You are on page 1of 11

TINJAUAN TEORI

A. Asthma bronchiale
1. Pengertian Asthma bronchiale
a. Asthma bronchiale adalah suatu kondisi dimana bronchus menjadi
sangat responsif ( hiper responsif) terhadap berbagai stimulus dan
bersifat reversibel ( Medical Surgical Nursing, DONNA, 1995).
b. Asthma bronchiale adalah perubahan patologi yang menyebabkan
obstruksi jalan napas atau penyempitan jalan napas terjadi pada bronkus
ukuran sedang dan bronkiolus dengan diameter 1 mm yang disebabkan
oleh bronkospasme, edema mukosa, hipersekresi mukus yang kental
( Patofisiologi, Sylvia, 1994).
c. Asthma bronchiale dikarakteristikan oleh konstriksi yang dapat pulih
dari otot halus bronkial, hipersekresi mukosa, dan inflamasi mukosa
serta edema ( Rencana Asuhan Keperawatan, Doenges, 2000).
d. Jadi, asthma bronkiale adalah kondisi dimana bronkus menjadi sangat
hiper responsif dan ditandai dengan sesak napas.

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan

a. Hidung
Udara yang masuk melalui rongga hidung akan menjalani tiga proses
yaitu penyaringan ( filtrasi) oleh silia, penghangatan ( heating) oleh
pembuluh darah, dan pelembaban ( humidifikasi) oleh concha.
b. Faring
Faring dibagi menjadi 3 bagian yaitu nasofaring, orofaring dan
laringofaring.
c. Laring
Laring tersusun dari 9 kartilago ( 6 kartilago kecil dan 3 kartilago besar)
yang mempunyai fungsi dalam produksi suara ( pita suara).
Laring juga memiliki 2 fungsi yang lebih penting yaitu :
1) laring bertindak sebagai katup, menutup selama menelan untuk
mencegah aspirasi cairan atau benda padat masuk ke dalam batang
tracheobronchial
2) laring sebagai katup selama batuk. Penutupan pita suara selama batuk
memungkinkan terjadinya tekanan yang sangat tinggi pada batang
trakeobronkial saat otot otot torax dan abdominal berkontraksi,
pada saat pita suara terbuka tekanan yang tinggi menjadi pemicu
ekspirasi yang sangat kuat dalam mendorong sekresi keluar.
d. Trakea
Trakea memngalami percabangan pada karina membentuk bronkus kiri
dan kanan.
e. Bronkus
Bronkus merupakan percabangan dari trakea yang dikenal dengan karina
yang terbagi dua yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri yang menyalurkan
udara ke setiap paru - parunya. Letaknya pada ketinggian vertebra
torakalis ke IV dan V.
Bronkus kanan lebih pendek, lebih besar dan memiliki lumen yang besar,
terdiri dari 6-8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Konsekuensinya material
- material asing yang teraspirasi dan endotracheal tube cenderung untuk
masuk ke dalam bronkus kanan.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari
9 - 12 cincin dan mempunyai 2 cabang.
Pada potongan melintang dinding bronkus terlihat kartilago dan otot - otot
polos yang bila berkontraksi, menyebabkan bronkospasme sehingga lumen
mejadi sempit dan konsekuensinya meningkatkan resistensi jalan napas.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus
lobaris dan kemudian menjadi bronkus segmentalis. Percabangan ini
berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai
akhirnya menjadi bronkiolus terminalis ( yaitu saluran udara terkecil yang
tidak mengandung alveoli) lalu bronkiolus respiratorius yang di dalamnya
terdapat alveoli ( kantung udara).
f. Paru paru
Merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan letaknya di dalam
rongga toraks, yang terdiri dari alveoli alveoli, yang jumlahnya 700
juta buah ( paru paru kiri dan kanan ). Setiap paru paru memiliki apeks
( bagian atas paru paru ) dan basis.
Paru paru dibagi 2 :
1) Paru paru kanan, terdiri dari 3 lobus : lobus pulmo dextra superior,
lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus.
2) Paru paru kiri terdiri dari 2 lobus : lobus pulmo sinistra superior dan
lobus inferior.
Fisiologi dari sistem pernapasan :
a) Ventilasi yang terdiri inspirasi dan ekspirasi
b) Difusi yang terjadi di membran kapiler paru yaitu alveoli
c) Transportasi O2 dan CO2 dengan berikatan dengan Haemoglobin
(Hb)
d) Perfusi dimana oksigen masuk kedalam perifer.

3. Etiologi

Penyebab yang pasti belum dapat dijelaskan ( idiopatik), tapi kemungkinan


penyebab adalah : faktor herediter, kejiwaan dan gabungan keduanya.
4. Faktor presipitasi ( pencetus) adalah alergen, infeksi, stres emosi, kelelahan,
perubahan hormonal ( pada wanita sering terjadi pada masa haid).
Karena penyebabnya idiopatik, asthma dibagi menjadi 2 kategori :
a. Asma ekstrinsik : alergi, ditemukan pada sejumlah kecil pasien dewasa
yang disebabkan oleh alergen yang diketahui. Biasanya dimulai pada masa
kanak kanak dengan riwayat keluarga yang mempunyai penyakit atopik
seperti demam jerami, ekzema, dermatitis, alergi terhadap makanan, bulu
halus binatang, dll.
b. Asma intrinsik : disebabkan oleh faktor non spesifik seperti flu biasa,
latihan fisik atau emosi yang dapat memicu serangan asma.
5. Patoflodiagram

Terpapar dengan: Eks + Inst. alergen/zat-zat yang merangsang

Hiperresponsif bronchus(bronchospasme)

O2 yang masuk berkurang, CO2 meningkat,

Dyspnoe

Akumulasi sekret kesulitan bernafas suplai O2 keotot menurun

Obstruksi jalan nafas kelelahan CO2 menumpuk diotot

DK:I Bersihan jalan nafas Anorexia Metabolisme diotot menurun

tidak efektif (aktin dan miosin)

DK:II Ggn pertukaran gas Asupan nutrisi kurang penumpukan asam

laktat (metabolisme anaerob)

MK: Intoleransi aktivitas atau


Produksi HCL meningkat kelelahan ketebatasan aktivitas

Mual dan nyeri epigastrium kelemahan fisik

MK: Nutrisi kurang dari


kebutuhan
6. Test diagnostik

a. Foto thorax : adanya hiperinflasi paru paru ( akibat meningkatnya O 2),


mendatarnya diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama
periode remisi
b. Tes fungsi paru : menentukan penyebab dispnea, menentukan apakah fungsi
abnormal adalah obstruksi atau restriksi, memperkirakan derajat disfungsi dan
mengevaluasi efek terapi ; bronkodilator
c. TLC : peningkatan pada luasnya bronkitis dan kadang kadang pada asma
d. Volume residu : meningkat pada asma, bronkitis dan emfisema
e. GDA/AGD : PaO2 menurun, PaCO2 normal/menurun, pH normal/ menurun,
alkalosis respiratorik ringan sekunder terhadap hiperventilasi.
f. JDL dan diferensial : peningkatan eosinofil
g. Sputum : menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen, keganasan/
gangguan alergi
h. EKG : deviasi aksis kanan dan peninggian gelombang P.

7. Penatalaksanaan

a. Pencegahan dengan menghindari alergen alergen yang sudah dikenal


b. Medik :Pemberian obat bronkodilator, desensitisasi spesifik yang lama, obat
kortikosteroid.
B. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asthma Bronchiale

1. Pengkajian

a. Biodata : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, ras/ suku bangsa
b. Riwayat kesehatan meliputi :
1) Riwayat kesehatan sekarang :
Keluhan utama : sesak napas ( dikembangkan dalam PQRST)
Keluhan tambahan : batuk, lemas, mual dan tidak nafsu makan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu : Riwayat penyakit saluran napas seperti
pneumoni, bronkitis, dll
3) Riwayat kesehatan keluarga : anggota keluarga pernah atau sedang
menderita penyakit saluran napas yang sama : asma, bronkitis, dll.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
pasien tampak dispnea ringan, sedang, berat, tampak lemah, terpasang O 2
( l/menit)
2) Tanda vital : TD meningkat/ menurun, RR meningkat, nadi meningkat, suhu
meningkat/ menurun
3) Sistem Persarafan :
Tingkat kesadaran : kualitatif ( compos mentis s/d coma) kwantitatif
dengan GCS
Test fungsi nervus kranial
4) Sistem pernapasan :
dyspnea, RR > 24x/menit, cepat dan dangkal, ekspirasi memanjang, bibir tampak
cyanosis, batuk dengan sputum/ tidak, penggunaan otot otot bantu pernapasan,
auskultasi wheezing (+) dan ronchi, retraksi otot sternal dan otot perut, akral teraba
dingin dan pucat.
5) Sistem cardiovasculer :
pembengkakan pada ekstremitas bawah, peningkatan TD, takikardi, disritmia,
distensi vena jugularis, bunyi jantung redup, kuku tabuh / sianosis perifer.
6) Sistem gastrointestinal :
mual/muntah, anoreksia, penurunan berat badan
7) Sistem Perkemihan : tidak ditemukan gejala khusus
8) Sistem Integumen : turgor kulit kurang, keringat yang berlebihan
9) Sistem musculoskeletal : keletihan, penurunan massa otot, penurunan kemampuan
beraktivitas.

2. Diagnosa Keperawatan

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul menurut Doenges adalah :


a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d bronkospasme, akumulasi sekret,
penurunan energi/ kelemahan
b. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveoli, gangguan suplai o2
(obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus)
c. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d dispnea, kelemahan,
produksi sputum, anoreksia, mual/muntah
d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan b.d kurangnya informasi.

3. Rencana Perawatan dan Implementasi

a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d bronkospasme, akumulasi sekret,


penurunan energi/ kelemahan
Intervensi dan implementasi :
1) Auskultasi bunyi napas ( rales, ronchi, wheezing)
Rasional: beberapa derajat pasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas
dan dapat dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius misalnya krekles
wheezing.
2) Observasi RR
Rasional: takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan
selama adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan ekspirasi
memanjang dibanding inspirasi.
3) Kaji dispnea, penggunaan otot pernapasan tambahan
Rasional : disfungsi pernafasan adalah variabel yang tergantung pad tahap proses
kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit misal,
infeksi, reaksi alergi.
4) Beri posisi yang nyaman ( fowler atau semi fowler atau beri sandaran punggung)
Rasional : dengan posisi fowler atau semifowler ekspansi paru menjadi
maksimal.
5) Jaga kebersihan lingkungan sekitar dari zat alergen
Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat mentriger episode
akut.
6) Ajarkan latihan napas abdomen atau bibir
Rasional : memberikan beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dyspnea
dan menurunkan jebakan udara.
7) Berikan intake cairan sesuai kebutuhan
Rasional: hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah
pengeluaran.
8) Kolaborasi untuk terapi : bronkodilator, nebulizer
Rasional : merelekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan
spasme jalan nafas, dan produksi mukosa.
b. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveoli, gangguan suplai o2
(obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus)
Intervensi dan implementasi :
1) Kaji oksigenisasi jaringan mencakup : tingkat kesadaran, saturasi oksigen, pola
napas, RR, kedalaman ekspansi paru, ada tidaknya pernapasan cuping hidung,
ekspirasi memanjang dan retraksi otot sternal
Rasional : berguna dalam evaluasi derajat distres pernafasan atau kronisnya pross
penyakit.
2) Berikan posisi yang nyaman
Rasional : membantu memaksimalkan ekspansi paru
3) Berikan oksigen sesuai kebutuhan
Rasional : dapat memperbaiki atau mencegah terjadinya hipoksia.
4) Ajarkan batuk efektif
Rasional: kental dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan
pertukaran gas.
5) Batasi aktivitas pasien untuk menghemat energi dan anjurkan istirahat setelah
selesai beraktivitas
Rasional : selama distress pernafasan berat atau akut pasien secara total tidak
mampu melakukan aktivitas shari-hari kerena hipoksemi dan dyspnea.
6) Berikan terapi sesuai program
Rasional : dapat memperbaiki atau mencehah terjadinya hipoksia.
c. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d dispnea, kelemahan,
produksi sputum, anoreksia, mual/muntah
Intervensi dan implementasi :
1) Kaji kebiasaan diet, intake makanan saat ini
Rasional : pasien distress pernafasan akut sering anoreksia kerena dyspnea,
produksi sputum, dan obat.
2) Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : maakan dalam porsi kecil tapi sering dapat mencegah terjadinya
pengosongan lambung sehingga mengurangi terjadinya produksi Hcl.
3) Hindari makanan penghasil gas dan minuman berkarbonat
Rasional : dapat menyebabkan ditensi abdomen yang mengganggu nafas
abdomen dn gerakan diafragma dan dapat meningkatkan dyspnea.
4) Timbang BB sesuai indikasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan nutrisi.
5) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penentuan diet
Rasional : metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pad kebutuhan
individu untuk memberikan nutrisi maksimal dengan upaya minimal
pasien/penggunaan energi.
d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
Intervensi dan implementasi :
1) Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas dan observasi tanda-tanda vital
Rasional: menetapkan kemampuan pasien dan memudahkan melakukan
intervensi.
2) Bantu pasien dalam melakukan aktivitasnya dan sediakan waktu untuk istirahat
diantara kegiatan
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan
kebutuhan oksigen.
3) Tingkatkan aktivitas sesuai kebutuhan

e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan b.d kurangnya informasi.


Intervensi dan implementasi :
1) Jelaskan proses penyakit
Rasional : menurunkan anxietas dan pasien dapat berpartisipasi dalam rencana
pengobatan
2) Instruksikan untuk latihan napas, batuk efektif
Rasional : membantu meminimalkan kolaps jalan nafas dan membantu untuk
mengontrol dyspnea.
3) Diskusikan obat pernapasan, efek samping, cara penggunaan
Rasional : pasien memahami perbedaan antara fek samping yang mengganggu
dan efek samping dan merugikan.
4) Tekankan pentingnya perawatan oral
Rasional: menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut dimana dapat
menimbulkan infeksi saluran nafas atas.
5) Diskusikan tentang pentingnya mengenal dan menghindari alergen
Rasional : menurunkan insiden terjadinya infeksi saluran nafas atas.

4. Evaluasi

a. Bersihan jalan napas efektif


b. Ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
c. Nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan
d. Pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuannya
e. Pasien dapat memahami dan mengidentifikasi kondisi dan faktor yang dapat menjadi
pencetus terjadinya serangan asma.

You might also like