Objektif
1. Pemerisaan umum
KU : Baik
Kesadaran : Stabil
Vital Sign : TD: 110/70 N:80X/menit S:36,2OC R: 20X/menit
BB : 48,5 kg
BB Sebelum Hamil : 45kg
TB : 158
LILA : 24 cm
2. Pemeriksaan fisik
Kepala tidak ada masa/benjolan, kulit kepala, bersih
Muka Tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada
oedem
Mata Konjungtiva merah muda, sclera putih
Hidung Tidak ada polip, tidak ada secret, bersih
Mulut Tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi, bersih
Telinga Simetris, tidak ada serumen, bersih
Leher Tidak ada masa/ benjolan, tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid,
Dada Simetris, tidak ada retraksi dinding dada,
Payudara Tidak ada masa/benjolan, areola hiperpigmentasi,
putting susu menonjol
Abdomen Tidak ada striae gravidarum, tidak ada luka bekas
operasi
Genetalia Keluar flek flek
Ekstremitas (atas dan bawah) simetris, tidak ada oedem, reflek
patella (+)
3. Pemeriksaan penunjang
Hb= 10,8 gr%
Protein urin (-)
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY. E G1P0A0
Kolaborasi dengan
Kolaborasi dengan dokter dengan cara
dokter dan beri menjelaskan keadaan
terapi obat pasien saat kunjungan
dokter dan meminta
terapi obat yang
sesuai.
Kolaborasi dengan
dokter untuk
melakukan
pemeriksaan USG
untuk memastikan
keadaan janin dalam
kandungan
Dokumentasikan Mendokumentasikan
tindakan di RM
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan urain pembahasan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. E umur 43 tahun
dengan abortus imminens, dapat disimpulkan bahwa:
1. Manajemen asuhan kebidanan yang diberikan di RSUD Padang panjang telah dilakukan dengan
baik dan tepat
2. Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. E telah sesuai dengan kebutuhan
3. Adanya kesenjangan teori dan praktik dalam memberikan terapi obat yang diberikan oleh dokter
dan tidak dilakukannya pemeriksaan ginekologi
B. Saran
1. Pasien
Mengatahui tanda dan bahaya abortus imminens dan mengurangi aktivitas sehari-hari
apabila terdapat tanda dan gejala abortus imminens
2. Tenaga Kesehatan
Mengetahui cara penanggulangan penyebab terjadinya abortus imminens.
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Abortus Imminens
B. Tinjauan Asuhan Kebidanan
BAB III TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian
A. Data Subjektif
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY. E G1P0A0
DENGAN ABORTUS IMMINENS DI RSUD PADANG PANJANG
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
ii
KATA PENGANTAR
Dengan kebesaran Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang, penulis
panjatkan rasa puji syukur atas hidayah-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan
inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah "ASKEB DENGAN
ABORTUS IMMINENS".
Adapun makalah "ASKEB DENGAN ABORTUS IMMINENS" ini telah penulis
usahakan dapat disusun dengan sebaik mungkin dengan mendapat bantuan dari berbagai pihak,
sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan secara tepat waktu. Untuk itu penulis tidak
lupa untuk menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam penulisan makalah ini.
Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, penulis
tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari segi penggunaan kosa-kata,
tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada
penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang bermaksud untuk memberikan kritik dan
saran kepada penulis agar penulis dapat memperbaiki kualitas makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah "ASKEB DENGAN ABORTUS IMMINENS" ini
bermanfaat, dan pelajaran-pelajaran yang tertuang dalam makalah ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya oleh para pembaca.
Penulis
i
Diposkan oleh Aou Raito di 01.27
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Poskan Komentar
2014 (26)
o Desember (21)
Makalah Upaya Promosi Kesehatan dalam Pelayanan
Ke...
MAKALAH ASUHAN NEONATUS Tentang
DIARE
MAKALAH GANGGUAN Tentang
MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT...
Makalah IKD I Tentang MAL PRAKTEK Mengenai
MAKALAH KONSEP KEBIDANANTentang
KEBIDANANSEBAGAI S...
Saya
MAKALAH KEPERAWATAN ANAK Tentang
HIV/AIDS PADA ANA...
Makalah Ikterus Pada Neonatorum
MAKALAH ASKEB IV KOMPLIKASI DAN
PENYAKIT DALAM MAS...
MAKALAH ASKEB 1 TENTANG PENGKAJIAN Aou Raito
FETAL DAN MENEN... Lihat profil
MAKALAH ORGANISASI MANAJEMEN lengkapku
PELAYANAN KEBIDANAN T...
MAKALAH GANGGUAN Tentang
MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT...
Makalah Manajemen Pelayanan Kebidanan
Makalah Distosia Karena Kelainan Panggul
MAKALAH ASKEB IV Tentang PENYAKIT YANG
MENYERT...
Makalah ASKEB dengan Bligted Ovum
Makalah Hukum Bayi Tabung dan Aborsi
Makalah ASKEB dengan IKTERUS
Makalah ASKEB dengan abortus Imminens
Makalah Pemeriksaan Kala IV
Makalah NGT dan Pemeriksaan Fisik
Makalah ASKEB Bronkitis
o November (5)