Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
SITI AISAH (07)
BAB I
LANDASAN TEORI
I. DEFINISI
Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat
berkontraksi setelah 15 detik plasenta lahir.
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini
(50%), dan merupakan alasan paling sering untuk
melakukan histerektomi peripartum. Kontraksi uterus
merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan
setelah melahirkan.
II. TANDA DAN GEJALA
Perdarahan pervagina
Kontraksi uterus lemah
Darah berwarna merah tua
Disertai tanda-tanda syock
Fundus uteri naik (jika pengaliran darah keluar terhalang oleh bekuan
darah / selaput janin)
( Obstetri Patologi, hal : 232 )
Gejala dan tanda yang selalu ada:
a. Uterus tidak berkontraksi dan lembek
b. Perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan pascapersalinan primer)
Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada:
a. Syok (tekanan darah rendah,denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas
dingin, gelisah, mual,dan lain-lain).
( Http : // groups geoogle, Atonia uteri.com )
II. FAKTOR PREDIPOSISI / ETIOLOGI
Umur : umur yang terlalu muda dan tua
Paritas sering dijumpai pada multipara dan grandemultipara
Partus lama dan partus terlantar
Obstetri operatif dan narkosa
Uterus terlalu regang dan besar, misalnya pada gemelli, hidramnion atau
janin besar
Kelahiran pada uterus, seperti mioma uteri, uterus couvelair pada solusio
plasenta
Faktor sosial ekonomi yaitu malnutrisi
( Sinopsis obsteeri, hal : 300 )
III. PENCEGAHAN
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko
perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan
obat tersebut sebagai terapi. Menejemen aktif kala III dapat mengurangi
jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu
onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau
kontraksi tetani seperti ergometrin. Pemberian oksitosin paling bermanfaat
untuk mencegah atonia uteri. Pada manajemen kala III harus dilakukan
pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10
unit IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam.(1)
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti
sebagai uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum
dini. Karbetosin merupakan obat long-acting dan onset kerjanya cepat,
mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit.
Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV
dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin
ternyata lebih efektif dibanding oksitosin.
IV. PENATALAKSAAN
1. Resusitasi
Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan awal yaitu
resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-
tanda vital, monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi oksigen.
Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan
transfusi darah.
2. Masase dan kompresi bimanual
Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang
akan menghentikan perdarahan.
3. Uterotonika
Oksitosin merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior
hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat
seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin.
Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekwensi,
tetapi pada dosis tinggi menyababkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara
IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus dengan ringer laktat 20
IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal
(IMM). Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu
nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang
ditemukan.
Metilergonovin maleat merupakan golongan ergot alkaloid yang dapat
menyebabkan tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM. Dapat diberikan secara
IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis maksimum 1,25 mg,
dapat juga diberikan langsung pada miometrium jika diperlukan (IMM) atau IV
bolus 0,125 mg. obat ini dikenal dapat menyebabkan vasospasme perifer dan
hipertensi, dapat juga menimbulkan nausea dan vomitus. Obat ini tidak boleh
diberikan pada pasien dengan hipertensi.
Uterotonika prostaglandin merupakan sintetik analog 15 metil prostaglandin
F2alfa. Dapat diberikan secara intramiometrikal, intraservikal, transvaginal,
intravenous, intramuscular, dan rectal. Pemberian secara IM atau IMM 0,25 mg,
yang dapat diulang setiap 15 menit sampai dosis maksimum 2 mg. Pemberian
secara rektal dapat dipakai untuk mengatasi perdarahan pospartum (5 tablet 200
g = 1 g). Prostaglandin ini merupakan uterotonika yang efektif tetapi dapat
menimbulkan efek samping prostaglandin seperti: nausea, vomitus, diare, sakit
kepala, hipertensi dan bronkospasme yang disebabkan kontraksi otot halus,
bekerja juga pada sistem termoregulasi sentral, sehingga kadang-kadang
menyebabkan muka kemerahan, berkeringat, dan gelisah yang disebabkan
peningkatan basal temperatur, hal ini menyebabkan penurunan saturasi oksigen.
Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan kelainan
kardiovaskular, pulmonal, dan disfungsi hepatik. Efek samping serius
penggunaannya jarang ditemukan dan sebagian besar dapat hilang sendiri. Dari
beberapa laporan kasus penggunaan prostaglandin efektif untuk mengatasi
perdarahan persisten yang disebabkan atonia uteri dengan angka kesuksesan
84%-96%. Perdarahan pospartum dini sebagian besar disebabkan oleh atonia
uteri maka perlu dipertimbangkan penggunaan uterotonika ini untuk mengatasi
perdarahan masif yang terjadi.
4. Uterine lavage dan Uterine Packing
Jika uterotonika gagal menghentikan perdarahan, pemberian air panas ke
dalam cavum uteri mungkin dapat bermanfaat untuk mengatasi atonia uteri.
Pemberian 1-2 liter salin 47C-50C langsung ke dalam cavum uteri
menggunakan pipa infus. Tangan operator tidak boleh menghalangi vagina
untuk memberi jalan salin keluar.
Penggunaan uterine packing saat ini tidak disukai dan masih kontroversial.
Efeknya adalah hiperdistended uterus dan sebagai tampon uterus.
Prinsipnya adalah membuat distensi maksimum sehingga memberikan
tekanan maksimum pada dinding uterus. Segmen bawah rahim harus terisi
sekuat mungkin, anestesi dibutuhkan dalam penanganan ini dan antibiotika
broad-spectrum harus diberikan. Uterine packing dipasang selama 24-36 jam,
sambil memberikan resusitasi cairan dan transfusi darah masuk. Uterine packing
diberikan jika tidak tersedia fasilitas operasi atau kondisi pasien tidak
memungkinkan dilakukan operasi.
5. Operatif
Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterina menghasilkan angka
keberhasilan 80-90%. Pada teknik ini dilakukan ligasi arteri uterina yang
berjalan disamping uterus setinggi batas atas segmen bawah rahim. Jika
dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm dibawah irisan segmen bawah rahim.
Untuk melakukan ini diperlukan jarum atraumatik yang besar dan benang
absorbable yang sesuai. Arteri dan vena uterina diligasi dengan melewatkan
jarum 2-3 cm medial vasa uterina, masuk ke miometrium keluar di bagian
avaskular ligamentum latum lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi hindari
rusaknya vasa uterina dan ligasi harus mengenai cabang asenden arteri
miometrium, untuk itu penting untuk menyertakan 2-3 cm miometrium. Jahitan
kedua dapat dilakukan jika langkah diatas tidak efektif dan jika terjadi
perdarahan pada segmen bawah rahim. Dengan menyisihkan vesika urinaria,
ligasi kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina bagian bawah, 3-4 cm
dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus mengenai sebagian besar
cabang arteri uterina pada segmen bawah rahim dan cabang arteri uterina yang
menuju ke servik, jika perdarahan masih terus berlangsung perlu dilakukan
bilateral atau unilateral ligasi vasa ovarian.
Risiko ligasi arteri iliaka adalah trauma vena iliaka yang dapat menyebabkan
perdarahan. Dalam melakukan tindakan ini dokter harus mempertimbangkan
waktu dan kondisi pasien.(1)
BAB II
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY.N P10001 POST PARTUM DENGAN ATONIA UTERI
Riwayat Kehamilan
Klien mengatakan ini merupakan kehamilannya yang pertama selama hamil
klien tidak mengalami keluhan-keluhan yang berlebihan dan kehamilannya
dalam batas normal.
Ibu periksa hamil :Trim I : 2X di Bps Ais
Trim II: 1X di Bps Ais
Trim III: 2X di Bps Ais
Keluhan saat hamil
Trim I : Mual muntah,Sering kecing
Trim II : Tidak ada
Trim III : Sakit pinggang
Ibu sudah mendapat suntik TT 2X,obat yang pernah didapatkan selama
hamil :tablet Fe,Calk,Iodium, ibu tidak pernah minum obat kecuali
pemberian dari Bidan.
Penyuluhan yang pernah didapat : Nutrisi selama hamil, tanda bahaya pada
(trimester I,II,III),perawatan payudara,dan tanda-tanda persalinan.
Riwayat Persalinan
Ibu melahirkan saat UK 9 bulan 6 hari dan proses persalinan ditolong oleh
Bu Bidan Ais,tidak ada komplikasi dan lahir pada tanggal 9 juni 2009 jam
09.10 WIB, laki-laki , BB/PB : 3400 gr/ 50 cm, anus (+), tidak ada cacat
bawaan, ketuban jernih. Keluar darah pervagina. 250cc
Riwayat Nifas
Ibu mengatakan setelah proses persalinan tubuh terasa lemas disertai keluar
darah yang berlebihan dari kemaluannya, dan pada perutnya teraba lembek.
5. Riwayat Kesehatan yang lalu
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular
(Hepatitis),menahun (TBC) dan menurun (DM,HT,ASMA) juga tidak pernah
melakukan operasi.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klienn mengatakan tidak ada anggota keluarga baik istri maupun suami yang
menderita penyakit menular (Hepatitis),menahun (TBC),menurun
(DM,HT,ASMA) juga tidak ada keturunan kembar.
7. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Selama hamil : Makan 3-4X / hari,dengan porsi nasi,sayur,lauk,roti
dan buah.
Minum 7-8 gelas/ hari dengan porsi air putih dan susu.
Selama persalinan :Ibu makan nasi terakhir sekitar jam 23.00 WIB tgl 8
juni 2009 dan minum saat tidak ada his 1 botol akua
kecil.
b. Pola Eliminasi
Selama hamil : BAK 7-8X/hari tidak ada keluhan,bau khas(pesing)
warna jernih dan tidak nyeri.
BAB 1X /hari,tidak ada keluhan dengan konsistensi
padat,warna kuning.
Selama persalinan : BAK 350 cc selama 8 jam terakhir
c. Pola Istirahat
Selama hamil : Tidur siang 1 jam,tidur malam 6-7 jam,tanpa ada
gangguan.
Selama persalinan : Ibu tidak bisa tidur karena kadang - kadang perutnya
terasa sakit dan mules
d. Pola Aktivitas
Selama hamil : Ibu melakukan pekerjaan rumah sendiri seperti
memasak,mencuci, dan mengurus suami.
Selama persalinan : Selama proses persalinan, ibu hanya tidur dengan posisi
miring kiri
e. Personal Higiene
Selama hamil : Mandi 2X sehari,keramas 3X/minggu,gosok gigi 3X
sehari, ganti pakaian luar 2X/hari, ganti pakaian dalam 3-
4X/hari.
Selama persalinan : Ibu terakhir mandi kemarin sore tgl 04 Des 2008 dan
ganti baju setelah mandi.
f. Pola Seksual
Tidak ada keluhan.
8. Data Psikososial
Hubungan ibu dengan suami,keluarga,dan tetangga baik.Semua anggota
keluarga sangat menerima dengan senang atas kelahiran anak pertamanya.
9. Latar belakang social budaya.
Karena suami berasal dari suku madura maka oleh keluarga suami disarankan
untuk minum jamu-jamuan, dan terdapat pula kebiasaan syukuran kelahiran
serta aqiqoh, setelah kelahiran oleh suami bayi diadzankan.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan fisik umum
a. Keadaan Umum : Kurang baik
Kesadaran : Composmentis
Postur tubuh : Tegak
Cara berjalan : Normal
Raut wajah : Gelisah
b. Tanda-tanda vital
TD : 100/70 mmHg N : 68x/mnt
Sh : 36,2C Rr : 17x/mnt
c. Antropometri
TB : 157cm
BB : 55kg
LILA : 24cm
2. Pemeriksaa fisik khusus
a. Inspeksi
Kepala : Warna rambut hitam,kulit kepala bersih, rambut tidak rontok,
tidak ada benjolan, tidak ada luka.
Muka : Pucat, tidak oedema, tidak ada kloasma gravidarum.
Mata : Simetris, cojungtiva anemis, palpebra tidak oedema, sclera putih,
reflek pupil(+) isokor.
Hidung : Lubang hidung simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada
perafasan cuping hidung.
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran.
Gilut : Bibir atas dan bawah simetris, pucat, tidak stomatitis, gigi tidak
caries, tidak punya gigi palsu, tidak ada gigi berlubang, bibir
kering.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, ataupun kelenjar getah
bening, tidak ada bendungan vena jugularis.
Ketiak : Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Dada : Tidak ada retraksi intercostae,simetris, tidak ada pembengkakan
yang abnormal.
Payudara: Simetris, putting susu menonjol, terdapat hiperpigmentasi pada
areola, keluar cairan colostrum
Perut : Tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea alba dan nigra, ada
striae livid, TFU setinggi pusat, tidak terdapat benjolan karena
kontraksi.
Genetalia : Terdapat pengeluaran darah, tidak ada luka jahitan,tidak ada
tanda-tanda IMS ( condiloma, sifilis, GO ), tidak ada robekan
jalan lahir.
Anus : Tidak ada haemoroid, tidak ada varices.
Extremitas
Atas : Simetris,tidak oedema, tidak ada gangguan pergerakan/sendi.
Bawah : Simetris, tidak oedema, tidak ada varices, tidak ada gangguan
pergerakan/sendi
b. Palpasi
Kepala : Tidak ada benjolan
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid ataupun getah bening,
tidak teraba bendungan vena jugularis.
Mammae : Tidak terdapat nyeri tekan, konsistensi lunak, colostrum kanan
dan kiri (+)/(+)
Perut : TFU setinggi pusat, teraba lembek, tidak terdapat nyeri tekan.
c. Auskultasi
Dada :Tidak terdengar ronkhi ataupun wheezing.
Abdomen :Bising usus normal, gerakan peristaltic lemah.
d. Perkusi
Reflek patella : (+)/(+)
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
4. Pemeriksaan Dalam
Tidak terdapat sisa-sisa plasenta, tidak ada bekuan darah.
5. Kesimpulan
P10001 Post Partum dengan Atonia uteri