You are on page 1of 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA BRONKHIAL

A. Konsep Dasar Medis

1. Defenisi

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami

penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang

menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat berulang namun reversible,

dan di antar episode pentyimpatan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi

yang lebih normal (Silvia A. Price dalam Nanda NIC NOC 2015, Jilid 1).

Asma merupakan gangguan radang kronik saluran nafas. Saluran nafas

yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila

terangsang oleh factor resiko tertentu, jalan nafas menjadi tersumbat dan aliran

udara terhambat karena kontriksi bronkus, sumbatan mucus, dan

meningkatnyanproses radang (Almazini, 2012).

Asma adalah suatu keadaan dimana aluran nafas mengalami

penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang

menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat

terjadi pada siapa saja dan dapat timbul di segala usia, tetapi umumnya asma

lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dn orang dewasa pada

usia sekitar 30 tahunan (Saheb 2013).


2. Klasifikasi Asma

Asma dibedakan menjadi 4 jenis yaitu :

1) Asma Bronkial

Asma bronchial merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan

adanya respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap berbagai

macam rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang

tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara spontan

atau setelah mendapat pengobatan. Penderita asma bronchial, hipersensitif

dan hiperaktif terhadap rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu

binatang, asap dan bahan lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya

sangat mendadak, sehingga gangguan asma bias dating secara tiba-tiba. Jika

tidak mendapatkan pertolongan secepatnya, risiko kematian bisa dating.

Gangguan asma bronchial juga bisa muncul lantaran adanya radang yang

mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah.

Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos aluran pernapasan,

pembengkakan saluran lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang

berlebihan.

2) Asma Kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma

kardial biasanya terjadi pada malam hari, disertai seak nafas yang hebat.

Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi

pada saat penderita sedang tidur.

3) Status asmatikus

Asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang konvensional.

Status asmatikus merupakan keadaan emergensi dan tidak langsung

memberikan respon terhadap dosis umum bronkodililstor. Status

asmatikus yang di alami penderita asma dapat berupa asma dapat berupa

pernapasan wheezing, ronchi ketika bernafas (adanya suara bising

ketika bernafas), kemudian bisa berlanjut menjadi pernafasan labored

(perpanjangan ekshalasi), pembesaran vena leher, hipoksemia, respirasi

alkalosis, rspirasi sianosis, dyspnea dan kemudian berahir dengan

tachypnea. Namun makin besarnya obstruksi di bronkus maka suara

wheezing dapat hilang biaanya menjadi gagal pernapasan.

4) Athmatic Emergency

Yaitu asma yang dapat menyebabkan kematian.

3. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan factor timbulnya serangan asma bronchial

yaitu :

1) Faktor Genetik

Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum di ketahui bagaimana

cara penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai

keluarga dekat yang juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat

alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronchial jika

terpapar dengan factor ppencetus.

2) Alergen.

Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasan. Contoh : debu, bulu

binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.

b. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh : makanan dan obat-

obatan.

c. Kontaktan : yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh :

Perhiasan, logam dan jam tangan.

3) Perubahan Cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi

asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim. Seperti

musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan

dengan arah angin, serbuk bunga dan debu.

4) Stress
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma dan

memperberat asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk

menyelesaikan masalah pribadinya karena jika stressnya belum diatasi

maka gejala asmanya belum bisa di obati.

5) Olahraga atau aktivitas jasmani yang berat.

Sebagian besar penderitaakan mendapat serangan jika melakukan

aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah

menimbulkan serangan asma.

4. Manifetasi Klinik

Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan

gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan

dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, seta tanpa otot-otot bantu

pernafaan bekerja dengan keras. Gejala klasik : sesak nafas, mengi (Wheezing),

batuk, dan pada sebagian penderita adayang merasa nyeri di dada. Pada

serangan asma yang lebih berat, gejala yang timbul makin banyak, antara lain :

silet chest, sianosis, gangguan kesadaran, hiperinflasi dada, takikardi, dan

pernafasan cepat-dangkal. Serangan asma sering terjadi pada malam hari.

5. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma

adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membrane mukosa jalan udara,

dan eksudasi mucus intramiliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi

menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume

ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan premature jalan udara,

hiperinflai paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastic dan

frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi

menyebabkan pertbedaan satu bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan

menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO2 akibat

hiperventilasi

Pada respon alergi di saluran nafas, antibody IgE berikatan dengan alergen

menyebabkan degranulasi tersebut, hitamin dilepakan. Histamine

menyebabkan kontriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamine

berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamine juga

merangsang pembentukan mucus dan meningkatkan kapiler, maka juga akan

terjadi kongesti dan pembengkakan ruang intertisium paru.

Individu yang mengalami asma mungkin memilik respon IgE yang sensitif

berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya yang terlalu mudah

mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan

tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mucus, edema dan

obstruki aliran udara.

6. Penatalaksanaan
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non

farmakolgik dan pengobatan farmakologik

1) Pengobatan non farmakologik

a. Penyuluhan

Penyuluhan ini ditunjukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang

penyakit asthma sehingga klien secara sadar menghindari faktor-faktor

pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada

tim kesehatan.

b. Menghindari factor pencetus

Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asma yang ada

pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi

faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagian klien.

c. Fisioterapi

Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mucus.

Ini dapat di lakukan dengan draignase postural, perkusi dan fibrasi dada.

2) Pengobatan Farmakologik

Adapun terapi asma yaitu sebagai berikut :

- Asma intermitten tidak memerlukan obat pengendali

- Asma persisten ringan memerlukanobat pengendali kortikosteroid

inhalasi atau pilihan lainnya; teofilin lepas lambat


- Asma persisten sedang memerlukan pengendali berupa

kortikosteroid inhalasi < 1000 ug ditambah dengan beta 2 agonis

aksi lama (LABA)

- Ama persisten berat memerlukan kortikosteroid inhalasi > 1000 ug

BDP atau ekivalen + LABA inhalasi + teofilin lepas lambat.

Penatalaksanaan status asmatikus yaitu :

- Oksigen

- Inhalasi agoni beta 2 kerja cepat (nebulizer) sampai 3 kali

tergantung respon awal.

- Inhalasi antikolinergik (ipatroprium bromida) tiap 4 6 jam

terutama pada obstruksi berat dan dapat diberikan bersama-sama

beta agonis.

- Kortikosteroid oral atau parenteral dengan dosis 40-60 mg/hari

setara prednisone

- Aminofilin dosis awal bolus perlahan > 30 menit, 5-6 mg/kgBB (1

ampul) dilanjutkan infuse aminofilin 0,5-0,6 mg/kgBB/jam (1

ampul dalam 500 cc cairan isotonis 20 tetes/menit)

- Antibiotik bila ada infeksi sekunder

- Pasien diobservasi 1-3 jam kemudian dengan pemberian beta 2

agonis tiap 60 menit. Bila observasu pasien membaik, pasien dapat

dipulangkan
- Bila diobservasi 1 3 jam tidak ada perbaikan atau pasien masuk

golongan risiko tinggi; pemerikaan fisik tambah berat APE > 50%

dan < 70% pasien harus d rawat.

7. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan sputum

Pada pemeriksaan sputum di temukan :

Kristal-kristal charccot leyden yang merupaka degranulasi dari

Kristal eosonofil.

Terdapat Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-

sel cabang-cabang bronkus

Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus

Terdapatnya neutrofil eosinofil

2) Pemeriksaan darah

Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,

sedangkan leukosit meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi

asma

Gas analisa darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan

pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,

sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat

komplikasi asma
3) Foto rontgen

Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan

asma, gambaran ini menunjukan hiperinflasi paru berupa radiosulen yang

bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta diafraghma yang menurun.

Akan tetapi bila terdapat komplikasi kelainan yang terjadi adalah :

Bila disertai dengan bronchitis, bercakan hilus akan bertambah

Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan

gambaran yang bertambah.

Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran

infiltrate pada paru.

4) Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas

tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :

Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan

dan rotasi searah jarum jam.

Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni terdapat RBBB

Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni terdapat RBBB

Tanda-tanda hipoksia yakni terdapat sinu takikardi, SVES, dan VES

atau terjadinya relatif ST depresi.


8. Komplikasi

a. Pneumotoraks

b. Pneumonediatinum

c. Gagal nafa

d. Bronkitis
B. Asuhan Keperawatan

1. Riwayat Keperawatan

a. Aktivitas / istirahat

Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise Ketidakmampuan untuk

melakukan aktivitas sehari hari karena sulit bernapas,

ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi

duduk tinggi, dispnea pada saat istirahat atau respon

terhadap aktivitas atau latihan

Tanda : Kelitihan, Gelisah, insomnia, kelemahan umum / kehilangan

massa otot.

b. Sirkulasi

Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah

Tanda : Peningkatan TD, Peningkatan freuensi jantung/takikardi berat,

distritmia, distensi vena leher (penyakit berat), edema

dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung,

bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan dengan

peningkatan diameter AP dada, warna kulit/membrane

mukosa; normal atau abu-abu/sianosis : kuku tabuhdan

sianosis perifer, pucat dapat menunjukan anemia.


c. Integritas ego

Gejala : PeningkatanFaktor Resiko, perubahan pola hidup.

Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

d. Makanan/cairan

Gejala : Mual muntah

Nafsu makan buruk /anoreksia (Emfisema), ketidakmampuan

makan karena distress pernapasan, penurunan berat badan

menunjukan edema (Bronkitis)

Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat.

e. Pernapasan

Gejala : Napas pendek (timbulnya tersembunyi dengan dipnea sebagai

gejala menonjol pada emfisema) khusunya pada kerja ; cuaca

atau episode berulangnya sulit napa (asma); raa dada tertekan,

ketidakmampuan untuk bernapas (asma)

Tanda : Biasanya cepat, dapat lambat; fase ekspirasi

memanjang dengan riwayat mendengkur napas bibir

(emfisema).
f. Keamanan

Gejala : Riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap

zat/faktor lingkungan.

g. Seksualitas

Gejala : Penurunan Libido

h. Penyuluhan / pembelajaran

Gejala : Penggunaan/penyalahan obat pernapasan, keulitan

menghentikan merokok, penggunaan alcohol secara teratur,


2. Rencana Keperawatan

Menurut Doenges (2000) pada klien gastritis ditemukan diagnosa keperawatan

sebagai berikut :

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Bronkospasme,

peningkatan produksi sekret

2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen

(spasme bronkus).

3) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual

dan muntah.

4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Intervensi dan Rasional.

Menurut Doenges (2000) pada klien gastritis ditemukan diagnosa keperawatan

dengan intervensi dan rasional sebagai berikut :

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningakatan produksi sekret

Intervensi Rasional

1. Kaji tanda-tanda vital dan 1. Beberapa derajat spasme bronkus


auskultasi bunyi nafas, terjadi dengan obstruksi jalan nafas.
misalnya; wheezing dan
mengi.
2. Berikan posisi yang yang 2. Peninggian kepala tempat tidur
nyaman yaitu posisi semi mempermudah fungsi pernafasan.
fowler
3. Tingkatkan masukan cairan, 3. Membantu mempermudah
dengan member air hangat pengeluaran sekret
4. Dorong atau bantu latihan 4. Membikan cara untuk mengatasi
napas dalam dan batuk efektif dan mengontrol dispnea, dan
5. Kolaborasi pemberian obat mengeluarkan secret.
dan humidifikai seperti 5. Menurunkan kekentalan secret dan
nebulizer mengeluarkan sekret

2). Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai

oksigen (spasme bronkus).

Intervensi Rasional

1. Kaji pernapasan, auskultasi 1. Sebagai sumber data adanya


bunyi napas perubahan sebelum dan sesudah
perawatan di berikan
2. Kaji frekuensi kedalaman 2. Berguna dalam evaluasi derajat
pernapasan distress pernapasan dan atau
kronisnya proses penyakit.
3. Tinggikan kepala tempat tidur, 3. Pengiriman oksigen dapat
bantu pasien untuk memilih diperbaiki dengan posisi duduk
posisi yang nyaman untuk tinggi dan latihan napas untuk
bernafas. menurunkan kolaps jalan napas,
dispnea, dan kerja napas.
4. Dorong untuk latihan napas
4. Membantu membersihkan secret
dalam dan batuk efektif.
dari paru dan napas dalam
memperbaiki oksigenasi.
5. Kolaborasi Pemberian oksigen 5. Dapat memperbaiki oksigenasi
sesuai indikasi dan mencegah terjadinya hipoksia

3). Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,

mual dan muntah.

Intervensi Rasional

1. Timbang berat badan sesuai 1. Mengevaluasi keefektifan dan


indikasi. kebutuhan mengubah perubahan
nutrisi.
2. Berikan makanan dalam 2. Meningkatkan proses pencernaan
jumlah sedikit tapi sering dan toleransi pasien terhadap nutrisi
dan teratur yang diberikan
3. Anjurkan klien untuk minum 3. Air hangat dapat mengurangi mual
air hangat saat makan
4. Konsultasi dengan ahli gizi 4. Merupakan sumber efektif untuk
untuk mengidentifikasi kebutuhan
nutrisi.
4). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat kemampuan 1. Mengetahui tingkat aktifitas pasien


aktivitas.
2. Tingkatkan aktivitas secara 2. Membantu pasien dalam memenuhi
bertahap sesuai toleransi. kebutuhan pasien secara mandiri
3. Anjurkan keluarga untuk 3. Membantu pasien dalam memenuhi
membantu memenuhi kebutuhan pasien sehari hari.
kebutuhan pasien
DAFTAR PUSTAKA

1. Silvia A.Price dalam Nanda NIC NOC : Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis (2015), Jilid 3, Penerbit : Mediacation

2. Marilynn E. Doengoes (2000), Rencana Auhan Keperawatan, Penerbit:

Buku Kedokteran

3. Almazini (2012) : Pdf Bronchial thermoplasty pilihan therapy baru untuk

Asma berat. Jakarta :Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

4. dr. Zakaria Mustari, S. Pd. Ilmu Penyakit Dalam

5. Saheb, A. (2013) : Pdf Penyakit Asma. Bandung: CV Medika

You might also like