You are on page 1of 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lansia mengalami penurunan fungsi tubuh akibat proses degenerasi, oleh karena
itu diperlukan usaha untuk mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf
setinggi-tingginya agar terhindar dari penyakit atau gangguan. Untuk mencapai hal
tersebut diperlukan wadah yang dapat memberikan sarana bagi lansia yang dapat
memelihara kesehatannya yaitu posyandu lansia. Pada tempat tersebut dapat
diperoleh manfaat antara lain, lansia dapat mengetahui status kesehatannya juga
kegiatan lain yang bermanfaat untuk mengisi kegiatan para lansia. Dalam posyandu
lansia, terdapat suatu kepedulian dan perhatian yang didapat dari kontak sosial
sehingga memberi harapan dan semangat para lansia untuk terus dapat hidup
mandiri dan menyadari bahwa di usia senja mereka tetap prima.
Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau mentalnya
tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu
mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat (GBHN, 1993).
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya
pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada
berbagai tingkatan, yaitu tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti
Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer),
tingkat pertama (sekunder), tingkat lanjutan, (tersier) untuk mengatasi permasalahan
yang terjadi pada lansia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pelayanan kontrasepsi dan KB pada masyarakat lansia?
2. Bagaimana pelayanan kesehatan reproduksi lansia di masyarakat?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan kesehatan reproduksi lansia di masyarakat.
2. Mahasiswa dapat mengetahui pelayanankesehatan reproduksi lansia di
masyarakat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pelayanan Kontrasepsi dan KB di Masyarakat


Kontrasepsi ialah usaha usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan.Usaha- usaha itu dapat bersifat sementara,dapat pula bersifat
permanen.KB merupakan salah satu sarana bagi setiap keluarga baru untuk
merencanakan pembentukan keluarga ideal, keluarga kecil bahagia dan sejahtera
lahir dan batin.Keluarga Berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai
kesejahteraan dengan jalan memberikan nasihat perkawinan, pengobatan
kemandulan dan penjarangan kelahiran.
Program KB adalah bagian yang terpadu dalam program pembangunan
nasional dan bertujuan untuk turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi,
spiritual, dan sosial penduduk Indonesia.
Tujuan pelayanan KB adalah:
1) Meningkatkan jumlah peserta KB atas kesadaran dan tanggung jawab.
2) Membina peserta KB aktif dalam rangka kelembagaan dan pembudayaan
NKKBS.
3) Mencapai sasaran penurunan tingkat kelahiran.
4) Meningkatkan menciptakan Keluarga kecil sejahtera melalui pengendalian
pertumbuhan penduduk
Peserta KB akan mendapat pelayanan dengan cara sebagai berikut :
1) Pasangan usia subur yang istrinya mempunyai keadaan 4 terlalu,yaitu terlalu
muda, terlalu banyak anak, terlalu sering hamil,dan terlalu tua akan mendapat
prioritas pelayanan KB.
2) Peserta KB diberikan pengertian mengenai metode kontrasepsi dengan
keuntungan dan kelemahan masing-masing sehinggaa dapat menentukan
pilihannya.
3) Harus mendapat informasi mengenai metode kontrasepsi dengan keuntungan
dan kelemahannya sehingga dapat menentukan pilihannya.

2
4) Harus dilakukan pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan kepada
klien agar dapat ditentukan metode yang paling cocok dengan hasil
pemeriksaannya.
5) Harus mendapatkan informasi tentang kontradiksi pemakaian berbagai metode
kontrasepsi.

2.1.1 Tahapan kegiatan konseling dalam pelayanan KB


Tahapan kegiatan konseling dalam pelayanan KB dapat dirinci dalam
tahapan sebagai berikut : KIE Motivasi Bimbingan Rujukan - KIP/K -
Pelayanan Kontrasepsi - Tindak Lanjut ( Pengayoman)
Pesan yang disampaikan dalam Kegiatan KIE tersebut pada umumnya
meliputi 3 hal yaitu tentang :
Pengertian dan manfaat KB bagi kesehatan dan kesejahteraan keluarga.
Proses terjadinya kehamilan pada wanita (yang penting dalam kaitannya
menerangkan cara kerja alat / metode kontrasepsi).
Jenis alat / metode kontrasepsi yang ada , cara pemakaian cara kerjanya serta
lama pemakaiannya.
Kegiatan ini memberikan bimbingan kontrasepsi yaitu memberikan
informasi tentang jenis kontrasepsi secara lebih obyektif, benar dan jujur sekaligus
meneliti apakah calon peserta KB tersebut memenuhi syarat untuk mendapatkan
pelayanan kontrasepsi yang dipilihnya.
Dapat dibedakan dalam 2 macam yaitu rujukan untuk calon peserta KB dan
rujukan untuk peserta KB.
a. Rujukan untuk calon peserta KB dilakukan oleh petugas lapangan KB dimana
calon peserta dirujuk ke klinik yang terdekat dengan tempat tinggal calon
peserta dengan maksud untuk mendapatkan pelayanan konseling dan
pelayanan kontrasepsi.
b. Rujukan Rujukan ke klinik untuk peserta KB dilakukan oleh petugas
lapangan KB terhadap peserta KB yang mengalami komplikasi atau
kegagalan untuk mendapatkan perawatan.
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan meliputi anamnesis dan pemeriksaan
fisik.Apabila dari hasil pemeriksaan kesehatan tidak didapati kontraindikasi, maka

3
pelayanan kontrasepsi dapat dilakukan.Untuk pelayanan metode kontrasepsi
jangka panjang yaitu IUD, implant, dan kontap sebelum pelayanan dimulai
kepada klien diminta untuk menandatangai informed consent form.
Selesai mendapatkan pelayanan kontrasepsi, petugas melakukan
pemantauan kepada keadaan peserta KB dan diserahkan kembali kepada petugas
lapangan KB.Hal ini karena pola pendekatan para PLKB adalah dengan
kunjungan ke rumah-rumah para peserta KB khususnya peserta KB baru.Oleh
karena itu tugas kunjungan ini sekaligus dapat dimanfaatkan untuk memantau
keadaan para peserta KB baru apakah dalam keadaan sehat ataukah mengalami
efek samping ataupun komplikasi.

2.1.2 Manfaat Usaha Keluarga Berencana Di Pandang Dari Segi Kesehatan


Untuk ibu : dengan tujuan mengatur jumlah dan jarak kelahiran. ibu
mendapat manfaat berupa :
a. Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang
kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek.
b. Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh
adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak, untuk beristirahat
dan menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan- kegiatan lainnya.
Untuk anak-anak lain:
a. Memberikan kesempatankepada mereka agar perkembangan
fisiknyalebih baik karenasetiap anakmemperoleh makananyang
cukupdari sumber yang tersedia dalam keluarga.
b. Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena pemeliharaan
yang lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat diberikan oleh ibu
untuk setiap anak.
c. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber-
sumberpendapatan keluarga tidak habis untukmempertahankanhidup
semata-mata.
Untuk ayah : Untuk memberikan kesempatan agar dapat memperbaiki
kesehatan mental dan sosial kecemasan berkurang serta lebih banyak waktu
yang tertuang untuk keluarganya.

4
2.2 Pelayanan Kesehatan pada Usia Lanjut
a. Pernyataan Standar
Setiap warga negara Indonesia usia 60 tahun ke atas mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan skrining kesehatan
sesuai standar pada warga negara usia 60 tahun ke atas di wilayah kerjanya minimal 1
kali dalam kurun waktu satu tahun.
Pengertian
1) Pelayanan skrining kesehatan warga negara usia 60 tahun ke atas sesuai standar
adalah :
a) Dilakukan sesuai kewenangan oleh :
(1) Dokter;
(2) Bidan;
(3) Perawat;
(4) Nutrisionis/Tenaga Gizi;
(5) Kader Posyandu lansia/Posbindu
b) Pelayanan skrining kesehatan diberikan di Puskesmas dan jaringannya, fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, maupun pada kelompok lansia, bekerja sama
dengan pemerintah daerah.
c) Pelayanan skrining kesehatan minimal dilakukan sekali setahun.
d) Lingkup skrining adalah sebagai berikut :
(1) Deteksi hipertensi dengan mengukur tekanan darah.
(2) Deteksi diabetes melitus dengan pemeriksaan kadar gula darah.
(3) Deteksi kadar kolesterol dalam darah
(4) Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku, termasuk kepikunan
menggunakan Mini Cog atau Mini Mental Status Examination (MMSE)/Test
Mental Mini atau Abreviated Mental Test (AMT) dan Geriatric Depression
Scale (GDS).
2) Pengunjung yang ditemukan memiliki faktor risiko wajib dilakukan intervensi secara
dini

5
3) Pengunjung yang ditemukan menderita penyakit wajib ditangani atau dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu menanganinya.
c. Definisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan
skrining kesehatan pada warga negara usia 60 tahun keatas dinilai dari persentase
pengunjung berusia 60 tahun keatas yang mendapatkan skrining kesehatan sesuai
standar minimal 1 kali di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
d. Langkah-langkah Kegiatan
1) Pendataan lansia
2) Skrining kesehatan lansia
3) Pemberian Buku Kesehatan Lansia
4) Pelayanan rujukan
5) Pencatatan dan pelaporan

6
2.2.1 Jenis Pelayanan Lansia
1) Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi
a. Pernyataan Standar
Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban untuk memberikan
pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh penderita hipertensi sebagai
upaya pencegahan sekunder di wilayah kerjanya.
b. Pengertian
1) Sasaran adalah penduduk usia 15 tahun ke atas

7
2) Penderita hipertensi esensial atau hipertensi tanpa komplikasi memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai standar; dan upaya promosi kesehatan melalui
modifikasi gaya hidup di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
3) Penderita hipertensi dengan komplikasi (jantung, stroke dan penyakit ginjal
kronis, diabetes melitus) perlu dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut
(FKTL) yang mempunyai kompetensi untuk penanganan komplikasi.
4) Standar pelayanan kesehatan penderita hipertensi adalah:
a. Mengikuti Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di FKTP.
b. Pelayanan kesehatan sesuai standar diberikan kepada penderita
Hipertensi di FKTP.
c. Pelayanan kesehatan hipertensi sesuai standar meliputi:
pemeriksaan dan monitoring tekanan darah, edukasi, pengaturan
diet seimbang, aktifitas fisik, dan pengelolaan farmakologis.
d. Pelayanan kesehatan berstandar ini dilakukan untuk
mempertahankan tekanan darah pada <140/90 mmHg untuk usia
di bawah 60 th dan <150/90 mmHg untuk penderita 60 tahun ke
atas dan untuk mencegah terjadinya komplikasi jantung stroke,
diabetes melitus dan penyakit ginjal kronis.
e. Selama menjalani pelayanan kesehatan sesuai standar, jika
tekanan darah penderita hipertensi tidak bisa dipertahankan
sebagaimana dimaksud pada poin sebelumnya atau mengalami
komplikasi, maka penderita perlu dirujuk ke FKTL yang
berkompeten.
Langkah-langkah Kegiatan :
a. Pendataan penderita hipertensi menurut wilayah kerja FKTP

b. Melakukan skrining faktor risiko hipertensi untuk seluruh pasien di FKTP

c. Melakukan pelayanan kesehatan sesuai standar, berupa edukasi tentang diet


makanan dan aktivitas fisik, serta terapi farmakologi

d. Melakukan rujukan ke FKRTL untuk pencegahan komplikasi

e. Pelatihan teknis pelayanan kesehatan tentang hipertensi bagi tenaga kesehatan,


termasuk pelatihan surveilans faktor risiko hipertensi berbasis web

8
f. Penyediaan peralatan kesehatan hipertensi

g. Penyediaan obat hipertensi

h. Pencatatan dan pelaporan

i. Monitoring dan evaluasi

2). Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus (DM)


a. Pernyataan Standar

Setiap penderita diabetes melitus mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai


standar.

Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban untuk memberikan


pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh penyandang diabetes melitus
sebagai upaya pencegahan sekunder di wilayah kerjanya.

b. Pengertian

1. Sasaran indikator ini adalah penyandang DM di wilayah kerja


kabupaten/kota.

2. Penduduk yang ditemukan menderita DM atau penyandang DM


memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar dan upaya promotif
dan preventif di FKTP.

3. Penduduk yang ditemukan menderita DM atau penyandang DM


dengan komplikasi perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan untuk
penanganan selanjutnya.

4. Pelayanan kesehatan penyandang DM diberikan sesuai


kewenangannya oleh :

a) Dokter/DLP
b) Perawat
c) Nutrisionis/Tenaga Gizi
5. Pelayanan kesehatan diberikan kepada penyandang DM di FKTP
sesuai standar meliputi 4 (empat) pilar penatalaksanaan sebagai
berikut:
a) Edukasi
b) Aktifitas fisik

9
c) Terapi nutrisi medis
d) Intervensi farmakologis
6. Setiap penyandang DM yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
termasuk pemeriksaan HbA1C.
7. Bagi penyandang DM yang belum menjadi peserta JKN diwajibkan
menjadi peserta JKN.
Langkah-langkah Kegiatan:
1) Melakukan pendataan penderita DM menurut wilayah kerja FKTP
2) Melakukan skrining faktor risiko DM untuk seluruh pasien di FKTP
3) Melakukan pelayanan kesehatan sesuai standar, berupa edukasi tentang diet
makanan dan aktivitas fisik, serta terapi farmakologi
4) Melakukan rujukan ke FKRTL untuk pencegahan komplikasi
5) Pelatihan teknis pelayanan kesehatan tentang DM bagi tenaga kesehatan,
termasuk pelatihan surveilans DM berbasis web
6) Penyediaan peralatan kesehatan DM, termasuk HbA1C
7) Penyediaan obat DM
8) Pencatatan dan pelaporan
9) Monitoring dan evaluasi

2.2.3 Pelayanan Kesehatan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Berat


a. Pernyataan Standar
Setiap ODGJ berat mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
b. Pengertian
Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat adalah:
1) Pelayanan promotif preventif yang bertujuan meningkatkan kesehatan
jiwa ODGJ berat (psikotik) dan mencegah terjadinya kekambuhan dan
pemasungan.
2) Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat diberikan oleh perawat dan
dokter Puskesmas di wilayah kerjanya.
3) Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat meliputi:
Edukasi dan evaluasi tentang: tanda dan gejala gangguan jiwa,
kepatuhan minum obat dan informasi lain terkait obat, mencegah

10
tindakan pemasungan, kebersihan diri, sosialisasi, kegiatan rumah
tangga dan aktivitas bekerja sederhana, dan/atau
Tindakan kebersihan diri ODGJ berat
4) Dalam melakukan pelayanan promotif preventif diperlukan penyediaan
materi KIE dan Buku Kerja sederhana.

Langkah-langkah Kegiatan
1) Penyediaan materi KIE Keswa, Pedoman dan Buku Kerja Kesehatan Jiwa
2) Peningkatan pengetahuan SDM
3) Penyediaan form pencatatan dan pelaporan
4) Pelayanan Kesehatan ODGJ Berat di Puskesmas
5) Pelaksanaan kunjungan rumah (KIE keswa dan dukungan psikososial)
6) Monitoring dan evaluasi

2.2.4 Pelayanan Kesehatan Orang dengan Tuberkulosis (TB)


a. Pernyataan Standar
Setiap orang dengan TB mendapatkan pelayanan TB sesuai standar.
Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban untuk memberikan
pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh orang dengan TB sebagai
upaya pencegahan di wilayah kerjanya.
b. Pengertian
1) Pelayanan Tuberkulosis Sesuai Standar adalah pelayanan kesehatan
diberikan kepada seluruh orang dengan TB yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan sesuai kewenangannya di FKTP (puskesmas dan jaringannya)
dan di FKTL baik pemerintah maupun swasta
2) Pelayanan yang diberikan sesuai Pedoman Penanggulangan TB yang
berlaku antara lain :
- Penegakan diagnosis TB dilakukan secara bakteriologis dan
klinis serta dapat didukung dengan pemeriksaan penunjang
lainnya.
- Dilakukan pemeriksaan pemantauan kemajuan pengobatan pada
akhir pengobatan intensif, bulan ke 5 dan akhir pengobatan.

11
- Pengobatan dengan menggunakan Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) dengan panduan OAT standar.
3) Gejala Utama TB adalah batuk selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat
diikuti dengan dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan
lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam
hari tanpa aktifitas fisik dan badan meriang lebih dari satu bulan.
4) Kegiatan Promotif dan preventif antara lain penemuan kasus secara dini,
penemuan kasus secara aktif, pemberian KIE untuk pencegahan
penularan dengan penerapan etika batuk, pengendalian faktor risiko dan
pemberian obat pencegahan
5) Prinsip pelayanan TB adalah penemuan orang dengan TB sedini
mungkin, ditatalaksana sesuai standar sekaligus pemantauan hingga
sembuh atau TOSS TB (Temukan, Obati Sampai Sembuh).
Langkah-langkah Kegiatan
1. Peningkatan Kapasitas SDM TB
2. Promosi/Penyuluhan dan Penyediaan Media KIE TB
3. Pelayanan dan pemeriksaan TB dalam gedung dan luar gedung
4. Rujukan kasus TB dengan penyulit termasuk TB resistan Obat kepada fasilitas
kesehatan tingkat lanjut
5. Jejaring dan kemitraan pelayanan TB
6. Pemantapan mutu layanan labotatorium TB untuk penegakan diagnosis TB
7. Pencatatan dan pelaporan TB melalui penyediaan Formulir pencatatan dan
pelaporan
8. Monitoring dan Evaluasi

Pelayanan Kesehatan Orang dengan Risiko Terinfeksi HIV


a. Pernyataan Standar
Setiap orang berisiko terinfeksi HIV (ibu hamil, pasien TB, pasien IMS,
waria/transgender, pengguna napza, dan warga binaan lembaga pemasyarakatan)
mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar.
b. Pengertian

12
1) Pelayanan Kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV sesuai standar
adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil, pasien TB,
pasien infeksi menular seksual (IMS), waria/transgender, pengguna
napza, dan warga binaan lembaga pemasyarakatan, dilakukan oleh
tenaga kesehatan sesuai kewenangannya dan diberikan di FKTP
(Puskesmas dan Jaringannya) dan FKTL baik pemerintah maupun swasta
serta di lapas/rutan narkotika.
2) Pelayanan Kesehatan meliputi:
a) Upaya pencegahan pada orang yang memiliki risiko terinfeksi HIV
b) Pemeriksaan HIV ditawarkan secara aktif oleh petugas kesehatan
bagi orang yang berisiko dimulai dengan:
- pemberian informasi terkait HIV-AIDS

- pemeriksaan HIV menggunakan tes cepat HIV dengan


menggunakan alat tes sesuai standar nasional yang telah
ditetapkan

- orang dengan hasil pemeriksaan HIV positif harus dirujuk ke


fasilitas yang mampu menangani untuk mendapatkan pengobatan
ARV dan konseling tentang HIV dan AIDS bagi orang dengan
HIV (ODHA) dan pasangannya

- orang dengan infeksi menular seksual (IMS), waria/transgender,


pengguna napza, dan warga binaan lembaga pemasyarakatan
dengan hasil pemeriksaan HIV negatif harus dilakukan
pemeriksaan ulang minimal setelah tiga (3) bulan, enam (6) bulan
dan 12 bulan dari pemeriksaan yang pertama.

2.3 Upaya Pelayanan Kesehatan Reproduksi Pada Lansia di Masyarakat


Pengertian
Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain
secara langsung.
Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam
memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat.Menurut Prof. Dr. Soekidjo
Notoatmojo, Pelayanan Kesehatan adalah sebuah sub sistem pelayanan kesehatan

13
yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan
promotif(peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat
Lanjut Usia
Masa lanjut usia merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang,
yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu
yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia
adalah periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun.Secara
biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu
semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4
yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74
tahun, lanjut usia tua (old) 75 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90
tahun.
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan
sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala
aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
2.3.1 Perkembangan Organ Reproduksi Usia Lanjut
Wanita
a. Vagina
Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi,
meskipun pada wanita yang belum pernah melahirkan.Kelenjar seks mengecil
dan berhenti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub
mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitasnya akibat fibrosis.
Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keberlangsungan
koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju
pendangkalan atau pengecilan genitalia eksterna
b. Uterus

14
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan
dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan
fibrotik. Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata
dengan dinding jaringan.
c. Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya
menjadi keriput sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari
ovulasi yang berulang sebelumnya, permukaan ovarium menjadi rata lagi
seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel. Secara umum, perubahan fisik
genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium.Bila ovarium
berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ
yang pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron.
d. Payudara (Glandula Mamae)
Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang
gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan ini
disebabkan oleh karena atrofi hanya mempengaruhi kelenjar payudara
saja.Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun
fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi keras dan
mengkibatkan bentuk tubuh serupa akromegali ringan.Bahu menjadi gemuk
dan garis pinggang menghilang.Kadang timbul pertumbuhan rambut pada
wajah.Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya
dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium.Rambut kepala
menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.

Pria
Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria adalah :
a. Produksi testoteron menurun secara bertahap.
Penurunan ini mungkin juga akan menurunkan hasrat dan kesejahteraan .
Testis menjadi lebih kecil dan kurang produktif . Tubular testis akan menebal
dan berdegenerasi. Perubahan ini akan menurunkan proses spermatogenesis,
dengan penurunan jumlah sperma tetapi tidak mempengaruhi kemampuan
untuk membuahi ovum.

15
b. Kelenjar prostat biasanya membesar.
Hipertrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria diatas usia 40 tahun dan
90% pria diatas usia 80 tahun. Hipertrofi prostat jinak ini memerlukan terapi
lebih lanjut.
c. Respon seksual terutama fase penggairahan (desire), menjadi lambat dan
ereksi yang sempurna mungkin juga tertunda.
Elevasi testis dan vasokongesti kantung skrotum berkurang, mengurangi
intensitas dan durasi tekanan pada otot sadar dan tak sadar serta ereksi
mungkin kurang kaku dan bergantung pada sudut dibandingkan pada usia
yang lebih muda. Dan juga dibutuhkan stimulasi alat kelamin secara langsung
untuk untuk menimbulkan respon. Pendataran fase penggairahan akan
berlanjut untuk periode yang lebih lama sebelum mencapai osrgasme dan
biasanya pengeluaran pre-ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi.
d. Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari.
Intensitas sensasi orgasme menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta
jumlah cairan sperma berkurang.Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya
sensasi ejakulasi yang kadang-kadang dirasakan pada lansia pria disebut
sebagai ejakulasi dini atau prematur dan merupakan akibat dari kurangnya
pengontrolan yang berhubungan dengan miotonia dan vasokongesti, serta
masa refrakter memanjang pada lansia pria.Ereksi fisik frekuensinya
berkurang termasuk selama tidur.
Upaya pelayanan kesehatan reproduksi terhadap lansia meliputi azas,
pendekatan, dan jenis pelayanan kesehatan yang diterima.

2.3.2 Pelayanan Sistem Reproduksi Usia Lanjut di Masyarakat


Jenis jenis Pelayanan Lansia
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu
promotif, prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta
pemulihan.
A. Promotif
Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk
meningkatkan dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap praktek

16
kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial. Upaya perlindungan kesehatan
bagi lansia sebagai berikut :
Mengurangi cedera
Meningkatkan keamanan di tempat kerja
Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk
Meningkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan
Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut

B. Preventif
Pencegahan primer, meliputi :
Program imunisasi
Konseling
Dukungan nutrisi
Exercise
Keamanan di dalam dan sekitar rumah
Manajemen stres
Menggunakan medikasi yang tepat.
Pencegahan sekuder, meliputi:
Pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder
:
Kontrol hipertensi
Deteksi dan pengobatan kanker
Skrining : pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi, mulut.
Pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat
Jenis pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilisasi
rehabilitasi, medukung usaha untuk mempertahankan kemampuan anggota
badan yang masih berfungsi.
C. Rehabilitatif
Prinsip :
Pertahankan lingkungan aman
Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas

17
Pertahankan kecukupan gizi
Pertahankan fungsi pernafasan
Pertahankan aliran darah
Pertahankan kulit
Pertahankan fungsi pencernaan
Pertahankan fungsi saluran perkemihaan
Meningkatkan fungsi psikososial
Pertahankan komunikasi
Mendorong pelaksanaan tugas

Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di
suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat
dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan
pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia
yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran
serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya.
Posyandu lansia merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di
desa-desa yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya bagi
warga yang sudah berusia lanjut. Posyandu lansia adalah wahana pelayanan bagi
kaum usia lanjut yg dilakukan dari, oleh, dan untuk kaum usia yg menitikberatkan pd
pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitative. Posyandu lansia merupakan upaya kesehatan lansia yg mencakup
kegiatan yankes yg bertujuan u/ mewujudkan masa tua yg bahagia dan berdayaguna.

Tujuan dan Sasaran Posyandu Lansia


Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan lansia untuk mencapai masa tua yg bahagia
dan berdaya guna dlm kehidupan keluarga dan masyarakat (Matra, 1996).
Tujuan khusus
1) Meningkatkan kesadaran lansia untuk membina sendiri kesehatannya.

18
2) Meningkatkan kemampuan dan peran serta masy dlm menghayati dan
mengatasi masalah kesehatan lansia secara optimal.
3) Meningkatkan jangkauan yankes lansia
4) Meningkatnya jenis dan mutu yankes lansia
Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :
Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.
Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta
dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara
masyarakat usia lanjut.

Sasaran Posyandu Lansia


Sasaran langsung
1) Kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun)
2) Kelompok usia lanjut (60 tahun keatas)
3) Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas)
Sasaran tidak langsung
4) Keluarga dimana usia lanjut berada.
5) Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut.
6) Masyarakat luas.

Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia


Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang
diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan
kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun
kotapenyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja
seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja,
dengan kegiatan sebagai berikut :
Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau
tinggi badan.

19
Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh
(IMT).Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus
juga dilakukan di meja II ini.
Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa
dilakukan pelayanan pojok gizi.

Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia


Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara
lain :
Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri
kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana
cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang
melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi
meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong
minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia.
Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau.
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu
tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya
tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi
posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi
lansia.Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi
posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius,
maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti
kegiatan posyandu.Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal
dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia.
Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia
untuk datang ke posyandu.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan
lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia.Keluarga bisa menjadi
motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi

20
atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal
posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama
lansia.
Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas
kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu.Dengan
sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti
kegiatan yang diadakan di posyandu lansia.Hal ini dapat dipahami karena sikap
seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu
obyek.Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan
cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang
menghendaki adanya suatu respons.

Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia


Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan
fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat
(KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau
ancaman masalah kesehatan yang dihadapi.

Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu


Lansia
Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan,seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosionaldengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.
Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badandan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat.

21
Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
gula (diabetes mellitus)
Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi
awal adanya penyakit ginjal.
Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
Penyuluhan Kesehatan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat
seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek
kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia,
gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan,
sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau
tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan,
timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter,
peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS)
lansia.
Kader Lansia (Pengertian, Tugas, Organisasi, Pendanaan)
Pengertian Kader Lansia
Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk
masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan
kesehatan.Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di
posyandu.Padahal ada beberapa macam kader bisa dibentuk sesuai dengan
keperluan menggerakkan partisipasi masyarakat atau sasarannya dalam
program pelayanan kesehatan.
Tugas Kader Lansia
Secara umum tugas-tugas kader lansia adalah sebagai berikut :
a. Tugas sebelum hari buka Posyandu (H - Posyandu) yaitu berupa tugas
tugaspersiapan oleh kader agar kegiatan pada hari buka Posyandu
berjalan dengan baik.

22
- Menyiapkan alat dan bahan : timbangan, tensimeter, stetoskop,
KMS, alat peraga, obat-obatan yang dibutuhkan, bahan/materi
penyuluhan dan lain-lain.
- Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberi tahu
para lansia untukdatang ke Posyandu, serta melakukan pendekatan
tokoh yang bisa membantu memotivasi masyarakat (lansia) untuk
datang ke Posyandu.
- Menghubungi kelompok kerja (Pokja) Posyandu yaitu
menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta
memastikan apakah petugas sector bisa hadir pada hari buka
Posyandu.
- Melaksanakan pembagian tugas : menentukan pembagian tugas
diantara kader Posyandu baik untuk persiapan untuk pelaksanaan.

b. Tugas pada hari buka Posyandu (H Posyandu) yaitu berupa tugas-tugas


untuk melaksanakan pelayanan 5 meja.
c. Tugas sesudah hari buka posyandu (H + Posyandu) yaitu berupa tugas -
tugas setelah hari Posyandu.
Organisasi Kader Lansia
a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala : pendataan, screening, px kesh
(gizi, jiwa, lab), pengobatan sederhana, pemberian suplemen vitamin,
PMT.
b. Peningkatan olahraga.
c. Pengembangan ketrampilan, kesenian, bina usaha.
d. Bimbingan pendalaman agama.
e. Pengelolaan dana sehat.
f. Pendanaan Kadar Lansia.

KMS Lansia
Kartu menuju sehat (KMS) adalah suatu alat untuk mencatat kondisi kesehatan
pribadi usia lanjut baik fisik maupun mental emosional. Kegunaan KMS untuk

23
memantau dan menilai kemajuan Kesehatan Usia Lanjut yang dilaksanakan di
kelompok Usia Lanjut atau Puskesmas.
Tata Cara pengisian KMS :
KMS berlaku 2 tahun, diisi oleh petugas kesehatan.
Pada kunjungan pertama, diperiksa semua jenis tes yang tertera. Sedangkan
pada kunjungan ulang cukup diperiksa sekali sebulan, kecuali untuk tes
laboratorium dperiksa per 3 bulan (Hb, Urine, Protein)

Senam Lansia
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta
terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud
meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut
(Santosa, 1994).Lansia seseorang individu laki-laki maupun perempuan yang
berumur antara 60-69 tahun. (Nugroho 1999:20)
Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah
serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud
meningkatkan kemamp meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk
mencapai tujuan tersebut.
Manfaat Senam Bagi Lansia:
1. Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia.
2. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan
(adaptasi)
3. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya
terhadap bertambahnya tuntutan, misalya sakit.
4. Sebagai Rehabilitas Pada lanjut usia terjadi penurunan masa otot serta
kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, tolerasnsi latihan, kapasitas
aerobik dan terjadinya peningkatan lemak tubuh.
5. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat mencegah atau
melambatkan kehilangan fungsional tersebut.
6. Bahkan dari berbagai penelitian menunjukan bahwa latihan/olah raga seperti
senam lansia dapatmengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi,
diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan kecelakaan.

24
Komponen aktivitas dan kebugaran
Menurut Darmojo (1999 : 74) komponen aktivitas dan kebugaran terdiri dari:
a. Self Efficacy (keberdayagunaan-mandiri) adalah istilah untuk
menggambarkan rasa percaya atas keamanan dalam melakukan aktivitas. Hal
ini sangat berhubungan dengan ketidaktergantungan dalam aktivitas sehari-
hari. Dengan keberdayagunaan mandiri ini seorang usia lanjut mempunyai
keberanian dalam melakukan aktivitas.
b. Latihan Pertahanan (resistence training) keuntungan fungsional atas latihan
pertahanan berhubungan dengan hasil yang didapat atas jenis latihan yang
bertahan, antara lain mengenai kecepatan bergerak sendi, luas lingkup gerak
sendi (range of motion) dan jenis kekuatan. Yang dihasilkan pada penelitian-
penelitian dipanti jompo didapatkan bahwa latihan pertahanan yang intensif
akan meningkatkan kecepatan gart (langkah) sekitar 20% da kekuatan untuk
menaiki tangga sebesar 23-38%.
c. Daya Tahan (endurance) daya tahan adalah kemampuan seseorang untuk
melakukankerja dalam waktu yang relatif cukup lama. Pada lansia latihan
daya tahan /kebugaran yang cukup keras akan meningkatkan kekuatan yang
didapat dari latihan bertahan. Hasil akibat latihan kebugaran tersebut bersifat
khas untuk latihan yang dijalankan (training specifik), sehingga latihan
kebugaran akan meningkatkan kekuatan berjalan lebih dengan latihan
bertahan.
d. Kelenturan (flexibility) pembatasan atas lingkup gerak sendi, banyak terjadi
pada lanjut usia yang sering berakibat kekuatan otot dan tendon. Oleh karena
itu latihan kelenturan sendi merupakan komponen penting dari latihan atau
olah raga bagi lanjut usia.
e. Keseimbangan-keseimbangan merupakan penyebab utama yang sering
mengakibatkan lansia sering jatuh. Keseimbangan merupakan tanggapan
motork yang dihasikan oleh berbagai faktor, diantaranya input sesorik dan
kekuatan otot. Penurunan keseimbangan pada lanjut usia bukan hanya sebagai
akibat menurunya kekuatan otot atau penyakit yang diderita. Penurunan
keseimbangan bisa diperbaiki dengan berbagai latihan keseimbangan. Latihan

25
yang meliputi komponen keseimbangan akan menurukan insiden jatuh pada
lansia.

Imunisasi Lansia
1. Imunisasi Influenza
Vaksin ini biasanya direkomendasikan untuk semua orang berusia 65
tahun ke atas, yang kurang mampu memerangi flu, dan lebih mungkin untuk
mengalami komplikasi atau kematian oleh karena flu.Vaksin ini harus
diberikan setiap tahun karena virus flu selalu berubah. Dosis yang lebih tinggi
mungkin diperlukan pada lansia
Influenza memang cukup sering dialami masyarakat dari segala
umur.Penyakit ini pun terkesan biasa. Namun bila dialami oleh para lanjut usia,
pemulihannya akan lebih susah lantaran kondisi organ tubuh lanjut usia ini. Flu
bisa lebih sering terjadi pada mereka yang berusia lanjut dibandingkan dengan
anak muda. Di Tiongkok dan Korea, pemberian vaksin influenza sudah
menjadi vaksin utama yang diberikan kepada para lanjut usia.
2. Varisela (cacar air)
Vaksin ini dapat melindungi tubuh dari virus cacar, yang cenderung
menyebabkan gejala yang jauh lebih buruk pada orang dewasa daripada pada
anak-anak.Vaksinasi ini tidak banyak digunakan di Inggris, tetapi dapat
direkomendasikan untuk orang dewasa yang ketika kanak-kanak belum
terinfeksi, sehingga belum imun terhadap virus tersebut.
3. Herpez Zoster
Herpes zoster adalah ruam kulit yang menyakitkan yang disebabkan oleh
reaktivasi dari virus Varicella zoster (VZV) yang menyebabkan cacar
air.Penyakit ini paling umum terjadi pada orang tua dan dapat menyebabkan
gejala yang cukup parah dan rasa sakit kronis yang dapat berlangsung
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Herpes zoster adalah penyakit
yang cukup sering terjadi pada usia lanjut. Walau begitu pemberian vaksin
untuk penyakit ini tergolong lebih baru dibandingkan dengan vaksin influenza.
Pada penyakit ini, pasien biasanya akan merasakan sakit di kulitnya. Penyakit

26
yang masih satu grup dengan cacar air ini memang tidak menyebabkan
kematian namun si pasien akan merasa kaku di bagian yang terkena Herpes ini.

Upaya Pelayanan Kesehatan Reproduksi terhadap Lansia


Upaya pelayanan kesehatan reproduksi terhadap lansia meliputi azas,pendekatan,
dan jenis pelayanan kesehatan yang diterima.
Azas
Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to
life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation),
perawatan (care), pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity).
Azas yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years,
Add Health to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan
lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.
Pendekatan
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalah
sebagai berikut :
a. Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development)
b. Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)
c. Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
d. Lansia turut memilih kebijakan (choice)
e. Memberikan perawatan di rumah (home care)
f. Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
g. Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the aging)
h. Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
i. Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)
j. Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care and
family care)

27
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam
memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat.Menurut Prof. Dr. Soekidjo
Notoatmojo, Pelayanan Kesehatan adalah sebuah sub sistem pelayanan kesehatan
yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan
promotif(peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat
Masa lanjut usia merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang,
yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu
yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan,
yaitu promotif, prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan,
serta pemulihan.
Macam-macam pelayanan kesehatan pada lansia yaitu posyandu lansia,
senam lansia, dan imunisasi lansia.

3.2 Saran
Setelah menyusun makalah ini penyusun berharap bahwa bahan ini
dapat digunakan sebagaimana mestinya sehingga dapat menambah wawasan
bagi pembaca. Selain itu banyak sekali faktor yang mempengaruhi partisipasi
sehingga dengan mempelajari makalah ini maka pembaca dapat mengenal
lebih luas tentang asuhan pada lansia

28

You might also like