You are on page 1of 21

REFERAT

PSIKOTERAPI FOKUS PADA PSIKOTERAPI


SUPORTIF DAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Disusun oleh :
Farida Fidiyaningrum (1102011099)

Pembimbing:
dr. Esther Sinsuw, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA Tk. I R.S. SUKANTO

PERIODE 3 JULI 4 AGUSTUS 2017

1
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. HF
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir/umur : 29 Mei 1988 (29 Th)
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan terakhir : SMA
Status pernikahan : Cerai Hidup
Status pekerjaan : Anggota Polisi
Alamat : Buaran 15/8 Jatinegara, Jakarta Timur
Tanggal masuk perawatan : 08 Juli 2017 di bangsal melati

II. Riwayat Psikiatri


Autoanamnesis : Pada tanggal 10 Juli di bangsal melati
Alloanamnesis : Dilakukan anamnesis kepada teman pasien pada
tanggal 15 Juli 2017 di bangsal melati

A. Keluhan Utama
Pasien mengamuk dan melakukan gerakan-gerakan tidak beraturan yang tidak disadari
pasien.
B. Keluhan Tambahan
Pasien berbicara melantur dan mengeluarkan kata-kata kasar, serta mendengar bisikan-
bisikan.
C. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Polri pada hari Sabtu tanggal 08 Juli 2017, diantar
oleh teman kantor pasien dengan keluhan mengamuk, berbicara kasar tanpa disadari,
melakukan gerakan-gerakan yang tidak disadari, serta mendengar bisikan-bisikan goib.
Hal ini disebabkan karena pasien putus minum obat selama 3 hari.
Pasien mengaku bahwa pasien merupakan pasien jiwa RS Polri sejak tahun
2011. Pasien mengatakan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa setelah pasien
menikah dengan istrinya. Pasien beranggapan bahwa istrinya ingin membunuhnya dan
2
mengambil hartanya dengan cara membuat pasien gila. Hal ini karena pasien pernah
mendapat bisikan bahwa penyakitnya itu akibat ulah istrinya.
Sebelum datang kerumah sakit pasien sempat berobat kebeberapa orang pintar,
namun tidak kunjung sembuh, dan pasien mendapatkan informasi dari orang pintar
tempatnya berobat bahwa hal ini diakibatkan karena istrinya.
Selanjutnya bisikan-bisikan aneh juga sering didengar oleh pasien. Pasien
mengatakan bahwa bisikan berisi mengenai ejekan kepada Tuhan yang ada di atas.
Bisikan mengenai perintah untuk menyakiti orang lain atau menyakiti dirinya sendiri
disangkal oleh pasien.
Pasien juga memiliki kepercayaan mistik, yakni percaya adanya khodam
(pembantu dari dimensi gaib). Jika pasien menunjuk atau menulis nama orang yang
dianggap memiliki kodam, tiba-tiba tubuh pasien bergerak tak menentu.
Pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah melihat hal-hal gaib disekitarnya,
namun jika pasien menunjuk kearah sekitar yang dianggapnya ada hal gaib tiba-tiba
tubuh pasien bergerak tak menentu. Namun pasien mengaku sering melihat sosok
almarhum kedua orang tuanya setelah selesai solat.
Saat lebaran pasien pulang kampung kedesanya untuk sekaligus mengurus surat
cerai dengan istrinya. Namun disaat itu pula penyakitnya kambuh dan pasien dilarikan
ke rumah sakit jiwa solo dan dirawat disana selama 20 hari. Selanjutnya pasien kembali
ke jakarta untuk bekerja, dan selang sepuluh hari pasien mulai kambuh lagi akibat tidak
mengkonsumsi obatnya. Lalu pasien dilarikan lagi ke RS Polri Kramat Jati.
Pasien tidak memiliki riwayat trauma kepala atau menggunakan zat psikoaktif.
Pada saat pemeriksaan, pasien tidak merasa sedih, kurangnya minat dan aktivitas
menurun.

D. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Gangguan Psikiatrik
Pasien mulai mengalami gejala-gejala diatas sejak tahun 2011 dan dirawat di RS
Polri. Pasien sering ke poli RS Polri untuk berobat namun tidak rutin. Pasien juga
tidak rutin meminum obat yang diberikan dokter, dikarenakan jika sudah merasa
enakan pasien tidak meminum obatnya kembali. Pasien juga tidak hafal nama-
nama obat yang biasanya dikonsumsi pasien. Akibat jarang kontrol dan minum
obat ini pasien sering mengalami kekambuhan.

3
2. Gangguan Medik
Pasien mengaku tidak pernah dirawat di Rumah Sakit karena penyakit lain, tidak
ada trauma kepala, kecelakaan ataupun operasi.

3. Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol


Pasien mengaku suka merokok, pernah mengkonsumsi alkohol, namun tidak
pernah mengkonsumsi zat-zat adiktif lainnya.

Skema Perjalanan Penyakit

Skema Perjalanan Penyakit


8

5
Gejala

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 juni 2017 juni 2017 Juli 2017

Keterangan :

2011 : Pasien mengamuk, bicara kasar dan suka melakukan gerakan-gerakan aneh
serta suka mendengar bisikan-bisikan aneh.

2011-2017 : Pasien tidak kontrol rutin ke poli dan tidak rutin mengkonsumsi obat
yang diberikan oleh dokter. Pasien mengaku sering terjadi kekambuhan, dalam
setahun bisa terjadi beberapa kali kekambuhan.

Juni 2017 : Pasien kambuh, mengamuk, melakukan gerakan-gerakan aneh serta


mendengar bisikan bisikan gaib. Lalu dirawat di RS Jiwa Solo selama 20 hari.

4
Juli 2017 : Selepas pulang rawat dari RS Jiwa Solo 10 hari kemudian pasien
kambuh lagi, dengan gejala mengamuk, melakukan gerakan gerakan aneh serta
mendengar bisikan-bisikan gaib. Lalu pasien dirawat di RS Polri Kramat Jati.

E. Riwayat Kehidupan Pribadi


Riwayat perkembangan kepribadian
a. Masa prenatal dan perinatal
Pasien lahir di bidan desa Solo, Jawa Tengah. Selama kehamilan kondisi
ibu sehat. Kehamilan selama 9 bulan dan persalinan dilakukan secara
normal.
b. Riwayat masa kanak awal (0 3 tahun)
Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya. Selama masa ini, proses
perkembangan dan pertumbuhan sesuai dengan anak sebayanya. Pasien
tidak pernah mendapat sakit berat.
c. Riwayat masa kanak pertengahan (0 11 tahun)
Masa ini dilalui dengan baik, tumbuh kembang baik dan normal seperti
anak seusianya. Pasien tergolong anak yang baik, mudah bergaul, sering
mendengar kata orang tua.
d. Masa kanak akhir dan remaja
Pasien dirawat oleh kedua orangtuanya dan mempunyai 4 saudara
kandung. Pasien tumbuh dan berkembang sehat seperti anak lain. Pasien
merupakan anak yang mudah untuk bersosialisasi.
e. Masa dewasa
Pasien telah menyelesaikan pendidikan SMA dan mendaftar diri menjadi
anggota polisi.

Riwayat pendidikan
SD : Pasien menyelesaikan pendidikannya di SD tanpa pernah tinggal
kelas. Prestasi sekolahnya baik
SMP : Pasien menyelesaikan pendidikannya di SMP tanpa pernah tinggal
kelas. Prestasi sekolahnya baik
SMA : Pasien dapat menyelesaikan pendidikan di SMA tanpa pernah
tinggal kelas. Prestasi sekolahnya baik
Riwayat pekerjaan

5
Pasien bekerja sehari-hari sebagai anggota kepolisian di polda metro jaya.
Kehidupan beragama
Pasien seorang penganut agama Islam. Pasien termasuk rajin sholat dan
mengaji.
Kehidupan sosial dan perkawinan
Pasien menikah pada tahun 2011 dijodohkan oleh orangtuanya, setelah
menikah beberapa bulan pasien ditinggalkan oleh istrinya karena penyakitnya.
Dari pernikahan tersebut pasien memiliki keturunan yakni anak perempuan.
Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum, dan tidak pernah
terlibat dalam proses peradilan yang terkait dengan hukum.

F. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ke 5 dari 5 bersaudara.
Genogram :

G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya


Pasien ingin sembuh dan kembali beraktivitas layaknya orang normal pada umumnya.
H. Impian, Fantasi, dan Cita-cita Pasien
Pasien ingin kembali bekerja dikantor dan bertemu dengan teman-temannya.

6
STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien laki-laki berusia 29 tahun dengan penampilan fisik yang sesuai dengan
usianya, berbadan tinggi serta kurus, rambut hitam ikal, dan kulit sawo matang.
Pasien dapat merawat diri dan kebersihan cukup.

2. Kesadaran
Kesadaran Neurologik : Compos mentis
Kesadaran Psikiatri : Terganggu

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor


a. Sebelum wawancara : Pasien sedang berbicara dengan teman disebelah
kamarnya
b. Selama wawancara : Pasien terlihat tenang dan dapat menjawab
pertanyaan dengan baik, konsentrasi tidak
terganggu. Saat wawancara berlangsung pasien
terlihat kooperatif.
c. Sesudah wawancara : pasien masih tampak ramah dan tenang, di akhir
wawancara juga demikian.
4. Sikap terhadap pemeriksa
Selama wawancara pasien menunjukkan sikap kooperatif
5. Pembicaraan
Pasien dapat berbicara bila perlu dan spontan, artikulasi jelas, ide cukup.

B. MOOD, AFEK DAN KESERASIAN


Mood : eutimia (saat pemeriksaan)
Afek : tumpul (saat pemeriksaan)
Empati : masih dapat diraba rasakan oleh pemeriksa

C. GANGGUAN PERSEPSI

7
o Halusinasi : auditori : mendengar bisikan-bisikan yang membuat
dirinya seperti ini adalah istrinya, dan mendengar bisikan-
bisikan yang menjelek-jelekan Tuhan.
visual : Terkadang melihat almarhum kedua orangtuanya
sehabis sholat.
o Ilusi : Tidak ada
o Depersonalisasi : Tidak ada
o Derealisasi : Tidak ada

D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)


1. Taraf pendidikan : SMA
2. Pengetahuan umum : Baik
3. Kecerdasan : Baik
4. Konsentrasi : Baik
5. Orientasi :
a. Waktu : Baik (pasien dapat menyebutkan pemeriksaan pada siang
hari)
b. Tempat : Baik (pasien tahu sekarang sedang berada di RS Polri)
c. Orang : Baik (pasien dapat membedakan dokter dan suster)
6. Daya ingat :
Jangka panjang : Baik (Pasien dapat mengingat tanggal lahir)
Jangka pendek : Baik (Pasien ingat menu makan paginya )
Segera : Baik (Pasien dapat menyebutkan 3 benda yang
disebutkan oleh pemeriksa)
7. Pikiran abstraktif : Baik (Pasien dapat membedakan buah jeruk dengan tomat)
8. Visuospasial : Baik (Pasien dapat menggambarkan bentuk yang diminta oleh
pemeriksa)
9. Kemampuan menolong diri
Cukup (Pasien tidak membutuhkan bantuan orang lain untuk mandi dan
makan, terkadang harus diingatkan terlebih dahulu untuk mandi baru pasien
tersebut mandi)

8
E. PROSES PIKIR
Arus pikir
o Kontinuitas : Koheren
o Hendaya bahasa : Tidak ada

Isi pikir
o Preokupasi : Tidak ada
o Waham : Waham mistik : pasien percaya dengan adanya khodam
(pembantu dari duia gaib), jika seseorang yang ia tulis atau tunjuk memiliki
khodam maka tubuhnya tiba-tiba akan bergerak aneh. Begitu juga jika pasien
menunjuk atau mengenakan cincin, gelang atau kalung, tubuh pasien akan
bergerak tak karuan.
o Obsesi : tidak ada
o Kompulsi : tidak ada
o Fobia : tidak ada
F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik, selama wawancara pasien dapat berlaku dengan tenang dan tidak
menunjukkan gejala yang agresif dan tidak marah.

G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : Baik (pasien membedakan perbuatan baik dan buruk)
2. Uji daya nilai : Baik (Pasien mengatakan bahwa perkelahian adalah hal
yang tidak baik)
3. RTA : Terganggu

H. TILIKAN
Derajat 3 : Sadar akan penyakitnya tetapi menyalahkan, tetapi menyalahkan orang
lain, faktor luar, atau faktor organik.
I. RELIABILITAS (TARIF DAPAT DIPERCAYA)
Pemeriksa memperoleh kesan secara umum jawaban pasien dapat dipercaya.

PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Internus
a) Keadaaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Compos Mentis

9
c) TTV : TD : 120/80 mmHg
RR : 20 x/menit
HR : 84 x/menit
Suhu : 36,5 C

d) Sistem Kardiovaskular : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)


e) Sistem Respiratorius : Vesikuler +/+, Rhonki-/-, Wheezing -/-
f) Sistem Gastrointestinal : Bising usus normal, thympani di semua kuadran.
g) Ekstremitas : Edema (-), sianosis (-), akral hangat.
h) Sistem Urogenital : Tidak diperiksa
B. Status Neurologik
Tidak dilakukan pemeriksaan

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien laki-laki berusia 29 tahun datang ke IGD RS Polri dengan keluhan


mengamuk, berbicara kasar tanpa disadari, melakukan gerakan-gerakan yang
tidak disadari, serta mendengar bisikan-bisikan goib.
Pasien beranggapan bahwa penyakitnya ini diakibatkan karena istrinya yang
ingin ia mati dan mengambil hartanya. Gangguan waham kejar (+).
Pasien sering mendengar bisikan-bisikan aneh. Pasien mengatakan bahwa
bisikan berisi mengenai ejekan kepada Tuhan yang ada di atas. Gangguan
persepsi didapatkan Halusinasi Auditorik (+)
Pasien juga percaya dengan adanya khodam (pembantu dari dunia gaib), jika
seseorang yang ia tulis atau tunjuk memiliki khodam maka tubuhnya tiba-tiba
akan bergerak aneh. Begitu juga jika pasien menunjuk atau mengenakan cincin,
gelang atau kalung, tubuh pasien akan bergerak tak karuan. Gangguan waham
mistik (+).
Pasien mengaku terkadang melihat sosok almarhum kedua orangtuanya saat
sehabis sholat. Gangguan persepsi didapatkan Halusinasi visual (+)
Pasien merupakan pasien poli jiwa di RS Polri, namun diakuinya bahwa pasien
tidak kontrol rutin dan sering putus minum obat.
Pada status mental didapatkan, penampilan diri baik sesuai usia, kooperatif,
mood eutimia, afek tumpul, reabilitas dapat dipercaya.

10
Tilikan derajat 3 : Sadar akan penyakitnya tetapi menyalahkan, tetapi
menyalahkan orang lain, factor luar, atau factor organik.

FORMULA DIAGNOSTIK

Setelah wawancara, pasien ditemukan adanya sindroma atau perilaku dan


psikologi yang bermakna secara klinis dan menimbulkan penderitaan (distress)
dan ketidakmampuan/ hendaya (disability/impairment) dalam fungsi serta
aktivitasnya sehari-hari. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami gangguan jiwa yang sesuai dengan definisi yang tercantum dalam
PPDGJ III.

o Aksis I : Gangguan Klinis dan Gangguan Lain yang Menjadi Fokus Perhatian
Klinis
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien tidak pernah memiliki
riwayat trauma kepala. Pasien juga tidak pernah menggunakan zat psikoaktif.
Sehingga gangguan mental dan perilaku akibat gangguan mental organik dan
penggunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan.
Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami waham,
halusinasi auditorik dan visual. Dari hal tersebut, kriteria diagnostik menurut
PPDGJ III pada ikhtisar penemuan bermakna pasien digolongkan dalam F.20.0
Skizofrenia Paranoid.

o Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental


Z03.2 (tidak ada diagnosis aksis II)
o Aksis III : Kondisi Medis Umum
Tidak ada
o Aksis IV : Problem Psikososial dan Lingkungan
Masalah dengan keluarga : Pasien ingin bercerai dengan istrinya dan
secepatnya mengurus surat cerai, namun keadaan membuatnya tidak bisa
mengurusnya dengan cepat.
o Aksis V : Penilaian Fungsi Secara Global

11
Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global Assement
Of Functioning (GAF) menurut PPDGJ III didapatkan GAF saat pemeriksaan
berada pada range 60-51 : gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

Evaluasi multiaksial

Aksis I : F.20.0 Skizofrenia Paranoid

Aksis II : Z03.2 (tidak ada diagnosis aksis II)

Aksis III : Tidak ada

Aksis IV : Masalah dengan keluarga : Pasien ingin bercerai dengan istrinya


dan secepatnya mengurus surat cerai, namun keadaan membuatnya
tidak bisa mengurusnya dengan cepat.
Aksis V : GAF 60-51 : gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

DIAGNOSIS

Diagnosis kerja : F.20.0 Skizofrenia Paranoid

PROGNOSIS

Ad Vitam : dubia ad bonam

Ad Sanationam : dubia ad malam

Ad Fungsionam : dubia ad malam

RENCANA TERAPI

a. Psikofarmaka
Olanzapine 1 x 10mg

b. Psikoterapi
Kepada pasien
Psikoterapi suportif dengan memberikan motivasi kepada pasien agar bisa
cepat kembali pulih dan berkumpul lagi bersama keluarganya, berempati dan

12
memberikan perhatian pada pasien, tidak menghakimi pasien, menghormati pasien
sebagai manusia seutuhnya dan peduli pada aktivitas keseharian pasien.
Kepada keluarga
Diperlukan peran serta keluarga dalam penanganan pasien. Psikoedukasi
dapat dilakukan dengan menjelaskan segala hal tentang penyakit pasien dari
penyebab, gejala-gejalanya, faktor-faktor yang memberatkan dan cara
pencegahannya. Dengan begitu keluarga bisa menerima dan mengerti keadaan
pasien serta mendukung proses terapi dan mencegah kekambuhan.
Perlu juga diberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien
dengan menerangkan mengenai kegunaan obat terhadap gejala pasien serta efek
samping yang dapat muncul. Selain itu juga ditekankan pentingnya pasien kontrol
dan minum obat secara teratur sehingga diharapkan keluarga turut serta untuk
bekerja sama dalam berjalannya program terapi.

13
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Skizofrenia


Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu gangguan
psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek,
dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya
tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian
Gejala skizofrenia secara garis besar dapat di bagi dalam dua kelompok, yaitu
gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif berupa delusi, halusinasi, kekacauan
pikiran, gaduh gelisah dan perilaku aneh atau bermusuhan. Gejala negatif adalah alam
perasaan (afek) tumpul atau mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari pergaulan,
miskin kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif, apatis atau acuh tak
acuh, sulit berpikir abstrak dan kehilangan dorongan kehendak atau inisiatif

2.2 Etiologi Skizofrenia


Penyebab skizofrenia menurut penelitian mutakhir antara lain :

Faktor genetik;
Virus;
Autoantibodi;
Malnutrisi.

2.3. Perjalanan Penyakit

a. Penegakkan diagnosis
Pedoman Diagnostik Skizofrenia menurut PPDGJ-III, adalah sebagai berikut
(Maslim, 2003) :

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. thought echo, yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda atau

14
thought insertion or withdrawal yang merupakan isi yang asing dan luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
thought broadcasting, yaitu isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya;
b. delusion of control, adalah waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar atau
delusion of passivitiy merupaka waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya diartikan secara
jelas merujuk kepergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan,
atau penginderaan khusus), atau
delusional perceptionyang merupakan pengalaman indrawi yang tidak
wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
c. Halusinasi auditorik yang didefinisikan dalam 3 kondisi dibawah ini:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
mahluk asing dan dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
. Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau
berbulan-bulan terus menerus;

15
a. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
b. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
c. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika;
e. Adanya gejala-gejala khas di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)
f. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.

* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.

b. Jenis-jenis skizofrenia
Gejala klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah diuraikan di muka,
dalam PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai
spesifikasi masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai
berikut :

A. Skizofrenia paranoid
Berdasarkan PPDGJ III, maka skizofrenia paranoid dapat didiganosis apabila
terdapat butir-butir berikut :

16
Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia
Sebagai tambahan :
Halusinasi dan atau waham harus menonjol :
- Suara-suara halusinasi satu atau lebih yang saling berkomentar tentang diri
pasien, yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau tanpa bentuk
verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa.
- Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain
perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
- Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion
of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau Passivity (delusion of
passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejalakatatonik
secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.

B. Skizofrenia Hebefrenik
C. Skizofrenia Katatonik
D. Skizofrenia Simplex
E. Skizofrenia residual
F. Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated).
G. Depresi Pasca-Skizofrenia
H. Skizofrenia lainnya
Bouffe Delirante (acute delusional psychosis)
Oneiroid
Early onset schizophrenia
Late onset schizophrenia

2.6. Penatalaksanaan

Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama


menimbulkan kemungkinan lebih besar penderita menuju ke kemunduran mental.

17
A. Farmakoterapi
Indikasi pemberian obat antipsikotik pada skizofrenia adalah untuk
mengendalikan gejala aktif dan mencegah kekambuhan. Obat antipsikotik mencakup
dua kelas utama: antagonis reseptor dopamin, dan antagonis serotonin-dopamin.

Antagonis Reseptor Dopamin


Antagonis reseptor dopamin efektif dalam penanganan skizofrenia, terutama
terhadap gejala positif. Obat-obatan ini memiliki dua kekurangan utama. Pertama,
hanya presentase kecil pasien yang cukup terbantu untuk dapat memulihkan fungsi
mental normal secara bermakna. Kedua, antagonis reseptor dopamin dikaitkan dengan
efek samping yang mengganggu dan serius. Efek yang paling sering mengganggu
adalah akatisia adan gejala lir-parkinsonian berupa rigiditas dan tremor. Efek
potensial serius mencakup diskinesia tarda dan sindrom neuroleptik maligna.

Antagonis Serotonin-Dopamin
SDA menimbulkan gejala ekstrapiramidal ayng minimal atau tidak ada,
berinteraksi dengan subtipe reseptor dopamin yang berbeda di banding antipsikotik
standar, dan mempengaruhi baik reseptor serotonin maupun glutamat. Obat ini juga
menghasilkan efek samping neurologis dan endokrinologis yang lebih sedikit serta
lebih efektif dalam menangani gejala negatif skizofrenia. Obat yang juga disebut
sebagai obat antipsikotik atipikal ini tampaknya efektif untuk pasien skizofrenia dalam
kisaran yang lebih luas dibanding agen antipsikotik antagonis reseptor dopamin yang
tipikal. Golongan ini setidaknya sama efektifnya dengan haloperidol untuk gejala
positif skizofrenia, secara unik efektif untuk gejala negatif, dan lebih sedikit, bila ada,
menyebabkan gejala ekstrapiramidal. Beberapa SDA yang telah disetujui di antaranya
adalah klozapin, risperidon, olanzapin, sertindol, kuetiapin, dan ziprasidon. Obat-obat
ini tampaknya akan menggantikan antagonis reseptor dopamin, sebagai obat lini
pertama untuk penanganan skizofrenia.
Pada kasus sukar disembuhkan, klozapin digunakan sebagai agen antipsikotik,
pada subtipe manik, kombinasi untuk menstabilkan mood ditambah penggunaan
antipsikotik. Pada banyak pengobatan, kombinasi ini digunakan mengobati keadaan
skizofrenia

Kategori obat: Antipsikotik memperbaiki psikosis dan kelakuan agresif.

18
Nama Obat
Haloperidol Untuk manajemen psikosis. Juga untuk saraf motor dan suara
(Haldol) pada anak dan orang dewasa. Mekanisme tidak secara jelas
ditentukan, tetapi diseleksi oleh competively blocking
postsynaptic dopamine (D2) reseptor dalam sistem mesolimbic
dopaminergic; meningkatnya dopamine turnover untuk efek
tranquilizing. Dengan terapi subkronik, depolarization dan D2
postsynaptic dapat memblokir aksi antipsikotik.
Risperidone Monoaminergic selective mengikat lawan reseptor D2 dopamine
(Risperdal) selama 20 menit, lebih rendah afinitasnya dibandingkan reseptor
5-HT2. Juga mengikat reseptor alpha1-adrenergic dengan afinitas
lebih rendah dari H1-histaminergic dan reseptor alpha2-
adrenergic. Memperbaiki gejala negatif pada psikosis dan
menurunkan kejadian pada efek ekstrpiramidal.
Olanzapine Antipsikotik atipikal dengan profil farmakologis yang melintasi
(Zyprexa) sistem reseptor (seperti serotonin, dopamine, kolinergik,
muskarinik, alpha adrenergik, histamine). Efek antipsikotik dari
perlawanan dopamine dan reseptor serotonin tipe-2.
Diindikasikan untuk pengobatan psikosis dan gangguan bipolar.
Clozapine Reseptor D2 dan reseptor D1 memblokir aktifitas, tetapi
(Clozaril) nonadrenolitik, antikolinergik, antihistamin, dan reaksi arousal
menghambat efek signifikan. Tepatnya antiserotonin. Resiko
terbatasnya penggunaan agranulositosis pada pasien
nonresponsive atau agen neuroleptik klasik tidak bertoleransi.
Quetiapine Antipsikotik terbaru untuk penyembuhan jangka panjang.
(Seroquel) Mampu melawan efek dopamine dan serotonin. Perbaikan lebih
awal antipsikotik termasuk efek antikolinergik dan kurangnya
distonia, parkinsonism, dan tardive diskinesia.
Aripiprazole Memperbaiki gejala positif dan negatif skizofrenia. Mekanisme
(Abilify) kerjanya belum diketahui, tetapi hipotesisnya berbeda dari
antipsikotik lainnya. Aripiprazole menimbulkan partial
dopamine (D2) dan serotonin (5HT1A) agonis, dan antagonis
serotonin (5HT2A).

19
Nama Obat Sediaan Dosis Anjuran
Haloperidol (Haldol) Tab. 2 5 mg 5 15 mg/hari
Risperidone
Tab. 1 2 3 mg 2 6 mg/hari
(Risperdal)
Olanzapine (Zyprexa) Tab. 5 10 mg 10 20 mg/hari
Clozapine (Clozaril) Tab. 25 100 mg 25 100 mg/hari
Quetiapine (Seroquel) Tab. 25 100 mg
50 400 mg/hari
200 mg
Aripiprazole (Abilify) Tab. 10 15 mg 10 15 mg/hari

Profil Efek Samping


Efek samping obat anti-psikosis dapat berupa:
Sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun).
Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik: mulut kering,
kesulitan miksi&defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler
meninggi, gangguan irama jantung).
Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut,akathisia, sindrom parkinson: tremor,
bradikinesia, rigiditas).
Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia), metabolik (jaundice),
hematologik (agranulocytosis), biasanya pada pemakaian panjang.
Efek samping ini ada yang dapat di tolerir pasien, ada yang lambat, ada yang
sampai membutuhkan obat simptomatik untuk meringankan penderitaan pasien. Efek
samping dapat juga irreversible : Tardive dyskinesia (gerakan berulang involunter pada:
lidah, wajah, mulut/rahang, dan anggota gerak, dimana pada waktu tidur gejala tersebut
menghilang). Biasanya terjadi pada pemakaian jangka panjang (terapi pemeliharaan)
dan pada pasien usia lanjut. Efek samping ini tidak berkaitan dengan dosis obat anti-
psikosis.

20
DAFTAR PUSTAKA

Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto ed. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI

Maslim R, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkasan dari PPGDJ-III,
Jakarta, 2013 : 65

Sadock, B.J., Sadock, V.A., et al. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott Williams
& Wilkins.

21

You might also like