You are on page 1of 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEJANG DEMAM

I. LANDASAN TEORI MEDIS

A. Pengertian

1) Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (Rectal di
atas 38o C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997: 229)
2) Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang
mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat
sementara (Hudak and Gallo,1996)
3) Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan
demam (Walley and Wongs edisi III,1996)
4) Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu tubuh
rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Mansjoer, A.dkk.
2000: 434)
5) Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang disebabkan
oleh kelainan ekstrakranium (Lumban tobing, 1995: 1)
6) Kejang demam adalah gannguan sementara yang terjadi pada anak-anak yang ditandai
dengan demam (Wong, D.T. 1999: 182)
7) Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan
suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and
Gallo,1996)
8) Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan demam
(Walley and Wongs edisi III,1996)
9) Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas
38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut
kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun.
Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada
infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang
yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yaitu 38o C yang sering di jumpai pada usia anak
dibawah lima tahun.

B. Etiologi
Menurut Mansjoer, dkk (2000: 434) Lumban Tobing (1995: 18-19) dan Whaley and Wong (1995:
1929)

a. Demam itu sendiri yaitu demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada
suhu yang tinggi.
b. Efek produk toksik daripada mikroorganisme
c. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
d. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
e. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau enselofati
toksik sepintas.

Menurut staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1985: 50), faktor presipitasi kejang
demam cenderung timbul 24 jam pertama pada waktu sakit demam atau dimana demam

Resume Asuhan Keperawatan Anak 1


mendadak tinggi karena infeksi pernafasan bagian atas. Demam lebih sering disebabkan oleh
virus daripada bakterial.

C.Patofisiologi

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel/organ otak diperlukan energi yang didapat
dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yaitu glukosa sifat proses ini adalah oksidasi
dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sestem kardiovaskuler.
Dari uraian di atas, diketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel yang dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam
yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit oleh natrium (Na+) dan elektrolit lainnya kecuali
ion klorida (Cl-). Akibatnya konentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan ion Na+ rendah, sedang di
luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena keadaan tersebut, maka terjadi perbedaan
potensial membran yang disebut potesial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na - K Atp ase yang terdapat pada
permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi ion di ruang
ekstraseluler. Rangsangan yang datangnya mendadak seperti mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya dan perubahan patofisiologi dan membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada demam, kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan
metabolisme basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %.

Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion
kalium dan natrium melalui membran listrik. Ini demikian besarnya sehingga meluas dengan seluruh
sel dan membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang tersebut neurotransmitter dan terjadi
kejang.

Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38o C dan
anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40o C atau lebih, kejang yang
berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai apnea. Meningkatnya kebutuhan O2 dan untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung yang tidak teratur
dan makin meningkatnya suhu tubuh karena tingginya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan
metabolisme otek meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul oedema otak yang
mengakibatkan kerusakan sel neuron otak (Hasan dan Alatas, 1985: 847 dan Ngastiyah, 1997: 229)

D. Manifestasi Klinik

Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan berupa klonik atau tonik-
klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun
untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa
adanya kelainan saraf. Kejang demam dapat berlangsung lama dan atau parsial. Pada kejang yang
unilateral kadang-kadang diikuti oleh hemiplegi sementara (Todds hemiplegia) yang berlangsung
beberapa jam atau bebarapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiplegi yang
menetap. (Lumbantobing,SM.1989:43)

Resume Asuhan Keperawatan Anak 2


Menurut Behman (2000: 843) kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang tinggi dan
biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39o C atau lebih ditandai dengan adanya kejang khas
menyeluruh tionik klonik lama beberapa detik sampai 10 menit. Kejang demam yang menetap > 15
menit menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik selain itu juga dapat terjadi
mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan sentakan terulang.

E. Klasifikasi

Menurut Ngastiyah (1997:231), klasikfikasi kejang demam adalah :

1. Kejang demam sederhana

yaitu kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum. Adapun pedoman untuk mendiagnosa
kejang demam sederhana dapat diketahui melalui criteria Livingstone, yaitu :

a. umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun

b. kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit.

c. Kejang bersifat umum

d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam.

e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kjang normal

f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukan
kelainan.

g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali

2. Kejang kompleks

Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari ketujuh criteria Livingstone.
Menurut Mansyur ( 2000: 434) biasanya dari kejang kompleks diandai dengan kejang yang
berlangsung lebih dari 15 menit, fokal atau multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam). Di sini anak
sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurology atau riwayat kejang dalam atau tanpa kejang dalam
riwayat keluarga.

F. Komplikasi

Menurut Lumban tobing ( 1995: 31) Dan Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (1985: 849-
850). Komplikasi kejang demam umumnya berlangsung lebih dari 15 menit yaitu :

1. Kerusakan otak

Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu kejang melepaskan glutamat
yang mengikat resptor MMDA ( M Metyl D Asparate ) yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk
ke sel otak yang merusak sel neuoran secara irreversible.

Resume Asuhan Keperawatan Anak 3


2. Retardasi mental

Dapat terjadi karena deficit neurolgis pada demam neonatus.

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Komite Medik RSUP Dr. sardjito ( 2000:193) dan Lumbantobing dan Ismail (1989 :43),
pemeriksaannya adalah :
1) EEG-->Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak menunjukan kelainan
likuor. Gelombang EEG lambat didaerah belakang dan unilateral menunjukan kejang demam
kompleks.
2) Lumbal Pungsi
Tes ini untuk memperoleh cairan cerebrospinalis dan untuk mengetahui keadaan lintas likuor.
Tes ini dapaat mendeteksi penyebab kejang demam atau kejang karena infeksi pada otak.

o Pada kejang demam tidak terdapat gambaran patologhis dan pemeriksaan lumbal pungsi
o Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :

1) Warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning, menunjukan pigmen kuning santokrom


2) Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal (normal bayi 40-60ml,
anak muda 60-100ml, anak lebih tua 80-120ml dan dewasa 130-150ml)
3) Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa 3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.6-
5.8mEq/L)

H. Penatalaksanaan

Menurut Ngastiyah (1997: 232-235) dan Hassan & Alatas (195: 850-854) ada 4 faktor yang perlu
dikerjakan

1. Segera diberikan diezepam intravena -->dosis rata-rata 0,3mg/kg


atau diazepam rectal dosis 10 kg = 5 mg/kg
Bila diazepam tidak tersedia langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal selanjutnya
diteruskan dengan dosis rumat.
2. Membebaskan jalan nafas, oksigenasi secukupnya
3. Meurunkan panas bila demam atau hipereaksi, dengan kompres seluruh tubuh dan bila telah
memungkinkan dapat diberikan parasetamol 10 mg/kgBB/kali kombinasi diazepam oral 0,3
mg/kgBB
4. Memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama (> 10 menit) dengan IV :
D5 1/4, D5 1/5, RL.

Ada juga penatalaksanaan yang lain yaitu:

a. Bila etiologi telah diketahui pengobatan terhadap penyakit primer segera dilakukan. Bila
terdapat hipogikemia, beri larutan glukosa 20 % dengan dosis 2 - 4 ml/kg BB secara intravena
dan perlahan kemudian dilanjutkan dengan larutan glukosa 10 % sebanyak 60 - 80 ml/kg
secara intravena. Pemberian Ca - glukosa hendaknya disertai dengan monitoring jantung
karena dapat menyebabkan bradikardi. Kemudian dilanjutkan dengan peroral sesuai
kebutuhan. Bila secara intravena tidak mungkin, berikan larutan Ca glukosa 10 % sebanyak
10 ml per oral setiap sebelum minum susu.
b. Bila kejang tidak hilang, harus pikirkan pemberian magnesium dalam bentuk larutan 50% Mg
SO4 dengan dosis 0,2 ml/kg BB (IM) atau larutan 2-3 % mg SO4 (IV) sebanyak 2 6 ml.
Hati-hati terjadi hipermagnesemia sebab gejala hipotonia umum menyerupai floppy infant
dapat muncul.

Resume Asuhan Keperawatan Anak 4


c. Pengobatan dengan antikonvulsan dapat dimulai bila gangguan metabolik seperti
hipoglikemia atau hipokalsemia tidak dijumpai. Obat konvulsan pilihan utama untuk bayi
baru lahir adalah Fenobarbital (Efek mengatasi kejang, mengurangi metabolisme sel yang
rusak dan memperbaiki sirkulasi otak sehingga melindungi sel yang rusak karena asfiksia dan
anoxia). Fenobarbital dengan dosis awal 20 mg . kg BB IV berikan dalam 2 dosis selama 20
menit.

Banyak penulis tidak atau jarang menggunakan diazepam untuk memberantas kejang
pada BBL dengan alasan efek diazepam hanya sebentar dan tidak dapat mencegah kejang
berikutnya. Disamping itu pemberian bersama-sama dengan fenobarbital akan mempengaruhi
pusat pernafasan karena zat pelarut diazepam mengandung natrium benzoat yang dapat
menghalangi peningkatan bilirubin dalam darah

I. Pencegahan

Menurut Ngastiyah ( 1997: 236-239) pencegahan difokuskan pada pencegahan kekambuhan berulang
dan penegahan segera saat kejang berlangsung.

1. Pencegahan berulang

a. Mengobati infeksi yang mendasari kejang

b. Penkes tentang

o Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter


o Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara pengukuran suhu
tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada anak ( 36-37C)
o Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya pada saat mulai demam dan jangan
menunggu sampai meningkat
o Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah mengalami kejang demam bila
anak akan diimunisasi.

2. Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi :

a. Baringkan pasien pada tempat yang rata


b. Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuh
c. Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas
d. Lepaskan pakaian yang ketat
e. Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera

Resume Asuhan Keperawatan Anak 5


ALUR PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN KDM

KEJANG DEMAM

Resume Asuhan Keperawatan Anak 6


II. LANDASAN TEORI KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Yang paling penting peran perawat selama pasien kejang adalah observasi kejangnya
dan gambarkan kejadiannya. Setiap episode kejang mempunyai karakteristik yang berbeda
misal adanya halusinasi (aura ), motor efek seperti pergerakan bola mata , kontraksi otot
lateral harus didokumentasikan termasuk waktu kejang dimulai dan lamanya kejang.

Riwayat penyakit juga memegang peranan penting untuk mengidentifikasi faktor


pencetus kejang untuk pengobservasian sehingga bisa meminimalkan kerusakan yang
ditimbulkan oleh kejang.

1) Aktivitas / istirahat : keletihan, kelemahan umum, perubahan tonus / kekuatan otot.


Gerakan involunter

2) Sirkulasi : peningkatan nadi, sianosis, tanda vital tidak normal atau depresi dengan
penurunan nadi dan pernafasan

3) Integritas ego : stressor eksternal / internal yang berhubungan dengan keadaan dan atau
penanganan, peka rangsangan.

4) Eliminasi : inkontinensia episodik, peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus


spinkter

5) Makanan / cairan : sensitivitas terhadap makanan, mual dan muntah yang berhubungan
dengan aktivitas kejang, kerusakan jaringan lunak / gigi

6) Neurosensor : aktivitas kejang berulang, riwayat truma kepala dan infeksi serebra

7) Riwayat jatuh / trauma

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1) Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan, perubahan kesadaran, kehilangan koordinasi
otot.
2) Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas b/d kerusakan neoromuskular
3) Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu tubuh
4) Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi, penurunan kekuatan
5) Kurang pengetahuan keluarga b/d kurangnya informasi

Resume Asuhan Keperawatan Anak 7


3. INTERVENSI

Diagnosa 1

Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan, perubahan kesadaran, kehilangan koordinasi
otot.

Tujuan

Cidera / trauma tidak terjadi

Kriteria hasil

Faktor penyebab diketahui, mempertahankan aturan pengobatan, meningkatkan keamanan


lingkungan

Intervensi

Kaji dengan keluarga berbagai stimulus pencetus kejang. Observasi keadaan umum, sebelum,
selama, dan sesudah kejang. Catat tipe dari aktivitas kejang dan beberapa kali terjadi.
Lakukan penilaian neurology, tanda-tanda vital setelah kejang. Lindungi klien dari trauma
atau kejang.

Berikan kenyamanan bagi klien. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi anti
compulsan

Diagnosa 2

Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas b/d kerusakan neuromuskular

Tujuan

Inefektifnya bersihan jalan napas tidak terjadi

Kriteria hasil

Jalan napas bersih dari sumbatan, suara napas vesikuler, sekresi mukosa tidak ada, RR dalam
batas normal

Intervensi

Observasi tanda-tanda vital, atur posisi tidur klien fowler atau semi fowler. Lakukan
penghisapan lendir, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi

Diagnosa 3

Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu tubuh

Tujuan

Resume Asuhan Keperawatan Anak 8


Aktivitas kejang tidak berulang

Kriteria hasil

Kejang dapat dikontrol, suhu tubuh kembali normal

Intervensi

Kaji factor pencetus kejang. Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
Observasi tanda-tanda vital. Lindungi anak dari trauma. Berikan kompres dingin pda daerah
dahi dan ketiak.

Diagnosa 4

Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi, penurunan kekuatan

Tujuan

Kerusakan mobilisasi fisik teratasi

Kriteria hasil

Mobilisasi fisik klien aktif , kejang tidak ada, kebutuhan klien teratasi

Intervensi

Kaji tingkat mobilisasi klien. Kaji tingkat kerusakan mobilsasi klien. Bantu klien dalam
pemenuhan kebutuhan. Latih klien dalam mobilisasi sesuai kemampuan klien. Libatkan
keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien.

Diagnosa 5

Kurang pengetahuan keluarga b/d kurangnya informasi

Tujuan

Pengetahuan keluarga meningkat

Kriteria hasil

Keluarga mengerti dengan proses penyakit kejang demam, keluarga klien tidak bertanya lagi
tentang penyakit, perawatan dan kondisi klien.

Intervensi

Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien. Jelaskan
pada keluarga klien tentang penyakit kejang demam melalui penkes. Beri kesempatan pada
keluarga untuk menanyakan hal yang belum dimengerti. Libatkan keluarga dalam setiap
tindakan pada klien.

Resume Asuhan Keperawatan Anak 9


6. EVALUASI

1. Cidera / trauma tidak terjadi

2. Inefektifnya bersihan jalan napas tidak terjadi

3. Aktivitas kejang tidak berulang

4. Kerusakan mobilisasi fisik teratasi

5. Pengetahuan keluarga meningkat

Resume Asuhan Keperawatan Anak 10


RESUME ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG IGD/IRD

RSU Dr.M.HAULUSSY

AMBON

A. Pengkajian

I. Identitas Pasien

Nama : a/ A

Umur : 5 Tahun

Pekerjaan : Belum Kerja

Agama : Islam

Alamat : Soabali

No.Rekaman Medik : 005211

Tanggal Masuk : Selasa, 15 Maret 2011 Jam 10.00 WIT

Tanggal Pengkajian : Selasa, 15 Maret 2011 Jam 10.05 WIT

II. Data Pengkajian

a) Keluhan utama masuk rumah sakit : Demam sampai gemetaran


b) Riwayat keluhan utama : Badan terasa kaku,disertai gerakan
abnormal yang berulang sampai mata terbalik
c) Tanda-Tanda Vital
o TD : 90/60 mmHg
o Suhu : 38,60C
o Nadi : 95 x / menit
o Pernapasan : 20 x / menit

III. Data

a. Pemeriksaan fisik
K/U : Lemah
Tonus otot : Lemah
Tremor : Ada gerakan abnormal
Airway : Tidak ada sumbatan jalan napas
Breatihing : Pola napas baik
Circulation : Nadi lemah, TD menurun (90/60 mmHg)
Disability : Dilirium
Exposure : Tidak Ada memar,fraktur,luka dan bengkak
Full Vital Sign :

TD : 90/60 mmHg
Suhu : 38,60C
Nadi : 95 x / menit
Pernapasan : 20 x / menit

Resume Asuhan Keperawatan Anak 11


Give comfort : Pemberian obat dan informasi kepada orang tua agar selalu
memperhatikan anaknya untuk dapat beristirahat dengan baik
Head to toe : Pemeriksaan kembali dari kepala sampai ke kaki tidak di
temukan hal-hal lain yang menyimpang selain pemeriksaan di atas
Inpection : Tidak ada Masalah di bagian belakang kepala maupun
punggung

Data Subjektif

Keluarga Mengatakan :

Anaknya :

o Gemetar sampai matanya terbalik


o Gerakan serentak dan berulang
o Tegang/kaku dan sulit bergerak
o Tidak sadarkan diri
o Panas tinggi

Data Objektif

o KU lemah
o Kesadaran Dilirium
o TTV
TD : 90/60 mmHg
Suhu : 38,60C
Nadi : 95 x / menit
Pernapasan : 20 x / menit
o Perubahan tonus otot
o Gerakan Abnormal

a. Diagnosa Keperawatan

1) Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi, penurunan kekuatan


2) Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan, perubahan kesadaran, kehilangan
koordinasi otot.
3) Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu tubuh ( Hipertermia )

Resume Asuhan Keperawatan Anak 12


b. Prinsip Tindakan dan Rasional

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat mobilisasi,tingkat kerusakan 1. Mengetahui tingkat
mobilsasi serta latih klien dalam mobilisasi,kerusakan
mobilisasi sesuai kemampuan klien dan mobilisasi,serta dapat membantu
libatkan keluarga dalam pemenuhan klien dalam pemenuhan kebutuhan
kebutuhan klien sehari-hari

2. Kaji dengan keluarga berbagai stimulus


pencetus kejang, observasi keadaan
umum, sebelum, selama, dan sesudah 2. Mengetahui penyebab terjadinya
kejang. Catat tipe dari aktivitas kejang kejang,mengetahui tingkat
dan beberapa kali terjadi. Lakukan kesedaran serta keadaan umum dan
penilaian neurology, tanda-tanda vital mengobservasi TTV tiap 5 menit
setelah kejang. Lindungi klien dari
trauma atau kejang.

3. Lindungi anak dari trauma dan berikan


3. Mencegah terjadinya trauma akibat
kompres dingin pada daerah dahi dan kejang dan menurunkan suhu tubuh
ketiak. sehingga suhu anak akan mencapai
suhu normalnya

4. Berikan kenyamanan bagi klien. 4. Kenyamanan untuk menuju masa


Kolaborasi dengan dokter dalam pemulihan serta mengontrol anak
pemberian therapi dari reaksi kejang sebelumnya dan
o Diazepam pengobatan sesuai terapi dapat
o Fenitoin mengurangi/menurunkan gejalah
o Fenoorbital penyakit maupun penyebabnya

c. Tujuan Tindakan

1) Kerusakan mobilisasi fisik teratasi


2) Cidera / trauma tidak terjadi
3) Aktivitas kejang tidak berulang

d. Hasil yang diharapkan

1) Mobilisasi fisik klien aktif , kejang tidak ada, kebutuhan klien teratasi
2) Faktor penyebab diketahui, mempertahankan aturan pengobatan, meningkatkan
keamanan lingkungan
3) Kejang dapat dikontrol, suhu tubuh kembali normal

e. Evaluasi diri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka evaluasi hasil yang di harapkan adalah :

Resume Asuhan Keperawatan Anak 13


1) IVFD terpasang dengan baik , tetesan tepat lancer
2) Pasien tampak lebih tenang setelah di berikan tindakan kenyamanan dan therapy
pengobatan sesuia indikasi
3) Keluarga merasa tenang

Resume Asuhan Keperawatan Anak 14


DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. 1989. Perawatan Bayi Dan Anak. Ed 1. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga

Kesehatan.

2. Lumbantobing,SM.1989.Penatalaksanaan Muthakhir Kejang Pada Anak.Jakarta : FKUI

3. Sachann, M Rossa. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.

4. Suriadi, dkk 2001. Askep Pada Anak. Jakarta. Pt Fajar Interpratama.

5. Sataf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2000. Buku Kuliah Dua Ilmu Kesehatan

Anak. Jakarta : Percetakan Info Medika Jakarta

6. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.

7. Hidayat, aziz alimun. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba

Resume Asuhan Keperawatan Anak 15

You might also like