You are on page 1of 14

BAB V

IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

5.1 Pengertian Masalah


Dalam menjalani hidup, manusia pasti pernah mempunyai masalah. Tidak ada
hidup tanpa masalah, bahkan untuk seseorang yang sangat kaya raya sekalipun. Sehingga
ada pepatah yang mengatakan "bersahabatlah dengan masalah dan masalah pun akan
bersahabat dengan kita". Masalah terjadi pada setiap bidang kehidupan. Setiap penelitian
yang dilakukan juga harus menemukan sebuah masalah yang harus diteliti dan
dipecahkan.
Berikut ini adalah pengetian dan definisi masalah:
a. Irmansyah Effendi
Masalah adalah pelajaran saat anda sadar sebagai kesadaran jiwa, anda dengan
mudah dapat melihat kelemahan dan masalah anda.
b. Abdul Cholil
Masalah adalah bagian dari kehidupan. Setiap orang pasti pernah menghadapi
masalah, bisa bersumber dari diri sendiri maupun bersumber dari orang lain.
c. Jeffey Liker
Masalah merupakan peluang untuk perbaikan, kebalikan dari masalah adalah
peluang.
d. Istijanto
Masalah merupakan bagian yang paling penting dalam proses riset, sebab
masalah memberi pedoman jenis informasi yang nantinya akan dicari.

5.2 Indikator Masalah


Indikator program Gizi yang diperlukan dalam pelaporan Gizi diantaranya
adalah :
A. Program Pokok
1. Penanggulangan KEP
2. Penanggulangan KVA
Vitamin A diberikan kepada Bayi, Balita dan ibu nifas yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya rabun senja. Vitamin A Bayi (warna biru) adalah
jumlah bayi usia 6 11 bulan yang mendapat 1 (satu) kapsul vitamin A yang
mengandung vitamin A dosis tinggi, yaitu 100.000 Satuan Internasional (SI)
untuk bayi. Vitamin A Balita (warna merah) adalah jumlah bayi usia 12 60
bulan yang mendapat 1 (satu) kapsul vitamin A yang mengandung vitamin A
dosis tinggi, yaitu 200.000 Satuan Internasional (SI) untuk bayi. Jumlah bayi
dan balita diperoleh dari hasil pendataan setiap bulan. Sedangkan vitamin A
bufas diberikan 2 kapsul vitamin A, 1 kapsul diberikan segera setelah lahir dan
1 kapsul diberikan besoknya menjelang berakhirnya masa nifas.
Untuk pencapaian target KVA pada tahun 2015 di Puskesmas
Sukamerindu Kota Bengkulu belum bisa dilihat persentasenya, karena baru
berjalan pada bulan februari ini. Sedangkan pencapaian target itu bisa
dikatakan tercapai atau tidak apabila sudah terlaksana dari bulan januari hingga
bulan desember atau selama satu tahun.
3. Penanggulangan Anemia Gizi Besi/AGB
Ibu hamil mendapat prioritas utama dalam pemberian Fe, karena pada
kelompok ini mempunyai prevalensi anemia yang tertinggi dan juga kelompok
ini merupakan kelompok yang paling rentan, karena anemia dapat
membahayakan ibu dan bayinya. Pemberian Fe dilakukan guna untuk
menanggulangi terjadinya AGB.
Pada ibu hamil pemberian Fe 1 pada trimester III dan Fe 3 pada masa
nifas. Sedangkan untuk WUS diberikan 10 tablet selama 10 hari.
Untuk pencapaian target Fe pada tahun 2015 di Puskesmas
Sukamerindu Kota Bengkulu belum bisa dilihat persentasenya, karena baru
berjalan pada bulan februari ini. Sedangkan pencapaian target itu bisa
dikatakan tercapai atau tidak apabila sudah terlaksana dari bulan januari hingga
bulan desember atau selama satu tahun.
4. Penanggulangan GAKY
Yodium sangat dibutuhkan untuk membentuk hormon tiroksin yang
diperlukan tubuh untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan mulai dari
janin sampai dewasa. Untuk menanggulangi masalah GAKY di daerah
endemik berat dan sedang, maka distribusi kapsul minyak beryodium
merupakan langkah yang paling tepat untuk dilakukan. Sedangkan untuk di
daerah endemik ringan cukup dengan garam beryodium dan penyuluhan
tentang peningkatan penggunaan garam beryodium.
Dosis untuk masing-masing usia dalam pemberian kapsul minyak
beryodium itupun juga berbeda-beda, untuk WUS diberikan 2 kapsul 200mg
yodium sekali sehari, Bumil dan menyusui diberikan 1 kapsul 200mg yodium
pada masa kehamilan dan 1 kapsul pada masa menyusui, dan untuk anak SD
yang duduk di kelas 4-6 diberikan 1 kapsul 200mg yodium per tahun.
B. Program Penunjang
1. ASI Eksklusif
2. KADARZI
3. Konseling
4. PSG

5.3 Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah dilakukan dengan cara pengumpulan data dan observasi
langsung yang dilakukan hasil dari hasil pengamatan langsung di lapangan pada saat
pelaksanaan magang selama 10 hari yaitu dari tanggal 4 februari sampai dengan 14
februari 2015.

Adanya permasalahan yang ditemukan pada program gizi di klinik gizi Puskesmas
Sukamerindu Kota Bengkulu yaitu Program ASI Eksklusif yang belum mencapai target
yaitu yang seharus pencapaian target sebesar 80% akan tetapi ini hanya 76,71% target
yang tercapai, kemudian diidentifikasi dan dianalisis apa yang menjadi penyebab
timbulnya masalah.

1. Produksi ASI kurang


Air saya kurang, ASI saya belum keluar, atau bagaimana memperbanyak ASI
adalah rangkaian pertanyaan yang sering disampaikan oleh ibu, terutama saat pertama
kali berkonsultasi. Ibu merasa ASI nya kurang, padahal sebenarnya cukup, hanya
ibunya yang kurang yakin dapat memproduksi ASI cukup. Payudara makin sering
dihisap menyebabkan ASI akan makin sering dikeluarkan dan produksi ASI makin
bertambah banyak.
2. Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar
Relaktasi merupakan suatu keadaan ibu yang telah berhenti menyusui ingin
memulai menyusui kembali. Biasanya setelah tidak menyusu beberapa lama, produksi
ASI akan berkurang, dan bayi akan malas menyusu dari ibunya apalagi jika ia sudah
diberikan minuman melalui botol. Untuk mengembalikan agar bayi dapat menyusu
dari ibu kembali, kita dapat menggunakan alat yang disebut suplementer.
Suplementer menyusui adalah alat yang digunakan sebagai suplemen kepada bayi saat
bayi menyusu pada payudara yang kurang memproduksi ASI. Jenis suplementer yang
tersedia, antara lain cangkir dan slang plastik atau breast feeding supplementer.
Dengan menggunakan suplementer bayi tidak marah karena mendapatkan susu dari
selang dan payudara ibu akan terangsang kembali untuk memproduksi ASI.
3. Ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi susu formula (relaktasi)
4. Bayi terlanjur mendapat prelacteal feeding (pemberian air gula/dekstrosa, susu
formula pada hari hari pertama kelahiran)
5. Kelainan yang terjadi pada ibu (puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara bengkak,
engorgement, mastitis dan abes)
Puting lecet / puting luka

Kelainan ini merupakan salah satu kendala dalam proses menyusui. Penyebab
yang paling utama dari puting lecet ini adalah perlekatan yang kurang baik. Bila
bayi tidak melekat dengan baik, bayi akan menarik puting, menggigit dan
menggesek kulit payudara, sehingga menimbulkan rasa sangat nyeri dan bila bayi
terus menyusu akan merusak kulit puting dan menimbulkan luka ataupun retak
pada puting.

Payudara bengkak

Ibu sering datang ke Klinik Laktasi karena payudaranya bengkak, penuh dan
terasa nyeri. Biasanya terjadi pada minggu-minggu pertama setelah bayi lahir
dimana proses menyusu masih belum mantap. Payudara penuh berbeda dengan
payudara bengkak..
Payudara bengkak (engorgement), (1) payudara tampak merah, mengkilat, dan
sangat nyeri, (2) terjadi karena bendungan pada pembuluh darah dan limfe, (3)
sekresi ASI sudah mulai banyak, (4) ASI tidak dikeluarkan sempurna. Payudara
bengkak dapat dicegah dengan menyusukan bayi segera setelah lahir, menyusukan
bayi tanpa jadwal, dan jangan memberi minuman lain pada bayi. Lakukan masase
dan keluarkan ASI.

Mastitis dan Abses


Mastitis merupakan reaksi reaksi peradangan pada payudara yang dapat
disertai infeksi atau tidak. Abses payudara merupakan suatu komplikasi dari
mastitis berupa kumpulan nanah yang terlokalisir diantara jaringan payudara.
Mastitis, memperlihatkan gejala klinis payudara nampak merah, bengkak keras,
terasa panas dan nyeri sekali. Dapat mengenai kedua atau hanya satu payudara.
Penyebabnya antara lain puting lecet atau saluran ASI tersumbat yang tidak
ditatalaksana dengan baik. Mastitis dapat di tatalaksana dengan mengistirahatkan
ibu, ASI tetap harus dikeluarkan, berikan antibiotik dan kompres/minum obat
pengurang rasa sakit

Abses, memperlihatkan gejala klinis berupa benjolan kemerahan, panas,


bengkak, dan terasa sangat nyeri. Pada benjolan teraba fluktuasi dan suhu tubuh
meningkat. Bila dijumpai keadaan ini, ibu harus istirahat, ASI tetap dikeluarkan,
berikan antibiotik, insisi abses, dan kompres / minum obat pengurang rasa sakit

6. Ibu hamil lagi pada saat menyusui

Menyusui eksklusif adalah salah satu cara kontrasepsi, sehingga biasanya ibu
jarang hamil lagi selama menyusui. Akan tetapi seandainya ibu hamil lagi saat masih
menyusui, maka dianjurkan:

a. Bila bayi belum berusia 6 bulan, terus menyusui karena ASI masih merupakan
makanan tunggal.
b. Bila bayi berusia 6-12 bulan, terus menyusui karena ASI masih merupakan makanan
utama.
c. Bila bayi sudah berusia lebih dari 12 bulan, boleh disapih.

Bila menyusui tetap diteruskan, maka perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu
(a) volume ASI dapat berkurang karena pengaruh hormon ibu hamil, (b) puting akan
lecet, (c) ibu akan mengalami keletihan, (d) rasa ASI berubah ke arah kolostrum, (e)
terjadi kontraksi rahim karena hormon ibu hamil.
7. Ibu bekerja di luar rumah
Ibu bekerja bukan merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI
eksklusif. Ibu yang ingin kembali bekerja diharapkan berkunjung ke Klinik Laktasi
untuk menyiapkan cara memberikan ASI bila bayi harus ditinggal.
8. Kelainan yang terjadinya pada bayi (bayi sakit dan abnormalitas bayi)
Bayi yang menderita sakit atau dengan kelainan kongenital mungkin akan
mengganggu proses menyusu. Kelainan ini perlu ditatalaksana dengan benar agar
keadaan tersebut tidak menjadi penghambat dalam proses menyusui.

5.4 Prioritas Masalah


Menetapkan prioritas masalah dapat dilakukan dengan menggunakan tekhnik
criteria matriks (criteria matrix technique) yang dibedakan atas 3 macam :

1. Pentingnya masalah (Importancy)


a. Prevalensi Masalah (Prevalence)

Adalah apabila masalah tersebut lebih banyak ditemui (Prevalensi tinggi), maka
selayaknya lebih diprioritaskan.

b. Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (Severity)

Apabila akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut lebih serius, maka masalah
tersebut lebih layak untuk diprioritaskan.

c. Kenaikan jumlah masalah (Rate of Increase)

Apabila masalah tersebut akan semakin meningkat dibandingkan periode sebelumnya,


maka masalah tersebut layak diprioritaskan.

2. Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (Technical Feasibility)


Pemilihan suatu masalah tentu maksudnya untuk diselesaikan. Apabila
teknologi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut tidak tersedia, maka
tentu tidak ada gunanya memilih masalah yang dimaksud. Penetapan prioritas
masalah sangat ditentukan oleh teknologi yang tersedia. Secara umum disebutkan,
makin tersedianya teknologi tersebut, maka makin diprioritaskan masalah yang
dimaksud.
3. Sumber daya yang tersedia (Resources Aviability)
Sumber daya yang mencakup dana (money), sarana (material), dan tenaga
(man). Secara umum masalah umum tersebut tersedia, maka masalah tersebut
selayaknya diprioritaskan.
Prioritas masalah ditentukan melalui proses scoring dalam bentuk tabel criteria
matriks. Nilai yang terbesar akan menjadi prioritas masalah yang akan dipecahkan.
Tabel 5.1. Scoring Prioritas Masalah

I T SD E
Masalah
P S R IxTxSD
Produksi ASI kurang

Ibu kurang memahami tata laksana


laktasi yang benar
Ibu ingin menyusui kembali setelah
bayi diberi susu formula (relaktasi)
Bayi terlanjur mendapat prelacteal
feeding (pemberian air
gula/dekstrosa, susu formula pada
hari hari pertama kelahiran)
Kelainan yang terjadi pada ibu
(puting ibu lecet, puting ibu luka,
payudara bengkak, engorgement,
mastitis dan abes)
Ibu hamil lagi pada saat menyusui

Ibu bekerja di luar rumah

Kelainan yang terjadinya pada bayi


(bayi sakit dan abnormalitas bayi)

Keterangan :

I : Pentingnya masalah (Importancy)

P : Masalah sering terjadi atau sering ditemukan (Prevalency)

S : Berat ringannya masalah (Severity)

R : Kecendrungan peningkatan masalah (Increase)


T : Teknologi yang tersedia (Technical Feasibility)

SD : Sumber daya yang tersedia untuk mengatasi masalah (Resources Availability)

Nilai : 3 : Masalah tidak penting untuk diprioritaskan

4 : Masalah penting untuk diprioritaskan

5 : Masalah sangat penting untuk diprioritaskan

4. Setelah dilakukan scoring dengan menggunakan kriteria matriks, maka telah didapat
prioritas masalah dengan skor tertinggi yaitu : Ibu bekerja di luar rumah.

5.5 Penjabaran
Prioritas masalah akan diuraikan berdasarkan 5W+1H, yaitu sebagai berikut :
1. What ; masalah yang diprioritaskan untuk dipecahkan.
Hasil scoring terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan menunjukkan
bahwa permasalahan yang diprioritaskan untuk diselesaikan adalah Ibu bekerja di
luar rumah.
2. When ; kapan terjadinya masalah
Masalah ditemukan setiap kali petugas menemukan Ibu bekerja di luar rumah.
3. Where ; dimana masalah sering terjadi
Masalah terjadi di mana petugas menemukan Ibu bekerja di luar rumah.
4. Who ; siapa saja yang terlibat
Instansi terkait seperti Dinkes, Puskesmas, Kecamatan dan Kelurahan.
5. Why ; mengapa masalah tersebut dapat timbul
Permaslahan tersebut dapat timbul disebabkan oleh :
a. Mobilitas kerja yang tinggi
b. Dinas Keluar kota atau keluar negeri.
c. Tidak ada ruang menyusui di kantor.
d. Jarak kantor dengan rumah jauh.
6. How ; bagaimana masalah itu bisa timbul
a. Tidak ada ruang menyusui di kantor.
a. Jarak kantor dengan rumah jauh.
5.6 Dampak Yang Timbul Dari Masalah Utama
Masalah yang telah ada tentu menimbulkan dampak yang kurang baik bagi
puskesmas, dampak tersebut antara lain :

1. Dampak terhadap bayi itu sendiri, bayi-bayi yang tidak diberikan ASI Eksklusif
selama 13 minggu pertama dalam kehidupannya memiliki tingkat infeksi pernafasan
dan infeksi saluran cerna yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi-bayi lain yang
diberikan ASI. Menurunnya tingkat infeksi saluran cerna ini tetap bertahan bahkan
sesudah selesai masa pemberian ASI dan berlanjut hingga tahun-tahun pertama dalam
kehidupan anak.
Selain itu, bayi-bayi yang tidak diberikan ASI mudah terkena penyakit - penyakit lain
yang berhubungan dengan kekebalan tubuh.
2. Menurunnya citra puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan, karena bayi tidak
meningkat status gizinya, artinya aka nada bayi yang tetap tidak diberikan ASI
Eksklusif.
BAB VI

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

6.1 Pengertian Pemecahan Masalah

Dalam memecahkan suatu masalah harus ada yang namanya pengambilan


keputusan. Keputusan adalah pemilihan strategi atau tindakan. Maka pengertian
pengambilan keputusan adalah tindakan memilih strategi atau aksi yang diyakini manajer
akan memberikan solusi terbaik atas masalah tersebut. Jadi kunci pemecahan masalah
adalah mengidentifikasi berbagai alternatif dari keputusan.

Penetapan cara penyelesaian masalah ini mempunyai peranan yang sangat penting
karena berhasilnya ditetapkan cara penyelesaian masalah tersebut dapat disusun rencana
kerja selanjutnya. Apabila pemecahan masalah ini berhasil, maka dapat meningkatkan
mutu kesehatan di puskesmas.

6.2 Alternatif Penyelesaian Masalah

Alternatif-alternatif yang dapat penulis berikan dari prioritas masalah yang ada adalah
:

1. Ibu harus Persiapkan diri sebelum masuk kerja.

2. Melatih kemampuan Ibu dalam memerah Asi.

3. Menyarankan Ibu untuk mengindari Stres saat memulai pekerjaan.

4. Menyarankan agar Ibu dapat menyempatkan waktu untuk menyusui

Langsung bayinya.

5. Mempersiapkan Persediaan Asi perah.

6.3 Prioritas Penyelesaian Masalah

Ada baiknya untuk mempertimbangkan pemilihan cara penyelesaian masalah


yang relatif lebh mudah dilaksanakan serta hasilnya lebih cepat dirasakan.
Pemilhan cara prioritas penyelesaian masalah penulis buat dalam bentuk kriteria
matriks sama halnya dengan cara penentuan prioritas masalah yang dipilih.

Kriteria tersebut diantaranya adalah :

1. Efektifitas Program
Efektifitas program adalah yang menunjuk pada kemampuan program
mengatasi penyebab masalah yang ditemukan. Semakin tinggi kemampuan tersebut,
maka akan semakin efektif pula suatu program yang dijalankan.

Untuk dapat mengukur efektifitas program, ada beberapa pedoman yang dipakai:

a. Besarnya masalah yang dapat diselesaikan ( Magnitude )


Semakin besar ( banyak) masalah dapat diselesaikan, semakin efektif penyelesaian
masalah tersebut.
b. Pentingnya cara penyelesaian masalah dalam mengatasi masalah, Semakin efektif
penyelesaian masalah tersebut.
c. Sensitifitas cara penyelesaan masalah
Semakin sensitif cara penyelesaian masalah dalam mengatasi masalah yang
ditentukan, maka akan semakin efektif penyelesaian masalah tersebut.
2. Efisiensi Program
Efisiensi menunjuk pada pemakaian sumber daya, Apabila suatu cara
penyelesaian mampu menyelesaikan masalah dengan biaya (cost) yang kecil, maka
penyelesaian masalah tersebut efisien.

Tabel 6.1. Prioritas Penyelesaian Masalah

Cara Penyelesaian Efektifitas Efisien Nilai


Masalah
(MxVxI)

C
1. Ibu harus Persiapkan diri
sebelum masuk kerja

2. Melatih kemampuan Ibu


dalam memerah Asi

3. Menyarankan Ibu untuk


mengindari Stres saat
memulai pekerjaan

4. Menyarankan agar Ibu


dapat menyempatkan
waktu untuk menyusui
langsung bayinya.

5. Mempersiapkan
Persediaan Asi perah.

Keterangan :

M : Magnitude (Besarnya masalah yang dapat diselesaikan)

I : Importansi (Pentingnya cara penyelesaian masalah)

V : Vunerability (Sensitifitas cara penyelesaian masalah)

C : Efisiensi

Nilai :

Nilai berkisar antara 1-5:

Untuk M, Vdan I nilai 1 diberikan apabila criteria paling tidak penting.


Sedangkan nilai 5 diberikan apabila criteria paling penting. Untuk C, nilai 1 diberikan
untuk penyelesaian masalah yang dianggap memiliki biaya (cost) paling kecil,
sedangkan nilai 5 diberikan apabila penyelesaian masalah memerlukan biaya (cost)
yang besar.

Dengan tekhnik kriteria matriks dapat ditentukan satu prioritas pemecahan


masalah yaitu : Mempersiapkan Persediaan Asi perah.
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari laporan dari hasil pelaksanaan magang yang dilakukan oleh
penulis selama 10 hari dari tanggal 4 februari sampai dengan 14 februari 2015 adalah
sebagai berikut :

1. Telah dilakukan identifikasi masalah yaitu:

a. Produksi ASI kurang


b. Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar
c. Ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi)
d. Bayi terlanjur mendapat prelacteal feeding (pemberian air gula/dekstrosa, susu
formula pada hari hari pertama kelahiran)
e. Kelainan yang terjadi pada ibu (puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara
bengkak, engorgement, mastitis dan abes)
f. Ibu hamil lagi pada saat menyusui
g. Ibu bekerja di luar rumah
h. Kelainan yang terjadinya pada bayi (bayi sakit dan abnormalitas bayi)
i. Dari beberapa masalah yang telah di identifikasi telah ditetapkan prioritas
masalah yaitu Ibu bekerja di luar rumah dengan total nilai .
2. Beberapa alternatif pemecahan masalah yang penulis berikan dari prioritas
masalah yaitu :

a. Ibu harus Persiapkan diri sebelum masuk kerja.


b. Melatih kemampuan Ibu dalam memerah Asi.
c. Menyarankan Ibu untuk mengindari Stres saat memulai pekerjaan.
d. Menyarankan agar Ibu dapat menyempatkan waktu untuk menyusui
Langsung bayinya.
e. Mempersiapkan Persediaan Asi perah.
Dari beberapa alterternatif pemecahan masalah yang penulis prioritaskan adalah
Mempersiapkan Persediaan Asi perah dengan total nilai .

7.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan untuk Puskesmas Sukamerindu Kota
Bengkulu adalah :
1. Upaya program gizi, khususnya peningkatan status terus ditingkatkan secara
seksama oleh pihak terkait agar kasus

You might also like