You are on page 1of 7

ANALISA PENGARUH PERLAKUAN PANAS SEBELUM DAN SESUDAH

PENEMPERAN TERHADAP NILAI KEKERASAN


PADA BAJA PERKAKAS HSS
Anjar Asmara**

Abstract
The purpose of this research is to understand the effect of heat treatment before and after tempering on
hardness with temperature variation of HSS steel. Heat treatment with temperature 500- 850 oC on specimens
were tested and quenched on the water. Another specimen was tempered with 100, 250, 400, 500, 600 and
700 oC temperatures with air quenching. Hardness testing of these specimens has been done with Vickers
and Rockwell method. Results show that heat treatment process with water quenching increases hardness
and specimens tend to decrease their hardness with increasing temperature.
Keyword: heat treatment, tempering, hardness, HSS steel

1. Pendahuluan melakukan suatu penelitian penemperan pada baja


Dalam era industri dewasa ini logam perkakas HSS.
merupakan tonggak utama dalam pengembangan
industri, baik logam ferro maupun non ferro. Dari 2. Tinjauan Pustaka
sekian banyak industri yang ada dapat dikatakan 2.1 Sifat-sifat bahan
bahwa industri logam berkembang terus sejalan Sifat-sifat suatu bahan logam industri perlu
dengan perkembangan industri lainnya. dikenal baik karena bahan tersebut digunakan untuk
Industri permesinan sebahagian besar berbagai macam keperluan dalam berbagai
komponennya adalah logam. Baja kecepatan tinggi keadaan. Sifat-sifat bahan yang diinginkan sangat
misalnya yang mempunyai sifat-sifat mekanik yang banyak, yakni antara lain : sifat-sifat mekanik yang
cukup baik dengan demikian baja ini bukan saja meliputi kekuatan, kekerasan, kekakuan, keliatan,
dipergunakan sebagai bahan perkakas pemotong keuletan dan sebagainya. Sifat-sifat fisik seperti:
yang umum tetapi juga untuk cetakan, rol bagian Ukuran, struktur, massa jenis dan sebagainya. Sifat-
mesin yang harus tahan aus, dan berbagai macam sifat teknologi seperti: mampu mesin, mampu keras
perkakas lainnya. dan sebagainya. Sifat-sifat listrik seperti : hantaran
Untuk memenuhi kebutuhan pemakai akan listrik dielektris dan lain-lain, serta masih banyak
material logam yang semakin meluas dan lagi sifat bahan yang lain.
mengkhusus, maka perlu terus berusaha untuk 2.1.1 Sifat-sifat mekanik bahan
menghasilkan logam-logam atau paduan logam Ada beberapa sifat mekanik yang
yang sesuai dengan kebutuhan dan memenuhi menentukan penggunaan bahan untuk tujuan
persyaratan yang ada. Persyaratan yang dimaksud tertentu. Salah satu diantaranya adalah sifat
dalam suatu proses tersebut tentunya dikaitkan monotonik, seperti perilaku bahan dibawah
dengan kebutuhan penggunaan, yaitu terutama pengaruh tekan sederhana termasuk perilaku mulur
ditinjau dari segi kekuatan dan keamanannya. selama deformasi pada suhu tinggi atau sifat
Oleh karena itu "dalam proses" pada industri periodik/siklik yang berkaitan dengan beban yang
pengolahan logam sangat penting adanya kontrol berubah seperti yang terjadi pada patik.
kualitas dan dilandasi dengan pengetahuan tentang Meskipun keadaan yang dialami bahan
logam tersebut. Untuk itu kiranya sangat sebenarnya merupakan kombinasi kompleks dari
dibutuhkan penelitian-penelitian dan berbagai keadaan tegangan, sering kali dijumpai
pengembangan-pengembangan kearah itu. keadaan di mana salah satu tegangan menonjol,
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik sehingga salah satu sifat mekanik yang berkaitan
untuk mengangkat masalah yang berhubungan dengannya seakan-akan meniadakan sifat lainnya.
dengan sistem pengontrolan kualitas, yaitu

*
Staf Pengajar Jurusan D3 Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Bila dibebani dengan beban yang lebih kecil kekerasan vickers ditentukan dari persamaan
dari pada tegangan putus, bahan akan mengalami berikut :
deformasi elastis atau plastis. Deformasi elastis
2.P sin( / 2) 1,854 P
( N / mm 2 ) .(1)
bersifat mampu balik sedang deformasi plastis
HVN
bersifat permanen dan tidak akan lenyap bila beban d2 d2
ditiadakan.
Beberapa pengujian mekanik yang biasa dimana : P = beban (N)
dilakukan seperti : uji tarik, kekerasan, impak, d = panjang diagonal rata-rata (mm)
creep dan fatik, digunakan bukan untuk = sudut indentor piramida intan (136 o)
mempelajari keadaan cacatnya akan tetapi untuk Pada pengujian kekerasan dengan metoda
memeriksa kualitas produk yang dihasilkan rockwell, nilai kekerasan langsung terbaca pada
berdasarkan suatu standar spesifikasi. Adapun skala penunjukan jarum pada skala alat uji. Skala
tujuannya pengujian mekanik sangat berperan pada pengujian kekerasan cara rockwell dibagi
dalam metalurgi fisika dan pantas mendapat dalam beberapa skala yaitu skala A, B dan C.
perhatian khusus. Nilai-nilai yang diperoleh menyatakan
2.1.2. Kekerasan perbandingan kekerasan pada skala yang sama,
Kekerasan suatu logam didefinisikan sebagai makin besar angkanya makin keras baja yang diuji.
ukuran ketahanan bahan terhadap deformasi tekan. Masing-masing skala mempunyai beban awal dan
Deformasi yang terjadi merupakan kombinasi indentor yang berbeda. Biasanya menggunakan
perilaku elastis dan plastis, akan tetapi pada indentor intan bebrbentuk kerucut dengan sudut
umumnya hanya berkaitan dengan deformasi plastis puncak 120o.
dan hanya sebagian kecil bergantung pada sifat 2.2 Proses perlakuan panas
elastis. Proses perlakuan panas adalah proses
Pengukuran kekerasan indentasi merupakan pemanasan dan pendinginan dengan kecepatan
cara pengukuran kekerasan yang paling banyak tetentu terhadap logam atau paduannya, dalam
digunakan. Perbedaan pokok terletak pada bentuk keadaan padat dengan maksud untuk mengubah
indentor yang ditekankan pada permukaan. Uji atau mendapatkan sifat-sifat tertentu dari logam
kekerasan Brinell menggunakan indentor bola baja yang diinginkan. Dengan memberikan perlakuan
yang dikeraskan, uji kekerasan vickers panas, baja dapat dikeraskan atau dilunakkan,
menggunakan indentor dimana piramida intan sehingga sifat-sifat bahan seperti sifat mekanis,
bersudut 136o, Sedangkan uji rockwell sifat fisik dan sifat teknologinya dapat ditingkatkan.
menggunakan kerucut intan bersudut 120o dengan Secara umum proses perlakuan panas dapat
ujung yang agak bulat. Meskipun indentor yang dilakukan dalam beberapa cara yaitu, pemanasan
digunakan berbeda, nilai kekerasan yang didapat sampai temperatur dan kecepatan pendinginan
menggambarkan perbandingan antara beban dan tertentu, mempertahankan temperatur untuk waktu
luas permukaan jejak. yang tertentu, sehingga temperaturnya merata,
Nilai kekerasan didapat setelah diameter pendinginan dengan media pendingin air, minyak,
jejak diukur. Nilai kekerasan berkaitan dengan udara dan lain-lain. Ketiga hal terserbut tergantung
kekuatan luluh atau tarik logam, karena selama pada sifat-sifat yang diinginkan.
penjejakan logam mengalami deformasi plastis Untuk pemberian proses perlakuan panas
sehingga terjadi regangan dengan presentase yang tepat pada baja, maka terlebih dahulu susunan
tertentu. Prosedur pengujian adalah : mula-mula kimianya harus diketahui. Hal ini bertujuan untuk
indentor didekatkan kepermukaan logam yang akan mengetahui temperatur pemanasan yang sesuai dan
diukur, kemudian ditekan dengan beban tertentu tepat untuk diberikan. Oleh karena itu perubahan
untuk waktu yang tertentu pula, lalu beban komposisi kimia khususnya unsur karbon dapat
ditiadakan dan indentor diangkat dan besarnya jejak mengakibatkan perubahan fisik serta sifat-sifat
diukur dengan teliti dengan bantuan mikroskop. lainnya dari logam tersebut.
Nilai Kekerasan Vickers (HVN) Pada proses perlakuan panas dikenal
didefinisikan sama dengan beban dibagi luas berbagai macam cara, antara lain : Proses
penampang jejak piramida dalam N/mm2 dan pelunakan (annealing), proses penormalan
besarnya kurang lebih 3 kali besar tegangan luluh (normalizing), proses pengerasan (hardening),
untuk logam-logam yang tidak mengalami proses penemperan (tempering) dan sebagainya.
pengerasan pengerjaan yang cukup berarti. Nilai 2.3 Penemperan

136
Analisis Pengaruh Perlakuan Panas Sebelum dan Sesudah Penemperan Terhadap Nilai Kekerasan
Pada Baja Perkakas HSS

Penemperan adalah proses pemanasan ulang keadaan material benda kerja serta temperatur
baja yang sebelumnya sudah dikeraskan guna pemanasan yang diberikan.
merubah sebagian martensit keras menjadi struktur Penggunaan air sebagai media pendingin
yang lebih lunak. Pemakaian temperatur sudah banyak digunakan dalam proses perlakuan
penemperan yang lebih tinggi mengakibatkan lebih panas. Media pendingin ini sering digunakan
banyak martensit yang ditransformasikan, sehingga karena dapat memberikan pengerasan murni pada
bahan akan menjadi lebih lunak dan tangguh (liat). logam terutama baja, yaitu tanpa pengerasan
Oleh sebab itu temperatur penemperan dipilih permukaan serta berupa penambahan unsur-unsur
sesuai dengan kekuatan dan keliatan yang tertentu, misalnya terjadinya pengarbonan,
diinginkan. karbonitrida (penyepuhan), nitridisasi dan
Suatu bahan dapat ditemper melalui tungku sebagainya.
atau oven dengan temperatur tetap yang Jika dibandingkan dengan media pendingin
didinginkan dengan udara. Beberapa baja perkakas lain maka kekerasan oleh media pendingin air akan
harus didinginkan secara cepat setelah penemperan lebih besar dibanding dengan media pendingin lain
untuk menghindari kerapuhan. Untuk bahan yang seperti oli, udara, amonium hidroksida (NH4OH)
berukuran kecil sering ditemper dalam bak cairan dan sebagainya.
(oli, garam). Oli khusus yang tidak mudah terbakar Laju pendinginan yang diberikan oleh media
dapat dipanasi sampai temperatur penemperan pendingin pada proses kuens tergantung pada
sedang untuk jenis timah dan garam-garam karakteristik media tersebut yaitu: temperatur
dipergunakan untuk penemperan logam yang media pendingin, panas jenis, panas penguapan,
temperatur leburnya rendah. konduktifitas media pendingin, kekentalan, dan
Apabila fasilitas pengerasan dan penemperan adukan.
perkakas tidak dapat mengatur temperatur proses,
3. Metode Penelitian
maka penemperan dilakukan dengan melihat warna
Penelitian ini dilakukan pada laboratorium
bara yang terjadi. Warna oksida pada permukaan
Ilmu Logam Jurusan Mesin Fakultas Teknik
baja dapat digunakan sebagai petunjuk dalam
Universitas Hasanuddin Makassar. Peralatan yang
penemperan bila sebelumnya dilakukan pemolesan,
digunakan adalah mesin gergaji, kikir, mistar geser,
bebas oli atau bebas sidik jari. Proses penemperan
grinder paper, tungku pemanas dan mesin uji
dapat dilakukan dengan nyala oksiasetilen, pelat
kekerasan. Material yang digunakan dalam
panas atau pelat pemanas elektrik atau bahan sangat
penelitian ini adalah baja perkakas HSS dengan
kecil diletakkan di atas pelat baja (seperti pahat)
ukuran 10 x 10 x 10 mm. Jumlah spesimen uji
dapat dipanasi di atas pelat pemanas elektrik
tersebut divariasikan 24 buah. Dari jumlah tersebut
sampai warna yang dinginkan tampak, kemudian
3 normal dan 21 variasi diberi pemanasan awal (pre
didinginkan dalam air.
heating). Dari 21 yang diberi perlakuan pengerasan,
Penemperan harus dilakukan secepat
18 spesimen yang ditemper. Bahan untuk media
mungkin setelah pengerasan. Jangan dibiarkan
pendingin pemanasan awal (pre heating) adalah air.
dingin seluruhnya tanpa ditemper, ini akan
Proses perlakuan panas yang diberikan pada
mengakibatkan internal stress sangat tingi dan
spesimen, dilakukan dalam tungku (furnance)
mudah retak. Penemperan akan menghilangkan
pemanas. Temperatur pemanasan awal 500 850
internal stress pada bahan. Bahan yang dikeraskan o
C. Setelah temperatur pemanasan tersebut tercapai,
dan dibiarkan beberapa hari tanpa penemperan ada
maka suhu dipertahankan selama 30 menit untuk
kemungkinan timbul keretakan.
meratakan suhu tersebut pada spesimen uji,
2.4 Media pendingin
kemudian spesimen langsung dicelup dalam air.
Media pendingin yang digunakan untuk
Setelah proses perlakuan panas diberikan, maka
mendinginkan benda kerja yang telah mengalami
spesimen-spesimen tersebut ditemper dengan
pemanasan untuk suatu proses pengerasan secara
beberapa variasi temperatur, yaitu 100, 250, 400,
umum dikenal beberapa media pendingin yang
500, 600, dan 700 oC. Media pendingin yang
banyak digunakan antara lain: air, udara, oli, dan air
digunakan pada proses penemperan ini adalah
garam.
media udara luar .
Sifat-sifat tertentu yang diinginkan dari suatu
Pada uji kekerasan ini digunakan metode uji
proses perlakuan panas sangat ditentukan oleh jenis
kekerasan vickers dan rockwell skala C dengan
media pendingin yang digunakan, disamping faktor
indentor piramida intan. Beban yang digunakan
lain yang turut berpengaruh seperti jenis dan

137 MEKTEK TAHUN VII NO. 3, SEPTEMBER 2005


untuk pengujian kekerasan vickers adalah 1225 4. Hasil dan Pembahasan
Newton dengan lama pembebanan tekan yaitu 30 Data hasil pengujian kekerasan spesimen dihitung
detik. Pengujian kekerasan untuk setiap spesimen kemudian ditabelkan pada Tabel 1, Tabel 2 dan
dilakukan pada tiga tempat yang berbeda. Dari Tabel 3.
ketiga hasil tersebut kemudian dirata-ratakan.

Tabel 1. Tabel hasil perhitungan kekerasan spesimen normal / standar (tanpa perlakuan panas)
Benda Panjang diagonal Kekerasan
Uji penekanan ( mm) Vickers (HVN) N/mm2 Rockwell (HRC)
1 1,725 763,37 62
2 1,727 761,83 62
3 1.727 761,50 62
Rata - rata 762,233 62

Tabel 2. Tabel hasil perhitungan kekerasan spesimen preheating 500 850 oC pendinginan air tanpa
penemperan
Benda Panjang diagonal Kekerasan
Uji penekanan ( mm) Vickers (HVN) N/mm2 Rockwell (HRC)
1 1,573 913,22 70
2 1,590 898,53 70
3 1.577 761,50 70
Rata - rata 909,83 70

Tabel 3. Tabel hasil perhitungan kekerasan spesimen preheating 500 850 oC dengan perlakuan
penemperan pada pendinginan udara.
Temperatur Panjang diagonal Kekerasan
Benda
Penemperan penekanan Vickers (HVN) Rockwell
Uji
( o C) ( mm ) N/mm2 (HRC)
1 100 1,849 664,55 58
2 100 1,859 657,43 58
3 100 1,855 659,79 58
Rata - rata 660,59 58
1 250 1,972 583,75 52
2 250 2,053 583,92 52
3 250 2,019 557,05 52
Rata - rata 574,91 52
1 400 2,118 506,34 45
2 400 2,053 477,81 45
3 400 2,214 463,13 45
Rata - rata 482,43 45
1 500 2,250 448,57 42
2 500 2,389 397,86 42
3 500 2,382 400,25 42
Rata - rata 415,56 42
1 600 2,355 409,61 39
2 600 2,577 342,07 39
3 600 2,563 345,76 39
Rata - rata 365,81 39
1 700 2,431 384,23 36
2 700 2,581 340,99 36
3 700 2,507 361,35 36
Rata - rata 362,19 36

138
Analisis Pengaruh Perlakuan Panas Sebelum dan Sesudah Penemperan Terhadap Nilai Kekerasan
Pada Baja Perkakas HSS

Kemudian hasil perhitungan tabel 3 dibuat ke Hasil pengujian didapatkan bahwa nilai
dalam bentuk grafik hubungan temperatur kekerasan pada spesimen yang telah mengalami
tempering terhadap kekerasan vickers dan rockwell penemperan mengalami penurunan. Hal ini dapat
seperti terlihat pada Gambar 1 dan Gambar 2. dibandingkan dengan spesimen normal yang
Berdasarkan hasil pengujian pada baja mempunyai nilai kekerasan vickers (HVN) 762,23
perkakas HSS dengan proses perlakuan panas N/mm2. Spesimen yang mengalami proses
sebelum dan sesudah tempering didapatkan hasil perlakuan panas dengan media pendingin air tetapi
berupa perubahan sifat mekanis, yaitu sifat tidak melalui proses tempering, kekerasannya
kekerasan terhadap baja perkakas. Spesimen meningkat dengan nilai 909,83 N/mm2. Setelah
dengan perlakuan panas kemudian didinginkan penemperan kekerasannya mengalami penurunan,
dengan media pendingin air kekerasannya dimana makin tinggi temperaturnya makin menurun
meningkat dibanding tanpa perlakuan panas. kekerasannya.
Perubahan sifat kekerasan juga dipengaruhi oleh
temperatur tempering.

700
Kekerasan vickers (N/mm2)

650
600
550
500
450
400
350
300
0 100 200 300 400 500 600 700 800
o
Temperatur ( C)

Gambar 1. Grafik hubungan antara temperature dengan kekerasan Vickers


Kekerasan Rockwell (HRC)

60

55

50

45

40

35
0 100 200 300 400 500 600 700 800
o
Temperatur ( C)

Gambar 2. Grafik hubungan antara temperature dengan Kekerasan Rockwell

Nilai-nilai kekerasan hasil penemperan kekerasannya 574,91 N/mm2; temperatur 400 oC


tersebut adalah sebagai beikut : temperatur 100 oC kekerasannya 482,43 N/mm2; temperatur 500 oC
kekerasannya 660,57 N/mm2; temperatur 250 oC kekerasannya 415,56 N/mm2 ; temperatur 600 oC

139 MEKTEK TAHUN VII NO. 3, SEPTEMBER 2005


kekerasannya 365,81 N/mm2; dan temperatur 700 6. Daftar Pustaka
o
C kekerasannya 362,19 N/mm2. Penurunan Avner, S.H. 1984. Introduction to Physical
kekerasan akibat penemperan disebabkan struktur Metalurgy. Tokyo. Mc. Graw-Hill.
martensit cenderung untuk berubah menjadi Kogakusha L.D.
martensit temper (martemper), dan juga cenderung
untuk bertransformasi menjadi bainit atau Djaprie, Sriati. 1985. Teknologi Mekanik. Jilid I.
membentuk endapan karbida. Jakarta. Erlangga
Martensit yang didefinisikan sebagai larutan Djaprie, Sriati. 1991. Ilmu dan Teknologi Bahan.
padat lewat jenuh dari karbon yang terjebak di Jakarta. Erlangga
dalam struktur tetragonal pemusatan ruang,
merupakan fasa yang tidak stabil yakni ketika D.N. Adyana. 1992. Logam dan Paduan. Jakarta.
diberi energi berupa penemperan, karbon akan Universitas Indonesia
mengendap sebagai karbida dan besi akan menuju Schonmetz, Alois. 1985. Pengetahuan Bahan
ke bentuk kubus pemusatan sisi. Jadi dapat dalam Pengerjaan Logam. Bandung
dikatakan bahwa menurunnya kekerasan bahan Angkasa
disebabkan oleh menurunnya sifat tetragonal
martensit dan mulai terbentuknya pengendapan Suardi, Tata. 1985. Pengetahuan Bahan Teknik.
karbida dan pembentukan ferit dengan Jakarta. Pradnya Paramita.
meningkatnya temperatur penemperan.

5. Kesimpulan
Hasil pengujian diperoleh bahwa nilai
kekerasan vickers spesimen standar/normal 762,23
N/mm2 dan spesimen perlakuan panas dengan
media pendingin air tanpa penemperan 909,83
N/mm2. Nilai kekerasan spesimen dengan proses
penemperan mengalami penurunan seiring dengan
naiknya temperatur penemperan dan tetinggi
660,57 N/mm2 pada temperatur temper 100 oC.
Penemperan pada temperatur 600 oC sampai dengan
700 oC tidak terlalu banyak mempengaruhi
perubahan nilai kekerasan

140

You might also like