Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Dokter Pendamping:
dr. Erwin Kosasih
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT. Yang telah menciptakan
penulis dengan akal dan budi, kehidupan yang patut penulis syukuri, teman-teman
yang penuh semangat dan keluarga yang mencintai penulis. Karena berkat rahmat-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan laporan mini project ini yang berjudul: Gambaran
Tingkat Pengetahuan Penderita Diare terhadap PHBS yang Berkaitan dengan
air Bersih, Jamban Sehat dan Cuci Tangan Pakai Sabun di Puskesmas Pintu
Angin Kota Sibolga Tahun 2017, ini merupakan suatu karya yang diusahakan
penulis untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti program internship.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Bapak Yusuf Batubara, SKM selaku kepala Dinas Kesehatan Kota Sibolga dan dr.
Erwin Kosasih selaku Kepala Puskesmas Pintu Angin Sibolga yang mencakup dokter
pendamping, yang telah tulus dan ikhlas memberikan perhatian dan bimbingannya
selama penulis mengabdi dan menuntut ilmu di Puskesmas.
Terimakasih juga atas dukungan dari teman-teman sejawat yang juga
ditempatkan di Puskesmas Pintu Angin Sibolga dan segenap pegawai puskesmas yang
banyak memberi saran-saran yang cukup membangun untuk menyelesaikan
penyusunan ini. Tak lupa pula ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada
kedua orang tua penulis yang senantiasa memberi nasihat dan menyemangati hidup
hingga saat ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan laporan ini. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan tulisan ini di masa mendatang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah........................................................................ 3
1.3 Tujuan Mini Project .................................................................... 4
1.4 Manfaat Mini Project .................................................................. 4
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
morbiditas yang dilakukan oleh Subdirektorat Diare Departemen Kesehatan dari tahun
2009 sampai 2012 terlihat kecenderungan insiden diare naik.
Insiden penyakit diare 301 per 1000 penduduk pada tahun 2010, tahun 2012,
tahun 2014 naik menjadi 374 per 1000 penduduk, tahun 2015 naik menjadi 423 per
1000 penduduk dan tahun 2016 menjadi 411 per 1000 penduduk. Kematian bayi tahun
2010 di Jawa terjadi 5.533 kematian bayi dari 589.482 kelahiran hidup. Penyebab
kematian bayi (usia 29 hari 11 bulan) yang terbanyak adalah diare (31,4%). Data
survey Dermografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010-2012 diketahui proporsi
diare pada anak balita yaitu laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur
prevalensi tertinggi di usia 6-11 bulan (19,4%) dan 12-23 bulan (14,8%) (DEPKES RI,
2016).
Tingginya angka kesakitan dan kematian tersebut diatas disebabkan karena
beberapa faktor yang terdiri dari penyebaran kuman yang menyebabkan diare, faktor
pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare, dan faktor lingkungan serta
perilaku. Gabungan antara faktor lingkungan yang tidak sehat karena tercemar kuman
diare dan perilaku manusia yang tidak sehat merupakan dasar dari penyebab diare
(DEPKES RI, 2010).
Diare yang tidak segera ditangani akan mengakibatkan dehidrasi dan gangguan
pertumbuhan pada bayi. Dehidrasi yang terjadi pada penderita diare disebabkan oleh
usus bekerja tidak sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut
didalamnya dibuang bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan.
Elektrolit dari tubuh terutama natrium dan kalium juga akan hilang. Bayi lebih rentan
mengalami dehidrasi karena sulit untuk diberi cairan melalui mulut dibandingkan
dengan kelompok usia lainnya, selain itu komposisi cairan tubuh pada bayi relatif
besar yaitu sekitar 80-85% berat badan dan pada anak usia>1 tahun mengandung air
sebanyak 70-75%, kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% pada bayi dapat
mengakibatkan kematian setelah sakit selama 2 -3 hari (Harianto, 2010).
Upaya pencegahan dan penanggulangan kasus diare dilakukan melalui
pemberian oralit, penggunaan infus, penyuluhan kepada masyarakat dengan maksud
terjadinya peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam kehidupan
sehari-hari, karena secara umum penyakit diare sangat berhubungan dengan hygine
3
dan sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Peningkatan kasus diare merupakan
cerminan dari perbaikan kedua faktor tersebut.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan
yang dilakukan atas dasar kesadaran sehingga anggota keluarga dapat menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperanaktif dalam kegiatan-kegiatan di
masyarakat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga adalah upaya
untuk memperdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu
mempraktekkan (DEPKES RI, 2010).
PHBS dipengaruhi oleh perilaku seseorang, dan perilaku itu sendiri terbagi
menjadi tiga aspek, yakni pengetahuan, sikap dan praktik. Pengetahuan adalah
pemahaman subjek mengenai objek yang dihadapinya. Sikap merupakan reaksi atau
respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Ada pun
tingkat-tingkat praktek meliputi persepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktek tingkat pertama.
Diantara 10 PHBS tersebut antara lain adalah mencuci tangan dengan sabun,
penggunaan air bersih, dan juga jamban yang sehat. Ketiga komponen ini merupakan
pilar perilaku hidup bersih dan sehat. Berdasarkan data di Puskesmas PintuAngin yang
mencakup 5 Kelurahan, hanya 52,1 % penduduk yang mencuci tangan dengan sabun,
64,2% menggunakan sumber air PDAM, dan 61,3% memiliki jamban sehat.
Berdasarkan permasalahan yang ada maka penulis mengangkat judul tentang
Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Diare terhadap PHBS yang Berkaitan
dengan Air Bersih, Jamban Sehat, dan Cuci Tangan Pakai Sabun di Puskesmas Pintu
Angin Kota Sibolga Tahun 2017.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Diare Kronik
Diare kronik merupakan diare yang berlangsung lebih dari tiga
minggu.Ketentuan ini berlaku bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak-anak
ditetapkan batas waktu lebih dari 2 minggu.Penyebab diare kronik ini memiliki
penyebab yang bervariasi dan tidak diketahui seluruhnya.(Emmanuel, 1999, Rani
HAA, 2002).
b. Faktor Umur
Pengaruh usia tampak jelas pada manifestasi diare. Komplikasi lebih banyak
terjadi pada umur di bawah 2 bulan secara bermakna, dan makin muda usia bayi makin
lama kesembuhan klinik diarenya. Kerusakan mukosa usus yang menimbulkan diare
dapat terjadi karena gangguan integritas mukosa usus yang banyak dipengaruhi dan
dipertahankan oleh sistem imunologik intestinal serta regenerasi epitel usus yang pada
masa bayi muda masih terus kemampuannya.
sangat peka terhadap infeksi, namun konsep ini tidak seluruhnya diketahui benar,
patogenesis yang terperinci tidak diketahui.
Di negara maju dengan tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan yang tinggi,
kelompok bayi yang mendapat air susu ibu lebih jarang menderita diare karena infeksi
enteral dan parenteral. Hal ini disebabkan kerana berkurangnya kontaminasi bakteri
serta terdapatnya zat-zat anti infeksi dalam air susu ibu.
Menurut Stanfield (1974) perubahan-perubahan yang terjadi pada penderita
malnutirisi adalah perubahan gastrointestinal dan perubahan sistem imunitas.
d. Faktor Lingkungan
Sebagian besar penularan penyakit diare adalah melalui dubur, kotoran dan
mulut. Dalam hal mengukur kemampuan penularan penyakit di samping tergantung
jumlah dan kekuatan penyebab penyakit, juga tergantung dari kemampuan lingkungan
untuk menghidupinya, serta mengembangkan kuman penyebab penyakit diare.
Sehingga dapat dikatakan bahwa penularan penyakit diare merupakan hasil dari
hubungan antara :
a. Faktor jumlah kuman yang disekresi (penderita atau carrier)
b. Kemampuan kuman untuk hidup di lingkungan, dan
c. Dosis kuman untuk menimbulkan infeksi, disamping ketahanan pejamu untuk
menghadapi mikroba tadi.
Perubahan atau perbaikan air minum dan jamban secara fisik tidak menjamin
hilangnya penyakit diare, tetapi perubahan sikap dan tingkah laku manusia yang
memanfaatkan sarana tersebut di atas sangat menentukan kebersihan perbaikan
sanitasi dalam mengurangi masalah diare.
b. Kelainan cepat laju bolus makanan didalam lumen usus (invasive diarrhea)
Suatu proses absorpsi dapat berlangsung sempurna dan normal bila bolus
makanan tercampur baik dengan enzim-enzim saluran cerna dan berada dalam
keadaan yang cukup tercerna. Juga waktu sentuhan yang adekuat antara khim dan
permukaan mukosa usus halus diperlukan untuk absorpsi yang normal (Shulmann,
1999).
11
2. Gangguan gizi Kelaparan (Masukan kurang, keluaran berlebih), hal ini dapat
terjadi pada diare karena:
a. Masukan makanan berkurang karena adanya anoreksia (sebagai gejala
penyakit) atau dihentikannya beberapa macam makanan o1eh orang tua,
karena ketidaktahuan. Muntah juga merupakan salah satu penyebab dari
berkurangnya masukan makanan.
b. Gangguan absorpsi. Pada diare akut sering terjadi malabsorpsi dari nutrien
mikro maupun makro. Malabsorpsi karbohidrat (laktosa, glukosa dan
fruktosa) dan lemak yang kemudian dapat berkembang menjadi malabsorpsi
asam amino dan protein. Juga kadang-kadang akan terjadi malabsorpsi
vitamin baik yang larut dalam air maupun yang larut dalam lemak (vitamin
B12, asam folat dan vitamin A) dan mineral trace (Mg dan Zn).
c. Katabolisme. Pada umumnya infeksi sistemik akan mempengaruhi
metabolisme dan fungsi endokrin, pada penderita infeksi sistemik terjadi
kenaikan panas badan. Akan memberikan dampak peningkatan
glikogenesis, glikolisis, peningkatan sekresi glukagon, serta aldosteron,
hormon anti diuretik (ADH) dan hormon tiroid. Dalam darah akan terjadi
peningkatan jumlah kholesterol, trigliserida dan lipoprotein. Proses tersebut
dapat memberi peningkatan kebutuhan energi dari penderita dan akan selalu
disertai kehilangan nitrogen dan elektrolit intrasel melalui ekskresi urine,
peluh dan tinja.
d. Kehilangan langsung. Kehilangan protein selama diare melalui saluran
cerna sebagai Protein loosing enteropathy dapat terjadi pada penderita
campak dengan diare, penderita kolera dan diare karena E. coli. Melihat
berbagai argumentasi di atas dapat disimpulkan bahwa diare mempunyai
dampak negatif terhadap status gizi penderita.
3. Perubahan ekologik dalam lumen usus dan mekanisme ketahanan isi usus
Kejadian diare akut pada umumnya disertai dengan kerusakan mukosa usus
keadaan ini dapat diikuti dengan gangguan pencernaan karena deplesi enzim.
14
Akibat lebih lanjut adalah timbulnya hidrolisis nutrien yang kurang tercerna
sehingga dapat menimbulkan peningkatan hasil metabolit yang berupa
substansi karbohidrat dan asam hidrolisatnya. Keadaan ini akan merubah
ekologi kimiawi isi lumen usus, yang dapat menimbulkan keadaan bakteri
tumbuh lampau, yang berarti merubah ekologi mikroba isi usus. Bakteri
tumbuh lampau akan member kemungkinan terjadinya dekonjugasi garam
empedu sehingga terjadi peningkatan asam empedu yang dapat menimbulkan
kerusakan mukosa usus lebih lanjut. Keadaan tersebut dapat pula disertai
dengan gangguan mekanisme ketahanan lokal pada usus, baik yang
disebabkan oleh kerusakan mukosa usus maupun perubaban ekologi isi usus.
Toksin E.coli dan V.cholera.Contoh klasik dari mekanisme diare karena toksin
adalah diare yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholera dan ETEC. Di samping itu
bakteri lain seperti: Clostridium perferingens, Staphilococcus aureus, Pseudomonas
aerugenosa, dan beberapa strain Shigella dan Salmonella juga dapat menghasilkan
enterotoksin. Keracunan makanan yang mengandung Staphilococcus, kontaminasi
bentuk pratoksin (preformed toxin) juga merupakan faktor penting dalam kejadian
diare, dan mekanismenya berbeda dengan diare karena kholera atau E. coli.Sekitar
25% diare pada anak disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan oleh bakteri, pada
umumnya dihasilkan oleh bakteri E coli dan V. chholera. E.coli pada berbagai strain
dapat mempunyai 2 sifat, yaitu: sebagai enterotoksin maupan sifat invasif. Setelah
melalui tantangan karena ketahanan tubuh penderita, maka bakteri sampai di lumen
usus kecil memperbanyak diri dan menghasilkan enterotoksin yang kemudian dapat
mempengaruhi fungsi dari epitel mukosa usus. Racun-racun ini merangsang
mekanisme sel-sel epitel mukosa usus yang memproduksi adenil siklase (Cyclic AMP)
dan kemudian akan berpengaruh mengurangi penyerapan ion natrium dari lumen usus,
tetapi meningkatkan pengeluaran ion khlorida dan air dari kripta mukosa dalam lumen
usus.
metabolisme bakteri kadang kadang dapat berupa bahan yang bisa melukai mukosa
usus, diantaranya:
1) Dekonjugasi asam empedu
2) Hidroksi asam lemak
3) Asam organik rantai pendek
4) Subtansi alkohol
dikeluarkan (karena oliguri/anuri), berpindahnya anion natrium dari cairan ekstra sel
ke cairan intra sel, dan penimbunan asam laktat (anoksia jaringan) (Ngastiyah, 1995).
Kriteria penentuan derajat dehidrasi menurut Haroen Nurasied:
Tabel 2.1 Penilaian Derajat Dehidrasi
Penilaian A B C
1. Lihat: Baik, sadar Gelisah
Lesu, tidak sadar
Keadaan umum Normal Cekung
Sangat cekung
Mata Ada Tidak ada
Tidak ada
Air mata Basah Kering
Sangat kering
Mulut dan lidah Minum biasa, *Haus ingin minum
*Malas minum
Rasa haus tidak haus banyak
Kembali sangat
2. Turgor Kembali cepat Kembali lambat
lambat
Dehidrasi ringan- Dehidrasi berat,
Tanpa
3. Derajat dehidrasi sedang, bila terdapat terdapat bila ada 1
dehidrasi
2 tanda atau lebih tanda atau lebih
(Sumber: WHO, 2007)
membawa bibit penyakit diare bila: tidak segar, ditinggal di tempat hangat, dihinggapi
lalat, serangga, tikus dan binatang lain. Lakukan, jangan makan sembarangan yang
membusukan. Mengetahui bahwa makanan dapat membawa bibit penyakit diare bila
makanan itu tidak dicuci dengan baik setelah buang air besar atau setelah bekerja.
Melakukan, Senantiasa mencuci tangan dengan baik (dengan sabun dan air bersih, bila
mungkin yaitu): Setelah buang air besar atau bekerja, sebelum memasak, mengolah
makanan, dan makan, sebelum makan pada anak, serta pemberian ASI untuk bayi.
(Sutomo, 1995).
Pencegahan diare yang harus diperhatikan sesuai dengan PHBS, yaitu
(Notoatmodjo, 1997):
a. Sumber air
Air adalah bagian terpenting dari manusia. Manusia akan lebih cepat
meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Tubuh orang dewasa
memiliki jumalah air 55-60% dari berat tubuhnya, untuk anak-anak sekitar 65% untuk
bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat komplek antara lain untuk
minum, mandi masak, minum, mencuci dan sebagainya. Adapaun syarat air minum
yang sehat adalah:
1) Syarat fisik
Air minum sehat adalah bening (tak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah
suhu udara di luarnya, sehingga dalam kehidupan sehari-hari cara mengenal air
tidak sukar.
2) Syarat bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat adalah bebas dari segala bakteri,
terutama golongan patogen. Cara untuk mengetahui apakah air tersebut
terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan memeriksa sampel air
tersebut dan bila pada pemeriksaan terdapat 100 cc air terdapat kurang dari 4
bakteri E. coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
3) Syarat kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di dalam jumlah
yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia dalam air
akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia. Bahan-bahan zat kimia
19
dalam air adalah F (1-1,5 mg/l), Cl2 (250 mg/l), As (0,05 mg/l), Cu (1 mg/l), Fe
(0,3 mg/l) zat antibio (10 mg/l) Ph keasaman (6,5-9,0).
b. Jamban
Tempat pembuangan kotoran merupakan jamban, fungsinya untuk mencegah
sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja dengan lingkungan, maka tempat
tersebut harus dikelola dengan baik. Suatu jamban pedesaan harus memenuhi syarat-
syarat berikut:
1) Tidak mengotori air permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.
2) Tidak mengotori air permukaan disekitarnya.
3) Tidak mengotori air tanah sekitarnya.
4) Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat, kecoa dan binatanglain.
5) Tidak menimbulkan bau
6) Mudah dijangkau dan mudah dipelihara.
7) Sederhana desainnya
8) Murah
9) Dapat diterima dengan pemakainya
Standar instalasi septic tank adalah sebagai berikut:
1) Ukuran dimensi septic tank bergantung jumlah penguin rumah. Untuk rumah
dengan 5 orang penghuni, dibutuhkan septic tank dengan ukuran 1,6x0,8x1,6
meter.
2) Tangki harus kuat terhadap asam dan kedap air. Bahan tangki yang dapat kita
pilih adalah batu kali, bata merah, batako, beton, keramik, PVC, plastik atau
besi.
3) Jarak septic tank ke bangunan rumah minimal 1,5 meter.
4) Jarak septic tank ke sumber air bersih minimal 10 meter.
manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Adaun tujuan
mencuci tangan pakai sabun adalah:
1) Membunuh kuman yang ada di tangan
2) Mencegah penularan penyakit
3) Membersihkan tangan dari kotoran dan kuman
anak), atau malas minum, atau timbul demam, atau terdapatnya BAB darah
dalam tinja.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
nilai jika tidak tahu adalah 0. Dengan demikian, nilai maksimal yang mungkin
diperoleh adalah 100, dan nilai minimal 0.
Setelah dinilai, responden akan dikelompokkan berdasarkan nilainya menjadi 2
kelompok, yaitu:
1) Pengetahuan cukup, jika nilai yang diperoleh antara 55-100
2) Pengetahuan kurang jika nilai yang diperoleh antara 0-50
2
=
d2
1,962 (0,5 0,5)
=
0,12
= 97 Orang
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada Tabel 5.1, umur responden dibagi menjadi lima kategori, yaitu 10-19
tahun, 20-29 tahun, 30-39 tahun, 40-49 tahun, dan 50 tahun. Mayoritas responden
berada pada kelompok umur 10-19 tahun sebanyak 38 orang (38%), diikuti oleh
kelompok umur 50 tahun sebanyak 20 orang (20%), dan minoritas responden berada
pada kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 12 orang (12%).
28
Diagram 5.1
Distribusi
Responden
berdasarkan
Jenis Diagram 5.1
Kelamin, Distribusi
Wanita, 44, Responden
berdasarkan
Jenis
Kelamin,
Pria, 56, 56%
Pekerjaan yang dilakukan responden pada penelitian ini dibagi atas pelajar,
pegawai, wiraswasta, ibu rumah tangga, dan tidak bekerja. Pada Tabel 5.3, mayoritas
responden adalah pelajar sebanyak 29 orang (29%) dan minoritas sebagai ibu rumah
tangga sebanyak 11 orang (11%).
Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden terhadap pertanyaan Apa saja syarat-syarat
air bersih?
Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak berasa dan tidak
13 13
berwarna
Tidak berasa, tidak
berwarna dan tidak 81 81
berbau
Tidak tahu 6 6
Total 100 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden mengetahui syarat-
syarat air bersih, yaitu tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau sebanyak 81
orang (81%).
30
Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden terhadap pertanyaan Cara mencuci tangan
yang benar adalah dengan menggunakan?
Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%)
Air saja 23 23
Air mengalir dan sabun 77 77
Tidak tahu 0 0
Total 100 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa mayoritas responden mengetahui cara mencuci
tangan yang benar adalah dengan menggunakan air mengalir dan sabun sebanyak 77
orang (77%).
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden terhadap pertanyaan Kapan waktu yang
tepat untuk mencuci tangan?
Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%)
Setelah buang air kecil
6 6
dan besar
Sebelum dan sesudah
makan dan setelah buang 94 94
air
Tidak tahu 0 0
Total 100 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa mayoritas responden mengetahui kapan waktu
yang tepat untuk mencuci tangan yaitu sebelum dan sesudah makan dan setelah buang
air sebanyak 94 orang (94%).
31
Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden terhadap pertanyaan Apa saja syarat
jamban sehat?
Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak mencemari sumber
72 72
air
Tertutup rapat 23 23
Tidak tahu 5 5
Total 100 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa mayoritas responden mengetahui apa syarat
jamban sehat sebanyak 72 orang (72%). Namun masih ada juga yang menjawab tidak
tepat yaitu tertutup rapat sebanyak 23 orang (23%) dan tidak tahu 5 orang (5%).
Dari tabel diatas terlihat bahwa minoritas responden mengetahui jarak sumber
air dengan tempat pembuangan limbah yaitu minimal 10 meter sebanyak 48 orang
(48%). Mayoritas responden menjawab tidak tepat yaitu minimal 5 meter sebanyak 35
orang (35%) dan tidak tahu 16 orang (16%).
32
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Jumlah pasien diare pada bulan Januari hingga Desember 2014 di Kecamatan
Atu Lintang sebanyak 350 orang, dan jumlah kasus pasien diare pada bulan
Februari 2014 lebih besar di bandingkan dengan bulan yang lain yaitu sebesar
0,89%. Kemudian dilakukan penelitian selama bulan Januari hingga Maret 2015
untuk meninjau perkembangan dan kepatuhan pasien dalam menyikapi penyakit
diare, yang telah dilakukan edukasi terhadap pasien dengan penyakit diare dan
ditemukan seluruhnya kasus baru sebanyak 120 kasus, ditemukan kunjungan
paling banyak pada usia 20-24 tahun.
2. Adanya peningkatan jumlah pasien diare pada bulan Februari sebelum dilakukan
intervensi, tetapi setelah dilakukan penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan
sehat dan tentang penyakit diare termasuk pencegahan diare di bulan januari dan
Febuari 2015, terlihat adanya penurunan angka kejadian diare di bulan Maret
2015.
3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk kesehatan lingkungan dan
Jamban Sehat sangat penting bagi masyarakat karena dengan memenuhi PHBS
dan kesehatan lingkungan yang baik maka kejadian diare pada masyarakat dapat
di cegah atau di minimalisasi kejadiannya. Diperlukan usaha yang cukup besar
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya PHBS,
kesehatan lingkungan dan jamban sehat untuk menghindari terjadinya diare.
Usaha yang dilakukan adalah dengan melakukan penyuluhan kepada pasien
penderita diare yang berobat ke poli.
.
6.2 Saran
35
DAFTAR PUSTAKA
36
Daldiyono. 1990. Diare, Dalam: Sulaiman A, Daldiyono, Akbar N, Rani AA, editors.
Gastroenterologi-hepatologi, CV Infomedika, Jakarta, 21-33.
Depkes RI. 2002. Seminar Nasional Pemberantasan Diare. Jakarta: Ditjen PPM dan
PPL
Hans, Mansyur. 2001. BukuAjar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi ketiga,Balai
Penerbit FK UI, Jakarta, 127-136.
Hommers, Herbert M et al. 1994. Dasar Biologis & Klinis Penyakit Infeksi,Edisi
Keempat,Gajah Mada University Press, Jakarta, 19,20; 40-49.
Kementerian Kesehatan RI. 2009. Survey Kesehatan Nasional 2001, Laporan Studi
Mortalitas 2001:Pola Penyakit Penyebab Kematian di Indonesia, Jilid II, 35-38.
Kementerian Kesehatan Aceh. 2010. Data Penderita Diare, Banda Aceh. Dinkes
Pemerintah Kota Banda Aceh.
Ngastiyah. 1995. Perawatan Anak Sakit, Jilid I, Edisi I ,Balai Penerbit Buku EGC,
Jakarta, 143-145.
Noerasid, Harun, dkk. 1999. Gastroenterologi Anak Praktis, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta, 51-76.
Puskesmas Krueng Barona Jaya, 2012. Laporan SP2TP Puskesmas Atu Lintang.
Kabupaten Aceh Tengah.
37
Rolfe AD et al. 1999.Pathogenesis of Shigella Diarrhea, Journal Exp. Med, Vol. 160
Desember 1999, The Rockefeller University Press, 1767-1781.
Shulman dkk.1999. Dasar Biologis dan Klinis Penyakit Infeksi Edisi Keempat,
Gajah Mada University, Yogyakarta.74-77.
Sutomo, Adi Heru. 1995. Kader Kesehatan Masyarakat. Penerbit EGC, Jakarta, 21-
43.
Ulshen, Martin. 1999. Intoleransi Diet Protein (Alergi Makanan), Dalam Behrman
et al, Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 2, Edisi 15, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 1338-1361.
Lampiran I
38
Dokumentasi Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
39
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Usia : tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Pendidikan :
Pekerjaan :
b. Tertutup rapat
c. Tidak tahu
5. Jarak sumber air dengan tempat pembuangan limbah (septic tank) yang
dianjurkan adalah
a. Minimal 5 meter
b. Minimal 10 meter
c. Tidak tahu