You are on page 1of 37

TUGAS MANAGEMENT SUMBER DAYA MANUSIA

PEDOMAN PENGORGANISASIAN
INSTALASI FARMASI
RSUD AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT

NAMA : MITTY MAULIANA

NPM : 260120150003

KONSENTRASI : FARMASI RUMAH SAKIT

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJAJARAN

TAHUN 2015

1
PEDOMAN PENGORGANISASIAN
INSTALASI FARMASI
RSUD AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AL IHSAN
Jl. Kiastramanggala Baleendah Kab. Bandung Tlp. (022) 5940872, 5940875
Fax. 5941709 e-mail:rsudalihsan@yahoo.com

TAHUN 2015

2
PEDOMAN PELAYANAN FARMASI

BAB I

PENDAHULUAN

Pelayanan Instalasi Farmasi RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat adalah


pelayanan RSUD Al Ihsan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap yang
berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.

Instalasi Farmasi RSUD Al Ihsan adalah wadah yang mengelola


pelayanan Farmasi dan Pengelolaan Perbekalan farmasi secara
professional, bermutu serta terjangkau oleh pasien, yang meliputi seluruh
jenis-jenis pelayanan farmasi klinik dan pengelolaan perbekalan farmasi
yang diperlukan dalam menunjang pelayanan kesehatan pasien yang
paripurna sesuai kemampuan RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat.

Keteraturan dalam pengorganisasian di Instalasi Farmasi RS RSUD Al


Ihsan Provinsi Jawa Barat merupakan hal yang penting dalam
peningkatan mutu pelayanan instalasi farmasi.

Untuk mendukung peningkatan pelayanan kesehatan di RSUD Al Ihsan


Provinsi Jawa Barat, maka perlu disusun suatu Pedoman
Pengorganisasian Farmasi RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat yang
dapat dipakai sebagai acuan dalam merencanakan peningkatan dan
pengembangan pengorganisasian di bidang Farmasi.

3
BAB II

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

Sejarah Singkat Rumah Sakit

RSUD Al Ihsan semula bernama RS Islam Al Ihsan dibangun pada


tanggal 11 Maret 1993 bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan 1413 H
oleh Yayasan RSI Al Ihsan dengan dana Pembangunan Rp
45.324.798.032,- yang berasal dari BAZIS Asnaf Amilin, APBD Pemprov
Jabar dan Sumbangan Masyarakat, konsep banguanan Kampung matuh
banjar pamidangan (Vilage System) dengan Luas Lahan : 45.000 M2 dan
Luas Bangunan : 29.617,75 M2

Dewan Pendiri RS Islam Al Ihsan :

1. Drs. H. Ukman Sutaryan

2. H. Agus Muhyidin, S.IP.,M.IP

3. Drs.H. M. Soleh , MM

4. Drs. K.H. M. Sahid

5. K.H. R. Totoh A. Fatah

RS Islam Al Ihsan mulai beroperasi pada tanggal 12 November 1995


bertepatan dengan hari Kesehatan Nasional dengan hanya membuka
poliklinik (Pelayanan Rawat Jalan), selanjutnya dibuka pelayanan Gawat
Darurat 24 Jam dan Rawat Inap

RSUD Al Ihsan Mulai 10 Maret 2005 - saat ini dibawah Pemerintah


Provinsi Jawa Barat

- Keputusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 372


K/Pid/2003 dan Berita Acara Pengembalian Barang Bukti Asset Rumah

4
Sakit Islam Al Ihsan dari Kejaksaan Negeri Bandung Kepada
Pemerintah Provinsi Jawa Barat tanggal 10 Maret 2003
- Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 23 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah Provinsi, rumah sakit
menjadi RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat;
- Surat Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor : 900/Kep.921-
Keu/2009 tentang Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah Pada Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan
Provinsi Jawa Barat

Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat telah lulus
Akreditasi sebagai berikut :

- Terakreditasi 5 Standar Pelayanan Rumah Sakit berdasarkan Surat


Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
YM.02.04.3.5.9636 tanggal 30 Oktober 1998 dengan Status Akreditasi
Penuh Tingkat Dasar;
- Terakreditasi 12 Standar Pelayanan Rumah Sakit berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.00.06.2.2.259 tanggal 29
Januari 2004 dengan Status Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut serta ;
- Tahun 2011 telah keluar Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit Nomor
KARS-SMRT/42/VIII/2011 Pada Tanggal 15 Agustus 2011, RSUD Al
Ihsan Provinsi Jawa Barat telah lulus Tingkat Lengkap 16 Pelayanan.

Saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat adalah
rumah sakit tipe B dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 300 buah.

5
BAB III

VISI, MISI DAN TUJUAN RSUD AL IHSAN

A. VISI DAN MISI RSUD AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT

Visi Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan 2013-2018 adalah :

Sesuai perkembangan kedepan dengan mempertimbangkan Visi dan Misi


Provinsi serta hasil kinerja pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Al
Ihsan dan daya saing, dimana Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan
dituntut mempunyai keunggulan dari pesaingnya, maka perlu adanya visi,
misi dan tujuan Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan kedepan sebagai
berikut :
Menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Terdepan dan Rujukan
utama di Jawa Barat tahun 2018
Adapun kebijakan pembangunan sesuai strategi pembangunan daerah
yang berkaitan dengan rumah sakit adalah dengan Misi 1 (satu) yaitu
membangun masyarakat Jawa Barat yang berkualitas dan berdaya saing
dengan kebijakan bidang kesehatan meliputi :
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan, pengendalian penyakit
menular dan tidak menular dengan arah kebijakan peningkatan
pelayanan kesehatan, pencegahan dan penanggulangan penyakit
menular dan tidak menular termasuk masalah gizi masyarakat.
2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya kesehatan di
puskesmas dan rumah sakit dengan arah kebijakan peningkatan
sumber daya kesehatan di puskesmas dan rumah sakit untuk
masyarakat umum dan rakyat miskin

Misi Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan adalah :

1. Mewujudkan Center of Excellent ( pelayanan unggulan : jantung,


traumatic, degeneratif, perinatologi, stroke, diabetic, cancer, infeksi,
emergency )
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM yang Profesional yang
dilandasi Keimanan dan Ketaqwaan kepada Tuhan YME
3. Meningkatkan ketersediaan sarana dan pra sarana pelayanan
kesehatan yang berkualitas
4. Mengembangkan kemitraan dalam bidang pelayanan kesehatan,
pelatihan , rumah sakit pendidikan dan penelitian yang berhasil
guna
5. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang berbasis pada
sistem informasi yang terpadu

6
FALSAFAH

IHSAN

Beribadah kepada Allah SWT seakan-akan kamu melihat Allah, dan


bilamana kamu tidak bisa melihat Allah pasti melihat kamu

Dengan demikian, derajat IHSAN yang menempatkan manusia pada


tingkatan ibadah yang paling tinggi hendaknya menjadi acuan bagi
seluruh pegawai RSI Al Ihsan dalam melaksanakan tugas pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :

Falsafah IHSAN dapat mendorong petugas pelayanan kesehatan menjadi


insan pengabdi (abdi Allah) yang yakin bahwa penyakit itu diciptakan oleh
Allah dan hanya dapat disembuhkan karena izin Allah, serta mendorong
insan kesehatan untuk menemukan obat penangkalnya sebagaimana
dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW : Allah menurunkan penyakit dan
menurunkan pula obatnya, diketahui oleh yang mengerti dan tidak
diketahui oleh orang yang tidak mengerti (HR. Bukhari dan Muslim).

Falsafah IHSAN dapat mencegah petugas pelayanan kesehatan dari


tindakan yang menyimpang dari kode etik dan tata cara pengobatan yang
benar sebagaimana dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW : Allah tidak
menjadikan penyembuhan dengan apa yang diharamkan atas kamu (HR.
Baihaqi)

Berdasarkan hal tersebut diatas, petugas pelayanan yang berpegang


teguh pada falsafah IHSAN hendaknya :

1. Yakin bahwa hanya karena ijin Allah seorang penderita dapat


sembuh kembali

2. Yakin bahwa semua penyakit ada obatnya yang masih harus


dicari/dipelajari

7
3. Allah hanya memperkenankan pengobatan dengan obat dan cara-
cara yang tidak diharamkan oleh Allah yakin bahwa pelayanan
kesehatan yang didasarkan karena Allah, akan menjadi bagian dari
ibadah kepada Allah.

B. Tujuan dan Sasaran


Dalam rangka mencapai Visi dan misi tersebut tentu perlu ditentukan
strategi-strategi khusus dengan menghadirkan Program dan Kegiatan
yang mendukung terciptanya mutu pelayanan kesehatan yang di
harapkan oleh masyarakat.

Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat pada


periode tahun 2013 sampai dengan 2018 mempunyai program dan
kegiatan serta kebijakan mengarah kepada tercapainya sasaran
dan indikator Sasaran , diantaranya :

Tabel. 2.1

Sasaran Strategis dan Indikator Pencapaian Sasaran

MISI Ke - 1 ; Mewujudkan Center of Excellent ( pelayanan unggulan : jantung,


traumatic, degeneratif, perinatologi, stroke, diabetic,
cancer, infeksi, emergency )

Tujuan Sasaran Indikator Pencapaian Sasaran

Terciptanya Meningkatkan Waktu tanggap pelayanan dokter di Gawat Darurat


pelayanan kualitas dan
% Angka kematian pasien di IGD
kesehatan yang kinerja
bermutu, cepat, pelayanan % kejadian infeksi karena jarum infus
tepat dan
akurat yang % kejadian penyulit / infeksi karena transfusi
didukung oleh darah
Sumber Daya % kejadian infeksi pasca bedah
yang
% Kejadian pasien pulang paksa
berkualitas dan
memadai % Kematian pasien 48 jam

8
% kejadian kematian di meja operasi

Waktu tunggu operasi elektif

% Angka kematian ibu karena eklampsia

% Angka kematian ibu karena perdarahan

% Angka kematian ibu karena sepsis

Waktu tunggu hasil pelayanan foto thorax

Waktu tunggu hasil pelayanan Lab P. Klinik

Waktu tunggu pelayanan obat jadi

Waktu tunggu pelayanan obat racikan

% Sisa makanan yang tidak dimakan oleh pasien

% Pemenuhan kebutuhan darah untuk pelayanan


transfuse di rumah sakit
% Tidak adanya barang milik pasien / pengunjung
yang hilang
% Kepuasan pasien rumah sakit

% Pengelolaan Kesehatan lingkungan RS dan


Masyarakat
% pasien keluarga miskin yang dilayani

MISI Ke - 2 : Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM yang Profesional


yang dilandasi Keimanan dan Ketaqwaan kepada
Tuhan YME

Tujuan Sasaran Indikator Pencapaian Sasaran

Memiliki SDM Meningkatkan % Pemberi pelayanan kegawat daruratan bersertifikat :


yang kualitas
profesionalisme Sumber Daya (ATLS / BTLS / ACLS / PPGD / GELS ) yang masih
Manusia (SDM) berlaku
Rumah Sakit
% Dokter pemberi pelayanan di poliklinik spesialis
Umum Daerah
Al Ihsan % Kelengkapan pengisian jabatan sesuai persyaratan

9
Provinsi Jawa jabatan dalam struktur organisasi
Barat sesuai
kebutuhan % Karyawan yang mendapat pelatihan minimal 20 jam /
tahun

Prosentase SDM yang mengikuti pendidikan dan


pelatihan Bidang kesehatan

Prosentase SDM yang mengikuti pendidikan dan


pelatihan Bidang Administrasi dan Manajemen

MISI Ke - 3 : Meningkatkan ketersediaan sarana dan pra sarana

pelayanan kesehatan yang berkualitas

Tujuan Sasaran Indikator Pencapaian Sasaran

Tersedianya Meningkatnya % Ketersediaan fasilitas dan peralatan operasi


sarana dan sarana,
prasarana prasarana dan % Ketersediaan fasilitas dan peralatan ruang ICU
yang peralatan bagi % Ketersediaan fasilitas dan peralatan
berkualitas pengembangan pengelolaan limbah rumah sakit
pelayanan
Kesehatan Ketersediaan ambulance dan mobil jenazah

Prosentase pembangunan gedung thursina

Prosentase pembangunan gedung cancer centre

Prosentase pengembangan pembangunan


gedung maskin (Gd. Asal, Zumar )

Prosentase Peningkatan utilitas penggunaan


penunjang medis

MISI Ke - 4 : Mengembangkan kemitraan dalam bidang pelayanan


kesehatan, pelatihan , rumah sakit pendidikan dan
penelitian yang berhasil guna

10
Tujuan Sasaran Indikator Pencapaian Sasaran

Meningkatkan Terciptanya Jumlah kerjasama dengan mitra kerja:


kerjasama kerjasama
dengan saling Perguruan tinggi negeri dan swasta
instansi lain menguntungkan Rumah sakit lain yang sejenis
dalam dengan
memjukan perguruan Jumlah Institusi pendidikan kesehatan yang
pelayana tinggi dan RS memanfaatkan fasilitas rumah sakit
rumah sakit
Prosentase naiknya jumlah penelitian tentang
pelayanan dan administrasi rumah sakit

MISI Ke - 5 : Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang berbasis


pada sistem informasi yang terpadu

Tujuan Sasaran Indikator Pencapaian Sasaran

Menjadi lahan Meningkatkan Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang


pendidikan yang kualitas Sumber berbasis pada sistem informasi yang terpadu
menghasilkan Daya Manusia
SDM yang (SDM) profesi
profesionalisme kedokteran,
keperawatan dan
profesi lainnya
sesuai kebutuhan

11
BAB IV

STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT

A. STRUKTUR ORGANISASI RSUD AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT

Struktur Organisasi RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat, Berdasarkan


Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 17 Tahun 2014 (Perubahan
Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 23 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah Provinsi Jawa Barat)
Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa
Barat terdiri atas :

a. Direktur
b. Wakil Direktur Umum dan Keuangan, membawahkan :
1. Bagian Umum dan Hukum, membawahkan
a. Subbagian Kerumahtanggaan dan Perlengkapan
b. Subbagian Hukum, Humas dan Pemasaran
2. Bagian Perencanaan Program, Evaluasi dan Pelaporan ,
Membawahkan :
a. Subbagian Perencanaan
b. Subbagian Evaluasi dan Pelaporan..
3. Bagian Keuangan dan Akuntansi, membawahkan:
a. Subbagian Keuangan
b. Subbagian Akuntansi
c. Wakil Direktur Medik, Penunjang dan Keperawatan, membawahkan :
1. Bidang Medik dan Penunjang, membawahkan :
a. Seksi Pelayanan Medik
b. Seksi Penunjang dan Rekam Medik
2. Bidang Keperawatan, membawahkan :
a. Seksi Pelayanan Keperawatan
b. Seksi Pengembangan Mutu dan Logistik Keperawatan.
d. Wakil Direktur SDM dan Pendidikan, membawahkan:

12
1. Bagian Sumber Daya Manusia
a. Subbagian Administrasi dan Pengembangan Karier
Pegawai
b. Subbagian Kesejahteraan Pegawai
2. Bagian Pendidikan dan Pelatihan
a. Subbagian Pendidikan dan Pelatihan
b. Subbagian Penelitian dan Pengembangan

13
STRUKTUR RSUD AL IHSAN TAHUN 2014

BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 17 TAHUN 2014

(PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 23 TAHUN 2008

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RSUD PROVINSI JAWA BARAT)

DIREKTUR DEWAN PENGAWAS

WAKIL DIREKTUR WAKIL DIREKTUR WAKIL DIREKTUR SATUAN


KOMITE UMUM DAN MEDIK DAN SDM DAN PENGAWAS
KEUANGAN KEPERAWATAN PENDIDIKAN INTERNAL

BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN


PERENCANAAN BIDANG MEDIK DAN BIDANG
KEUANGAN DAN PROGRAM, EVALUASI
UMUM, HUKUM DAN SUMBER DAYA PENDIDIKAN DAN
PENUNJANG KEPERAWATAN
AKUNTANSI DAN PELAPORAN PEMASARAN MANUSIA PENELITIAN

KELOMPOK
JAFUNG SUBBAGIAN SUBBAGIAN SEKSI SUBBAGIAN SUBBAGIAN
SUBBAGIAN
KEUANGAN SEKSI ADMINISTRASI DAN
PERENCANAAN KERUMAHTANGGAAN PELAYANAN PENGEMBANGAN KARIR
PENDIDIKAN DAN
DAN PERLENGKAPAN PELAYANAN MEDIK
DAN PROGRAM KEPERAWATAN PEGAWAI PELATIHAN

SUBBAGIAN SUBBAGIAN SEKSI SUBBAGIAN SUBBAGIAN


SUBBAGIAN SEKSI PENGEMBANGAN MUTU
EVALUASI DAN HUKUM, HUMAS DAN LOGISTIK
KESEJAHTERAAN PENELITIAN DAN
AKUNTANSI PENUNJANG MEDIK
PELAPORAN DAN PEMASARAN KEPERAWATAN PEGAWAI PENGEMBANGAN

14
BAB V

VISI, MISI DAN STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA

A. Visi Instalasi Farmasi


Pelayanan Farmasi RSUD Al Ihsan yang profesional dan mandiri
dari aspek manajemen maupun klinik dengan orientasi kepada
kepentingan pasien sebagai individu, berwawasan lingkungan dan
keselamatan kerja berdasarkan kode etik dan bernuansa Islami.

B. Misi Instalasi Farmasi


1. Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian yang berorientasi pada
tercapainya hasil pengobatan yang maksimal bagi pasien.
2. Memberi pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu, efisien
serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
3. Bertanggung jawab atas pengelolaan Farmasi RSUD Al Ihsan
yang berdaya guna dan berhasil guna.
4. Berperan serta dalam program-program pelayanan, pendidikan,
pelatihan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
kesehatan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sehat
jasmani maupun rohani.

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 15


C. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Al Ihsan

Wadir Medik Penunjang


dan Keperawatan

Kepala Instalasi Farmasi

Administrasi IFRS

Kepala Unit Kepala Unit Kepala Unit


Pengelolaan Pelayanan Farmasi Manajemen Mutu
Perbekalan Farmasi Klinik

Koordinator Koordinator
Pelayanan Farmasi Pelayanan Farmasi
Rawat Jalan Rawat Inap

Depo BPJS
Depo Rawat Inap

Depo Rawat Umum &


Kontraktor Depo IBC & ICU

Depo IGD
Depo Cancer Centre

Depo GD A Lt I Depo HD

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 16


BAB VI

URAIAN JABATAN

A. Kepala Instalasi Farmasi RSUD Al Ihsan


Kepala Instalasi Farmasi bertugas dalam:
1. Mempelajari program kerja RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat,
kebijaksanaan Direktur, rencana kerja di lingkungan Wadir
Umum dan Keuangan, Wadir Medik dan Keperawatan, dan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku bagi Instalasi
Farmasi sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas.
2. Menyusun rencana kerja instalasi melalui evaluasi rencana dan
hasil kerja tahun yang lalu, proyeksi kegiatan yang akan datang,
dan arahan dari atasan agar pelaksanaan kegiatan instalasi
terlaksana dengan efektif dan efisien.
3. Mengkoordinir penyusunan tatakerja di lingkungan Instalasi
yang meliputi cara pelaksanaan tugas, pendistribusian tugas,
penentuan target kerja, serta bimbingan dalam pencapaian
target kerja instalasi.
4. Bertanggung jawab dalam koordinasi penggunaan fasilitas kerja
di lingkungan instalasi agar terjalin kerjasama untuk
meningkatkan mutu pelayanan instalasi.
5. Mengawasi dan mengendalikan mekanisme kerja bawahan dan
memberi arahan cara penyelesaian masalah kepada bawahan.
6. Memotivasi bawahan dengan memberi penghargaan baik
secara formal maupun secara informal untuk meningkatkan
semangat kerja bawahan.
7. Melakukan koordinasi dengan unit kerja lainnya di lingkungan
RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat untuk menunjang
kelancaran pelayanan Farmasi dan pelayanan RSUD Al Ihsan
Provinsi Jawa Barat pada umumnya.

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 17


8. Mengkoordinir penyusunan usulan anggaran instalasi, usulan
kebutuhan ketenagaan instalasi dan usulan sarana yang
diperlukan instalasi.
9. Mengkoordinir pelaporan berkala dan laporan khusus untuk
disampaikan kepada Kasi Pelayanan medik dari setiap kegiatan
Instalasi Farmasi.
10. Menyampaikan usulan pemecahan masalah yang berkaitan
dengan kegiatan Instalasi Farmasi kepada Kasi Penunjang
Medik sebagai masukan dalam pemecahan masalah yang
timbul.
11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan dalam rangka
memperlancar pelaksanaan kegiatan di Instalasi Farmasi.

B. Kepala Unit Pengelolaan Perbekalan Farmasi


Kepala Unit Pengelolaan Perbekalan Farmasi bertugas dalam :

1. Memberi masukan terhadap program kerja instalasi farmasi,


terutama dalam hal pengelolaan perbekalan farmasi
2. Membuat perencanaan pengadaan Perbekalan Farmasi
3. Mengatur sistem penyimpanan perbekalan farmasi
4. Mengatur system distribusi perbekalan farmasi baik untuk di unit
dan depo farmasi.
5. Memimpin, mengatur dan menyelenggarakan kegiatan
pengelolaan perbekalan farmasi
6. Membuat, memperbaiki, mengembangkan dan menjalankan
protap pengelolaan perbekalan farmasi sesuai dengan
perkembangan ilmu kefarmasian.
7. Melaksanakan pengawasan, pembinaan, bimbingan dan evaluasi
terhadap staf di gudang farmasi dalam rangka pengembangan
mutu pelayanan farmasi.
8. Melaksanakan pengendalian, pengawasan dan pengelolaan
perbekalan farmasi di rumah sakit .

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 18


9. Membina hubungan kerja yang baik dengan unit kerja yang ada
di instalasa farmasi dan di lingkungan rumah sakit.
10. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Instalasi
Farmasi
C. Kepala Unit Pelayanan Farmasi Klinik

Kepala Unit Pelayanan Farmasi Klinik bertugas dalam:

1. Memberi masukan terhadap program kerja instalasi farmasi


2. Membuat perencanaan pengembangan dan perbaikan
pelayanan farmasi di depo farmasi
3. Mengatur sistem dan alur pelayanan farmasi di depo farmasi
4. Memimpin, mengatur dan menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kefarmasiaan di depo farmasi
5. Membuat, memperbaiki, mengembangkan dan menjalankan
protap sesuai dengan perkembangan ilmu kefarmasian.
6. Melaksanakan pengawasan, pembinaan, bimbingan dan
evaluasi terhadap staf di depo farmasi dalam rangka
pengembangan mutu pelayanan farmasi.
7. Melaksanakan pengendalian, pengawasan dan pengelolaan
pelayanan farmasi di depo farmasi .
8. Membina hubungan kerja yang baik dengan unit kerja yang ada
di lingkungan rumah sakit.
9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Instalasi
Farmasi
D. Kepala Unit Manajemen Mutu

Kepala Unit Manajemen Mutu bertugas dalam:

1. Menyusun program kerja dan cara monitoring serta evaluasi untuk


peningkatan mutu di instalasi farmasi sesuai target yang ditetapkan.
2. Melaksanakan monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan
program kerja
3. Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 19


4. Melakukan tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu melakukan
perbaikan kualitas pelayanan sesuai target yang ditetapkan dan
meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.
5. Membuat, memperbaiki, mengembangkan dan menjalankan protap
sesuai dengan perkembangan ilmu kefarmasian.
6. Melaksanakan pengawasan, pembinaan, bimbingan dan evaluasi
terhadap pelaksanaan pelayanan kefarmasian dalam rangka
pengembangan mutu pelayanan farmasi.
7. Membina hubungan kerja yang baik dengan unit kerja yang ada di
lingkungan rumah sakit.
8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Instalasi
Farmasi
E. Penanggung jawab Administrasi
Penanggung jawab Administrasi bertugas dalam :

1. Membuat laporan pemakaian obat generik dari resep yang


masuk ke Instalasi Farmasi
2. Membuat laporan pendapatan dari pelayanan resep
3. Membuat laporan stok perbekalan farmasi tiap bulan untuk
dilaporkan ke Direktur.
4. Membuat laporan tentang jumlah resep yang masuk ke Instalasi
Farmasi
5. Menyiapkan sarana kerja untuk para petugas farmasi lainnya.
6. Membina hubungan kerja sama yang baik dengan sesama staf
farmasi dan unit kerja lain di rumah sakit.
7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Instalasi
Farmasi.
F. Koordinator rawat jalan
Koordinator rawat jalan bertugas dalam :
1. Mengerjakan resep dokter
2. Mengganti obat sesuai standarisasi RSUD Al-Ihsan
3. Mengkonfirmasikan kejelasan resep kepada dokter.
4. Menolak resep yang meragukan.
5. Membuat defekta perbekalan farmasi ke unit gudang farmasi.
6. Menerima perbekalan farmasi dari unit gudang farmasi.
7. Meneliti kesesuaian pesanan mengenai jenis, jumlah, bentuk,
tanggal kadaluarsa.

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 20


8. Mencatat perbekalan farmasi yang diterima ke dalam kartu stok.
9. Menyimpan di tempat perbekalan farmasi.
10. Menyiapkan perbekalan farmasi sesuai dengan resep
11. Memberi etiket dan label serta bila perlu membuat copy resep dan
kwitansi.

G. Koordinator rawat inap

Koordinator rawat inap bertugas dalam :

1. Mengerjakan resep dokter


2. Mengganti obat sesuai standarisasi RSUD Al-Ihsan
3. Mengkonfirmasikan kejelasan resep kepada dokter.
4. Menolak resep yang meragukan.
5. Membuat defekta perbekalan farmasi ke unit gudang farmasi.
6. Menerima perbekalan farmasi dari unit gudang farmasi.
7. Meneliti kesesuaian pesanan mengenai jenis, jumlah, bentuk,
tanggal kadaluarsa.
8. Mencatat perbekalan farmasi yang diterima ke dalam kartu stok.
9. Menyimpan di tempat perbekalan farmasi.
10. Menyiapkan perbekalan farmasi sesuai dengan resep
11. Memberi etiket dan label serta bila perlu membuat copy resep dan
kwitansi.
H. Pelaksana Farmasi
Pelaksana farmasi bertugas dalam :
1. Mengerjakan resep dokter
2. Mengkonfirmasikan kejelasan resep kepada dokter, dan
kesesuaian penggunaan obat dengan standar pengobatan
perusahaan mitra.
3. Menolak resep yang meragukan.
4. Membuat defekta perbekalan farmasi ke unit gudang farmasi.
5. Menerima perbekalan farmasi dari unit gudang farmasi.
6. Menerima perbekalan farmasi dari distributor.
7. Meneliti kesesuaian pesanan mengenai jenis, jumlah, bentuk,
tanggal kadaluarsa.
8. Melayanai permintaan perbekalan farmasi ke unit-unit.
9. Mencatat perbekalan farmasi yang diterima dan keluar ke dalam
kartu stok.
10. Menyimpan di tempat perbekalan farmasi.
11. Menyiapkan perbekalan farmasi sesuai dengan resep.
12. Memberi etiket dan label serta bila perlu membuat copy resep dan
kwitansi.

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 21


BAB VII

TATA HUBUNGAN KERJA

Instalasi Farmasi RSUD Al Ihsan merupakan instalasi dibawah Wadir


Medik, Penunjang dan Keperawatan. Instalasi Farmasi dipimpin oleh
Apoteker yang membawahi Apoteker sebagai pengelola perbekalan
farmasi, Apoteker sebagai kendali mutu pelayanan farmasi dan Apoteker
klinik sebagai pemberi layanan farmasi klinik, tenaga teksis Kefarmasian
yang membantu apoteker dalam melakukan pengelolaan perbekalan
farmasi dan pelayanan farmasi klinik, serta tenaga administrasi dengan
Tata Hubungan Kerja sebagai berikut :

A. Tata hubungan kerja internal


Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab kepada Direktur
Kepala Instalasi Farmasi melakukan koordinasi dengan Kepala
Seksi Penunjang Medik
Kepala Instalasi Farmasi mengawasi dan mengendalikan
mekanisme kerja Apoteker dan TTK sebagai pelaksana teknis
pelayanan kefarmasian.
Kepala Instalasi Farmasi melakukan koordinasi dengan unit
kerja lain di lingkungan Rumah Sakit .
Kepala Unit bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi
Farmasi
Kepala Unit mengawasi dan mengendalikan mekanisme kerja
penanggung jawab setiap bagian
Koordinator Pelayanan bertanggung jawab kepada Kepala
Instalasi Farmasi
Koordinator Pelayanan bertanggung jawab kepada Kepala Unit.
Koordinator Pelayanan bagian melakukan koordinasi dengan
Koordinator Pelayanan lain

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 22


B. Tata Hubungan Kerja Eksternal dan sektor terkait
Kepala Instalasi Farmasi melakukan koordinasi dengan beberapa
sektor terkait di lingkungan RS dalam melaksanakan Pelayanan
Farmasi.

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 23


BAB VIII

POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

A. Pola Ketenagaan
Instalasi Farmasi RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat
memberlakukan pola ketenagaan sebagai berikut :
No. Jabatan Pengaturan Jadwal
1. Kepala Instalasi Dinas Pagi
2. Kepala Unit Dinas Pagi
Koordinator Pelayanan Dines Pagi
3. Pelaksana Teknis Dinas Pagi, Siang, Malam
Kefarmasian
4. Tenaga Administrasi Dinas Pagi

B. Kualifikasi Personil
No. Jabatan Kualifikasi Personil
1. Kepala Instalasi S1, Apoteker, telah memiliki
STRA, SIPA, dan telah
pengalaman praktek di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit.
2. Kepala Unit S1, Apoteker, telah memiliki
STRA, SIPA, dan telah
pengalaman praktek di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit.
3. Koordinator Pelayanan S1, Apoteker, telah memiliki
STRA, SIPA, dan telah
pengalaman praktek di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit.
4. Pelaksana Teknis Apoteker telah memiliki STRA dan
Kefarmasian SIPA. S1 Farmasi, D3 Farmasi,

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 24


telah memiliki STRTTK dan SIK.
SMF/SMK Farmasi telah memiliki
STRTTK dan SIK serta
berpengalaman bekerja di IFRS.
5. Tenaga Administrasi Minimal lulusan SMA atau yang
setara

Saat ini personel di instalasi farmasi RSUD Al Ihsan adalah sebagai


berikut :

No Profesi jumlah keterangan


1 Apoteker 6 orang Ka. Inst pengalaman 12 tahun
Ka. Unit pengalaman 8 - 11 tahun
2 Sarjana Farmasi 4 orang 2 orang sedang skripsi
2 orang baru masuk kuliah
3 D3 Farmasi 27 orang 7 orang D3
20 orang sedang sekolah D3
4 SMK Farmasi 9 orang
5 Administrasi
Sarjana akutansi 1 orang
D3 akutansi 1 orang
SMA 4 orang

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 25


BAB IX

KEGIATAN ORIENTASI

Kegiatan orientasi yang dilakukan di Instalasi Farmasi RSUD Al Ihsan


meliputi beberapa hal sebagai berikut :

A. Organisasi
Merupakan pengenalan organisasi yang meliputi Organisasi RSUD
Al Ihsan Provinsi Jawa Barat dan Instalasi Farmasi.
B. Visi, Misi Instalasi Farmasi
Merupakan pengenalan Visi dan Misi Instalasi Farmasi sebagai
bekal untuk dapat melakukan pelayanan yang efektif, efisien dan
berkualitas.
C. SDM
Memperkenalkan kualifikasi SDM yang bekerja pada Instalasi
Farmasi RSUD Al Ihsan yang meliputi latar belakang pendidikan
dan Status kepegawaian SDM.
D. Pelayanan
Memperkenalkan alur pelayanan Instalasi Farmasi sebagai
penunjang pelayanan Medis RSUD Al Ihsan.
E. Sarana dan Prasarana
Memperkenalkan sarana dan prasarana yang digunakan dalam
melakukan pelayanan Kefarmasian.
F. Fisik
Memperkenalkan sarana fisik yang ada di RSUD Al Ihsan dan
menjelaskan mengenai standar fasilitas Farmasi RSUD Al Ihsan
Provinsi Jawa Barat sesuai dengan peraturan yang berlaku.

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 26


BAB X

PERTEMUAN/ RAPAT

Instalasi Farmasi RSUD Al Ihsan mengadakan pertemuan/ rapat minimal


setiap satu kali dalam satu bulan.Hari Rabu pekan pertama pada setiap
bulannya. Rapat harus dihadiri oleh semua SDM Farmasi terkecuali yang
melakukan pelayanan atau berhalangan dengan alasan yang jelas.

Beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum pertemuan/ rapat adalah


sebagai berikut :

1. Daftar hadir
2. Agenda Rapat
3. Notulen Rapat

Format Notulen Rapat

Hari, tanggal :
Tempat :
Pemimpin Rapat :
Notulen Rapat :
Jumlah Peserta :
Rapat
Agenda Rapat :

Hasil Rapat :

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 27


BAB XI

PELAPORAN

Instalasi Farmasi RSUD Al Ihsan melaksanakan pelaporan Pelayanan


Farmasi yang meliputi :

A. Laporan Harian
Berisi laporan harian mengenai kegiatan Pelayanan Farmasi
1. Laporan Transaksi
2. Laporan jumlah resep .

B. Laporan Bulanan
1. Laporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
2. Laporan Kegiatan Instalasi Farmasi
a. Laporan penerimaan Instalasi Farmasi berdasarkan
lembar resep
b. Laporan penulisan dan pelayanan resep berdasarkan
item obat (R/)
c. Laporan Pendapatan Instalasi Farmasi.
d. Laporan hasil stock opname

C. Laporan Triwulan
1. Laporan Kegiatan Instalasi Farmasi
a. Laporan penerimaan Instalasi Farmasi berdasarkan
lembar resep
b. Laporan penulisan dan pelayanan resep berdasarkan
item obat (R/)
c. Laporan Pendapatan Instalasi Farmasi.
d. Laporan hasil stock opname
2. Laporan Standar Pelayanan Minimal
a. Laporan waktu tunggu

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 28


b. Laporan peresepan sesuai formularium
c. Laporan petugas pemberi pelayanan kefarmasian
d. Laporan kesalahan dalam pelayanan
e. Laporan survey kepuasan pasien

D. Laporan Tahunan
1. Laporan Kegiatan Instalasi Farmasi
a. Laporan penerimaan Instalasi Farmasi berdasarkan
lembar resep
b. Laporan penulisan dan pelayanan resep berdasarkan
item obat (R/)
c. Laporan Pendapatan Instalasi Farmasi.
d. Laporan hasil stock opname
2. Laporan Standar Pelayanan Minimal
a. Laporan waktu tunggu
b. Laporan peresepan sesuai formularium
c. Laporan petugas pemberi pelayanan kefarmasian
d. Laporan kesalahan dalam pelayanan
e. Laporan survey kepuasan pasien
3. Laporan unit cost instalasi farmasi

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 29


BAB XII

ANALISA BEBAN KERJA

Analisa kebutuhan tenaga di instalasi farmasi berdasarkan perhitungan beban


kerja

Standar pelayanan resep jadi 30 menit


Standar pelayanan resep racikan 60 menit

Rata-rata waktu pelayanan resep jadi 15 menit


Rata-rata waktu pelayanan resep racikan 25 menit
Yang dimaksud waktu pelayanan adalah mulai proses input s/d penyerahan
obat

KOMPOSISI KUNJUNGAN
Shift I Shift II Shift III Total
Resep obat jadi 73% 17% 9% 100%
Rx obat racik 62% 31% 8% 100%

Jumlah rata-rata resep jadi / hari: 1035 Rx


Jumlah rata-rata resep racikan / hari: 65 Rx

Lama kerja per orang (per shift) 390 menit

Rumus
dasar:
Beban Kerja = Waktu Transaksi X Volume Transaksi

Beban kerja
Kebutuhan tenaga = --------------------------------------
Waktu standar pelayanan

Beban kerja: Rx jadi 15525 menit kerja


menit
Rx racikan 1625 kerja
17150 menit kerja = 285,8 Jam

Beban Kerja / Shift (menit kerja)


Shift I Shift II Shift III
Rx Jadi 11400,01 2699,798 1425,195 15525
Rx Racikan 1000,025 500,0125 124,9625 1625

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 30


12400,03 3199,81 1550,158 17150

Kebutuhan
Tenaga 31,8 6,9 3,7 orang 42,4 orang
Pembulatan 32 7 4 orang 43 orang

Perhari dibutuhkan: 43 orang

NB. Perhitungan diatas belum memperhitungkan adanya hari besar nasional dan standar
pelayanan -
minimal pada saat peak hours.

KEBUTUHAN TENAGA DI UNIT FARMASI:

TF = D x 365
255 x jam kerja/hari

Keterangan:
= Tenaga
TP Farmasi
D = Jumlah Jam Pelayanan Rx / 24 jam
365 = Jumlah hari kerja di Instalasi Farmasi
255 = Hari kerja efektif / tahun
{365 - (12 hari libur nasional + 12 hari libur cuti tahunan x 3/4) = 255
hari}

D = {(A1 x os/hr) + (A2 x os/hr) + (3 shift/hr x adm time)}


Keterangan:
A1 = waktu pelayanan resep obat jadi
A2 = waktu pelayanan resep obat racikan
os = jumlah pasien
Adm time = waktu administratif yang dibutuhkan untuk penggantian

Adm
Time 45 menit

D= 17285 menit pelayanan


D= 288,1 jam pelayanan

TF = 58,9 orang

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 31


Tingkat
produktifitas: 90%
Kebutuhan
tenaga: 64,8 orang
Lepas libur 3 orang
Total kebutuhan tenaga: 67,8 orang
68 orang

Jadi kebutuhan tenaga pelayanan obat di unit farmasi adalah 68 orang

Kondisi SDM IF saat ini :

Ka. Inst. Farmasi 1 orang


Adm. Farmasi 4 orang
Gudang Farmasi 6 orang
Tenaga pelayanan obat: 41 orang
Tenaga Unit Farmasi 52 orang

Kesimpulan : kekurangan tenaga farmasi adalah sebanyak 16 orang

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 32


BAB XIII

REKRUITMEN PEGAWAI INSTALASI FARMASI

Tahapa rekruitmen di instalasi farmasi adalah mengikuti aturan dari bagian


Sumber Daya Manusia. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan perhitungan analisa beban kerja, instalasi farmasi


mengajukan kebutuhan SDM kepada Direktur, dan bila ajuan itu
disetujui, disesuaikan dengan kemampuan dari rumah sakit untuk
pemenuhan pegawai yang diperlukan.
2. SDM melakukan rekruitmen satu tahun sekali sesuai dengan mata
anggaran yang telah diajukan tahun sebelumnya, sesuai dengan
jumlah SDM yang telah disetujui untuk diadakan.
3. Pengumuman rekruitmen dilakukan secara online di website resmi
RSUD Al Ihsan. Persyaratan bagi calon pegawai instalasi farmasi
mengikuti persyaratan SDM secara umum, yaitu :
a. Batas maksimum usia (sampai dengan 25 tahun)
b. Indeks prestasi (minimal 3 dengan skala 4)
c. Ijazah yang telah dilegalisir
d. Pengalaman kerja
e. Curiculum vitae
f. STRA bagi calon pegawai apoteker
g. STRTTK bagi calon pegawai asisten apoteker
4. Bagi calon pegawai yang telah memenuhi syarat administrasi, akan
dilakukan pemanggilan, dan proses rekruitmen dilakukan, dengan
tahapan :
a. Tes tulis umum
b. Tes tulis profesi
c. Wawancara umum
d. Wawancara profesi
e. Wawancara agama

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 33


f. Tes praktek
g. Psikotest
h. Tes kesehatan
5. Setelah memenuhi semua persyaratan di atas, hasil dari rekruitmen
tersebut diurutkan sesuai penilaian, dan diambil pegawai sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan hasil urutan tersebut.
6. Dilakukan orientasi pegawai baru baik di bagian diklat maupun di
bagian unit bersangkutan.

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 34


BAB XIV

PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

1.Dalam pengelolaan perbekalan farmasi, masih terjadi stock out,


sehingga pelayanan terganggu. Perencanaan perbekalan farmasi sudah
dilakukan untuk satu bulan, tapi pada kenyataannya masih terjadi obat
dan alat kesehatan yang masih kurang, sehingga perlu dipesan ulang.
Waktu yang diperlukan untuk pemesanan sampai barang datang,
memerlukan waktu, sehingga pelayanan terganggu. Hal ini disikapi
dengan pemantauan tiap hari terhadap obat dan alat kesehatan yang
diminta oleh unit, sehingga kekurangan tersebut dapat segera diantisipasi.

2. Penyimpanan di gudang farmasi harus memperhatikan syarat-syarat


penyimpanan, seperti suhu dan kelembaban ruangan, mudah dalam
pengaturan FIFO atau FEFO, tidak menyentuh lantai sehingga harus
memakai palet. Untuk obat-obat tertentu yang perlu disimpan dalam suhu
lemari es, harus dipantau suhu tersebut sehingga masih di batas yang
dipersyaratkan. Untuk bahan berbahaya dan mudah terbakar, harus
disimpan dalam lemari besi. Obat-obat high alert harus dipisahkan
lemarinya, dengan diberi tanda. Obat-obat LASA (look alike sound alike)
harus dipisahkan jaraknya, sehingga meminimalkan kesalahan dalam
pengambilan.

3. Distribusi obat dari gudang ke unit, masih saja terjadi kesalahan, bisa
dari jumlah barang yang salah ataupun pengetikan yang salah, sehingga
double cross chek ketika penerimaan antara petugas gudang dan petugas
unit diharapkan lebih teliti lagi. Bila ada kebutuhan cito (segera), sedapat
mungkin pengambilan tersebut beserta entry komputer, sehingga
pengontrolan stock dapat berjalan dengan baik. Kartu stock masih belum
diisi dalam hal jumlah sisa, karena pelayanan didahulukan.

4. Pelayanan resep masih memerlukan waktu yang lama, mengakibatkan


komplain dari pasien. Hal ini diminimalisir dengan dibukanya loket baru
pelayanan, sehingga resep dapat dikerjakan dengan lebih cepat.

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 35


Konsekuensinya adalah penambahan SDM menjadi prioritas utama. Dari
perhitungan analisa beban kerja, dapat terlihat memang SDM yang
diperlukan masih cukup banyak untuk dapat ke taraf ideal. Bila mengikuti
aturan PerMenKes, dimana untuk 30 tempat tidur memerlukan 1 Apoteker
didampingi 2 orang Tenaga Teknis Kefarmasian di rawat inap, dan di
rawat jalan untuk 50 pasien memerlukan 1 Apoteker didampingi 2 orang
Tenaga Teknis Kefarmasian di rawat jalan. Dengan kapasitas tempat tidur
300 buah dan pelayanan resep rawat jalan 800 orang perharinya,
diperlukan 26 Apoteker dan 52 Tenaga Teknis Kefarmasian. Kondisi yang
ada terdapat 6 Apoteker dan 38 Tenaga Teknis Kefarmasian, artinya
kekurangan Apoteker 20 orang dan Tenaga Teknis Kefarmasian 14 orang.

5. Kesalahan pemberian obat masih terjadi, akibat dari ketidaktelitian


petugas, ataupun salah pembacaan resep. Hal ini dapat diminimalisir
dengan double cross chek, ataupun mengkonfirmasi kepada dokter
penulis resep untuk klarifikasi penulisan dalam resep.

6.Pengajuan SDM dilakukan satu tahun sekali dalam pengajuan program


kerja tahunan. Dengan rencana pengembangan rumah sakit, maka akan
berakibat pula terhadap penambahan SDM. RSUD Al hsan, walaupun
milik pemerintah provinsi Jawa Barat, tapi 95 % pegawainya bukan
Pegawai Negeri Sipil, sehingga penambahan SDM benar-benar harus
diperhitungkan matang, karena akan menjadi beban bagi rumah sakit.
Proses rekruitmen sudah berjalan dengan baik, sesuai prosedur, dan yang
masih menjadi masalah adalah kepentingan politik berbicara, sehingga
dalam pelaksanaannya, menjadi pertimbangan dalam perekrutan pegawai
tersebut.

7. Struktur organisasi saat ini mengikuti struktur yang diajukan di atas,


hanya dalam pelaksanaannya orang orang yang menempati struktur
tersebut masih terbatas pada kepala instalasi dan kepala unit pelayanan
farmasi klinik. Diharapkan dengan tupoksi di atas, ajuan tersebut dapat
segera disetujui dengan penempatan orang-orangnya. Pelayanan farmasi

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 36


klinik diharapkan dapat berjalan dengan lancar, dengan jumlah personel
yang ada.

8. Kegitan diklat (pendidikan dan pelatihan), berjalan cukup baik, terlihat


dari adanya kesempatan untuk mengikuti pendidikan formal maupun
informal, sehingga diharapkan kualitas dari SDM pun meningkat, yang
akan juga meningkatkan kualitas pelayanan. Yang menjadi
permasalahan, masih kurangnya pelatihan untuk Tenaga Teknis
Kefarmasian, sehingga tiap tahunnya tidak semua tenaga Teknis
Kefarmasian mengikuti pelatihan.

9. Penanganan obat sitostatik masih perlu banyak perbaikan, baik dari


segi keterampilan SDM (SDM yang melakukan penanganan obat sitostatik
harus tersertifikat dari badan yang terakreditasi), maupun dari persyaratan
prasaran. Hal ini berhubungan dengan keselamatan petugas maupun
pasien. Perlu banyak pelatihan untuk penanganan sitostatik ini, sehingga
pasien mendapat obat sesuai dengan kebutuhannya.

RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 37

You might also like