Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Farida Fidiyaningrum (1102011099)
Pembimbing:
dr. Esther Sinsuw, Sp.KJ
1
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. HF
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir/umur : 29 Mei 1988 (29 Th)
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan terakhir : SMA
Status pernikahan : Cerai Hidup
Status pekerjaan : Anggota Polisi
Alamat : Buaran 15/8 Jatinegara, Jakarta Timur
Tanggal masuk perawatan : 08 Juli 2017 di bangsal melati
A. Keluhan Utama
Pasien mengamuk dan melakukan gerakan-gerakan tidak beraturan yang tidak disadari
pasien.
B. Keluhan Tambahan
Pasien berbicara melantur dan mengeluarkan kata-kata kasar, serta mendengar bisikan-
bisikan.
C. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Polri pada hari Sabtu tanggal 08 Juli 2017, diantar
oleh teman kantor pasien dengan keluhan mengamuk, berbicara kasar tanpa disadari,
melakukan gerakan-gerakan yang tidak disadari, serta mendengar bisikan-bisikan goib.
Hal ini disebabkan karena pasien putus minum obat selama 3 hari.
Pasien mengaku bahwa pasien merupakan pasien jiwa RS Polri sejak tahun
2011. Pasien mengatakan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa setelah pasien
menikah dengan istrinya. Pasien beranggapan bahwa istrinya ingin membunuhnya dan
2
mengambil hartanya dengan cara membuat pasien gila. Hal ini karena pasien pernah
mendapat bisikan bahwa penyakitnya itu akibat ulah istrinya.
Sebelum datang kerumah sakit pasien sempat berobat kebeberapa orang pintar,
namun tidak kunjung sembuh, dan pasien mendapatkan informasi dari orang pintar
tempatnya berobat bahwa hal ini diakibatkan karena istrinya.
Selanjutnya bisikan-bisikan aneh juga sering didengar oleh pasien. Pasien
mengatakan bahwa bisikan berisi mengenai ejekan kepada Tuhan yang ada di atas.
Bisikan mengenai perintah untuk menyakiti orang lain atau menyakiti dirinya sendiri
disangkal oleh pasien.
Pasien juga memiliki kepercayaan mistik, yakni percaya adanya khodam
(pembantu dari dimensi gaib). Jika pasien menunjuk atau menulis nama orang yang
dianggap memiliki kodam, tiba-tiba tubuh pasien bergerak tak menentu.
Pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah melihat hal-hal gaib disekitarnya,
namun jika pasien menunjuk kearah sekitar yang dianggapnya ada hal gaib tiba-tiba
tubuh pasien bergerak tak menentu. Namun pasien mengaku sering melihat sosok
almarhum kedua orang tuanya setelah selesai solat.
Saat lebaran pasien pulang kampung kedesanya untuk sekaligus mengurus surat
cerai dengan istrinya. Namun disaat itu pula penyakitnya kambuh dan pasien dilarikan
ke rumah sakit jiwa solo dan dirawat disana selama 20 hari. Selanjutnya pasien kembali
ke jakarta untuk bekerja, dan selang sepuluh hari pasien mulai kambuh lagi akibat tidak
mengkonsumsi obatnya. Lalu pasien dilarikan lagi ke RS Polri Kramat Jati.
Pasien tidak memiliki riwayat trauma kepala atau menggunakan zat psikoaktif.
Pada saat pemeriksaan, pasien tidak merasa sedih, kurangnya minat dan aktivitas
menurun.
3
2. Gangguan Medik
Pasien mengaku tidak pernah dirawat di Rumah Sakit karena penyakit lain, tidak
ada trauma kepala, kecelakaan ataupun operasi.
5
Gejala
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 juni 2017 juni 2017 Juli 2017
Keterangan :
2011 : Pasien mengamuk, bicara kasar dan suka melakukan gerakan-gerakan aneh
serta suka mendengar bisikan-bisikan aneh.
2011-2017 : Pasien tidak kontrol rutin ke poli dan tidak rutin mengkonsumsi obat
yang diberikan oleh dokter. Pasien mengaku sering terjadi kekambuhan, dalam
setahun bisa terjadi beberapa kali kekambuhan.
4
Juli 2017 : Selepas pulang rawat dari RS Jiwa Solo 10 hari kemudian pasien
kambuh lagi, dengan gejala mengamuk, melakukan gerakan gerakan aneh serta
mendengar bisikan-bisikan gaib. Lalu pasien dirawat di RS Polri Kramat Jati.
Riwayat pendidikan
SD : Pasien menyelesaikan pendidikannya di SD tanpa pernah tinggal
kelas. Prestasi sekolahnya baik
SMP : Pasien menyelesaikan pendidikannya di SMP tanpa pernah tinggal
kelas. Prestasi sekolahnya baik
SMA : Pasien dapat menyelesaikan pendidikan di SMA tanpa pernah
tinggal kelas. Prestasi sekolahnya baik
Riwayat pekerjaan
5
Pasien bekerja sehari-hari sebagai anggota kepolisian di polda metro jaya.
Kehidupan beragama
Pasien seorang penganut agama Islam. Pasien termasuk rajin sholat dan
mengaji.
Kehidupan sosial dan perkawinan
Pasien menikah pada tahun 2011 dijodohkan oleh orangtuanya, setelah
menikah beberapa bulan pasien ditinggalkan oleh istrinya karena penyakitnya.
Dari pernikahan tersebut pasien memiliki keturunan yakni anak perempuan.
Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum, dan tidak pernah
terlibat dalam proses peradilan yang terkait dengan hukum.
F. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ke 5 dari 5 bersaudara.
Genogram :
6
STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien laki-laki berusia 29 tahun dengan penampilan fisik yang sesuai dengan
usianya, berbadan tinggi serta kurus, rambut hitam ikal, dan kulit sawo matang.
Pasien dapat merawat diri dan kebersihan cukup.
2. Kesadaran
Kesadaran Neurologik : Compos mentis
Kesadaran Psikiatri : Terganggu
C. GANGGUAN PERSEPSI
7
o Halusinasi : auditori : mendengar bisikan-bisikan yang membuat
dirinya seperti ini adalah istrinya, dan mendengar bisikan-
bisikan yang menjelek-jelekan Tuhan.
visual : Terkadang melihat almarhum kedua orangtuanya
sehabis sholat.
o Ilusi : Tidak ada
o Depersonalisasi : Tidak ada
o Derealisasi : Tidak ada
8
E. PROSES PIKIR
Arus pikir
o Kontinuitas : Koheren
o Hendaya bahasa : Tidak ada
Isi pikir
o Preokupasi : Tidak ada
o Waham : Waham mistik : pasien percaya dengan adanya khodam
(pembantu dari duia gaib), jika seseorang yang ia tulis atau tunjuk memiliki
khodam maka tubuhnya tiba-tiba akan bergerak aneh. Begitu juga jika pasien
menunjuk atau mengenakan cincin, gelang atau kalung, tubuh pasien akan
bergerak tak karuan.
o Obsesi : tidak ada
o Kompulsi : tidak ada
o Fobia : tidak ada
F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik, selama wawancara pasien dapat berlaku dengan tenang dan tidak
menunjukkan gejala yang agresif dan tidak marah.
G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : Baik (pasien membedakan perbuatan baik dan buruk)
2. Uji daya nilai : Baik (Pasien mengatakan bahwa perkelahian adalah hal
yang tidak baik)
3. RTA : Terganggu
H. TILIKAN
Derajat 3 : Sadar akan penyakitnya tetapi menyalahkan, tetapi menyalahkan orang
lain, faktor luar, atau faktor organik.
I. RELIABILITAS (TARIF DAPAT DIPERCAYA)
Pemeriksa memperoleh kesan secara umum jawaban pasien dapat dipercaya.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Internus
a) Keadaaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Compos Mentis
9
c) TTV : TD : 120/80 mmHg
RR : 20 x/menit
HR : 84 x/menit
Suhu : 36,5 C
10
Tilikan derajat 3 : Sadar akan penyakitnya tetapi menyalahkan, tetapi
menyalahkan orang lain, factor luar, atau factor organik.
FORMULA DIAGNOSTIK
o Aksis I : Gangguan Klinis dan Gangguan Lain yang Menjadi Fokus Perhatian
Klinis
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien tidak pernah memiliki
riwayat trauma kepala. Pasien juga tidak pernah menggunakan zat psikoaktif.
Sehingga gangguan mental dan perilaku akibat gangguan mental organik dan
penggunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan.
Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami waham,
halusinasi auditorik dan visual. Dari hal tersebut, kriteria diagnostik menurut
PPDGJ III pada ikhtisar penemuan bermakna pasien digolongkan dalam F.20.0
Skizofrenia Paranoid.
11
Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global Assement
Of Functioning (GAF) menurut PPDGJ III didapatkan GAF saat pemeriksaan
berada pada range 60-51 : gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
Evaluasi multiaksial
DIAGNOSIS
PROGNOSIS
RENCANA TERAPI
a. Psikofarmaka
Olanzapine 1 x 10mg
b. Psikoterapi
Kepada pasien
Psikoterapi suportif dengan memberikan motivasi kepada pasien agar bisa
cepat kembali pulih dan berkumpul lagi bersama keluarganya, berempati dan
12
memberikan perhatian pada pasien, tidak menghakimi pasien, menghormati pasien
sebagai manusia seutuhnya dan peduli pada aktivitas keseharian pasien.
Kepada keluarga
Diperlukan peran serta keluarga dalam penanganan pasien. Psikoedukasi
dapat dilakukan dengan menjelaskan segala hal tentang penyakit pasien dari
penyebab, gejala-gejalanya, faktor-faktor yang memberatkan dan cara
pencegahannya. Dengan begitu keluarga bisa menerima dan mengerti keadaan
pasien serta mendukung proses terapi dan mencegah kekambuhan.
Perlu juga diberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien
dengan menerangkan mengenai kegunaan obat terhadap gejala pasien serta efek
samping yang dapat muncul. Selain itu juga ditekankan pentingnya pasien kontrol
dan minum obat secara teratur sehingga diharapkan keluarga turut serta untuk
bekerja sama dalam berjalannya program terapi.
13
PEMBAHASAN
Faktor genetik;
Virus;
Autoantibodi;
Malnutrisi.
a. Penegakkan diagnosis
Pedoman Diagnostik Skizofrenia menurut PPDGJ-III, adalah sebagai berikut
(Maslim, 2003) :
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. thought echo, yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda atau
14
thought insertion or withdrawal yang merupakan isi yang asing dan luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
thought broadcasting, yaitu isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya;
b. delusion of control, adalah waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar atau
delusion of passivitiy merupaka waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya diartikan secara
jelas merujuk kepergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan,
atau penginderaan khusus), atau
delusional perceptionyang merupakan pengalaman indrawi yang tidak
wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
c. Halusinasi auditorik yang didefinisikan dalam 3 kondisi dibawah ini:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
mahluk asing dan dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
. Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau
berbulan-bulan terus menerus;
15
a. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
b. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
c. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika;
e. Adanya gejala-gejala khas di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)
f. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.
b. Jenis-jenis skizofrenia
Gejala klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah diuraikan di muka,
dalam PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai
spesifikasi masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai
berikut :
A. Skizofrenia paranoid
Berdasarkan PPDGJ III, maka skizofrenia paranoid dapat didiganosis apabila
terdapat butir-butir berikut :
16
Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia
Sebagai tambahan :
Halusinasi dan atau waham harus menonjol :
- Suara-suara halusinasi satu atau lebih yang saling berkomentar tentang diri
pasien, yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau tanpa bentuk
verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa.
- Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain
perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
- Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion
of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau Passivity (delusion of
passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejalakatatonik
secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.
B. Skizofrenia Hebefrenik
C. Skizofrenia Katatonik
D. Skizofrenia Simplex
E. Skizofrenia residual
F. Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated).
G. Depresi Pasca-Skizofrenia
H. Skizofrenia lainnya
Bouffe Delirante (acute delusional psychosis)
Oneiroid
Early onset schizophrenia
Late onset schizophrenia
2.6. Penatalaksanaan
17
A. Farmakoterapi
Indikasi pemberian obat antipsikotik pada skizofrenia adalah untuk
mengendalikan gejala aktif dan mencegah kekambuhan. Obat antipsikotik mencakup
dua kelas utama: antagonis reseptor dopamin, dan antagonis serotonin-dopamin.
Antagonis Serotonin-Dopamin
SDA menimbulkan gejala ekstrapiramidal ayng minimal atau tidak ada,
berinteraksi dengan subtipe reseptor dopamin yang berbeda di banding antipsikotik
standar, dan mempengaruhi baik reseptor serotonin maupun glutamat. Obat ini juga
menghasilkan efek samping neurologis dan endokrinologis yang lebih sedikit serta
lebih efektif dalam menangani gejala negatif skizofrenia. Obat yang juga disebut
sebagai obat antipsikotik atipikal ini tampaknya efektif untuk pasien skizofrenia dalam
kisaran yang lebih luas dibanding agen antipsikotik antagonis reseptor dopamin yang
tipikal. Golongan ini setidaknya sama efektifnya dengan haloperidol untuk gejala
positif skizofrenia, secara unik efektif untuk gejala negatif, dan lebih sedikit, bila ada,
menyebabkan gejala ekstrapiramidal. Beberapa SDA yang telah disetujui di antaranya
adalah klozapin, risperidon, olanzapin, sertindol, kuetiapin, dan ziprasidon. Obat-obat
ini tampaknya akan menggantikan antagonis reseptor dopamin, sebagai obat lini
pertama untuk penanganan skizofrenia.
Pada kasus sukar disembuhkan, klozapin digunakan sebagai agen antipsikotik,
pada subtipe manik, kombinasi untuk menstabilkan mood ditambah penggunaan
antipsikotik. Pada banyak pengobatan, kombinasi ini digunakan mengobati keadaan
skizofrenia
18
Nama Obat
Haloperidol Untuk manajemen psikosis. Juga untuk saraf motor dan suara
(Haldol) pada anak dan orang dewasa. Mekanisme tidak secara jelas
ditentukan, tetapi diseleksi oleh competively blocking
postsynaptic dopamine (D2) reseptor dalam sistem mesolimbic
dopaminergic; meningkatnya dopamine turnover untuk efek
tranquilizing. Dengan terapi subkronik, depolarization dan D2
postsynaptic dapat memblokir aksi antipsikotik.
Risperidone Monoaminergic selective mengikat lawan reseptor D2 dopamine
(Risperdal) selama 20 menit, lebih rendah afinitasnya dibandingkan reseptor
5-HT2. Juga mengikat reseptor alpha1-adrenergic dengan afinitas
lebih rendah dari H1-histaminergic dan reseptor alpha2-
adrenergic. Memperbaiki gejala negatif pada psikosis dan
menurunkan kejadian pada efek ekstrpiramidal.
Olanzapine Antipsikotik atipikal dengan profil farmakologis yang melintasi
(Zyprexa) sistem reseptor (seperti serotonin, dopamine, kolinergik,
muskarinik, alpha adrenergik, histamine). Efek antipsikotik dari
perlawanan dopamine dan reseptor serotonin tipe-2.
Diindikasikan untuk pengobatan psikosis dan gangguan bipolar.
Clozapine Reseptor D2 dan reseptor D1 memblokir aktifitas, tetapi
(Clozaril) nonadrenolitik, antikolinergik, antihistamin, dan reaksi arousal
menghambat efek signifikan. Tepatnya antiserotonin. Resiko
terbatasnya penggunaan agranulositosis pada pasien
nonresponsive atau agen neuroleptik klasik tidak bertoleransi.
Quetiapine Antipsikotik terbaru untuk penyembuhan jangka panjang.
(Seroquel) Mampu melawan efek dopamine dan serotonin. Perbaikan lebih
awal antipsikotik termasuk efek antikolinergik dan kurangnya
distonia, parkinsonism, dan tardive diskinesia.
Aripiprazole Memperbaiki gejala positif dan negatif skizofrenia. Mekanisme
(Abilify) kerjanya belum diketahui, tetapi hipotesisnya berbeda dari
antipsikotik lainnya. Aripiprazole menimbulkan partial
dopamine (D2) dan serotonin (5HT1A) agonis, dan antagonis
serotonin (5HT2A).
19
Nama Obat Sediaan Dosis Anjuran
Haloperidol (Haldol) Tab. 2 5 mg 5 15 mg/hari
Risperidone
Tab. 1 2 3 mg 2 6 mg/hari
(Risperdal)
Olanzapine (Zyprexa) Tab. 5 10 mg 10 20 mg/hari
Clozapine (Clozaril) Tab. 25 100 mg 25 100 mg/hari
Quetiapine (Seroquel) Tab. 25 100 mg
50 400 mg/hari
200 mg
Aripiprazole (Abilify) Tab. 10 15 mg 10 15 mg/hari
20
DAFTAR PUSTAKA
Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto ed. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI
Maslim R, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkasan dari PPGDJ-III,
Jakarta, 2013 : 65
Sadock, B.J., Sadock, V.A., et al. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott Williams
& Wilkins.
21