Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Partus Lama merupakan salah satu dari beberapa penyebab kematian ibu dan bayi
baru lahir. Partus Lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 12 jam yang dimulai
dari tanda-tanda persalinan. Partus lama akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga,
dehidrasi pada ibu, kadang dapat terjadi pendarahan post partum yang dapat menyebabkan
kematian ibu. Pada janin akan terjadi infeksi, cedera dan asfiksia yang dapat meningkatkan
kematian bayi. Para ibu baru yang menjalani persalinan pertamanya dengan sulit dan lama
mengatakan bahwa pengalaman tersebut akan mempengaruhi mereka untuk selamanya.
Persalinan lama didefinisikan sebagai persalinan dengan kemajuan yang lama, yaitu
ibu mengalami kontraksi teratur lebih lama dari 12 jam misalnya, atau persalinan yang
membutuhkan operasi cesar darurat, bantuan forseps, atau vakum. Para peneliti menemukan
bahwa rasa sakit merupakan hal yang utama diutarakan oleh para ibu baru, terutama mereka
yang mengalami persalinan lama.
B. Tujuan
1. Mengetahui konsep persalinan lama
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam
atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan aktif
(Syaifuddin AB., 2002 : h 184).
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24jam pada primigradiva,
dan lebih dari 18 jam pada multigradiva. (Mochtar, 1998 : h 348)
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam, yang dimulai dari
tanda-tanda persalinan
B. ETIOLOGI
Pada prinsipnya persalinan lama dapat disebabkan oleh :
a. Umur kurang dari 16 tahun akan terjadi persalinan macet karna jalan lahir/tempat
keluar janin belum berkembamg sempurna/masih kecil.
b. Tinggi badan kurang dari 140 cm dikuatirkan akan terjadi persalinan macet karna
tulang panggul sempit.
c. Kehamilan pertama dikuatirkan akan terjadi disproporsi janin dalam panggul
sehingga akan membahayakan keselamatan janin.
d. Adanya riwayat persalinan sulit ditakutkan akan terjadi lagi pada kehamilan yang
selanjutnya.
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala partus lama, yaitu:
1. Dehidrasi
2. Tanda infeksi
Temperature tinggi
Nadi dan pernafasan
Abdomen meteorismus
3. Pemeriksaan abdomen
Meteorismus
Lingkaran bandle tinggi
Nyeri segmen bawah rahim
4. Pemeriksaan local vulva-vagina
Edema vulva
Cairan ketuban berbau
Cairan ketuban bercampur mekonium
5. Pemeriksaan dalam
Edema serviks
Bagian terendah sulit didorong ke atas
Terdapat kaput pada bagian terendah
6. Keadaan janin dalam rahim
Asfiksia sampai terjadi kematian
7. Akhir dari persalinan lama
Rupture uteri imminen sampai rupture uteri
Kematian karena perdarahan dan atau infeksi
8. Pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada partograf.
9. Pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam.
10. Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40
detik
1. Kelaianan kala I
a. Fase laten memanjang
Fase laten terjadi bersamaan dengan persepsi ibu yang bersangkutan akan
adanya his teratur yang disertai oleh pembukaan serviks yang progresif, walaupun
lambat, dan berakhir pada pembukaan 3-5 cm. Ibu diklasifikasikan barada dalam
persalianan aktif apabila dilatasi mencapai 5 cm (Rosen).
Lama fase laten sebesar 20 jam pada ibu nulipara dan 14 jam pada ibu multipara
mencerminkan nilai maksimum secara statistic. Durasi rata-ratanya adalah 8,6 jam
dan rentangnya dari 1-44 jam (Friedman & Sachtelben). Faktor-faktor yang
mempengaruhi durasi fase laten antara lain adalah lama anesthesia regional atau
sedasi yang berlebihan, keadaan serviks yang buruk (missal tebal, tidak mengalami
pendataran, atau tidak membuka), persalianan palsu.
Friedman mengklaim bahwa istirahat atau stimulasi oksitoksin sama efektif dan
amannya dalam memperbaiki fase laten yang berkepanjangan. istirahat lebih
disarankan karena persalinan palsu sering tidak disadari. Menurut Friedman,
memanjangnya fase laten tidak memperburuk morbiditas atau mortalitas janin dan
ibu, tetapi Chelmow membantah anggapan tersebut.
b. Fase aktif memanjang
Friedman membagi fase aktif menjadi gangguan protraction
(berkepanjangan/berlarut-larut) dan arrest (macet/tak maju). Ia mendefinisikan
protraksi sebagai kecepatan pembukaan atau penurunan yang lambat, yang untuk
nulipara adalah kecepatan pembukaan < 1,2 cm/jam atau penurunan <1cm/jam.
untuk multipara, protraksi didefinisukan sebagai kecepatan pembukaan < 1.5 cm/jam
atau penurunan < 2cm/jam. Ia mendefinisikan arrest sebagai berhentinya secara
total pembukaan atau penurunan; kemacetan pembukaan (arrest of dilatation) di
definisikan sebagai tidak adanya perubahan serviks dalam 2 jam,dan kemacetan
penurunan (arrest of descent) sebagai tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.
Keterkaitan atau factor lain yang berperan dalam persalinan yang berkepanjangan
dan macet adalah sedasi berlebihan, anesthesia regional, dan malposisi janin,
misalnya oksiput posterior persisten. Pada persalinan ini Friedman menganjurkan
pemeriksaan Fetopelviks untuk mendiagnosis disproporsi sefalopelviks. terapi yang
dianjurkan adalah penatalaksanaan menunggu, sedangkan oksitoksin dianjurkan
untuk persalinan yang macet tanpa disproporsi sefalopelviks.
2. Kelainan kala II
Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir
dengan keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan 20
menit untuk multipara, tetapi angka ini juga sangat bervariasi. pada ibu dengan
paritas tinggi liang vagina dan perineumnya sudah melebar, 2 atau 3 kali usaha
mengejan setelah pembukaan lengkap mengkin cukup untuk mengeluarkan janin.
Sebaliknya, pada seorang ibu dengan panggul sempit atau janin besar, atau dengan
kelainan gaya ekspulsif akibat anesthesia regional atau sedasi yanag berat, maka
kala II dapat sangat memanjang. Kilpatrick dan Laros melaporkan bahwa rata-rata
persalinan kala II, sebelum pengeluaran janin spontan, memanjang sekitar 25 menit
oleh anastesi regional. Tahap panggul atau penurunan janin pada persalinan
umumnya berlangsung setelah pembukaan lengkap. Selain itu, kala II melibatkan
banyak gerakan pokok yang penting agar janin dapat melewati jalan lahir. Kala II
persalinan pada nulipara dibatasi 2 jam dan diperpanjang sampai 3 jam apabila
digunakan analgesi regional. Untuk multipara 1 jam adalah batasnya, diperpanjang
menjadi 2 jam pada penggunaan analgesi regional.
A. Infeksi Intrapartum
Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada
partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri di dalam cairan
amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion
sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin,
akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah konsekuensi serius lainnya.
Pemeriksaan serviks dengan jari tangan
akan memasukkan bakteri vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi
selama persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi persalinan lama.
B. Ruptura Uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius
selama partus lama, terutama pada ibu dengan parietas tinggi dan pada mereka
dengan riwayat SC. Apabila disproporsi antara kepala janin dan panggul sedemikian
besar sehingga kepala tidak cakap (engaged) dan tidak terjadi penurunan, segmen
bawah uterus menjadi sangat teregang kemudian dapat menyebabkan ruptura. Pada
kasus ini, mungkin terbentuk cincin retraksi patologis yang dapat diraba sebagai
sebuah Krista transversal atau oblik yang berjalan melintang di uterus antara
simpisis dan umbilicus. Apabila dijumpai keadaan ini, diindikasikan persalinan
perabdominan segera.
C. Cincin Retraksi Patologis
Walaupun sangat jarang, dapat timbul konstriksi atau cincin local uterus pada
persalianan yang berkepanjangan. Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi
patologis Bandl, yaitu pembentukan cincin retraksi normal yang berlebihan. Cincin ini
sering timbul akibat persalinan yang terhambat, disertai peregangan dan penipisan
berlebihan segmen bawah uterus. Pada situasi semacam ini identasi abdomen dan
menandakan ancaman akan rupturnya SBR. Konstriksi uterus local jarang dijumpai
saat ini karena terlambatnya persalinan secara berkepanjangan tidak lagi dibiarkan.
Konstriksi local ini kadang-kadang masih terjadi sebagai konstriksi jam pasir
(hourglass constriction) uterus setelah lahirnya kembar pertama. Pada keadaan ini,
konstriksi tersebut kadang-kadang dapat dilemaskan dengan anesthesia umum yang
sesuai dan janin dilahirkan secara normal, tetapi kadang-kadang SC yang dilakukan
dengan segera menghasilkan prognosis yang lebih baik bagi kembar kedua.
D. Pembentukan Fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke PAP, tetapi tidak maju untuk
jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di antaranya dan
dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan
sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah
melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau
retrovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini pada persalinan kala II yang
berkepanjangan.
I. PENATALAKSANAAN
- Tujuan perawatan :
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. keluarnya cairan sehubungan dengan pemanjangan persalinan dan pembatasan
cairan/ tidak adekuatnya intake cairan
Tujuan :
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tidak efektifnya dalam mengikuti
proses persalinan
Tujuan :