You are on page 1of 14

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA KLIEN Ny. A


DENGAN GANGGUAN GASTROENTERITIS
DI PSTW Budi Luhur, Kasongan, Yogyakarta

DISUSUN OLEH :
Kelompok : 6A
1. Liza Eka Sari 04.03.0022
2. Maelis Saadah 04.03.0023
3. Mardiwiono 04.03.0024
4. Maria Tuty 04.03.0025

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2007
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GE

I. Pengertian
Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penaykit pada system gastrointestinal
atau penyakit lain diluar saluran pencernaan. Tetpi sekarang lebih dikenal dengan penyakit
diare karena dengan sebutan diare akan mempercepat tindakan penanggulangan.
Menurut WHO (1984)
Diare adalah buang air besar yang tidak normal dengan perubahan
kontruksi dan frekuaensi lebih dari 3x/24 jam.
Diare adalah keadaan frekuaensi buang air besar lebih dari 5 kali,
konsisitensi feses encer, dapat bewarna hijau atau dapat pula bercampur
lender dan darah atau lender saja.
Diare akut adalah diare yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari
Banyak penderita penyakit yang sering mengeluh karena diare, akan ada diantaranya
yang keluhan utamanya adalah mencret-mencret. Kini diare merupakan suatu gejala dari suatu
penyakit, dan bukan suatu penyakit tersendiri.
Pada umumnya timbulnya diare karena passage bolus makanan terlalu cepat dan
tergangguanya response air dalam usus besar, sehingga sering menyebabkan berak-berak
Menurut mekanisme terjadinya :
1. Diare sekrotik
Diare sekrotik yang terjadi akibat aktifnya enzim edensil siklase.
Enzim edenil siklase selanjutnya akan mengubah ATP menjadi cAMP. Akumulasi cAMP
intrasel akan menyebabkan sekresi aktif ion Cl yang akan diikuti secara positif oleh air,
Na+, K dan HC03- kedalam lumen usus sehingga tejadi diare dan muntah-muntah dan
penderita cepat jatuh kedalam keadaan dehidrasi.
2. Diare infasif
Diare infasif adalah diare yang akibat infasi mikroorganisme dalam mukosa usus. Diare
infasif yang disebabkan oleh bakteri dan amuba menyebabkan tinja berlendir dan sering
disebut dengan Dysenteriform diahea.
3. Diare osmotic
Diare osmotic adalah diare yang disebabkan kerna tingginya tekanan osmotic pada lumen
usus, sehingga akan menarik cairan pada intrasel lumen usus sehingga terjadi diare
berupa watery diarrhea. Paling sering terjadi diare osmotic disebabkan oleh malabsorbsi
karbohidrat. Bentuk yang paling sering dari diare osmotic adalah intoleransi laktosa
akibat defisiensi lactase yang dapat terjadi karena terjadi kerusakan mokus usus.
Dilaporkan 25-30% dari diare oleh rotavirus terjadi intoleransi laktosa.
Monosakarida biasanya diabsorbsi baik oleh usus secara pasif maupun transport aktif dari
ion Na+. Sedangkan disakarida harus dihidrosa dahulumenjadi monosakarida oleh sel
mukosa. Bila terjadi defisiensi enzim ini maka disakarida tersebut tidak dapat diabsorbsi
sehingga menimbulkan osmotic load dan terjadi diare.
Disakarida/ karbohidrat yang tidak dapat diabsorbsi tersebuta akan difermentasikan
diflora usus sehingga akan terjadi asam laktat dan gas hydrogen, terjadinya gas ini
terlihat pada perut penderita yang kembung (abdominal distention). pH tinja asam dan
pada pemeriksaan dengan klinis terlihat positif.

I. ETIOLOGI
Sebelum decade 1970, hanya 20% dari penyebab diare akut yang bias diketahui. Saai ini
denagn bertambah majunya ilmu kedokteran, telah 70-90% penyebab diare akut yang bisa
diidentifikasikan.
Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi.
Penyebab diare dapat dibagi dalam bebrapa factor :
1. Infeksi
a. Virus
Contoh : Rotavirus, Norwalk virus, Adenovirus, Astrovirus, Virus ECHO, Coxsackie,
Poliumyelitis
b. Bakteri
Contoh :
1. E.Coli sp. (Enterophatogenik E.Coli, Enterotoxigenik E.Coli, Enterovasive E.Coli,
Entero Hemoragic E.Coli, Entero Adheren E.Coli).
2. Shigella sp. (Shigella flexneri, Shigella Sonna, Shigella dysenteriae, Shigella boydi
3. Campylobacter yeyuni
4. Salmonella (Nontyphoidal Salmonellosis, Salmonella Parathipi)
5. Yersinia
6. Vibrio (Vibrio Cholera ELTOR, Vibrio cholera Classic)
c. Parasit
1. Protozoa (Entamoeba histolitica, Giardia lambdia, Crytosporidium, Tricomonas
hominis)
2. Cacing (Ascaris, Trichuris,oxyuris, stongyloides)
3. Jamur (Candida Albicans)
2. Keracunan Makanan
Makanan mengandung zat kimia beracun
Makanan mengandung mikroorganisme yang mengeluarkan toksin (Clostridium
perfringens, Staphilococus)
3. Malabsorbsi
Diare terjadi karena malabsorbsi terhadap :
Karbohidrat
Lemak terutama long chain triglyceride
Protein : asam amino dan beta-laktoglobulin
4. Alergi
diare karena alergi antara lain :
Cows milk protein sensitive entheropathy (CMPSE)
Food allergy
5. Imunodefisiensi
Diare karena gangguan ini sering terjadi pada penderita AIDS.
6. Faktor Psikis
Rasa takut dan cemas, terlalu berat beban pikiran
Diare sekrotik sering disebabkan oleh toksik yang dihasilakn oleh mikroorganisme :
Vibrio, ATEC (labile toxin), Shigella, Clostridium, Salmonella, Campylobacter
Toxin ini merangsang enzim endenil, selanjutnya enzim tersebut akan mengubah ATP
menjadi cAMP.
Diare infasif disebabkan oleh :
1. Rotavirus
Mekanisme diare oleh rotavirus berbeda dengan bakteri infasif dimana diare rotavirus
tidak berdarah. Setelah rotavirus masuk kedalam digestivus bersama makanan atau
minuman tentunya harus mengatasi barier asam lambung kemudian berkembang biak
dan masuk kedalam bagian apical vili usus halus. Kemudian sel-sel bagian apikel
tersebut akan diganti dengan sel dari bagian kripta yang belum matang/imatur
berbentu kuboit atau gepeng. Karena imatur sel-sel ini tidak dapat berfungsi untuk
menyerap air dan makanan sehingga terjadi gangguan absorbsi dan terjadi diare.
Kemudian vili usus memendek dan kemampuan absorbsi akan bertambah terganggu
lagi dan diare akan bertambah berat. Selain itu sel-sel yang imatur tidak dapat
menghasilkan enzim disakaridase. Bila daerah usus halus yang kena cukup luas, maka
akan terjadi difisiensi enzim disakaridase dan akan terjadi diare osmotic.
2. Bakteri : Shigella, Salmonella, Campylobacter, EIEC, Yersinia
Khusus pada shigella, setelah kuman melewati barrier asam lambung, kuman masuk
kedalam usus halus dan berkembang biak sambil mengeluarkan enterotoksin. Toksin
ini akan merangsang enzim endenil siklase untuk mengubah ATP menjadi cAMP
sehingga akan diare sekrotik. Selanjutnya kuman ini dengan bantuan peristaltic usus
sampai diusus besar/kolon. Dikolon, kuman ini bias keluar bersama tinja atau
melakukan invasi kedalam mukosa kolon sehingga terjadi kerusakan mukosa berupa
mikro-mikro ulkus yang disertai dengan serbuan sel-sel radang PMN dan
menimbukan gejala tinja berlendir dan berdarah.
3. Parasit : Amoeba

Menurut Mansjoer, Arief, et all (1999) dibagi menjadi:


Infeksi Bakteri

Golongan Feses (seperti cucian beras)


Deras dan banyak
V. Cholerae Golongan
C. Perfrinbers Enteroinvasisive E. Coli
S. Aureus S. Paratiphy B.
Vibro Nonaglutinabel S. Thipimurnin
S. Choleraraesues
Masuk ke mukosa usus halus S. Enteriditas
Tidak merusak Shigela
C. Perfringus tipe C
Toksin
Merusak dinding usus
Sekresi aktif anion klorida (nekrosis dan ulserasi)
Ke dalam lumen usus diikuti air,
Karbohidrat, natrium, dan kalium bersifat serebrik eksudatif
Feses bercampur lendir
feses (seperti cucian beras) dan darah
Deras dan banyak
II. Patofisiologi
Masukan makanan atau minuman yang terkontaminasi

Infeksi pada mukosa usus

Makanan dan zat Menimbulkan rangsangan Menimbulkan mekanisme


Tidak dapat dihisap tertentu yaitu menimbulkan tubuh untukmengeluarkan
mekanisme tubuh untuk toksin
Tekanan osmotik dalam mengeluarkan toksin
Rongga usus meninggi
Peningkatan sekresi air Peningkatan gerakan usus
Terjadi pergeseran cairan dan elektrolit ke dalam (hiperperistaltik)
Dan elektrolit ke dalam rongga usus
Rongga mulut
Berkurangnya
Isi rongga usus yang kesempatan usus
Berlebihan akan merangsang
Usus untuk mengeluarkannya

Diare

Banyak kehilangan elektrolit dan cairan

Resiko kekurangan cairan dan elektrolit Perubahan Kenyamanan


III. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Pekerjaan
Dll
2. Keluhan Utama
Dimulai dengan mual, muntah, dan diare dengan volume banyak, suhu badan
meningkat, dan nafsu makan menurun.
3. Riwayat Penyakit
Terdapat beberapa keluhan, permulaan mendadak disertai muntah dan diare, feses
dengan volume yang banyak, konsistensi cair, muntah ringan atau sering, dan gelisah,
suhu tubuh biasanya meningkat dan nafsu makan menurun.
4. Pola Aktivitas Sehari-hari
Nutrisi
Makan menurun karena adanya mual dan muntah yang disebabkan lambung yang
meradang.
Istirahat tidur
Mengalami gangguan karena adanya muntah dan diare serta dapat juga disebabkan
demam.
Kebersihan
Personal hygiene mengalami gangguan karena seringnya mencret dan kurangnya
menjaga personal hygiene sehingga terjadi gangguan integritas kulit. Hal ini
disebabkan karena feses yang mengandung alkali dan berisi enzim dimana
memudahkan terjadinya iritasi karena kulit berwarna kemerahan, lecet disekitar anus.
Eliminasi
Pada BAB juga mengalami gangguan karena terjadi peningkatan frekuensi, dimana
konsistensi lunak sampai cair, volume tinja dapat sedikit atau banyak, dan pada BAK
mengalami penurunan frekuensi dari biasanya.

IV. Pemeriksaan Fisik


1. TTV, terjadi peningkatan suhu tubuh dan disertai ada atau tidaknya peningkatan nadi
serta pernafasan.
2. Bila terjadi kekurangan cairan didapatkan:
a. Haus b. Tulang pipi menonjol c. Lidah kering
d. Suara menjadi sesak e. Turgor kulit menurun
3. Bila terjadi gangguan biokimia:
a. Asidosis metabolik b. Nafas dalam (kusmaul)
4. Bila banyak kekurangan natrium: Aritmia Jantung
5. Bila terjadi syok hipovolemik berat:
b. Nadi cepat lebih dari 120x per menit.
c. Ujung-ujung ekstremitas dingin.
d. Tekanan darah menurun sampai dari tak terukur.
e. Sianosis.
f. Pasien gelisah.
g. Muka pucat.
6. Bila perfusi ginjal menurun:
a. Anuria b. Nekrosis tubuler akut

II. Pemeriksaan Penunjang


2. Pemeriksaan tinja, diperiksa dalam hal volume, warna, dan konsistensinya serta
adanya mucus darah dan leukosit. Pada umumnya leukosit tidak dapat ditemukan jika
diare berhubungan dengan penyakit usus halus, tetapi ditemukan pada penderita
Salmonela, E. Coli, Enterovirus, dan Shigelosis. Terdapatnya mucus yang berlebihan
dalam tinja menunjukkan kemungkinan adanya peradangan kolon, pH tinja yang
rendah menunjukkan adanya malabsorbsi HA, jika kadar glukosa tinja rendah atau
pH kurang dari 5,5 maka menyebabkan diare bersifat tidak menular.
3. Pemeriksaan darah, penurunan pH darah disebabkan karena terjadi penurunan
bikarbonasisehingga frekuensi nafas agak cepat. Elektrolit terutama kadar natrium,
kalium, kalsium, dan fosfor.

PENATALAKSANAAN
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
Jenis cairan, pada diare akut yang ringan dapat
diberikan oralit, diberikan cairan RL, bila tidak tersedia dapat diberikan NaCl
isotonik ditambah atau ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml.
Jumlah cairan, diberikan sesuai dengan jumlah
cairan yang dikeluarkan. Kehilangan cairan tubuh dapat dihitung dengan beberapa
cara:
Metode Pierce:
Derajat Dehidrasi Kebutuhan Cairan
Ringan 5%
Sedang 8%
Berat 10%
Jalan masuk atau cara pemberian cairan, oral atau IV
Jadwal pemberian cairan, rehidrasi dengan penghitungan kebutuhan cairan
diberikan 2 jam pertama. Selanjutnya lakukan penilaian kembali status hidrasi untuk
memperhitungkan kebutuhan cairan.
Terapi simtomatik, obat diare bersifat simtomatik dan diberkan sangat hati-hati
atas pertimbangan yang rasional:
a. sifat antimotilitas dan sekresi usus b. sifat antiemetik
Vitamin, mineral, tergantung kebutuhannya:
a. vitamin B12, asam folat, vitamin K, vitamin A
b. Preparat besi, Zinc, dll
Terapi definitif, pemberian edukatif sebagai langkah pencegahan.
Hygiene perseorangan, sanitasi lingkungan, dan imunisasi melalui vaksinasi sangat
berarti, selain terapi farmakologi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare b.d fisiologis (iritasi, parasit) dan psikologis (tingkat stress,
cemas yang tinggi).
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d kehilangan
cairan sekunder terhadap muntah dan diare.
3. Nyeri akut b/d agen cidera fisik : inflamasi dan spasme otot
polos sekunder
4. Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program
terapeutik b.d kurangnya pengetahuan dengan kondisi, pembatas diet, dan tanda-tanda serta
gejala komplikasi.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Diare b.d fisiologis (iritasi, parasit) dan psikologis (tingkat stress, cemas yang
tinggi).
Tujuan : Diare dapat diatasi/berkurang
Kriteria Hasil :
1. Menggambarkan factor-faktor yang mempengaruhi jika mengetahuinya
2. Menjelaskan rasional dari intervensi
3. Melaporkan diare berkurang
Intervensi :
1. Tentukan bila ada impaksi : bila demikian, keluarkan ( rujuk pada konstipasi untuk
intervensi khusus ).
2. Pantau dengan ketat terhadap hipovolemia dan ketidakseimbangan elektrolit ( kalium
dan natrium ).
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan sekunder
terhadap muntah dan diare.
Tujuan: kebutuhan cairan adekuat.
Kriteria hasil:
1. Menaikkan masukan cairan minimal 2000ml (kecuali bila merupakan kontraindikasi).
2. Menceritakan perlunya untuk menaikkan cairan selama stres atau panas.
3. Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal (1,010 dan 1,025).
4. Mempertahankan tidak adnya tanda dan gejala dehidrasi
Intervensi :
a. Rencanakan tujuan masukan cairan untuk setiap pergantian (misalnya 1000ml selama
siang hari, 800ml selam sore hari, dan 300ml selama malam hari).
R: deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk mempebaiki
defisit cairan.
b. Jelaskan tentang alas an untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat dan metode.
Metode untuk mencapai tujuan masukan cairan.
R: informasi yang jelas akan meningkatkan kerjasama untuk terapi.
c. Pantau masukan, pastikan sedikitnya 1500ml cairan peroral setiap 24jam.
R: catatan masukan membantu mendeteksi tanda dini ketidakseimbangan cairan.
d. Pantau keluaran, pastikan sedikitnya 1000-1500ml ml per 24jam. Pantau terhadap
penurunan berat jenis urine.
R: catatan keluaran membantu mendeteksi dini ketidak seimbangan cairan.
e. Timbang BB setiap hari dengan jenis baju sama, pada waktu yang sama. Kehilangan
BB 2-4% menunjukkan dehidrasi ringan, kehilangan 5-9% menunjukkan dehidrasi
sedang.
R: penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilangan cairan.
f. Pertimbangan kehilangan cairan tambahan berhubungan dengan muntah, diare,
demam, dan drain.
R: haluaran dapat melebihi masukan yang tidak kasat mata. Dehidrasi dapat
meningkatkan laju filtrasi glumerulus, membuat haluaran tidak adekuat untuk
membersihkan sisa metaolisme dengan baik dan mengarahkan pada penarikan kadar
elektrolit.
g. Kolaborasi dengan dokter untuk memeriksa kadar elektrolit darah, nitrogen uri darah,
urine dan serum, osmolalitas, keratin, hematokrit, dan hemoglobin.
R: populasi feses yang cepat melalui usus mengurangi absorbsi elektrolit, yang juga
dapat diakibatkan dari banyaknya frekuensi muntah.
h. Kolaborasi dengan pemberian cairan secara IV.
R: memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit.

3. Nyeri akut b.d agen cidera fisik : inflamasi dan spasme otot polos sekunder
Tujuan: klien merasa nyaman atau nyeri berkurang.
Kriteria hasil:
1. Klien akan melaporkan penurunan kram abdomen.
2. Klien akan menyebutkan makanan yang harus dihindari.
Intervensi keperawatan:
a. Dorong klien untuk berbaring dalam posisi terlentang dengan bantalan penghangat di
atas abdomen.
R: tindakan ini meningkatkan relaksasi otot-otot gastrointestinal dan mengurangi
kram.
b. Singkirkan pemandangan yang tidak menyenangkan atau bau tidak sedap dari
lingkungan klien.
R: pemandangan yang tidak menyenangkan atau bau tidak sedap merangsang pusat
muntah
c. Dorong masukan dalam jumlah kecil dan sering dari cairan jernih (missal: the encer,
air jahe, agar-agar, air) 30-60ml tiap 0,5-1jam. R: cairan dalam jumlah yang kecil,
cairan tidak akan mendesak area gastrik dengan demikian tidak memperberat gejala.
d. Intruksikan klien untuk menghindari makanan yang terlalu panas atau dingin,
makanan dengan kandungan serat dan lemak tinggi, kafein.
R: cairan yang dingin merangsang kram, cairan yang panas merangsang peristaltic,
lemak dapat meningkatkan peristaltic, dan kafein meningkatkan motilitas usus.
e. Lindungi area perianal dari iritasi.
R: sering BAB dengan keasaman dapat mengiritasi kulit perianal.
4. Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik b.d
kurangnya pengetahuan dengan kondisi, pembatas diet, dan tanda-tanda serta
gejala komplikasi.
Tujuan: pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, dan tanda-tanda serta gejala
komplikasi adekuat.
Kriteria hasil: klien dapat menjelaskan kembali kepada perawat setelah mendapat
penjelasan dari perawat.
Intervensi keperawatan:
a. Jelaskan pembatasan diet, meliputi; makanan tinggi serat (sekam dan buah segar),
makanan tinggi lemak (susu dan makanan goreng), dan air yang terlalu panas atau
dingin. R: jenis makanan tersebut dapat memperparah kondisi yang dimiliki.
b. Jelaskan pentingnya mempertahankan keseimbangan antara masukan cairan oral dan
haluaran cairan. R: muntah dan diare dapat cepet menyebabkan dehidrasi.
c. Jelaskan manfaat istirahat dan dorong untuk istirahat adekuat. R: inaktiftas
menurunkan peristaltic dan memungkinkan saluran gastroistestinal untuk beristirahat.
d. Intruksikan untuk mencuci tangan dan:
1) Desinfeksi area permukaan dengan desinfektan yang mengandung tinggi
alkohol.
2) Rendam peralatan makan dan termometer dalam larutan alkohol atau gunakan
alat pencuci piring untuk peralatan makan.
3) Tidak menijinkan menggunakan alat-alat dengan orang sakit.
R: penyebaran virus dapat dikontrol dengan desinfeksi dengan cairan alkohol rendah
tak efektif melawan beberapa jenis virus.
e. Ajarkan klien dan keluarga melaporkan gejala seperti urine cokelat gelap menetap
selama lebih dari 12jam, feses berdarah, deteksi dini dan pelaporan tanda dehidrasi
memungkinkan intervensi segera untuk mencegah ketidak seimbangan cairan atau
elektrolit serius. R: untuk menghindari komplikasi yang lebih buruk
DAFTAR PUSTAKA

Lynda Juall Carpenito, 2000. Diagnosa Keperawatan edisi 8.


EGC : Jakarta
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. FK UI
: Jakarta
A. Price Sylvia, Lorraine M. Wilson, Patofisiologi
Doengoes, Moorhouse Geister, Rencana Asuhan Keperawatan
edisi 3

You might also like