You are on page 1of 13

DAFTAR ISI

Kata Pengantar....ii

Daftar Isi ....iii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang .1

B. Rumusan Masalah...2

C. Tujuan Masalah ....2

Bab II Pembahasan Masalah

A. Pengrtian Penyelenggaraan Jenazah ....3

B. Tanggapan seorang muslim terhadap orang yang meniggal dunia...4

C. Memendikan Jenazah.....5

D. Mengkafani Jenazah..........12

E. Shalat Jenazah......14

F. Menguburkan Jenazah..15.

Bab III Penutup

A. Kesimpulan...22

B. Saran-Saran...22

Daftar pustaka.......23
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Islam mengajurkan kepada ummatnya agar selalu ingat mati. Islam juga mengjurkan kepada
ummatnya untuk mengjungi orang yang sedang sakit menghibur dan mendoakannya. Apabila seseorang
telah meninggal dunia, hendaklah seseorang dari mahramnya yang paling dekat dan sama jenis
kelaminnya melakukan kewajiban yang mesti dilakukan terhadap jenazah , yaitu memandikan
mengkafani,menembahyangkan, dan menguburkannya.

Menyelenggarakan jenazah adalah suatu perntah agama yang ditunjjukan kepada ummat
muslim, Apabilah perintah itu telah dilaksanakan dengan baik dan benar oleh sebhagian mereka. Maka
kewjiban melksanakan perintah itu sudah terbayar. Kewjiban yang demikian sifatnya dalam istilah
agama dinamakan fardhu kifayah.

Karena semua amal ibadah harus dikerjakan dengan ilmu, maka mempelajari ilmu tentang
peraturan-peraturan di sekitar penyelengaraan jenazah itupun merupakan fardhu kifayah juga.

Akan berdosalah seluruh anggota sesuatu kelompok kaum muslimin apabila dalam kelompok
tersebut tidak terdapat orang yang berilmu cukup untuk melaksanakan fardhu kifayah di sekitar
penyelenggaraan jenazah itu.

Oleh karena itu, dalam pembahasan makalah selanjutnya akan dipaparkan secara terperinci
insya Allah tentang penyelenggaraan jenazah. Di dalam makalah ini akan dijelaskan hal-hal yang
dikerjakan dalam penyelenggaraan jenazah dan juga doa-doa yang diucapkan dari pemandian hingga
pemakaman.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana tanggappan atau sikap seorang muslim jika ada salah satu orang muslim yang meninggal
dunia ?

2. Bagaimana cara memandikan jenazah ?

3. Mengkafani Jenazah ?

4. Bagaimana cara menshalati jenazah ?

5. Bagaimana cara memakamkan jenazah ?


BAB II

PEMBAHSAN MASALAH

A. Pengertian penyelenggaraan jenazah

Penyelenggaraan Jenazah adalah prosesi pengurusan jenazah yang dilakukan mulai dari
memandikan, mengkafani, menyolatkan hingga menguburkan mayit berdasarkan tuntunan syariat

Hukum menyelenggarakan jenazah adalah Fardhu Kifayah, artinya apabila disuatu daerah telah
ada orang yang telah menguasainya maka gugurlah kewajiban atas yang lain, namun bila disuatu daerah
tidak ada yang menguasainya maka wajib atas semua orang untuk melaksanakannya, bila tidak ada yang
melakukannya maka semua orang yang berada di daerah tersebut berdosa.

Menyelenggarakan jenazah bukan saja setelah seseorang meninggal, tetapi semenjak orang itu
sakit, menjelang ajal, di waktu datangnya ajal, menyiapkannya sesudah itu, sampai selesai menguburnya
semuanya telah dicontohkan dan diajarkan Rasulullah tentang itu secara terperinci, lengkap dan
sempurna.

Walaupun penyelenggaraan jenazah itu merupakan fardhu kifayah, tetapi agama menganjurkan
supaya sebanyak mungkin orang menyertai shalat jenazah, mengantarnya ke kubur dan menyaksikan
penguburannya. Oleh sebab itu, kalau seseorang tidak menguasai ilmu tentang aturan agamanya
mengenai perkara ini, akan sangat aib baginya.

Islam telah mengingatkan kita semua bahwa setiap insan yang bernyawa pasti mengalami
kematian. Allah SWT telah berfirman :Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada
hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu............(Q.S. Ali Imran/3 : 185)

B. Tanggapan seorang muslim terhadap orang yang meniggal dunia

Jika ada kerabat yang meninggal,keluarga yang meninggal hendaknya ikhlas dan rela melepaskan
kepergiannya. Semua yang di dunia ini hanyalah milik Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya.

Artinya : ......Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali. (Q.S.Al-Baqarah/2 :
156)

Nabi Muhammad saw juga bersabda :

Dari Abu Hurairah,Nabi saw. bersabda : Banyak-banyaklah kamu mengingat hal yang memutuskan
kesenangan,yaitu mati.(H.R. at- Tirmidzi)

Sikap Seorang Muslim jika ada Muslim Lain yang Baru Saja Meninggal adalah:
a. menutup(memejamkan) matanya,

b. Doa menutup mata muslim yang baru saja meninggal


:

c. menutup mulutnya,yaitu dengan mengikat dagu dan kepalanya,c. menutup badannya dengan kain
agar auratnya tidak terlihat,d. diperbolehkan menciumnya sebagai tanda berduka cita,e. membayar
utangnya,Dari Abu Hurairah,Rasulullah saw. bersabda: Diri orang mukmin itu tergantung (tidak
sampai ke hadirat Allah) karena utangnya,hingga utang itu dibayar.(H.R. at- Tirmidzi)f. memberi tahu
keluarga,kerabat,dan teman-temannya agar mereka segera mengurus,mendoakan dan
menyhalatkannya,g. tidak melukainya,sebagaimana tidak melukai badan orang yang masih hidup,h.
tidak mencelanya.

C. Memandikan Jenazah

a. Syarat jenazah yang dimandikan

Tidak semua jenazah dimandikan. Ada beberapa syarat yang wajib dimandikan yaitu : 1. Mayat orang
islam

2. Ada tubuhnya walaupun sedikit

3. Mayat itu bukan mati syaid

b. Yang berhak memandikan Mayat

Apa bila mayat itu laki-laki maka yang berhak memnadikannya adalah laki-laki. Permpuan tidak
boleh memandikan mayat laki-laki, kecuali istri dan mahrammnya , sebaiknya jika mayat itu adalah
permpuan. Jika suami dan mahram masih ada, istri lebih berhak memendikan suaminya.

Apa bila seorang istri meninggal dan ditempat itu tidak ada permpuan,suami atau mahrammnya,
mayat itu hendaklah ditayammumkan tidak boleh dimandikan oleh laki-laki yang lain. Rasulullah saw.
Bersabda, Jika seorang perempuan meninngal di lingkugan laki-laki dan tidak ada perempuan lain atau
laki laki meninggal di lingkungan perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya maka
hendaklah mayat-mayat itu ditayamumkan,lalu dimakamkan. Keduangya itu sama halnya dengan orang
yang tidak mendapatkan air (H.R Abu dawud dan al-Baihaqi)

1. Alat dan bahan yang dipergunakan

Alat-alat yang dipergunakan untuk memandikan jenazah adalah sebagai berikut:


- Kapas
- Dua buah sarung tangan untuk petugas yang memandikan
- Sebuah spon penggosok
- Alat penggerus untuk menggerus dan menghaluskan kapur barus Spon-spon plastik
- Shampo
- Sidrin (daun bidara)
- Kapur barus
- Masker penutup hidung bagi petugas
- Gunting untuk memotong pakaian jenazah sebelum dimandikan
- Air
- Pengusir bau busuk dan Minyak wangi
>Daun Sidr (Bidara)
2. Menutup aurat si mayit

Dianjurkan menutup aurat si mayit ketika memandikannya. Dan melepas pakaiannya, serta
menutupinya dari pandangan orang banyak. Sebab si mayit barangkali berada dalam kondisi yang tidak
layak untuk dilihat. Sebaiknya papan pemandian sedikit miring ke arah kedua kakinya agar air dan apa-
apa yang keluar dari jasadnya mudah mengalir darinya.

Seorang petugas memulai dengan melunakkan persendian jenazah tersebut. Apabila kuku-kuku
jenazah itu panjang, maka dipotongi. Demikian pula bulu ketiaknya. Adapun bulu kelamin, maka jangan
mendekatinya, karena itu merupakan aurat besar. Kemudian petugas mengangkat kepala jenazah
hingga hampir mendekati posisi duduk. Lalu mengurut perutnya dengan perlahan untuk mengeluarkan
kotoran yang masih dalam perutnya. Hendaklah memperbanyak siraman air untuk membersihkan
kotoran-kotoran yang keluar.

Petugas yang memandikan jenazah hendaklah mengenakan lipatan kain pada tangannya atau sarung
tangan untuk membersihkan jasad si mayit (membersihkan qubul dan dubur si mayit) tanpa harus
melihat atau menyentuh langsung auratnya, jika si mayit berusia tujuh tahun ke atas.

3. Mewudhukan jenazah

petugas me-wudhu-i jenazah tersebut sebagaimana wudhu untuk shalat. Namun tidak perlu
memasukkan air ke dalam hidung dan mulut si mayit, tapi cukup dengan memasukkan jari yang telah
dibungkus dengan kain yang dibasahi di antara bibir si mayit lalu menggosok giginya dan kedua lubang
hidungnya sampai bersih.Selanjutnya petugas berniat (dalam hati) untuk memandikan jenazah serta
membaca basmalah. Lalu

Selanjutnya, dianjurkan agar mencuci rambut dan jenggotnya dengan busa perasan daun bidara atau
dengan busa sabun. Dan sisa perasan daun bidara tersebut digunakan untuk membasuh sekujur jasad si
mayit.

4. Membasuh tubuh jenazah

Setelah itu membasuh anggota badan sebelah kanan si mayit. Dimulai dari sisi kanan tengkuknya,
kemudian tangan kanannya dan bahu kanannya, kemudian belahan dadanya yang sebelah kanan,
kemudian sisi tubuhnya yang sebelah kanan, kemudian paha, betis dan telapak kaki yang sebelah kanan.
Selanjutnya petugas membalik sisi tubuhnya hingga miring ke sebelah kiri, kemudian membasuh
belahan punggungnya yang sebelah kanan. Kemudian dengan cara yang sama petugas membasuh
anggota tubuh jenazah yang sebelah kiri, lalu membalikkannya hingga miring ke sebelah kanan dan
membasuh belahan punggung yang sebelah kiri. Dan setiap kali membasuh bagian perut si mayit keluar
kotoran darinya, hendaklah dibersihkan.
Banyaknya memandikan: Apabila sudah bersih, maka yang wajib adalah memandikannya satu kali dan
mustahab (disukai/sunnah) tiga kali.

D. Mengkafani Jenazah

a. Mengkafani dengan baik

Mengkafani dengan baik adalah mengafani degan kafan yang baik dan cara yang baik. Kafan yang
baik adalah kafan yang suci,bersih,cukup tebal,ukurannya mencukupi,kualitasnya sedang, dan tidak
berlebih lebihanatau terlalu mewah, baik dalam kualitas maupun ukuran.

b. Memberikan kain kafan berwarna putih

Menggunakan kain kafan yang berwarna putih untuk mengkafani jenazah adalah sunnah Rasulullah
saw. Bersabda :

Pakaikan lah diantara pakaian pakaian mu

(H.R.ahmad dari Ibnu Abbas : 2109 dan Abu Dawud dari Ibnu Abbas : 3380)

Dibentangkan tiga lembar kain kafan, sebagiannya di atas sebagian yang lain. Kemudian didatangkan
jenazah yang sudah dimandikan lalu diletakkan di atas lembaran-lembaran kain kafan itu dengan posisi
telentang. Kemudian didatangkan hanuth yaitu minyak wangi (parfum) dan kapas. Lalu kapas tersebut
dibubuhi parfum dan diletakkan di antara kedua pantat jenazah, serta dikencangkan dengan secarik kain
di atasnya (seperti melilit popok bayi).
Kemudian sisa kapas yang lain yang sudah diberi parfum diletakkan di atas kedua matanya, kedua
lubang hidungnya, mulutnya, kedua telinganya dan di atas tempat-tempat sujudnya, yaitu dahinya,
hidungnya, kedua telapak tangannya, kedua lututnya, ujung-ujung jari kedua telapak kakinya, dan juga
pada kedua lipatan ketiaknya, kedua lipatan lututnya, serta pusarnya. Dan diberi parfum pula antara
kafan-kafan tersebut, juga kepala jenazah.

Selanjutnya lembaran pertama kain kafan dilipat dari sebelah kanan dahulu, baru kemudian yang
sebelah kiri sambil mengambil handuk/kain penutup auratnya. Menyusul kemudian lembaran kedua dan
ketiga, seperti halnya lembaran pertama. Kemudian menambatkan tali-tali pengikatnya yang berjumlah
tujuh utas tali. Lalu gulunglah lebihan kain kafan pada ujung kepala dan kakinya agar tidak lepas
ikatannya dan dilipat ke atas wajahnya dan ke atas kakinya (ke arah atas). Hendaklah ikatan tali tersebut
dibuka saat dimakamkan. Dibolehkan mengikat kain kafan tersebut dengan enam utas tali atau kurang
dari itu, sebab maksud pengikatan itu sendiri agar kain kafan tersebut tidak mudah lepas (terbuka).

E. Shalat Jenazah

Tata cara dan Doa Shalat Jenazah

1. Lafazh Niat Shalat Jenazah :

Artinya:
"Aku niat shalat atas jenazah ini, fardhu kifayah sebagai makmum/imam lillaahi taaalaa.."

2. Setelah Takbir pertama membaca: Surat "Al Fatihah."


3. Setelah Takbir kedua membaca Shalawat kepada Nabi SAW

4. Setelah Takbir ketiga

"Ya Allah! Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari beberapa hal yang
tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya,
mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau
membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia),
berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami)
yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa
kubur dan Neraka.
Boleh juga hanya membaca :
"Allahummagh firlahu warhamhu waaafihi wafu anhu.."

5. Setelah takbir keempat membaca:

6. "Salam" kekanan dan kekiri

F. Menguburkan Jenazah

a. Waktu untuk mengubur mayat

Mengubur mayat boleh dilakukan pada siang dan malam hari. beberapa sahabat rasul saw. Dan
keluarganya pernah dikuburkan pada malam hari

Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di atas pundak dari
keempat sudut usungan. Disunnahkan menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus
tergesa-gesa. Bagi para pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya, di samping kanan
atau kirinya. Semua cara ada tuntunannya dalam sunnah Nabi. Para pengiring tidak dibenarkan untuk
duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab Rasulullah shallallahu alaihi wassalam telah melarangnya.

- Jenazah siap untuk dikubur. Allahul mustaan.

- Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur.

- Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke liang lahat dari arah kaki
kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara perlahan. Jika tidak memungkinkan, boleh
menurunkannya dari arah kiblat.
- Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklah mengucapkan: BISMILLAHI WA ALA
MILLATI RASULILLAHI (Dengan menyebut Asma Allah dan berjalan di atas millah Rasulullah shallallahu
alaihi wassalam). ketika menurunkan

jenazah ke lubang kubur. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.
- Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya, sebab tidak ada dalil
shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap wajahnya, kecuali bila si mayit meninggal
dunia saat mengenakan kain ihram sebagaimana yang telah dijelaskan.

- Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala dan kaki dilepas, maka
rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau papan kayu/bambu dari atasnya (agak
samping).

- Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi sesuatu yang masuk
sekaligus untuk menguatkannya.

- Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalam liang kubur setelah
jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.
Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah ke atas jenazah tersebut.
- Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak dilanggar kehormatannya,
dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah bentuk makam Rasulullah shallallahu alaihi wassalam
(HR. Bukhari).
- Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan diperciki air, berdasarkan
tuntunan sunnah Nabi shallallahu alaihi wassalam (dalam masalah ini terdapat riwayat-riwayat mursal
yang shahih, silakan lihat Irwaul Ghalil II/206). Lalu diletakkan batu pada makam bagian kepalanya
agar mudah dikenali.
- Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula menulisi batu nisan. Dan
diharamkan juga duduk di atas kuburan, menginjaknya serta bersandar padanya. Karena Rasulullah
shallallahu alaihi wassalam telah melarang dari hal tersebut. (HR. Muslim)
- Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si mayit (dalam menjawab pertanyaan dua
malaikat yang disebut dengan fitnah kubur). Karena ketika itu ruhnya dikembalikan dan ia ditanya di
dalam kuburnya. Maka disunnahkan agar setelah selesai menguburkannya orang-orang itu berhenti
sebentar untuk mendoakan kebaikan bagi si mayit (dan doa ini tidak dilakukan secara berjamaah, tetapi
sendiri-sendiri!). Sesungguhnya mayit bisa mendapatkan manfaat dari doa mereka.
Wallahu alam bish-shawab.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan penyelesaian makalah ini kami berharap dapat menambah ilmu pengetahuan kita,serta tidak
terlena atas apa yang ada di dunia kita hidup di dunia ini pada akhirnya akan meninggal juga. Untuk itu
sebelum kita menghampiri yang namanya kematian, baiknya kalau ada persiapan terlebih dahulu.
Seperti amal perbuatan baik tentunya.

Adapun kewajiban terhadap jenazahnya ada empat macam, yaitu

1). memandikannya,

2). mengkafaninya,

3). menshalatinya,

4). menguburkannya.

Setelah itu manusia sudah tidak mempunyai urusan di dunia lagi kecuali amal ibadahnya selama hidup di
dunia dan orang-orang yang selalu mendoakannya.

B. Saran-saran

Hidup di dunia tidaklah abadi, semua yang hidup akan mati. Persiapan yang baiklah yang akan
menjamin kita kedepannya. Sebelum urusan di dunia kita selesai maka gunakanlah waktu yang sebaik-
baiknya. Orang yang juga meninggal memerlukan bantuan kita untuk menyelesaikan urusannya di dunia
seperti pengkafanan hingga waktu takziyah. Jadi, betapa pentingnya kita harus mengetahui tata cara
tersebut secara tertib dan baik.
Daftar pustaka

Posted May 4, 2012 by Abu Afifah (Afifah's Father) in Uncategorized. Tagged: Islam, jenazah.

https://Fadhlihsan.wordpress.com/2011/08/01/tata-cara-pengurusan-jenazah-disertai-gambar .
http://Salafiyunm.blogspot.com/2009/01/tata-cara-pengurusan-jenazah.html.
MAKALAH PRAKTEK IBADAH

TENTANG PENYELENGGARAAN JENAZAH

OLEH:

AIDILA AFRIZA NIM ( 1611140028 )

DOSEN PEMBIMBING:

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI PERBANKAN SYARIAH

2016

You might also like