You are on page 1of 7

Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, No.

1 STUDI LITERATUR

PENYAKIT FILARIASIS

Masrizal

ABSTRAK
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit raenular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria
dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. Cacing tersebut hidup di saluran dan
kelenjar getah bening dengan manifestasi klinik akut berupa deraam berulang, peradangan saluran dan saluran
kelenjar getah bening. Pemberantasan filariasis perlu dilaksanakan dengan tujuan menghentikan transmisi
penularan,diperlukan program yang berkesinambungan dan memakan waktu lama karena mengingat masa hidup
dari cacing dewasa yang cukup lama. Dengan demikian perlu ditingkatkan surveilans epidemiologi di tingkat
Puskesmas untu penemuan dini kasus filariasis dan pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan
fiilariasis.Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis mengenai cara penularan dan cara
pengendalian vektor (nyamuk). Jika penularan terjadi oleh nyamuk yang menggigit pada malam hari di dalam
rurnah maka tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan penyemprotan, menggunakan pestisida
residual, memasang kawat kasa, tidur dengan menggunakan kelambu, memakai obat gosok anti nyamuk dan
membersihkan tempat perindukan nyamuk seperti kakus yang terbuka, ban-ban bekas, batok kelapa dan
mernbunuh larva dengan larvasida. Lakukan pengobatan misalnya dengan menggunakan diethylcarbamazine
citrate.
Kata Kunci :Filariasis, Nyamuk, Cacing
ABSTRACT
Filariasis (elephantiasis disease) is a chronic infectious disease caused by filarial worms and transmitted
by mosquitoes Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. The worms live in the channels and lymph nodes with
acute clinical manifestations such as recurrent fever, and gastrointestinal tract inflammation of lymph nodes.
Filariasis eradication should be carried out with the aim of stopping the transmission of infection, required a
continuous program and takes a long time for remembering the life span of the adult worms long enough. Thus
needs to be improved epidemiological surveillance at health center level untu early detection of filariasis cases
and implementation of prevention and eradication fiilariasis.Memberikan counsel in endemic areas of the mode of
transmission and how to control vector (mosquito). If the infection is transmitted by mosquitoes that bite at night
in the house of the preventive measures that can be done is by spraying, using residual pesticides, putting wire
netting, sleeping by using mosquito nets, wear mosquito repellent ointment and cleaning the breeding places of
mosquitoes as an open latrine , old tires, coconut shells and kill larvae with larvacide. Perform such treatment
using diethylcarbamazine citrate.

Keywords: filariasis, mosquitoes, worms

Pendahuluan negara di dunia terinfeksi penyakit filariasis dan


Filariasis merupakan salah satu penyakit lebih dari 1,5 milyar penduduk dunia (sekitar 20%
tertua yang paling melernahkan yang dikenal di populasi dunia) berisiko terinfeksi penyakit ini. Dari
dunia. Penyakit filariasis lymfatik merupakan keseluruhan penderita, terdapat dua puluh lima juta
penyebab kecacatan menetap dan berjangka lama penderita laki - laki yang mengalami penyakit
terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental. Di genital (umumnya menderita hydrcocele) dan
Indonesia, mereka yang terinfeksi filariasis bisa hampir lima bclas juta orang, kebanyakan wanita,
terbaring di tempat tidur selama lebih dari lima menderita lymphoedema atari elephantiasis pada
mingggu per tahun, karena gejala klinis akut dari kakinya. Sekitar 90% infeksi disebabkan oleh
filariasis yang mewakili 11% dari masa usia Wucheria Bancrofti, dan sebagian besar sisanya
produktif. Untuk keluarga miskin, total kerugian disebabkan Brugia Malayi. Vektor utama Wucheria
ekonomi akibat ketidakmampuan karena filariasis Bancrofti adalah nyamuk Culex, Anopheles , dan
adalah 67% dari dari total pengeluaran rumah tangga Aedes. Nyamuk dari spesies Mansonia adalah
perbulan.1 vektor utama untuk parasit Brugarian, namun di
DataWFIO, diperkirakan 120 juta orangdi 83 beberapa area, nyamuk Anopheles juga dapat

*Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Jin. Perintis Kemerdekaan Padang (email :masrizalJchaidir@yahoo.com )

32
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, Nc. 1

menjadi vektor penularan filariasis. Parasit rentan. Biasanya pendatang bam ke daerah endemis
Brugarian banyak terdapat di daerah Asia bagian lebih rentan terhadap infeksi filariasis dan lebih
selatan dan timur terutama India, Malaysia, menderita daripada penduduk asli. Pada umumnya
Indonesia,Filipina,dan China.2,
3
laki-laki lebih banyak yang terkena infeksi, kar ena
Hampir seluruh wilayah Indonesia adalah lebih banyak kesempatan untuk mendapat infeksi
daerah endemis filariasis, terutama wilayah {exposure). Juga gejala penyakit lebih nyata pada
14
Indonesia Timur yang memiliki prevalensi lebih laki - laki, karena pekerjaan fisik yang lebih berat,
tinggi. Sejak tahun 2000 hingga 2009 di iaporkan
kasus kronis filariasis sebanyak 11.914 kasus yang Hospes Reservoar
tersebar di 401 kabupaten/ kota. Hasil laporan kasus Tipe B.malayi yang dapat hidup pada hewan
klinis kronis filariasis dari kabupaten/ lcota yang merupakan sumber infeksi untuk manusia. Hewan
ditindaklanjuti dengan survey endemisitas filariasis, yang sering ditemukan mengandung infeksi adalah
sampai dengan tahun 2009 terdapat 337 kabupaten/ kueing dan kera terutama jenis Presbytis, meskipun
14
kota endemis dan 135 kabupaten/ kota non endemis. hewan lainmungkinjuga terkena infeksi.

Pembahasan Vektor
Defenisi Filariasis Banyak spesies nyamuk telah ditemukan
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah sebagai vektor filariasis, tergantung pada jenis
penyakit rnenular menahun yang disebabkan oleh cacing filarianya. W.bancrofti yang terdapat di
cacing filaria dan dituiarkan oleh nyamuk daerah perkotaan di tularkan oleh
Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. Cacing Cx.quinquefasciatur yang tempat perindukannya air
tersebut hidup di saluran dan kelenjar getah bening kotor dan tercemar. W.bancrofti di daerah pedesaan
dengan manifestasi klinik akut berupa demam dapat dituiarkan oleh bermacam spesies nyamuk. Di
berulang, peradangan saluran dan saluran kelenjar Irian Jaya W.bancrofti dituiarkan terutama oleh
getah bening. Pada stadium lanjut dapat An.farauti yang dapat menggunakan bekas jejak
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki binatang untuk tempat perindukannya. Selain
kaki, lengan, payudara dan alat kelamin.
10
itu ditemukan juga sebagai vektor : An.Koliensis,
An.punctulatus, Cx.annulirostris dan Ae.Kochi,
Epidemiologi Filariasis W.bancrofti didaerah lain dapat dituiarkan oleh
Penyakit ini diperkirakan seperiima spesies lain, seperti An.subpictus di daerah pantai
penduduk dunia atau 1.1 milyar penduduk beresiko NTT. Selain nyamuk Culex, Aides pernah juga
14
terinfeksi, terutama di daerah tropis dan beberapa ditemukan sebagai vektor.
daerah subtropis. Penyakit ini dapat menyebabkan B.malayi yang hidup pada manusia dan
kecacatan, stigma sosial, hambatan psikososisal, hewan biasanya dituiarkan oleh berbagai spesies
dan penurunan produktivitas kerja penderita, mansonia seperti Ma.uniformis, Ma.bonneae,
keluarga dan masyarakat sehingga menimbulkan Ma.dives dan lain-lain, yang berkembang biak di
kerugian ekonomi yang besar. Dengan demikian daerah rawa di Sumatra, Kalimantan, Maluku dan
penderita menjadi beban keluarga dan negara. Sejak lain-lain. B.malayi yang periodik dituiarkan oleh
tahun 2000 hingga 2009 di Iaporkan kasus kronis An.Barbirostris yang memakai sawah sebagai
filariasis sebanyak 11.914 kasus yang tersebar di tempat perindukannya, seperti di daerah Sulawesi.
401 kabupaten/ kota.4,24 B.timori, spesies yang ditemukan di Indonesia sejak
Penyakit filariasis terutama ditemukan di 1965 hingga sekarang hanya ditemukan di daerah
daerah khatulistiwa dan merupakan masalah di NTT dan Timor-Timor, dituiarkan oleh
daerah dataran rendah. Tetapi kadang-kadang juga An.barbirostris yang berkembang biak di daerah
ditemukan di daerah bukit yang tidak terlalu tinggi. sawah, baik di dekat pantai maupun di darah
Di Indonesia filariasis tersebar luas, daerah endemis pedalarnan.14
terdapat terdapat di banyak pulau di seluruh
nusantara, seperti di Sumatera dan sekitarnya, Jawa, Agent
Kalimantan, Sulawesi, NTT, Maluku, dan Irian Filariasis disebabkan oleh cacing filarial pada
Jaya.23 manusia, yaitu (1) W.bancrofti; (2) B.malayi; (3)
B.timori', (4) Loa loa\ (5) Onchocerca volvulus', (6)
Etiologi Acanthocheilonema perstants; (7) Mansonella
Hospes azzardi. Yang terpenting ada tiga spesies, yaitu
Manusia yang mengandung parasit selalu W.bancrofti, B.malayi,dan B timori."
dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain yang

33
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, No. 1

Cacing ini habitatnya dalam sistern peredarah Diagnosis


darah, limpha, otot, jaringan ikat atau rongga serosa. Diagnosis pasti ditegakkan dengan
Cacing dewasa mempakan cacing yang langsing ditemukannya rnikrofilaria dalam darah tepi, kiluria,
seperti benang berwarna putih kekuningan, eksudat, varises limfe, dan cairan limfe dan cairan
panjangnya 2 - 70 cm, cacing betma panjangnya hidrokel, atau ditemukannya cacing dewasa pada
lebih kurang dua kali cacing jantan. Biasanya tidak biopsi kelenjer limfe atau pada penyinaran
mempunyai bibir yang jelas, mulutnya sederhana, didapatkan cacing yang sedang mengadakan
rongga mulut tidak nyata. Esofagus berbentuk kalsifikasi. Sebagai diagnosis pembantu,
seperti tabung, tanpa bulbus esofagus, biasanya pemeriksaan darah menunjukkan adanya eosinofili
bagian anterior berotot sedangkan bagian posterior antara 5 - 15%. Selain itu juga melalui tes
berkelenjar." intradermal dan tes fiksasi komplemen dapat
16
Filaria membutuhkan insekta sebagai vektor. rnembantu rnenegakkandiagnosis.
Nyarnuk culex adalah vektor dari penyakit filariasis
W bancrofti dan B.malayi. Jumlah spesies Patogenesis
Anopheles, Aedes, Culex, dan Mansonia cukup Perkembangan klinis filariasis dipengaruhi
banyak, tetapi kebanyakan dari spesies tersebut oleh faktor kerentanan individu terhadap parasit,
tidak pentingsebagai vektor alami. 12 seringnya mendapat gigitan nyamuk, banyaknya
larva infektif yang masuk ke dalam tubuh adanya
RantaiPenularan infeksi sekunder oleh bakteri atau jamur. Secara
Penularan dapat terjadi apabiia ada 5 unsur urnum perkembangan klinis filariasis dapat dibagi
yaitu sumber penular (manusia dan hewan), parasit, menjadi fase dini dan fase lanjut. Pada fase dini
vektor, manusia yang rentan, iingkungan (fisik, timbul gejala klinis akut karena infeksi cacing
biologik dan sosial-ekonomi-budaya). Seseorartg dewasa bersama-sama dengan infeksi oleh bakteri
dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah danjamur. Pada fase lanjut terjadi kerusakan saluran
apabiia orang tersebut digigit nyamuk yang infektif dan kerusakan kelenjer, kerusakan katup saluran
yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III limfe, termasuk kerusakan saluran limfe kecil yang
(L3). Kemudian memasuki periode laten atau terdapat dikulit.25
prepaten. Periode laten adalah waktu yang Pada dasarnya perkembangan klinis filariasis
diperlukan antara seseorang mendapatkan infeksi tersebut disebabkan karena cacing dilaria dewasa
sampai dtemukannya rnikrofilaria di dalam yang tinggal dalam saluran limfe bukan
darahnya. Waktu ini sesuai dengan pertumbuhan penyumbatan (obstruksi), sehingga terjadi
cacing hingga dewasa sampai melahirkan gangguan fungsi sistem limfatik ;2"
rnikrofilaria ke dalam darah danjaringan. ' " " 1 Penimbunan cairan limfe.
Skema rantai penularan filariasis adalah 2, Terganggunya pengangkutan bakteri dari kuiit
sebagai berikut: atau jaringan melalui saluran limfe ke kelenjer
limfe.
3. Kelenjer limfe tidak dapat menyerang bakteri
yang masuk dalam kulit.
fit mm
<>-*,

4. Infeksi bakteri benilang akan menyebabkan


serangan akutbemlang (recurrent acute attack).
5, Kerusakan sistem limfatik, termasuk kerusakan
saluran limfe kecil yang ada di kulit,
menyebabkan menurunnya kemampuan untuk
JMT M mengalirkan cairan limfe dari kulit dan j aringan
ke kelenjer limfe sehingga dapat terjadi
limfedema.
6. Pada penderita limfedema, serangan akut
berulang oleh bakteri atau jamur akan
menyebabkan penebalan dan pengerasan kulit,
hiperp igmentasi , hiperkeratosis dan
peningkatan pembentukkan jaringan ikat
(fibrose tissue formation) sehingga terjadi
penigkatanstadium limfedema, dimana

Gambar 2.1. Siklus Penularan Penyakit Filariasis

34
Jumal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 201 3, Vol. 7, No. 1

pembengkakkan yang semula terjadi hilang sek under dan asbes.


timbul akanmenjadi pembengkakkan menetap. 3. Pengikatan di daerah pembendungan akan
mengurangi edema.
Gejala Klinis
Gejala klinis sangat bervariasi, mulai dari Prognosis dan Pencegahan Filariasis
yang asimtomatis sampai yang berat. Hal ini Prognosis
tergantung pada daerah geografi, spesies parasit, Prognosis elefantiasis tidak baik, karena tidak
respons imun penderita dan intensitas infeksi. ada obatnya. Dapat dilakukan bebat tekan atau
17
Gejala biasanya tampak setelah 3 bulan infeksi, tapi operasi plastik tetapi hasilnya kurang memuaskan.
umumnya masa tunasnya antara 8-12 bulan. Pada
fase akut terjadi gejala radang saluran getah bening, Pencegahan
sedang pada fase kronis terjadi obstruksi. Fase akut Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan
ditandai dengan demam atau serangkaian serangan cara yaitu:"
demam selama beberapa minggu. Demam biasanya 1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat
tidak terlalu tinggi meskipun kadang - kadang tinggi di daerah endemis mengenai cara penularan
sampai 40,6C, disertai menggigil dan berkeringat, dan cara pengendalian vektor (nyamuk).
nyeri kepala, mual, muntah,dan nyeri otot. Jika yang 2. Mengidentifikasikan vektor dengan men-
terkena saluran getah bening abdominal yang deteksi adanya larva infektif dalam nyamuk
terkena terjadi gejala "acute abdomen".17 dengan menggunakan umpan manusia;
mengidentifikasi waktu dan ternpat
Penatalaksanaan Filariasis menggigit nyamuk serta ternpat
Pengobatan perkembangbiakannya.
Obat utama yang digunakan adalah 3. Pengendalian vektor jangka panjang yang
dietilkarbamazin sitrat (DEC). DEC bersifat rnungkin memerlukan perubahan konstruksi
membunuh mikrofilaria dan juga cacing dewasa rumah dan termasuk pemasangan kawat kasa
pada pengobatan jangka panjang. Hingga saat ini, serta pengendalian lingkungan untuk
DEC merupakan satu-satunya obat yang efektif, memusnahkan tempat perindukan nyamuk.
aman, dan relatif murah. Untuk filariasis bancrofti, 4. Lakukan pengobatan misalnya dengan
dosis yang dianjurkan adalah 6 mg/kg berat badan menggunakan diethylcarbamazine citrate.
per hari selam 12 hari. Sedangkan untuk filaria
brugia, dosis yang dianjurkan adalah 5 mg/kg berat Faktor-Faktor Resiko Kejadian Filariasis
badan per hari selam 10 hari. Efek samping dari 1. Faktor Manusia dan Nyamuk (Host)
DEC ini adalah demam, mengigil, artralgia, sakit
kepala, mual, hingga muntah. Pada pengobatan a.Manusia
filariasis brugia, efek samping yang ditimbulkan 1) Umur
lebih berat. Sehingga untuk pengobatannya Filariasis menyerang pada semua kelompok umur.
dianjurkan dalam dosis rendah, tetapi waktu Pada dasarnya setiap orang dapat tertular filariasis
pengobatan dilakukan dalam waktu yang lebih apabila mendapat tusukan nyamuk infektif
lama.23 (mengandung larva stadium 3) ribuan kali.""
Obat lain yang juga dipakai adalah 2) Jenis Kelamin
ivermektin. Ivermektin adalah antibiotik Semua jenis kelamin dapat terinfeksi mikrofilaria.
semisintetik dari golongan makrolid yang Insiden filariasis pada laki-laki lebih tinggi daripada
mempunyai aktivitas luas terhadap nematode dan perempuan karena pada umumnya laki-laki lebih
ektoparasit. Obat ini hanya membunuh mikrofilaria. sering terpapar dengan vektor karena
Efek samping yang ditimbulkan lebih ringan pekerjaannya.21
dibanding DEC.23 3) Imunitas
Orang yang pernah terinfeksi filariasis sebelumnya
Perawatan tidak teerbentuk imunitas dalam tubuhnya terhadap
Perawatan terhadap penderita filariasis dapat filaria demikian juga yang tinggal di daerah endemis
dilakukan dengan cara sebagai berikut : biasanya tidak mempunyai imunitas alami terhadap
1. Istirahat di ternpat, pindah ke daerah yang dingin penyakit filariasis. Pada daerah endemis filariasis,
akan mengurangi derajat serangan akut. tidak semua orang terinfeksi filariasis dan orang
2. Antibiotik dapat diberikan untuk infeksi yang terinfeksi menunjukkan gejala klinis.

35
f

Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, No. 1

Seseorang yang terinfeksi filariasis tetapi belum manusia yang terdiri atas tiga komponen, antara
menunjukkan gejala klinis biasanya terjadi lain:12
perubahan patologis dalam tubuhnya.21 a. Lingkungan Fisik
4)Ras Yang termasuk lingkungan fisik antara
Penduduk pendatang pada suatu daerah endemis lain geografik dan keadaan musim.
filariasis mempunyai risiko terinfeksi filariasis lebih Lingkungan fisik bersifat abiotik. atau benda
besar dibanding penduduk asli. Penduduk mati seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan,
u 19
pendatang dari daerah non endemis ke daerah rumah, panas, sinar, radiasi, dan Iain-lain.
endemis, misalnya transmigran, walaupun pada Lingkungan sangat berpengaruh terhadap
pemeriksaan darah jari belum atau sedikit distribusi kasus filariasis dan mata rantai
mengandung mikrofilaria, akan tetapi sudah penularannya. Biasanya daerah endemis
menunjukkan gejala klinis yang lebih berat.2' B.malayi adalah daerah dengan hutan rawa,
sepanjang sungai atau badan air lain yang
b.Nyamuk ditumbuhi tanaman air. Daerah endemis
Nyamuk termasuk serangga yang melangsungkan W bancrofti tipe perkotaan adalah daerah
siklus kehidupan di air. Kelangsungan hidup kumuh, pada penduduknya dan banyak
nyamuk akan terputus apabila tidak ada air. Nyamuk genangan air kotor sebagai habitat dari vektor
16,22
dewasa sekali bertelur sebanyak 100-300 butir, yaitu nyamuk Cx.quinquefasciatu. .
besar telur sekitar 0,5 mm. Setelah 1-2 hari menetas b. Lingkungan Biologi
jadi jentik, 8-10 hari menjadi kepompong (pupa), Lingkungan biologis adalah semua
dan 1-2 hari menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk makhluk hidup yang berada di sekitar manusia
jantan akan terbang disekitar perindukkannya dan yaitu flora dan fauna, termasuk manusia.
makan cairan tumbuhan yang ada disekitarnya. Misalnya, wilayah dengan flora yang berbeda
Nyamuk betina hanya kawin sekali dalam hidupnya. akan mampunyai pola penyakit yang berbeda.
Perkawinan biasanya terjadi setelah 24-48 jam Faktor lingkungan biologis ini selain bakteri
keluar dari kepompong. Makanan nyamuk betina dan virus patogen, ulah manusia juga
yaitu darah, yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mempunyai peran yang penting dalam
telurnya. Pengetahuan kepadatan nyamuk dan terjadinya penyakit, bahkan dapat dikatakan
vektor sangat penting untuk mengetahui musim penyakit timbul karenaulah manusia.7
penularan dan dapat digunakan sebagai parameter Berdasarkan penelitian oleh Rudi Ansari
untuk menilai keberhasilan program pemberantasan (2004), terdapat hubungan antara keberadaan
vektor.22 tumbuhan air dengan kejadian filariasis. Maka
dapat dikatakan bahwa orang tinggal di rumah
2. Lingkungan (Environment) yang memiliki tumbuhan air mempunyai risiko
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap untuk terjadinya penularan penyakit filariasis.8
distribusi kasus filariasis dan mata rantai c. Lingkungan SosialEkonomi
penularannya. Biasanya daerah endemis Brugia Lingkungan sosial berupa kultur, adat
Malayi adalah daerah sungai, hutan, rawa-rawa, istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap,
sepanjang sungai atau badan air lain yang ditumbuhi standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan
tanaman air. Daerah endemis W. Bancrofti tipe kemaysarakatan, organisasi sosial dan politik,
perkotaan (urban) adalah daerah-daerah perkotaan pendidikan, dan status ekonomi.
12

yang kumuh, padat penduduknya dan banyak Salah satu faktor lingkungan sosial yang
genangan air kotor sebagai habitat dari vektor yaitu berhubungan dengan kejadian filariasis adalah
nyamuk Cx. Quinquefasciatus. Sedangkan daerah status ekonomi. Terdapatnya penyebaran
endemis W. Bancrofti tipe pedesaan (rural) secara masalah kesehatan yang berbeda ini, pada
umum kondisi lingkungannya sama dengan derah umumnya di pengaruhi oleh dua hal yakni;
endemis B. Malayi.22 karena terdapatnya perbedaan kemampuan
Lingkungan hidup manusia pada dasarnya ekonomis dalam mencegah dan atau mengobati
terdiri dari dua bagian, internal dan ekstemal. penyakit, dan terdapatnya perbedaan sikap
Lingkungan hidup internal merupakan suatu hidup dan perilaku yang dimiliki.
19

keadaan yang dinamis dan seimbang yang seimbang Pekerjaan yang dilakukan pada jam-jam
yang disebut homeostatis, sedangkan lingkungan nyamuk mencari darah dapat beresiko untuk
hidup eksternal merupakan lingkungan di luar tubuh terkena filariasis. Menurut Nasrin (2008),

36
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, No. 1

terdapat hubungan pekerjaan dengan kejadian


filariasis. Orang yang merniliki pekerjaan Kesimpulan dan Saran
petani. buruh tani, buruh pabrik, dan nelayan Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah
beresiko tertular penyakit filariasis.
16
penyakit menular menahun yang disebabkan oleh
cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk
3, Agent Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. Cacing
Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga tersebut hidup di saluran dan kelenjar getah bening
spesies cacing filarial, yaitu : W. Bancroft, B. Malayi. dengan manifestasi klinik akut bempa demam
B. Timori. Cacing filaria (Nematode : Filarioidea) berulang, peradangan saluran dan saluran kelenjar
baik limfatik maupun non lirnfatik, rnempunyai ciri getah bening. Pemberantasan filariasis perlu
khas yang sama sebagai berikut: dalam dilaksanakan dengan tujuan menghentikan
reproduksinya tidak lagi mengeluarkan telur transmisi penularan,diperlukan program yang
melainkan mikrofilaria (larva cacing), dan berkesinambungan dan mernakan waktu lama
ditularkan oleh Arthropoda (nyamuk). Sebanyak 32 karena mengingat masa hidup dari cacing dtwasa
varian subperiodik baik nokturnal maupun diurnal yang cukup lama. Dengan demikian perlu
dijumpai pada filaria limfatik Wuchereria dan ditingkatkan surveilans epidemiologi di tingkat
Brugia. Periodisitas mikrofilaria berpengaruh Puskesmas untu penemuan dini kasus filariasis dan
terhadap risiko penularan filarial,21'''' pelaksanaan program pencegahan dan
pemberantasan filariasis.

Daftar
1. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi 7. Notoatmodho, Soekidjo, Kesehatan
Kemenkes RI. 2,010. Filariasis di Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta :
Indonesia. Buletin Jendela Epidemiologi, Rhineka Cipta; 2007
Volume 1, Juli 2010. 8. Anshari, Rudi. 2004. Analisis Faktor
2. WHO. Epidemiology Limphatic Filariasis. Risiko Kejadian Filariasis Di Dusun
Tahun 2010 [Online]. Dari : hhtp :// Tanjung Bayur Desa Sungai Asam
www.who.int. [1 Februari 2012], Kecamatan Sungai Raya Kabupaten
3. World Health Organization Regional P o n t ia n a k . [Online]. Dari:
Office for South-East Asia. Epidemiology http ://eprints .undip . ac .id/thesis filaria
of Filariasis. Tahun 2010, [Online], Dari : 2004. [15 Maret 2012].
http://www.filariasis.org [1 Februari 9. Ibrahim. Filariasis. 2006. [online] . Dari
2012], www.yankesriau.wordpress.com. [15
4. Subdit Filariasis & Schistomiasis Maret 20 12],
Direktorat P2B2, Ditjen PP&PL, 10. Chin, James. [Editor] INyoman Kandun.
Kementerian Kesehatan Republik Manual Pemberantasan Penyakit Menular.
Indonesia, Rencana Nasional Program Jakarta: CV. Infomedika; 2006.
Akselerasi Eliminasi Filariasis di 11. Natadisastra, Djaenudin dan Ridad Agoes.
Indonesia. [Online] dari http://www.pppl- Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari
depkes.go.id [4 Februari 2012], Organ Tubuh yang Diserang Jakarta:
5. Juriastuti Puji,dkk. 2010. Faktor Risiko Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
Kejadian Filariasis Di Kelurahan Jati 12. Chandra, Budiman. Pengantar Kesehatan
Sarnpurna. Makara, Kesehatan, vol, 14, Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku
no. 1, juni 2010: 31-36, [Online], Dari Kedokteran EGC; 2007.
http://www.pubmed.com. [1 Februari 13. Miyanto, Zendra. Faktor Resiko Kejadian
2012], Filariasis di Kota Padang Tahun 2006-
6. Restila, Ridha. 2011. Perbedaan Faktor 2008. [Skripsi], Padang : PSIKM Unand
Risiko Kejadian Filariasis di Wilayah 2009.
Kerja Puskesmas Andalas dan Puskesmas 14. Tim Editor Fakultas Kedokteran UI.
Padang Pasir Kota Padang Tahun 2011. Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat
[Skripsi] . Padang : PSIKM FK Unand Jalarta: Balai Penerbit FKUI; 2009.
2007. 15. Guntara RA. Sistem Informasi Geografis.

37
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, No. 1

[Online], Dari http://www.ittelkom.ac.id 20. Depkes RI. Pedoman Penatalaksanaan


[3 Februari 2012] Kasus Filariasis. Ditjen PP & PL. Jakarta;
16. Nasrin. 2008. Faktor Lingkimgan dan 2006.
Perilaku yang Berkaitan dengan Kejadian 21. Depkes RI. Epidemiologi Filariasis. Ditjen
Filariasis di Kabupaten Bangka Barat. PP& PL. Jakarta; 2006.
[Thesis], Sernarang. Universitas 22. Depkes RI. Ekologi dan Aspek Vektor.
Diponegoro. Ditjen PP & PL. Jakarta ; 2007.
17. Narudin dan Suharto. Penyakit Infeksi di 23. Filariasis. 2011. [online]. Dari
Indonesia. Surabaya : Airlangga www.itokindo.org [20 Maret2012]
University Press; 2007. 24. Depkes RI. Pedoman Program Eliminasi
18. Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni. Fiiariasis di Indonesia. Ditjen PP & PL.
Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Penerbit Jakarta ; 2009.
Buku Kedokteran EGC; 2003. 25. Depkes RI. Penatalaksanaan Kasus Klinis
19. Notoadmodjo, Soekidjo. Ilrnu Kesehatan Filariasis. Ditjen PP & PL. Jakarta ; 2005.
Masyarakat. Jakarta : Rhineka Cipta;
2003.

38

You might also like