You are on page 1of 18

Asuhan Keperawatan

sebagai bahan sharing bagi seluruh mahasiswa kesehatan By : Yohanes Oda


Teda Ona widarma
SELASA, 24 MEI 2011

ASUHAN KEPERAWATAN EPISTAKSIS


1. PENGERTIAN EPISTAKSIS

Epistaksis adalah satu keadaan pendarahan dari hidung yang keluar melalui lubang
hidung akibat sebab kelainan lokal pada rongga hidung ataupun karena kelainan yang
terjadi di tempat lain dari tubuh. Mimisan terjadi pada hidung karena hidung punya banyak
pembuluh darah, terutama di balik lapisan tipis cupingnya. Mimisan sendiri bukan
merupakan suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu penyakit, itu artinya mimisan
bisa terjadi karena bermacam sebab dari yang ringan sampai yang berat. Pada umumnya ini
terjadi pada anak-anak karena pembuluh darahnya masih tipis dan sensitif, selain karena
pilek. Gangguan mimisan umumnya berkurang sesuai dengan pertambahan usia. Semakin
tambah usia, pembuluh darah dan selaput lendir di hidungnya sudah semakin kuat, hingga
tak mudah berdarah. Epistaksis bukan suatu penyakit melainkan gejala suatu kelainan.

Klasifikasi
Sumber perdarahan berasal dari bagian anterior atau posterior rongga hidung.

Epistaksis Anterior (Mimisan Depan)


Jika yang luka adalah pembuluh darah pada rongga hidung bagian depan, maka
disebut 'mimisan depan' (=epistaksis anterior). Lebih dari 90% mimisan merupakan mimisan
jenis ini. Mimisan depan lebih sering mengenai anak-anak, karena pada usia ini selapun
lendir dan pembuluh darah hidung belum terlalu kuat.
Mimisan depan biasanya ditandai dengan keluarnya darah lewat lubang hidung, baik
melalui satu maupun kedua lubang hidung. Jarang sekali perdarahan keluar lewat belakang
menuju ke tenggorokan, kecuali jika korban dalam posisi telentang atau tengadah.
Pada pemeriksaan hidung, dapat dijumpai lokasi sumber pedarahan. Biasanya di
sekat hidung, tetapi kadang-kadang juga di dinding samping rongga hidung.

Mimisan depan akibat :


1. Mengorek-ngorek hidung
2. Terlalu lama menghirup udara kering, misalnya pada ketinggian atau ruangan
berAC
3. Terlalu lama terpapar sinar matahari
4. Pilek atau sinusitis
5. Membuang ingus terlalu kuat
Biasanya relatif tidak berbahaya. Perdarahan yang timbul ringan dan dapat berhenti
sendiri dalam 3 - 5 menit, walaupun kadang-kadang perlu tindakan seperti memencet dan
mengompres hidung dengan air dingin.
Beberapa langkah untuk mengatasi mimisan depan:
1. Penderita duduk di kursi atau berdiri, kepala ditundukkan sedikit ke depan.
Pada posisi duduk atau berdiri, hidung yang berdarah lebih tinggi dari jantung.
Tindakan ini bermanfaat untuk mengurangi laju perdarahan. Kepala ditundukkan ke
depan agar darah mengalir lewat lubang hidung, tidak jatuh ke tenggorokan, yang jika
masuk ke lambung menimbulkan mual dan muntah, dan jika masuk ke paru-paru
dapat menimbulkan gagal napas dan kematian.
2. Tekan seluruh cuping hidung, tepat di atas lubang hidung dan dibawah tulang
hidung. Pertahankan tindakan ini selama 10 menit. Usahakan jangan berhenti
menekan sampai masa 10 menit terlewati. Penderita diminta untuk bernapas lewat
mulut.
3. Beri kompres dingin di daerah sekitar hidung. Kompres dingin membantu
mengerutkan pembuluh darah, sehingga perdarahan berkurang.
4. Setelah mimisan berhenti, tidak boleh mengorek-ngorek hidung dan
menghembuskan napas lewat hidung terlalu kuat sediktinya dalam 3 jam.
Jika penanganan pertama di atas tidak berhasil, korban sebaiknya dibawa ke rumah
sakit, karena mungkin dibutuhkan pemasangan tampon (kasa yang digulung) ke dalam
rongga hidung atau tindakan kauterisasi. Selama dalam perjalanan, penderita sebaiknya
tetap duduk dengan posisi tunduk sedikit kedepan.
Epistaksis Posterior (Mimisan Belakang)
Mimisan belakang (=epistaksis posterior) terjadi akibat perlukaan pada pembuluh
darah rongga hidung bagian belakang. Mimisan belakang jarang terjadi, tapi relatif lebih
berbahaya. Mimisan belakang kebanyakan mengenai orang dewasa, walaupun tidak
menutup kemungkinan juga mengenai anak-anak.
Perdarahan pada mimisan belakang biasanya lebih hebat sebab yang mengalami
perlukaan adalah pembuluh darah yang cukup besar.
Karena terletak di belakang, darah cenderung jatuh ke tenggorokan kemudian
tertelan masuk ke lambung, sehingga menimbulkan mual dan muntah berisi darah. Pada
beberapa kasus, darah sama sekali tidak ada yang keluar melalui lubang hidung.
Beberapa penyebab mimisan belakang :
1. Hipertensi
2. Demam berdarah
3. Tumor ganas hidung atau nasofaring
4. Penyakit darah seperti leukemia, hemofilia, thalasemia dll.
5. Kekurangan vitamin C dan K.
6. Dan lain-lain
Perdarahan pada mimisan belakang lebih sulit diatasi. Oleh karena itu, penderita
harus segera dibawa ke puskesmas atau RS.
Biasanya petugas medis melakukan pemasangan tampon belakang. Caranya,
kateter dimasukkan lewat lubang hidung tembus rongga belakang mulut (faring), kemudian
ditarik keluar melalui mulut. Pada ujung yang keluar melalui mulut ini dipasang kasa dan
balon. Ujung kateter satunya yang ada di lubang hidung ditarik, maka kasa dan balon ikut
tertarik dan menyumbat rongga hidung bagian belakang. Dengan demikian diharapkan
perdarahan berhenti.
Jika tindakan ini gagal, petugas medis mungkin akan melakukan kauterisasi.
Langkah lain yang mungkin dipertimbangkan adalah operasi untuk mencari pembuluh darah
yang menyebabkan perdarahan, kemudian mengikatnya. Tindakan ini dinamakan ligasi.
2. ANATOMI FISIOLOGI HIDUNG

Anatomi hidung
Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau piramid hidung dan rongga hidung.
Piramid hidung terdiri dari :
pangkal hidung (bridge)
dorsum nasi (dorsum=punggung)
puncak hidung
ala nasi (alae=sayap)
kolumela
lubang hidung (nares anterior)

Fisiologi hidung
Fungsi hidung adalah untuk :
1. jalan napas
2. alat pengatur kondisi udara (mengatur suhu dan kelembaban udara)
3. penyaring udara
4. sebagai indra penghidu (penciuman)
5. untuk resonansi udara
6. membantu proses bicara
7. refleks nasal
Epistaksis dibagi menjadi 2 yaitu anterior (depan) dan posterior (belakang). Kasus
epistaksis anterior terutama berasal dari bagian depan hidung dengan asal perdarahan
berasal dari pleksus kiesselbach. Epistaksis posterior umumnya berasal dari rongga hidung
posterior melalui cabang a.sfenopalatina.
Epistaksis anterior menunjukkan gejala klinik yang jelas berupa perdarahan dari
lubang hidung. Epistaksis posterior seringkali menunjukkan gejala yang tidak terlalu jelas
seperti mual, muntah darah, batuk darah, anemia dan biasanya epistaksis posterior
melibatkan pembuluh darah besar sehingga perdarahan lebih hebat.
Epistaksis (mimisan) pada anak-anak umumnya berasal dari littles area/pleksus
kiesselbach (gambar 3) yang berada pada dinding depan dari septum hidung.
Dua faktor yang paling penting dari epistaksis pada anak-anak adalah :
Trauma minor : mengorek hidung, menggaruk, bersin, batuk atau mengedan
Mukosa hidung yang rapuh : terdapat infeksi saluran napas atas, pengeringan
mukosa, penggunaan steroid inhalasi melalui hidung
Penyebab epistaksis lainnya adalah adanya benda asing di dalam rongga hidung,
polip hidung, kelainan darah, kelainan pembuluh darah dan tumor pada daerah nasofaring.
Perdarahan hidung
Rongga hidung mendapat aliran darah dari cabang arteri maksilaris (maksila=rahang
atas) interna yaitu arteri palatina (palatina=langit-langit) mayor dan arteri sfenopalatina.
Bagian depan hidung mendapat perdarahan dari arteri fasialis (fasial=muka). Bagian depan
septum terdapat anastomosis (gabungan) dari cabang-cabang arteri sfenopalatina, arteri
etmoid anterior, arteri labialis superior dan arteri palatina mayor yang disebut sebagai
pleksus kiesselbach (littles area)
3. ETIOLOGI EPISTAKSIS
Beberapa penyebab epistaksis dapat digolongkan menjadi etiologi lokal dan
sistemik.
Etiologi lokal
1. Trauma lokal misalnya setelah membuang ingus dengan keras, mengorek hidung, fraktur
hidung atau trauma maksilofasia lainnya.
2. Tumor, baik tumor hidung maupun sinus yang jinak dan yang ganas. Tersering adalah tumor
pembuluh darah seperti angiofibroma dengan ciri perdarahan yang hebat dan karsinoma
nasofaring dengan ciri perdarahan berulang ringan bercampur lendir atau ingus.
3. Idiopatik yang merupakan 85% kasus epistaksis, biasanya ringan dan berulang pada anak
dan remaja.
Ketiga diatas ini merupakan penyebab lokal tersering.
Etiologi lainnya
iritasi gas atau zat kimia yang merangsang ataupun udara panas pada mukosa
hidung;
Keadaan lingkungan yang sangat dingin
Tinggal di daerah yang tinggi atau perubahan tekanan atmosfir yang tiba tiba
Iatrogenik akibat operasi
Pemakaian semprot hidung steroid jangka lama
Benda asing atau rinolit dengan keluhan epistaksi ringan unilateral clsertai Ingus
berbau busuk.
Etiologi sistemik
1. Hipertensi dan penyakit kardiovaskuler lainnya seperti arteriosklerosis. Hipertensi yan
disertai atau anpa arteriosklerosis rnerupakan penyebab epistaksis tersering pada usia 60-
70 lahun, perdarahan biasanya hebat berulang dan mempunyai prognosis yang kurang baik,
2. Kelainan perdarahan misalnya leukemia, hemofilia, trombositopenia dll.
3. Infeksi, misalnya demam berdarah disertai trornbositopenia, morbili, demam tifoid dll.
Termasuk etiologi sistemik lain
a. Lebin jarang terjadi adalah gangguan keseimbangan hormon misalnya pada
kehamilan, menarke dan menopause
b. kelainan kongenital misalnya hereditary hemorrhagic Telangieclasis atau penyakit
Rendj-Osler-Weber;
c. Peninggian tekanan vena seperti pada ernfisema, bronkitis, pertusis, pneumonia,
tumor leher dan penyakit jantung
d. pada pasien dengan pengobatan antikoagjlansia.

4. PATOFISIOLOGI

Hidung kaya akan vaskularisasi yang berasal dari arteri karotis interna dan arteri
karotis eksterna. Arteri karotis eksterna menyuplai darah ke hidung melalui percabangannya
arteri fasialis dan arteri maksilaris. Arteri labialis superior merupakan salah satu cabang
terminal dari arteri fasialis. Arteri ini memberikan vaskularisasi ke nasal arterior dan septum
anterior sampai ke percabangan septum. Arteri maksilaris interna masuk ke dalam fossa
pterigomaksilaris dan memberikan enam percabangan : a.alveolaris posterior superior,
a.palatina desenden , a.infraorbitalis, a.sfenopalatina, pterygoid canal dan a. pharyngeal.
Arteri palatina desenden turun melalui kanalis palatinus mayor dan menyuplai
dinding nasal lateral, kemudian kembali ke dalam hidung melalui percabangan di foramen
incisivus untuk menyuplai darah ke septum anterior.
Arteri karotis interna memberikan vaskularisasi ke hidung. Arteri ini masuk ke dalam
tulang orbita melalui fisura orbitalis superior dan memberikan beberapa percabangan. Arteri
etmoidalis anterior meninggalkan orbita melalui foramen etmoidalis anterior. Arteri etmoidalis
posterior keluar dari rongga orbita, masuk ke foramen etmoidalis posterior, pada lokasi 2-9
mm anterior dari kanalis optikus. Kedua arteri ini menyilang os ethmoid dan memasuki fossa
kranial anterior, lalu turun ke cavum nasi melalui lamina cribriformis, masuk ke percabangan
lateral dan untuk menyuplai darah ke dinding nasal lateral dan septum.
Pleksus kiesselbach yang dikenal dengan little area berada diseptum kartilagenous
anterior dan merupakan lokasi yang paling sering terjadi epistaksis anterior. Sebagian besar
arteri yang memperdarahi septum beranastomosis di area ini.
Sebagian besar epistaksis (95%) terjadi di little area. Bagian septum nasi anterior
inferior merupakan area yang berhubungan langsung dengan udara, hal ini menyebabkan
mudah terbentuknya krusta, fisura dan retak karena trauma pada pembuluh darah tersebut.
Walaupun hanya sebuah aktifitas normal dilakukan seperti menggosok-gosok hidung
dengan keras, tetapi hal ini dapat menyebabkan terjadinya trauma ringan pada pembuluh
darah sehingga terjadi ruptur dan perdarahan. Hal ini terutama terjadi pada membran
mukosa yang sudah terlebih dahulu mengalami inflamasi akibat dari infeksi saluran
pernafasan atas, alergi atau sinusitis.

5. TANDA dan GEJALA


Perdarahan dari hidung, gejala yang lain sesuai dengan etiologi yang bersangkutan.
Epitaksis berat, walaupun jarang merupakan kegawatdaruratan yang dapat mengancam
keselamatan jiwa pasien, bahkan dapat berakibat fatal jika tidak cepat ditolong. Sumber
perdarahan dapat berasal dari depan hidung maupun belakang hidung. Epitaksis anterior
(depan) dapat berasal dari pleksus kiesselbach atau dari a. etmoid anterior. Pleksus
kieselbach ini sering menjadi sumber epitaksis terutama pada anak-anak dan biasanya
dapat sembuh sendiri.
Epitaksis posterior (belakang) dapat berasal dari a. sfenopalatina dan a etmoid
posterior. Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti sendiri. Sering ditemukan pada
pasien dengan hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan penyakit jantung.

6. TEST DIAGNOSTIK
- Pemeriksaan Laboratorium
Jika perdarahan sedikit dan tidak berulang, tidak perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang. Jika perdarahan berulang atau hebat lakukan pemeriksaan lainnya untuk
memperkuat diagnosis epistaksis.
- Pemeriksaan darah tepi lengkap.
- Fungsi hemostatis
- EKG
- Tes fungsi hati dan ginjal
- Pemeriksaan foto hidung, sinus paranasal, dan nasofaring.
- CT scan dan MRI dapat diindikasikan untuk menentukan adanya rinosinusitis, benda asing
dan neoplasma.

7. KOMPLIKASI
Sinusitis
Septal hematom (bekuan darah pada sekat hidung)
Deformitas (kelainan bentuk) hidung
Aspirasi (masuknya cairan ke saluran napas bawah)
Kerusakan jaringan hidung infeksi
Komplikasi epistaksis :Hipotensi, hipoksia, anemia, aspirasi pneumonia
Komplikasi kauterisasi : Sinekia, perforasi septum
Komplikasi pemasangan tampon : Sinekia, rinosinusitis, sindrom syok toksik,
Perforasi septum, tuba eustachius tersumbat, aritmia (overdosis kokain atau lidokain )
Komplikasi embolisasi : Perdarahan hematom, nyeri wajah, hipersensitivitas,
paralisis fasialis, infark miokard.
Komplikasi ligasi arteri : kebas pada wajah, sinusitis, sinekia, infark miokard.
Mencegah komplikasi, sebagai akibat dari perdarahan yang berlebihan, dapat terjadi
syok atau anemia, turunnya tekanan darah yang mendadak dapat menimbulkan infark
serebri, insufisiensi koroner, atau infark miokard, sehingga dapat menyebabkan kematian.
Dalam hal ini harus segera diberi pemasangan infus untuk membantu cairan masuk lebih
cepat. Pemberian antibiotika juga dapat membantu mencegah timbulnya sinusitis, otitis
media akibat pemasangan tampon.
Kematian akibat pendarahan hidung adalah sesuatu yang jarang. Namun, jika
disebabkan kerusakan pada arteri maksillaris dapat mengakibatkan pendarahan hebat
melalui hidung dan sulit untuk disembuhkan. Tindakan pemberian tekanan, vasokonstriktor
kurang efektif. Dimungkinkan penyembuhan struktur arteri maksillaris (yang dapat merusak
saraf wajah) adalah solusi satu-satunya.

8. PENCEGAHAN
1. Jangan mengkorek-korek hidung.
2. Jangan membuang ingus keras-keras.
3. Hindari asap rokok atau bahan kimia lain.
4. Gunakan pelembab ruangan bila cuaca terlalu kering.
5. Gunakan tetes hidung NaCl atau air garam steril untuk membasahi hidung.
6. Oleskan vaselin atau pelembab ke bagian dalam hidung sebelum tidur, untuk mencegah
kering.
7. Hindari benturan pada hidung

9. PENANGANAN

A. Penanganan umum
1.Pasien dengan perdarahan hidung biasa mengontrol hal tersebut dengan
melakukan penekanan langsung ataupun mengaplikasikan suatu obyek dingin pada hidung.
2.Jika upaya tersebut gagal, pasien biasanya akan langsung mengontak atau pergi
ke rumah sakit atau unit gawat darurat untuk mendapatkan pertolongan.
3.Pendekatan pertama yang biasa dilakukan adalah kauterisasi ataupun
pemasangan tampon hidung (nasal packing). Kauterisasi bermanfaat hanya jika sumber
perdarahan pada mukosa hidung jelas terlihat. Kebanyakan epistaksis berhasil ditangani
dengan pemasangan tampon di dalam hidung, karena selain mempertahankan mukosa
hidung tetap lembab, juga bertindak sebagai tamponade untuk perdarahannya. Tampon
hidung sendiri bisa berupa tampon posterior ataupun anterior tergantung letak sumber
perdarahannya. Perlu diperhatikan bahwa saat melakukan pemasangan tampon,
penempatannya harus tepat, dan tetap waspada terhadap potensi komplikasi, antara lain:
trauma, infeksi, dehidrasi, dan tentu saja berubahnya ventilasi akibat obstruksi aliran udara
lewat hidung, sehingga penderita akan menghirup udara melalui mulut yang akan
berpengaruh terhadap mekanisme fisiologis pernapasan paru.
4.Langkah lainnya dalam penanganan epistaksis adalah termasuk menilai derajat
kehilangan darah dan perlu tidaknya transfusi. Penyakit yang mendasari juga harus dicari
dan diobati secara tepat.
5.Pada kasus trauma, penanganan tepat dan segera terhadap setiap kondisi yang
membahayakan jiwa diprioritaskan terlebih dahulu. Manajemen terhadap jalan napas
(airway) dan penggantian cairan tubuh sangat penting, dan di saat yang sama juga
dibutuhkan tindakan emergensi untuk mengontrol epistaksis dan melindungi jalan napas.
Untuk tujuan ini biasanya dilakukan pemasangan folley catheter yang diinflasikan di daerah
nasofaring (area di belakang hidung) dan ditarik dari lubang hidung depan untuk menekan
area perdarahan potensial di bagian belakang hidung sekaligus melindungi jalan napas.

B. Penanganan khusus
1.Pendekatan lainnya adalah dengan melakukan ligasi pembuluh darah yang
mensuplai darah ke hidung. Pilihan untuk ligasi dilakukan jika penanganan melalui
kauterisasi maupun tampon hidung gagal.Pertimbangan lainnya dari intervensi vaskuler
secara dini ini adalah kenyamanan pasien, masa perawatan di rumah sakit, dan kefektivan
secara keseluruhan. Secara umum ligasi A. maksilaris lebih efektif dibandingkan A. karotis
eksterna, mengingat ligasi pada A. karotis eksterna masih memungkinkan suplai darah ke
lokasi perdarahan melalui sistem vaskularisasi kolateral, di samping komplikasi serius yang
mungkin timbul, seperti stroke dan trauma vaskuler.
2.Pendekatan terkini dari intervensi vaskuler secara langsung adalah visualisasi
angiografi dan embolisasi cabang terminal A. maksilaris.
3.Dari sekian banyak pendekatan dalam penanganan epistaksis, sebenarnya yang
paling penting adalah kehati-hatian dalam mengevaluasi kondisi penderita, serta identifikasi
letak perdarahan secara akurat. Dan pilihan yang diambil apapun itu, harus benar-benar
dipertimbangkan berdasarkan kondisi yang ada, resiko maupun keuntungan dari setiap
tindakan.

10. PENATALAKSANAN

Kolaborasi
Aliran darah akan berhenti setelah darah berhasil dibekukan dalam proses
pembekuan darah. Sebuah opini medis mengatakan bahwa ketika pendarahan terjadi, lebih
baik jika posisi kepala dimiringkan ke depan (posisi duduk) untuk mengalirkan darah dan
mencegahnya masuk ke kerongkongan dan lambung.
Pertolongan pertama jika terjadi mimisan adalah dengan memencet hidung bagian
depan selama tiga menit. Selama pemencetan sebaiknya bernafas melalui mulut.
Perdarahan ringan biasanya akan berhenti dengan cara ini. Lakukan hal yang sama jika
terjadi perdarahan berulang, jika tidak berhenti sebaiknya kunjungi dokter untuk bantuan.
Untuk pendarahan hidung yang kronis yang disebabkan keringnya mukosa hidung,
biasanya dicegah dengan menyemprotkan salin pada hidung hingga tiga kali sehari. Jika
disebabkan tekanan, dapat digunakan kompres es untuk mengecilkan pembuluh darah
(vasokonstriksi). Jika masih tidak berhasil, dapat digunakan tampon hidung. Tampon hidung
dapat menghentikan pendarahan dan media ini dipasang 1-3 hari.
Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epitaksis adalah:
Mencegah komplikasi yang timbul akibat perdarahan seperti syok atau infeksi
Mencegah berulangnya epitaksis
Jika pasien dalam keadaan gawat seperti syok atau anemia lebih baik diperbaiki dulu
keadaan umum pasien baru menanggulangi perdarahan dari hidung itu sendiri.

Terapi simptomatis Umum


Tenangkan penderita, jika penderita khawatir perdarahan akan bertambah hebat, sumbat
hidung dengan kapas dan cuping hidung dijepit sekitar 10 menit.
Penderita sebaiknya duduk tegak agar tekanan vaskular berkurang dan mudah
membatukkan darah dari tenggorokan, menggunakan apron plastik serta memegang suatu
wadah berbentuk ginjal untuk melindungi pemakainya.
Kompres dingin pada daerah tengkuk leher dan juga pangkal hidung.
Turunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Hentikan pemakaian antikoagulan.
Pemberian cairan elektrolit pada perdarahan hebat, dan keadaan pasien lemah.

Terapi Lokal

Buang gumpalan darah dari hidung dan tentukan lokasi perdarahan.


Pasang tampon anterior yang telah dibasahi dengan adrenalin dan lidokain atau pantokain
untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi rasa nyeri.
Setelah perdarahan berhenti, dilakukan penyumbatan sumber perdarahan dengan
menyemprotkan larutan perak nitrat 20-30% (atau asam trikloroasetat 10%), atau dengan
elektrokauter. Bila terdapat pertemuan pembuluh darah septum anterior dan lokasi
perdarahan ditemukan, maka terbaik mengkauterisasi bagian pinggirnya dan tidak benar-
benar di pembuluh darah itu sendiri karena kauterisasi langsung pada pembuluh darah
tersebut biasanya akan menyebabkan perdarahan kembali. Harus hati-hati agar tidak
membuat luka bakar yang luas dan nekrosis jaringan termasuk kartilago dibawahnya
sehingga terjadi perforasi septum nasi.
Cara yang paling baik untuk mengontrol epistaksis anterior (setelah dekongesti dan
kokainisasi) dengan suntikan 2 ml lidokain 1% di regio foramen incisivum pada dasar
hidung. Pengontrolan perdarahan anterior dengan cara ini dapat menghindari masalah
perforasi septum, karena elektrokauterisasi diberikan ke tulang dasar hidung dan bukan
pada septum.
Bila dengan cara tersebut perdarahan masih terus berlangsung, maka diperlukan
pemasangan tampon anterior yang telah diberi vaselin atau salep antibiotika agar tidak
melekat sehingga tidak terjadi perdarahan ulang saat tampon dilepaskan. Tampon dibuat
dari lembaran kasa steril bervaselin, berukuran 72 x inci, dimasukkan melalui lubang
hidung depan, dipasang secara berlapis mulai dari dasar sampai puncak rongga hidung dan
harus menekan sumber perdarahan. Tampon dipasang selama 1-2 hari, sebagian dokter
juga melapisi tampon dengan salep antibiotik untuk mengurangi bakteri dan pembentukan
bau.
Dapat juga digunakan balon intranasal yang dirancang untuk menekan regio septum anterior
(pleksus kiesselbach) atau daerah etmoidalis. Cara ini lebih mudah diterima pasien karena
lebih nyaman.1,2,7,8,12,14

Medika Mentosa

Pada pasien yang dipasang tampon anterior, berikan antibiotik profilaksis.


Vasokontriktor topikal : Oxymetazoline 0,05%.
o Menstimulasi reseptor alfa-adrenergik sehingga terjadi vasokonstriksi.
o Dosis : 2-3 spray pada lubang hidung setiap 12 jam.
o Kontraindikasi : hipersensitivitas
o Hati-hati pada hipertiroid, penyakit jantung iskemik, diabetes melitus, meningkatkan
tekanan intraokular.
Anestesi lokal : lidokain 4%
o Digunakan bersamaan dengan oxymetazoline
o Menginhibisi depolarisasi, memblok transmisi impuls saraf
o Kontraindikasi : hipersensitivitas.
Salep antibiotik : mopirocin 2% (Bactroban Nasal)
o menghambat pertumbuhan bakteri.
o Dosis : 0,5 g pada setiap lubang hidung selama 5 hari.
o Kontraindikasi : hipersensitivitas.
Perak Nitrat
o Mengkoagulasi protein seluler dan menghancurkan jaringan granulasi.
o Kontraindikasi : hipersensitivitas, kulit yang terluka.10,11
Intervensi radiologi, angiografi dengan embolisasi percabangan arteri karotis intema.
Hal ini dilakukan jika epistaksis tidak dapat dihentikan dengan tampon.

Pembedahan

o Ligasi Arteri
Ligasi arteri etmoid anterior dilakukan bila dengan tampon anterior perdarahan masih
terus berlangsung. Ligasi dilakukan dengan membuat sayatan mulai dari bagian medial alis
mata,lalu melengkung ke bawah melalui pertengahan antara pangkal hidung dan daerah
kantus media. Insisi langsung diteruskan ke tulang, dimana periosteum diangkat dengan
hari-hari dan periorbita dilepaskan, lalu bola mata ditarik ke lateral, arteri etmoid anterior
merupakan cabang arteri optalmika terletak pada sutura frontomaksilolaksimal. Pembuluh ini
dijepit dengan suatu klip hemostatik, atau suatu ligasi tunggal.
o Septal dermatoplasty pada pasien osler-weber-rendu-syndrome mukosa septum diambil dan
kartilago diganti dengan skin graft.6,7,9

Follow up
Cegah perdarahan ulang dengan menggunakan nasal spray, salep Bactroban nasal
Berikan antibiotika oral dan topikal untuk mencegah rinosinusitis
Hindari aspirin dan NSAID lainnya
Kontrol masalah medis lainnya seperti hipertensi, defesiensi vitamin k melalui konsultasi
dengan ahli spesialis lainnya

Edukasi pasien

Hindari cuaca yang panas dan kering


Hindari makanan yang pedas dan panas
Bernafas dengan mulut terbuka.
Menghentikan perdarahan
Menghentikan perdarahan secara aktif dengan menggunakan kaustik atau tampon
jauh lebih efektif daripada dengan pemberian obat-obat hemostatik dan menunggu darah
berhenti dengan sendirinya. Jika pasien datang dengan perdarahan maka pasien sebaiknya
diperiksa dalam keadaan duduk, jika terlalu lemah pasien dibaringkan dengan meletakan
bantal di belakang punggung pasien. Sumber perdarahan dicari dengan bantuan alat
penghisap untuk membersihkan hidung dari bekuan darah, kemudian dengan menggunakan
tampon kapas yang dibasahi dengan adrenalin 1/10000 atau lidokain 2 % dimasukan ke
dalam rongga hidung untuk menghentikan perdarahan atau mengurangi nyeri, dapat
dibiarkan selama 3-5 menit.

Perdarahan Anterior
Dapat menggunakan alat kaustik nitras argenti 20-30% atau asam triklorasetat 10%
atau dengan elektrokauter. Bila perdarahan masih berlangsung maka dapat digunakan
tampon anterior (kapas dibentuk dan dibasahi dengan adrenalin + vaseline) tampon ini
dapat digunakan sampai 1-2 hari.

Perdarahan Posterior
Perdarahan biasanya lebih hebat dan lebih sukar dicari, dapat dilihat dengan menggunakan
pemeriksaan rhinoskopi posterior. Untuk mengurangi perdarahan dapat digunakan tampon Beelloqk.

Tampon Beelloqk
Mandiri
Pada epitaksis, gejala yang utama adalah perdarahan dari hidung, gejala yang lain
sesuai dengan etiologi yang bersangkutan. Oleh sebab itu pada tindakan penanganan
mandiri perawat, yang harus diperhatikan adalah penanganan pada:
Risiko kekurangan volume cairan,
Nyeri,
Risiko infeksi.
Tindakan mandiri perawat
Awasi tanda-tanda vital
Awasi masukan/haluaran, hitung kehilangan cairan akibat perdarahan
Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan membrane mukosa mulut
Kaji keluhan nyeri
Awasi tanda-tanda vital
Berikan posisi yang nyaman
Dorong penggunaan manajemen nyeri
Kurangi prosedur tindakan invasive
Awasi tanda-tanda vital Kurangi pengunjung
Perawatan
Aliran darah akan berhenti setelah darah berhasil dibekukan dalam proses
pembekuan darah. Sebuah opini medis mengatakan bahwa ketika pendarahan terjadi, lebih
baik jika posisi kepala dimiringkan ke depan (posisi duduk) untuk mengalirkan darah dan
mencegahnya masuk ke kerongkongan dan lambung.
Pertolongan pertama jika terjadi mimisan adalah dengan memencet hidung bagian
depan selama tiga menit. Selama pemencetan sebaiknya bernafas melalui mulut.
Perdarahan ringan biasanya akan berhenti dengan cara ini. Lakukan hal yang sama jika
terjadi perdarahan berulang, jika tidak berhenti sebaiknya kunjungi dokter untuk bantuan.
Untuk pendarahan hidung yang kronis yang disebabkan keringnya mukosa hidung,
biasanya dicegah dengan menyemprotkan salin pada hidung hingga tiga kali sehari.
Jika disebabkan tekanan, dapat digunakan kompres es untuk mengecilkan pembuluh
darah (vasokonstriksi). Jika masih tidak berhasil, dapat digunakan tampon hidung. Tampon
hidung dapat menghentikan pendarahan dan media ini dipasang 1-3 hari. Kematian akibat
pendarahan hidung adalah sesuatu yang jarang.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA EPISTAKSIS


A. PENGKAJIAN
1. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan
2. Riwayat Penyakit sekarang
3. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh sulit bernafas, tenggorokan.
4. Riwayat penyakit dahulu :
- Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma
- Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
- Pernah menedrita sakit gigi geraham
5. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
6. Riwayat spikososial
a. Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih0
b. Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
7. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
- Untuk mengurangi flu biasanya klien mengkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek
samping
b. Pola nutrisi dan metabolisme :
- biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
c. Pola istirahat dan tidur
- selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
d. Pola Persepsi dan konsep diri
- klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsep diri menurun
e. Pola sensorik
- daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik
purulen , serous, mukopurulen).

8. Pemeriksaan fisik
a. status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran.
b. Pemeriksaan fisik data focus hidung : rinuskopi (mukosa merah dan bengkak).
Data subyektif :
- Mengeluh badan lemas
Data Obyektif
- Perdarahan pada hidung/mengucur banyak
- Gelisah
- Penurunan tekanan darah
- Peningkatan denyut nadi
- Anemia
B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. PK : Perdarahan
2. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif
3. Cemas
4. Nyeri Akut

C. Perncanaan Keperawatan
1. PK : Perdarahan
Tujuan : meminimalkan perdarahan
Kriteria : Tidak terjadi perdarahan, tanda vital normal, tidak anemis
INTERVENSI
- Monitor keadaan umum pasien
- Monitor tanda vital
- Monitor jumlah perdarahan psien
- Awasi jika terjadi anemia
- Kolaborasi dengan dokter mengenai masalah yang terjadi dengan perdarahan : pemberian
transfusi, medikasi
2. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif
Tujuan : Bersihan jalan nafas menjadi efektif
Kriteria : Frekuensi nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan, tidak menggunakan otot
pernafasan tambahan, tidak terjadi dispnoe dan sianosis

No. Intervensi Rasional

1 Mandiri Penurunan bunyi nafas dapat


Kaji bunyi atau kedalamanmenyebabkan atelektasis, ronchi dan
pernapasan dan gerakan dada. wheezing menunjukkan akumulasi sekret
Catat kemampuan mengeluarkan Sputum berdarah kental atau cerah dapat
mukosa/batuk efektif diakibatkan oleh kerusakan paru atau
luka bronchial
Berikan posisi fowler atau semi Posisi membantu memaksimalkan
fowler tinggi ekspansi paru dan menurunkan upaya
Bersihkan sekret dari mulut danpernafasan
trakea Mencegah obstruksi/aspirasi
Pertahankan masuknya cairan
Membantu pengenceran sekret
sedikitnya sebanyak 250 ml/hari
kecuali kontraindikasi

2 Kolaborasi Mukolitik untuk menurunkan batuk,


Berikan obat sesuai dengan indikasiekspektoran untuk membantu
mukolitik, ekspektoran,memobilisasi sekret, bronkodilator
bronkodilator menurunkan spasme bronkus dan
analgetik diberikan untuk menurunkan
ketidaknyamanan

3. Cemas
Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang
Kriteria :
- Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya
- Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.

No. Intervensi Rasional


1 2 3
1 Kaji tingkat kecemasan klien Menentukan tindakan selanjutnya
Berikan kenyamanan dan
Memudahkan penerimaan klien terhadap
ketentraman pada klien : informasi yang diberikan
Temani klien Meningkatkan pemahaman klien tentang
Perlihatkan rasa empati( datang denganpenyakit dan terapi untuk penyakit
menyentuh klien ) tersebut sehingga klien lebih kooperatif
Berikan penjelasan pada klien tentang
Dengan menghilangkan stimulus yang
penyakit yang dideritanya perlahan,mencemaskan akan meningkatkan
tenang seta gunakan kalimat yangketenangan klien.
jelas, singkat mudah dimengerti Mengetahui perkembangan klien secara
Singkirkan stimulasi yang berlebihandini.
misalnya : Obat dapat menurunkan tingkat
- Tempatkan klien diruangan yangkecemasan klien
lebih tenang
- Batasi kontak dengan orang lain
/klien lain yang kemungkinan
mengalami kecemasan
Observasi tanda-tanda vital.
Bila perlu , kolaborasi dengan tim
medis
4. Nyeri Akut
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
- Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
- Klien tidak menyeringai kesakitan

No. Intervensi Rasional


1 2 3
1 Kaji tingkat nyeri klien Mengetahui tingkat nyeri klien dalam
Jelaskan sebab dan akibat nyeri padamenentukan tindakan selanjutnya
klien serta keluarganya Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan
Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi klien berpartisipasi dalam perawatan
Observasi tanda tanda vital danuntuk mengurangi nyeri
keluhan klien Klien mengetahui tehnik distraksi dan
Kolaborasi dngan tim medis relaksasi sehinggga dapat
Terapi konservatif : mempraktekkannya bila mengalami nyeri
obat Acetaminopen; Mengetahui
Aspirin, keadaan umum dan
dekongestan hidung perkembangan kondisi klien.
Menghilangkan /mengurangi keluhan
nyeri klien
Diposting oleh oda sunrise di 22.37
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

2 komentar:

1.

diyas sajja =D21 Januari 2012 18.01

terima kasih, atas infonyaa


Balas

2.

oda sunrise19 Mei 2012 21.04


sama"...
Balas
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
MENGENAI SAYA

oda sunrise
Yogyakarta - nabire, DIY - Papua, Indonesia
lahir pada tanggal 16 januari 1991, di kota nabire - papua. saya seorang mahasiswa di
salah satu universitas swasta yang berada di kota Yogyakarta. perawat adalah cita-cita ke
3 saya.Trimakasih Ayah Ibu yang sudah memberikan semuanya selama ini,dan buat
teman-teman Prodi S1 keperawatan makasih ya buat dukungannya selama ini (Peace love
and respect.... )
Lihat profil lengkapku

ARSIP BLOG
2012 (4)
2011 (35)
o September (3)
o Juni (6)
o Mei (26)
ASUHAN KEPERAWATAN PERIKARDITIS
ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR
ASUHAN KEPERAWATAN SINDROMA GUILAIN BARRE
ASUHAN KEPERAWATAN ANGINA PEKTORIS
ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS EKSFOLIATIF
ASUHAN KEPERAWATAN VARISES VENA
ASUHAN KEPERAWATAN MYOCARD INFARK
ASUHAN KEPERAWATAN ATRESI ANI / ANUS IMPERFORATE
ASUHAN KEPERAWATAN DISENTRI
ASUHAN KEPERAWATAN TIFUS ABDOMINAL
ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR IGA
ASUHAN KEPERAWATAN EPISTAKSIS
ASUHAN KEPERAWATAN EMFISEMA PARU
ASUHAN KEPERAWATAN EMBOLISME PARU
ASUHAN KEPERAWATAN KELAINAN VASKULER HEPATOMEGALI...
ASUHAN KEPERAWATAN MALARIA
ASUHAN KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK
ASUHAN KEPERAWATAN CIDERA MEDULLA SPINALIS
ASUHAN KEPERAWATAN HNP (Hernia Nukleus Pulposus)
ASUHAN KEPERAWATAN SISTEMIC LUPUS ERITEMATOSUS ( S...
ASUHAN KEPERAWATAN MIKROGLOBULINEMIA WALDENSTROM
ASUHAN KEPERAWATAN ERITROBLASTOSIS FETALIS
ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
ASUHAN KEPERAWATAN MICROCEPHALUS
ASUHAN KEPERAWATAN Mielomeningokel (Mylomeningocel...

LINK
http://ners-nerskeperawatan.blogspot.com/
http://penick-penick.blogspot.com/
http://stikesbethesda.ac.id/
http://www.facebook.com/profile.php?id=100000080728349&sk=info

PENGIKUT

LANGGANAN
Pos
Komentar
TOTAL TAYANGAN LAMAN

454,870

APAKAH ANDA MENYUKAI BLOG INI? Ada kesalahan di dalam gadget ini
STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta. Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like