Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Baja karbon adalah baja yang hanya terdiri dari besi (Fe) dan karbon (C)
saja tanpa adanya bahan pemadu dan unsur lain yang kadang terdapat pada baja
karbon seperti Silikon (Si), Mangan (Mn), Fosfor (P) dan Sulfur (S) hanyalah
dengan presentase yang sangat kecil yang biasa dinamakan impurities. Pengaruh
dari unsur Si, Mn, P dan S adalah sebagai berikutt :
a. Si dan Mn
Biasanya kandungan paling banyak untuk Si adalah 0,4 % dan untuk Mn
adalah 0,5-0,8 %. Kedua unsur ini tidak banyak berarti pengaruhnya
terhadap sifat mekanik dari baja. Mn dipakai untuk mengurangi sifat rapuh
panas dan mampu menghilangkan lubang-lubang pada saat proses
penuangan/pembuatan baja.
b. Phosphor
Phosphor dalam baja karbon akan mengakibatkan kerapuhan dalam
keadaan dingin. Semakin besar prosentase phosphor semakin tinggi batas
tegangan tariknya, tetapi impact strength dan ductility nya turun.
Prosentase phosphor pada baja paling tinggi 0,08 % tetapi pada baja
karbon rendah prosentasenya 0,15-0,20 %untuk memperbaiki sifat mach
inability nya yaitu supaya chips/tatal yang terjadi tidak sambung-
menyambung melainkan dapat putus-putus.
c. Sulfur
Prosentase sulfur pada baja karbon 0,04 %. Sulfur dapat mempengaruhi
sifat rapuh panas.
4
Baja karbon
5
Struktur yang dimiliki oleh baja sangat ditentukan oleh kandungan
karbonnya. Pada baja karbon rendah, struktur didominasi oleh ferit dan
diikiuti oleh sedikit perlit. Pada baja karbon tinggi struktur didominasi
oleh perlit dengan sedikit sementit. Sedangkan pada baja karbon sedang,
struktur baja terdiri dari ferit dan pearlit dengan perbandingannya
tergantung pada kandungan karbonnya. Semakin tinggi karbon semakin
banyak pearlit.
2.1.1 Baja ST 41
Baja St 41 merupakan bahan bangunan yang sangat kuat dan liat dengan
struktur butir yang halus dan dapat dilakukan pengerjaan dalam keadaan panas
maupun pengerjaan dingin. Arti dari St itu endiri adalah singkatan dari steel (baja)
sedangkan angka 41 berarti menunjukkan batas minimum untuk kekuatan tarik 41
lm/mm2. Baja St 41 ini memiliki kekuatan tarik yang baik, sedangkan kuat
tekannya (tegangan tekan) sangat lemah. Oleh karena sifat ini, maka baja ini
digunakan senagai salah satu unsure penyusun beton (baja dinamakan sebagai
tulangan pada beton). Komponen beton (agregat+semen+air) memiliki kekeuatan
yang baik terhadap tekan, sedangkan baja memiliki kekuatan yang baik terhadap
tarik.
2.2.1 Nikel
Nikel adalah unsur kimia metalik dalam table periodik yang memiliki
simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan
murni nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom dan logam
lainnya dapat membentuk baja tahan karat yang keras, mudah ditempa, sedikit
ferromagnetis dan merupakan konduktor yang baik terhadap panas dan listrik.
Nikel tergolong dalam kelompok logam besi-kobal, yang dapat menghasilkan
alloy yang sangat berharga.
Perpaduan nikel, krom dan besi menghasilkan baja tahan karat (stainless
steel) yang banyak diaplikasikan pada peralatan dapur, ornamen-ornamen rumah
dan gedung, serta komponen industri.
6
Nikel adalah logam perak putih yang ditemukan pada tahun 1751 dan
unsur paduan utama yang memberikan kekuatan, ketangguhan dan ketahanan
korosi. Yang biasanya digunakan secara luas pada baja stainless dan paduan
berbasis nikel (yang biasa disebut super alloy). Paduan nikel digunakan pada
plikasi temperatur tinggi (seperti komponen mesin jet, roket dan pembangkit
listrik tenaga nuklir), Karena nikel mempunyai sifat magnetik. Penggunaan utama
nikel yaitu sebagai logam untuk electroplating dari part untuk permukaannya dan
untuk peningkatan ketahanannya terhadap korosi dan keausan. Paduan nikel
memiliki kekuatan tinggi dan tahan korosi pada temperature tinggi.
Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan
menjadi ciri komponen yang membedakan meteorit dari mineral lainnya. Unsur
nikel berhubungan dengan batuan basa yang disebut norit. Nikel biasanya terdapat
dalam tanah yang terletak di atas batuan basa.
7
Ekspansi kalor 13,4 m/m K
Kondusivitas termal 90,9 W/m K
Resistivitas listrik 69,3 n m
Modulus young 200 Gpa
Modulus shear 76 Gpa
Modulus bulk 180 Gpa
Rasio poisson 0,31
Skala mohs 4
Skala Vickers 638 Mpa
Skala brinell 700 Mpa
8
mempercepat korosi dari baja.
Nikel menunjukkan ketahanan Nikel adalah logam magnetic,
korosi yang baik, dan media oleh sebab itu nikel tidak
konvensional, pada lingkungan dapat digunakan pada bahan
kelembapan yang tinggi atau yang tidak memiliki sifat
lingkungan alkali atau asam magnet.
organik.
Konduktivitas listrik yang relatif Deposit nikel mungkin sering
baik. mengelupas dari logam dasar.
Deposisi nikel sangat
Daktilitas yang baik, terutama
sensitive terhadap pengotor
ketika di endapkan dari larutan
dalam elektrolit.
sulfamate.
2.2.2 Cobalt
Cobalt adalah suatu unsur kimia dalam table periodik yang meiliki
lambang Co dan nomor atom 27 dengan berat atom sebesar 58,933200. Cobalt
merupakan unsure transisi yang terletak pada golongan 9 pada periode ke empat.
Cobalt adalah logam metalik yang berwarna sedikit berkilauan dan ke abu-abuan.
Cobalt dapat bergabung dengan nikel dan biasa juga dengan arsen.
Sumber utama cobalt adalah speisses, yang merupakan sisa dalam peleburan bijih
arsen dari Ni, Cu, Pb. Cobalt relatif tidak reaktif, meskipun larut lambat sekali
dalam asam mineral encer.
9
membentuk endapan
hitam.
Melebur pada suhu 1490oC dan mendidih Dapat membentuk
pada suhu 3520oC senyawa kompleks
2.3 Elektroplating
Pelapisan secara listrik electroplating adalah elektrodeposisi
pelapisan/coating logam melekat ke elektroda untuk menjaga substrat dengan
memberikan permukaan dengan sifat dan dimensi berbeda daripada logam
basisnya tersebut (Anton J.H dan Tomijiro K.1995 : 25) sedangkan pengertian
electroplating yang lain adalah suatu proses pengerjaan permukaan material baik
logam maupun bukan logam dan upaya meningkatka sifat-sifat material tersebut
(Saleh, A. Arsianto, 1995 : 3). Sifat-sifat yang akan ditingkatkan adalah
penggabungan sifat-sifat pada tabel berikut.
Tabel 2.5 sifat-sifat yang ditingkatkan setelah proses elektroplating
10
Hasil yang diperoleh dalam proses elektroplating dipengaruhi oleh banyak
variabel, diantaranya larutan, durasi plating, tegangan antara kedua elektroda yang
digunakan (bandriyana, dkk, 2014).
a. Elektrolit, adalah suatu zat yang larut atau terurai kedalam bentuk ion-ion
dan selanjutnya larutan, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari
dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut
zat terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat
lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan
pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan
proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut
pelarutan atau solvasi, menjadi konduktor elektrik,. Konduktor elektrik
adalah material material yang dapat menghantarkan arus listrik dengan
mudah. Ion-ion merupakan atom-atom yang bermuatan elektrik. Elektrolit
bisa berupa air, asam, basa atau berupa senyawa kimia lainnya. Elektrolit
umumnya berbentuk asam, basa atau garam. Beberapa gas tertentu dapat
berfungsi sebagai elektrolit pada kondisi tertentu misalnya pada suhu tinggi
atau tekanan rendah. Elektrolit kuat identik dengan asam, basa, dan garam
kuat. Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar.
Sebagian besar senyawa yang berikatan ion merupakan elektrolit.
b. Anoda adalah elektroda. Elektroda adalah konduktor yang digunakan untuk
bersentuhan dengan bagian atau media non logam dari sebuah sirkuit (misal
semikonduktor, elektrolit atau vakum). Bisa berupa logam maupun
penghantar listrik lain, pada sel elektrokimia yang terpolarisasi jika arus
listrik mengalir ke dalamnya. Arus listrik mengalir berlawanan dengan arah
pergerakan elektron. Pada proses elektrokimia, baik sel galvanik (baterai)
maupun sel elektrolisis, anoda mengalami oksidasi.
c. Katoda adalah elektroda dalam sel elektrokimia yang terpolarisasi jika arus
listrik mengalir keluar darinya. Pada baterai biasa (baterai karbon-seng),
yang menjadi pembungkus baterai. Sedangkan baterai alkalin, yang menjadi
katoda adalah mangan dioksida (MnO2).
11
Elektroplating adalah proses pelapisan yang menggunakan prinsip
elektrokimia. Dalam metode ini komponen bersama dengan batangan atau
lempengan logam yang akan dilapisi, direndam dalam suatu larutan elektrolit yang
mengandung garam-garam logam pelapis (Chamberlain.1991:270). Apabila suatu
potensial diberikan ke dalam sel itu sehingga komponen menjadi katoda dan
batangan atau lempengan logam menjadi anoda. Ion-ion logam dari larutan akan
mengendap ke permukaan komponen sementara dari anoda ion-ion juga terus
terlarut. Dalam metode ini kita mengenal istilah throwing power yang diartikan
dengan kemampuan logam untuk menghasilkan ketebalan merata sejalan dengan
terus berubahnya panjang lintasan antara anoda dan permukaan komponen selama
pelapisan.
12
Arus yang digunakan pada proses pelapisan listrik adalah arus searah
(direct current/DC). Arus ini didapat dari sumber arus yang bermacam-macam,
yaitu baterai kering, accumulator, DC power supply. Ditinjau dari kestabilan arus
yang dibutuhkan maka sumber arus yang paling baik adalah DC power supply
(catu daya arus searah).
13
indentor pada permukaan bahan atau logam. Kemudian luas atau dimensi atau
diameter dari jejak penekanan/indentasi diukur.
Biasanya indentor atau alat tekan yang digunakan apada uji kekerasan
adalah berbentuk bola, piramida atau konis, kerucut. Nilai kekerasannya dihitung
dari jejak indentasinya dengan menggunakan formula tertentu sesuai metode
ujinya (Mediastika, 2010).
Metode pengukuran kekerasan yang digunakan untuk mengetahui
ketahanan dari logam adalah metode brinell, Rockwell, dan Vickers.
Uji kekerasan
Pada metode brinell, identor yang digunakan berbentuk bola yang terbuat
dari baja yang telah dikeraskan. Beban atau gaya penekanan yang diberikan
adalah antara 500 3000 kilogram. Nilai kekerasannya merupakan perbandingan
antara beban penekanan terhadap luas identasi.
14
Gambar 2.8 Pengujian Kekerasan Brinell
15
Kekerasan Rockwell B menggunakan indentor bola baja berdiameter 1,6
mm dengan beban 100 kg. sedangkan kekerasan Rockwell skala C menggunakan
indentor kerucut intan dengan beban penekanan sebesar 150 kg.
Beban yang digunakan sangat bervariasi mulai dari 1 kgf, untuk uji
kekerasan makro, dan 15 1000 gram untuk uji kekerasan makro. Waktu yang
digunakan untuk pembebanan indentasi biasanya adalah selama 30 detik.
Bilangan kekerasan vikers (HV) dihitung dengan formula:
HV = 1,854 x F / D2
Di mana:
F = beban yang diterapkan, kg
16
D = panjang diagonal jejak indentasi, mm
Dari data potensial electrode dapat dihitung bahwa emf standar untuk
proses korosi ini adalah Eosel = +1,67 V. reaksi ini terjadi pada lingkungan asam
dengan ion H+ sebagian dapat diperoleh dari reaksi karbon dioksida atmosfer
dengan air membentuk H2CO3 ion Fe2+ yang terbentuk di anode kemudian
teroksidasi laebih lanjut oleh oksigen membentuk besi (III) oksida :
4Fe2+ (aq) + O2 (g) + (4+2x) H2O (l) 2Fe2O3.x H2O + 8H+ (aq)
17
Hidrat besi (III) oksida inilah yang dikenal dengan karat besi. Sirkuit
listrik dipacu oleh migrasi elektron dan ion. Itulah sebabnya korosi cepat terjadi
dalam air garam. Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi
katodik yang terjadi adalah:
O2 (g) + 2H2O (l) + 2 e 4OH- (aq)
Korosi besi relatif lebih cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab lapisan
senyawa besi (III) oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah ditembus
oleh udara maupun air. Tetapi, alumunium mempunyai potensial reduksi jauh
lebih negatif dibandingkan besi, proses korosi lanjut menjadi terhambat karena
hasil oksida, Al2O3 yang melapisinya tidak bersifat porous sehingga melindungi
logam yang dilapisi dari kontak dengan udara luar.
Korosi merupakan reaksi kimia yang terjadi secara alami dan spontan.
Tanpa campur tangan manusia, logam dapat bereaksi dengan faktor luar dan
menyebabkan peristiwa korosi. Beberapa faktor penyebab korosi antara lain:
Adanya udara bebas, uap air, dan gas tertentu seperti CO2 dan SO2.
Laju korosi juga dikenal dengan rasio korosi. Laju korosi dihitung dengan
mengambil korosi pada seluruh permukaan. Laju korosi diukur dengan kondisi
mpy (mils per years)
Mpy = (berat hilang akibat korosi dalam gram) x (22300) / (A) (dt)
Dimana:
A = luas permukaan korosi (in2)
D = massa jenis logam (g/cm3)
t = waktu korosi (hari)
18
Senyawa penghambat dapat terabsorpsi pada permukaan logam yang bereaksi.
Senyawa tersebut langsung menyerap ke arah lapisan permukaan logam. Senyawa
penghambat dapat bekerja pada cara yang berbeda, yaitu memblokir bagian yang
rawan korosi dan mencegah laju anodik maupun katodik. Cara lainnya adalah
dengan meningkatkan potensial elektroda.
19
Secara lengkap skema SEM dijelaskan oleh gambar di bawah ini:
20
cerah daripada atom dengan berat molekul rendah. Contoh perbandingan gambar
dari kedua sinyal ini disajikan pada gambar di bawah ini:
21
Namun untuk mengenali jenis atom dipermukaan yang mengandung multi
atom para peneliti lebih banyak menggunakan teknik EDS (energy dispersive
spectroscopy). Sebagian besar alat SEM dilengkapi dengan kemampuan ini,
namun tidak semua SEM punya fitur ini. EDS dihasilkan dari sinar X
karakteristik, yaitu dengan menembakkan sinar X pada posisi yang ingin kita
ketahui komposisinya. Maka setelah ditembakkan pada posisi yang diinginkan
maka akan muncul puncak-puncak tertentu yang mewakili suatu unsur yang
terkadung. Dengan EDS kita juga bisa membuat elemental mapping (pemetaan
elemen) dengan memberikan warna berbeda-beda dari masing-masing elemen
dipermukaan bahan. EDS bisa digunakan untuk menganalisa secara kuantitatif
dari persentase masing-masing elemen. Contoh dari aplikasi EDS digambarkan
pada diagram dibawah ini:
22
d. Sampel harus bahan yang konduktif, jika tidak konduktor maka perlu
dilapis logam.
23